Anda di halaman 1dari 27

TINJAUAN KONSTIPASI

Definisi Konstipasi
Konstipasi memiliki arti berbeda bagi tiap pasien, pasien dapat menggambarkan
konstipasi sebagai berkurangnya frekuensi defekasi, volume feses sedikit, kesulitan dalam
mengeluarkan feses, tegang pada saat buang air besar, buang air besar tidak dapat keluar
sepenuhnya, atau kurangnya dorongan untuk feses. Pada umumnya konstipasi berarti
penurunan frekuensi defekasi. Hal ini disebabkan oleh abnormalitas/melambatnya pergerakan
feses melewati kolon sehingga terjadi akumulasi pada ujung (descending) kolon (Curry et
al.,1990; Edwards et al., 2000; Herfindal et al., 2000; Dipiro et al., 2005).
Orang normal biasanya buang air besar sedikitnya 3 x dalam seminggu. Beberapa
definisi mengenai konstipasi yang biasanya digunakan dalam studi klinis diantaranya meliputi :
a. Kurang dari 3x buang air besar dalam seminggu bagi perempuan dan kurang dari 5x
dalam seminggu bagi laki-laki.
b. Kurang dari 2x buang air besar dalam seminggu
c. Kesulitan dalam defekasi dan kurang dari 1x buang air besar dalam sehari dengan
usaha minimal.
(Dipiro et al., 2005)
Berbagai definisi yang ada ini menyebabkan kesulitan dalam mengklasifikasikan
konstipasi, oleh karena itu suatu komisi internasional mendefinisikan dan mengklasifikasikan
konstipasi berdasar frekuensi buang air besar, konsistensi dan kesulitan defekasi (Dipiro et al.,
2005).
Kriteria konstipasi adalah sebagai berikut (WGO, 2007) :
1. Kurang dari 3 x buang air besar dalam seminggu
2. Feses yang keras lebih dari 25% bowel movements
3. BAB tidak bisa keluar sepenuhnya
4. Mengejan berlebihan lebih dari 25% bowel movements
5. Sensasi adanya hambatan pada anus
Etiologi Konstipasi
Konstipasi/sembelit dapat disebabkan oleh:
1. Faktor gaya hidup meliputi:
a) Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan
buang air besar yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal jika dihambat atau
diabaikan, maka refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika
kebiasaan diabaikan, maka keinginan untuk defekasi menjadi hilang. Hal ini misalnya terjadi
pada anak-anak (masa bermain) sedangkan pada orang dewasa mengabaikannya karena
tekanan waktu dan pekerjaan. Pasien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air
besar karena malu menggunakan pispot atau karena proses defekasi yang sangat tidak
nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik
untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan buang air besar yang teratur.
b) Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga
menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses
defekasi. Makanan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih
lambat di saluran cerna.
c) Latihan yang tidak cukup
Pada klien yang sering duduk pada waktu yang lama dapat menyebabkan konstipasi
karena secara umum otot melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang
digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan
dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting
untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
2. Gangguan sistemik.
Meliputi endokrin dan metabolisme seperti hipotiroid, hiperkalemia dan porphyria. Selain itu
juga termasuk didalamnya gangguan neurologic seperti penyakit Parkinson, multiple
sclerosis, luka pada saraf, neuropati autonom, dan kegagalan autonom.
3. Penyakit yang dapat menyebabkan sembelit dapat terjadi di saluran pencernaan atau
anorectum.
4. Obat-obatan
Ada beberapa obat yang dapat menyebabakan konstipasi antara lain antasida
antikolinergik, bismuth, calcium channel blocker, α-adrenegik, klozapin, diuretic ganglion
blockin agents, Fe, laksatif (bila berlebihan), monoamine oxidase inhibitor, opiate,
phenothiazine, resin, sukralfat, antidepresan trisiklik, dan vinkristin.
5. Faktor psikologi (peningkatan stres psikologi) dapat menyebabkan perubahan dalam
peristaltik usus dan spasme usus melalui kerja epinefrin dan sistem saraf simpatis, sehingga
dapat menyebabkan sembelit.
(Herfindal et al., 2000; www.NursingBegin.com., 2009)

Patofisologi Konstipasi
Konstipasi bukan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit atau
masalah. Penyakit yang dapat menyebabkan konstipasi diantaranya adalah penyakit GI tract
(irritable bowel syndrome), penyakit metabolic (diabetes), gangguan endokrin (hypothyroidism).
Konstipasi umumnya disebabkan karena makanan yang kurang serat atau penggunaan obat
yang memiliki efek samping konstipasi misalnya opiate. Selain itu dapat juga dipengaruhi faktor
psikogenik lain. Konstipasi sering dilaporkan terjadi pada usia tua, kemungkinan dikarenakan
diet yang kurang tepat (rendah serat dan cairan), menurunnya kekuatan otot dinding perut,
serta penurunan aktivitas fisik (Dipiro et al., 2005).
Pemahaman tentang fisiologis normal aliran cairan dan elektrolit dan proses dari
buang air besar merupakan dasar untuk membahas pengembangan sembelit dan diare. Tiga
aspek utama adalah fungsi penyerapan usus kolon, motilitas colonc dan refleks buang air besar
(Herfindal et al., 2000). Volume harian cairan melintasi duodenum adalah 9 liter untuk orang-
orang mengkonsumsi makanan tiga kali sehari. Sekitar 8 liter cairan per hari diserap oleh usus
kecil. Namun, usus besar menyerap 0,9-1,4 liter per hari, 90% dari cairan awal. Kemampuan
absorpsi dari usus besar melebihi dari usus kecil, yang menyerap hanya 75% dari cairan awal.
Fecal output harian kurang lebih 200 ml, yang mengandung ± 5 mEq natrium dan kalium 8
mEq (Herfindal et al., 2000).
Motilitas usus melibatkan tiga pola kontraksi otot yang dikendalikan oleh sistem saraf
otonom, yaitu kontraksi segmental nonpropulsive, yang mengandung lumen; segmen kontraksi
pendek pendorong, yang bergerak maju dan mundur untuk absorpsi; dan segmen kontraksi
panjang pendorong, yang bergerak maju dengan jarak jauh. Dorongan untuk buang air besar
terjadi ketika pengisisan lambung dan peningkatkan aktivitas fisik yang memicu refleks
gastroenteric untuk menghasilkan gerak peristaltik besar. Feses bergerak dari kolon sigmoid
pada rektum, menghasilkan dorongan untuk BAB. Ini paling sering terjadi setelah sarapan
(Herfindal et al., 2000).
Buang air besar adalah memulai oleh distensi dari dubur oleh feses. Biasanya, rectum
dapat membedakan cairan yang menghasilkan kembung, kentut, dan feses melalui refleks
buang air besar. Evakuasi terjadi setelah sfingter anal internal dan eksternal dalam keadaan
relax bersama dengan kontraksi segmen rectosigmoid dan meningkatnya tekanan
intraabdominal. Relaksasi dari sphincter anal eksternal memungkinkan terjadinya perpindahan
dari usus besar. Kontraksi sphincter menghambat defekasi (Herfindal et al., 2000).

Gejala Konstipasi
Jika terjadi konstipasi, maka gejala yang muncul secara umum antara lain feses yang
keras (sedikit atau kering) anoreksia, sakit kepala, mual, muntah, nyeri punggung bagian
bawah (low back pain), lassitude, perasaan tidak nyaman pada perut/perut kembung
(abdominal distention) dan tekanan pada perut bagian bawah (lower abdominal distress)
(Curry et al.,1990; Dipiro et al., 2005).

Tes Laboratorium
Pemeriksaan protoscopy, sigmoidoscopy, colonoscopy, barium enema mungkin
diperlukan untuk mengetahui adanya patologi kolon-rectal. Studi fungsi tiroid mungkin
diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit metabolik atau endokrin. Pada penyalahgunaan
pemakaian laksatif, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (paling umum adalah hipokalemia),
akan ditemukan hipoalbuminemia (Dipiro et al., 2005).

Faktor Resiko (WGO, 2007) :


1. Bayi dan anak-anak
2. Usia diatas 55 tahun
3. Pasien post operasi perut/anus
4. Kehamilan yang terlambat
5. Kurang gerak
6. Kurang serat
7. Obat-obatan utamanya pada manula
8. Penyalahgunaan laksatif
9. Penyakit penyerta
10. Pasien terminal disease
11. Perjalanan
12. Riwayat konstipasi kronik

TERAPI FARMAKOLOGI
1. Bulk Forming-Laxative
Bulk-forming laxative merupakan rekomendasi pertama dalam mengatasi konstipasi
fungsional (Nathan, 2002). Bulk forming-agents seperti polisakarida dan derivat selulosa tidak
terabsorpsi. Bahan-bahan ini mengembang dengan adanya air, membentuk gel emolien yang
akan memperbesar padatan yang ada di usus. Dengan meningkatnya massa feses maka akan
menstimulasi gerak peristaltik sehingga akan mempersingkat waktu transit di usus. Mikroflora
akan memetabolisme polisakarida menjadi metabolit yang aktif secara osmotik. Metabolit
tersebut dapat mengubah motilitas usus dan transport elektrolit (Hogue, 2000). Dilihat dari
mekanisme aksinya, bulk forming-agents merupakan bahan inert yang memiliki mekanisme aksi
yang menyerupai makanan berserat alami. Bulk forming-agents direkomendasikan untuk pasien
pediatri dan geriatri, serta aman untuk digunakan pada kehamilan (Edwards & Stillman, 2009).
Konstituen yang biasanya terkandung di dalam preparat bulk-forming laxative adalah
wheat bran, isphagula husk, sterculia, metilselulosa. Bran sebagian besar tersusun atas serat
yang tidak larut dan bekerja dengan cara meningkatkan volume feses dan merangsang
terjadinya defekasi. Bulk-forming laxative lainnya mengandung mucilloid yang akan mengikat air
dan mengembang menjadi gel pada lumen kolon, sehingga akan meningkatkan massa feses
dan akan memperlunak feses. Mekanisme tersebut ditemukan pada Isphagula husk
(didapatkan dari selaput biji tanaman Plantago) dan sterculia (atau dikenal sebagai tragakan
Indian atau gum karaya, gum yang diperoleh dari semak-semak tropis Sterculia urens).
Metilselulosa adalah koloid hidrofilik semisintesis dengan mekanisme aksi yang sama dengan
isphagula husk dan sterculia (Nathan, 2002).

Mekanisme aksi bulk-laxative (Lüllmann et al, 2000)

Bulk-forming laxative tidak terabsorpsi oleh karena itu tidak memiliki efek sistemik, tidak
berinteraksi dengan obat-obatan yang lain serta tidak mempengaruhi absorpsi obat-obatan
yang lain (Nathan, 2002). Bulk forming-agents umumnya menghasilkan efek laksatif setelah 12-
24 jam, tetapi efek maksimalnya akan dihasilkan setelah 2-3 hari penggunaan. Secara umum
bahan-bahan dalam golongan terapi ini dapat dikatakan aman dan efek sampingnya minimal.
Flatulen dapat terjadi apabila dosis ditingkatkan dengan cepat. Obstruksi esophagus dan
intestinal dapat terjadi bila pada penggunaannya tidak disertai dengan intake cairan dengan
cukup. Oleh karena itu pasien harus diingatkan untuk meminum obat beserta dengan 240-ml air
minum. Bulk forming-laxative tidak boleh digunakan pada pasien dengan intestinal stenosis,
ulserasi, atau adhesions. Reaksi alergi jarang dilaporkan, karaya dapat menyebabkan urtikaria,
rhinitis, dermatitis, dan bronchospasm (Hogue, 2000). Beberapa preparat bulk-forming laxative
mengandung glukosa sehingga harus diperhatikan ketika kita akan memberikan rekomendasi
kepada pasien dengan diabetes mellitus. Bran mengandung gluten sehingga sebaiknya tidak
diberikan pada pasien dengan coeliac disease atau gluten enteropathies. Selain itu bulk-
forming laxative tidak cocok digunakan oleh pasien yang tidak boleh menerima asupan cairan
dalam jumlah besar (Nathan, 2002).

2. Faecal Softener – Docusate Sodium


Docusate sodium (dioctyl sodium sulphosuccinate) adalah surfaktan anionik yang
bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan dari kandungan intestinal sehingga
memudahkan cairan dan lemak berpenetrasi, mengemulsikan dan memperlunak materi feses
sehingga lebih mudah untuk dieliminasikan. Feses dijaga tetap lunak sehingga pemgeluaran
feses dilakukan tanpa disertai pengejanan. Efek laksatif tercapai setelah penggunaan 1-3 hari.
Apabila digunakan sendirian, docusate adalah laksatif lemah, tetapi sangat berguna pada
pasien yang tidak boleh mengejan terlalu kuat seperti pada pasien pascaoperasi dan penderita
infark miokardium (Nathan, 2002). Docusate sodium juga berguna pada pasien hemmorhoid
yang mengalami konstipasi, pada pasien geriatric, atau untuk konstipasi yang disebabkan oleh
karena penggunaan kodein atau obat lain yang mengandung opioid tetapi pada kasus
konstipasi yang diinduksi oleh opioid, harus digunakan bersama dengan laksatif stimulan,
seperti senna, untuk meningkatkan gerakan peristaltik (Edwards & Stillman, 2009). Docusate
tidak dapat terabsorpsi dan tidak bersifat toksik namun dipercaya dapat meningkatkan transport
obat melewati dinding intestinal sehingga dapat meningkatkan aksi serta adverse effect dari
obat tersebut. Pada dewasa digunakan hingga 500 mg dalam sehari dalam dosis terbagi
sedangkan pada anak-anak, lebih dari 6 bulan digunakan 12.5 mg, sehari tiga kali (Nathan,
2002)

3. Faecal-Lubricant
Laksatif lubrikan yang terutama adalah mineral oil, salah satu contohnya adalah paraffin
cair. Paraffin cair adalah senyawa yang tak dapat dicerna dan hanya diserap dalam jumlah
sedikit.Mekanisme aksinya adalah berpenetrasi dan memperlunak feses dan menyelubungi
permukaannya dengan lapisan minyak sehingga dapat membantu feses melewati usus.
Parrafin cair merupakan laksatif yang biasa digunakan pada kasua khusus dimana penderita
tidak boleh mengejan terlalu kuat. Tetapi ada beberapa hal yang membuat paraffin tidak boleh
digunakan secara regular (Nathan, 2002).
Paraffin cair dapat merembes keluar ke anus dan dapat menyebabkan iritasi, hal ini
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien, selain itu paraffin cair dapat mengganggu
absorbs vitamin – vitamin yang larut lemak. Paraffin cair dapat diserap meskipun dalam jumlah
kecil, hal ini dapat mengakibatkan reaksi granuloma karena benda asing, dapat pula masuk
kedalam paru dan menyebabkan lipoid pneumonia. Paraffin cair tidak dianjurkan untk mereka
yang mengalami nyeri perut, mual atau muntah dan tidak digunakan untuk anak-anak (Nathan,
2002).

4. Laksatif Osmotik
Laksatif osmotik mengandung satu dari bahan berikut :
1. Mg sulfat
2. Mg hidroksida
3. Sodium sulfat
4. Laktulosa
5. Gliserol
6. Makrogol ( PEG )
Laksatif osmotik merupakan salah satu garam anorganik atau campuran organik dimana
absopsinya lemah pada usus. Di usus laksatif tersebut berada pada kondisi hipertonis. Agar
tekanan osmotik sama, air ditarik dari dinding usus ke dalam lumen, tekanan intraluminal
meningkat dengan cara meningkatkan volume isinya, dengan menstimulasi peristaltik dan
mengadakan pengosongan. Efek dari garam anorganik sangat cepat, dosis besar menghasilkan
pengosongan, kental atau encer dalam tiga jam dan dosis kecil 6-8 jam. Garam magnesium
dipercaya dapat menstimulasi sekresi dari hormon cholecystokinin, dimana menunjukkan
adanya sekresi cairan dan motilitas di usus (Nathan, 2002).
Laktulosa, merupakan disakarida sintetik, memberikan kerja yang lebih panjang
dibanding dengan laksatif osmotik anorganik karena pertama-tama akan dirusak oleh bakteri di
kolon, sebagian besar menjadi asam laktat. Ini memberikan efek osmotik lokal. Hal ini mungkin
memerlukan 72 jam dari dosis teratur untuk memberikan efek, dan ini terlihat sebagai hal yang
merugikan bagi pasien yang mencari hasil cepat. Rasanya manis, dimana membuat senang
anak-anak, untuk siapa saja yang dapat memberikan secara aman, tetapi banyak ditemukan
pada orang dewasa perlu volume dosis besar (sampai 30 ml) untuk kondisi sakit dan
pencegahan (Nathan, 2002).
Gliserol merupakan alkohol trihidrat dengan higroskopisitas yang tinggi dimana
menggunakan prinsip kerja dari laksatif dengan menarik air dari hidrasi ke usus. Gliserol dapat
dipercaya dapat memberikan efek iritasi ringan secara langsung dan beberapa dapat bekerja
sebagai lubrikan dan pelembut. Gliserol dapat dibuat dalam bentuk supositoria, dimana
kerjanya 15-30 menit. Ini biasanya digunakan untuk penanganan pada bayi atau balita. Gliserol
tidak aktif dengan mulut seperti halnya siap diabsorpsi dan secara ekstensif dimetabolisme di
hati. Sorbitol merupakan alkohol polihidrat, kerjanya hampir sama dengan gliserol. Ini tidak
digunakan sebagai laksatif karena banyak digunakan sebagai pemanis. Tidak seperti gliserol,
sorbitol sangat sedikit diabsorpsi di usus dan pemakaian dalam jumlah banyak menyebabkan
diare. Makrogol merupakan polimer inert dari etilen glikol dimana biasanya berbentuk cairan.
Makrogol efektif digunakan pada anak-anak yang mengalami konstipasi tanpa trauma (Nathan,
2002).
Beberapa absorpsi ion laksatif garam anorganik telah terjadi, tetapi normalnya, individu
yang sehat jumlahnya sangat kecil untuk mengalami efek toksik, dan ion tersebut sangat cepat
diekskresi lewat ginjal. Akan tetapi, akumulasi ion magnesium dapat terjadi pada kerusakan
ginjal, menyebabkan efek toksik pada CNS dan merubah fungsi neuromuskular melalui
hypermagnesaemia. Untuk merawat fungsi ginjal dari kemunduran karena umur mungkin
sebaiknya meminimalkan penggunaan secara teratur laksatif yang mengandung magnesium
untuk pasien tua (Nathan, 2002).
Absorpsi dari garam natrium dapat menghasilkan retensi air dan tekanan darah
meningkat, dan penggunaan kronik sebaiknya dihindarkan pada pasien dengan gagal ginjal,
udema, tekanan darah tinggi atau CHF. Efek samping dari laksatif osmotik anorganik adalah
mual dan muntah. Disamping itu dosis besar akan menghasilkan dehidrasi yang signifikan, jadi
kecukupan air dapat diatur dengan dosis untuk menjamin tubuh tidak kehilangan banyak air
(Nathan, 2002).
Efek serius yang merugikan pada penggunaan laktulosa jarang terjadi. Efek sampingnya
relatif kecil, sehingga dapat mengurangi kepatuhan, 20 % pasien memakai dosis penuh dan
mencakup gas dalam usus/perut, kram atau kejang dan ketidaknyamanan perut terutama saat
pertama penanganan. Laktulosa merupakan disakarida dari galaktosa dan fruktosa, dan
biasanya mengandung beberapa laktosa. Ini tidak bisa digunakan oleh pasien dengan
intoleransi galaktosa dan laktosa dan penggunaannya harus dengan perhatian pada pasien
dengan diabetes. Efek samping yang biasa terjadi bila menggunakan makrogol adalah
dehidrasi. Makrogol ini dapat digunakan untuk pengobatan jangka panjang pada konstipasi
kronik (Nathan, 2002).
5. Stimulan Laksatif
Stimulan laksatif bekerja dengan cara meningkatkan peristaltic dan sering menimbulkan
kram usus. Penggunaan stimulan laksatif ( iritan atau kontak laksatif) tidak sering dengan
maksimum pemakaian 1 minggu. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit bahakan hipokalemia. Oleh karena itu, perlu
mendapatkan pengawasan medis.Mula kerjanya lebih cepat dibandingkan dengan bulk forming
yaitu dalam waktu 4-12 jam setelah obat diminum sehingga obat diminum pada malam hari
agar efek dapat dihasilkan pada pagi harinya. Stimulan laksatif tersebut tidak direkomendasikan
dan mayoritas tidak diizinkan bagi anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Beberapa produk dari
stimulant laksatif merupakan produk OTC.Pemakaian dari stimulant laksatif tidak dianjurkan
bagi ibu hamil (Nathan, 2002)
Stimulan laksatif meliputi bisakodil, Na-pinoculate dan kelaompok golongan antraquinon,
senna dan dantron dengan berbagai macam bentuk sediaan (BNF, 2009). Ada yang berbentuk
tablet, tablet enteric, suppositoria,cairan dan sebagainya. Mayoritas kelompok stimulant laksatif
dibagi menjadi 2 kelompok besar antara lain derivate difenilmetan dan antraquinon (Nathan,
2002).
1. Derivat difenilmetan
Komponennya bisakodil dan Na pikosulfat.
a. Bisakodil
Cara kerja obat ialah menstimulasi mukosa usus besar sehingga obat baru
bekerja 6-10 jam setelah obat diminum. Aksi laksatifnya lebih lama dibandingkan
obat yang kerja pada usus halus.. Absorpsi obat rendah dan tidak bersifat
sistemik. Obat tersebut memiliki efek samping yaitu dapat mengiritasi lambung
sehingga dibuat dalam bentuk tablet enteric coated /dilepas di lambung. Dalam
bentuk suppositoria, efeknya lebih cepat muncul yaitu sekitar 15 menit sampai 1
jam. Bisakodil suppositoria dapat memberikan sensasi terbakar pada rectum.
Dosis pada anak-anak di bawah 5 tahun sebesar 5 mg (Nathan, 2002).
b. Na-pikosulfat
Memiliki dwi fungsi baik sebagai stimulant dan efek pelembut.Obat akan aktif
saat dimetabolisme oleh bakteri di usus sehingga obat baru bekerja pada 10-14
jam. Obat ini dapat digunakan bagi anak-anak (Nathan, 2002).
2. Antraquinon
Bahan obat bersifat alami karena diperoleh dari ekstrak tanaman yang telah
terstandarisasi. Penggunaan antraquinon sebagai stimulant laksatif telah
menurun drastis. Bahan alam lainnya adalah kelopak sena dan cascara.
Namun,penggunaannya tidak direkomendasikan karena tidak standard an aksi
yang ditimbulkan di luar perkiraan. Minyak jarak juga sudah tidak digunakan lagi
sejak muncul sediaan yang lebih baik (Nathan, 2002).

NAMA OBAT “STIMULANT LAXATIVE DI PASARAN


(ISO, 2010)

Nama Obat Kandungan Bentuk sediaan Harga

Bicolax Bisakodil Tablet 5 mg Rp 555


Dulcolax Bisakodil Tablet enteric Rp 766
TINJAUAN Rp 8983
5mg
KONSTIPASI Rp 7883
Supp.dws 10 mg
PADA ANAK Supp.anak 5 mg
Eucarbon Sennae Tablet Rp 8875
Laxana Bisakodil Tablet enteric 5 Rp 118,8
Definisi mg
Konstipasi Laxoberon Na- Tetes Rp 35.420/10ml
Pada Anak picosulfat
Stolax Bisakodil Suppo 10mg Rp 4975
Konstipasi adalah salah satu masalah intestinal yang sering terjadi pada anak, hampir 3-
5% anak yang mengalami konstipasi pergi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut. Konstipasi bukanlah penyakit melainkan suatu gejala. Mayoritas kasus konstipasi pada
bayi dan anak-anak tidak disebabkan oleh penyakit yang serius. Kebanyakan penyebabnya
adalah fungsional atau idiopati, dimana tidak terjadi perlukaan, atau infeksi, perdarahan atau
keabnormalan anatomi untuk menjelaskan gejala yang sebenarnya. Anak-anak membutuhkan
bantuan dari orang tuanya dan terkadang dari pelayan kesehatan professional, untuk
mencegah atau mengatasi konstipasi (IIFGD, 2010).
Tidak ada definisi yang pasti mengenai konstipasi yang cocok untuk semua orang.
Konstipasi pada anak-anak dapat didefinisikan sebagai proses pengeluaran feses yang
menyakitkan atau berkurangnya frekuensi buang air besar. Hal yang penting dalam definisi
konstipasi adalah bahwa adanya persepsi sakit atau kesulitan dalam mengeluarkan feses pada
anak-anak, terlepas dari masalah frekuensinya. Pengalaman rasa sakit ketika mengeluarkan
feses dapat menyebabkan anak menghindari bowel movement (IIFGD, 2010).

Rata-rata frekuensi bowel movements (BMs) pada anak-anak (IIFGD, 2010)


Usia BMs per Minggu*
5-40(ASI)
0 - 3 bulan
5 - 28 (susu formula)
6 – 12 bulan 5 – 28
1 - 3 tahun 4 – 21
4 tahun 3 – 14
* Approximately means ± 2 SD

Pada anak yang sehat, frekuensi bowel movement berubah dipengaruhi oleh usia dan
asupan makanan. Bagaimanapun juga, tidak ada angka yang pasti mengenai frekuensi bowel
movement mengingat sifatnya individual dan tiap orang memiliki pola normal yang berbada-
beda yang mana dipengaruhi oleh banyak factor. Secara umum, bowel movement 2 kali
seminggu atau kurang dari 2 kali seminggu bisa jadi merupakan tanda-tanda terjadinya
konstipasi (IIFGD, 2010).

Gejala
Tanda dan gejala konstipasi pada anak termasuk:
1. Tidak BAB selama beberapa hari
2. Gerakan usus yang keras, kering dan sulit untuk mengeluarkan feses
3. Sakit perut
4. Cepat kenyang, perut terasa penuh tanpa mengkonsumsi banyak makanan
5. Mual dan muntah
6. Menurunnya semangat menjalankan aktivitas rutin
7. Terasa sakit saat BAB dan feses dapat berukuran sangat besar
8. Lebih sering buang air kecil karena penekanan kandung kemih
9. Terdapat darah pada permukaan feses yang keras
10. Kurang nafsu makan
11. Perilaku rewel
(Mayo Clinic, 2010; www.nhs.uk, 2010)

Sembelit pada anak-anak biasanya tidak serius. Namun, sembelit kronis dapat
mengakibatkan komplikasi. Anak harus dibawa ke dokter jika sembelit berlangsung lebih dari
dua minggu atau disertai dengan:
1. Demam
2. Muntah
3. Darah pada feses
4. Sakit perut
5. Berat badan turun
6. Sakit dan retak pada kulit di sekitar anus
7. Wasir
(Mayo Clinic, 2010)

Penyebab
Tidak seperti konstipasi pada dewasa, konstipasi pada anak-anak sering disebabkan
karena kebiasaan dibandingkan dengan penyakit malnutrisi. Penyebab umum kostipasi pada
anak biasanya karena kebiasaan menunda defekasi dan melewatkan BAB. Sembelit paling
sering terjadi ketika feses bergerak terlalu lambat melalui saluran pencernaan, menyebabkan
feses menjadi keras dan kering.
Banyak faktor yang dapat berkontribusi untuk sembelit pada anak-anak, yaitu:
1. Defekasi yang tertahan. Anak mengabaikan dorongan untuk buang air besar karena
takut terhadap toilet atau tidak ingin berhenti bermain. Beberapa anak menahan BAB
saat mereka berada jauh dari rumah karena mereka merasa tidak nyaman
menggunakan toilet umum. Nyeri buang air besar disebabkan oleh feses yang besar,
feses yang keras juga dapat mengakibatkan pemotongan feses. Jika sakit pada waktu
BAB, anak akan menghindari defekasi tersebut karena pobia.
2. Pelatihan toilet yang terlalu dini. Jika mulai menggunakan toilet terlalu cepat, anak
mungkin memberontak terus dan menahan fesesnya. Jika pelatihan toilet menjadi sulit,
kebiasaan mengabaikan keinginan untuk buang air besar menjadi kebiasaan yang sulit
untuk dihilangkan.
3. Perubahan diet. Tidak cukup serat buah dan sayuran atau cairan dalam diet anak dapat
menyebabkan sembelit. Untuk beberapa anak-anak, terlalu banyak susu dan tidak
cukup air dapat juga menyebabkan sembelit.
4. Perubahan aktivitas rutin. Setiap perubahan seperti perjalanan, cuaca panas atau
stress akan dapat mempengaruhi fungsi usus.
5. Obat atau penyakit. Antasida, antidepresan, codein dan berbagai obat lain dapat
memberikan kontribusi untuk sembelit. Perubahan nafsu makan anak atau diet karena
penyakit mungkin memiliki efek yang sama. Dapat juga terjadi karena infeksi.
6. Alergi susu sapi. Alergi terhadap susu sapi atau minum banyak susu sapi juga kadang-
kadang menyebabkan sembelit.
7. Riwayat keluarga atau faktor genetik dan lingkungan dapat membuat anak lebih
mungkin mengalami sembelit.
8. Kondisi medis. Terkadang sembelit pada anak-anak ditunjukkan oleh adanya kelainan
anatomi, atau masalah metabolik pencernaan, atau kondisi lain yang mendasarinya.
Pada persentase kecil kasus, konstipasi mungkin mengindikasikan beberapa penyakit
seperti Hirschsprung’s disease ( kondisi serius pada anak karena tidak adanya dinding
saraf pada intestinal), abnormalitas anus atau rectum atau adanya keracunan.
9. Sakit pada saat buang air besar
10. Sibuk sehingga tidak menyempatkan untuk ke toilet
11. Perasaan cemas pada anak karena situasi yang dapat menyebabkan stress, seperti
pisah dari orang tua, kelahiran saudara, atau kematian dari anggota keluarga
12. Karena kurangnya olahraga
(Mayo Clinic, 2010; www.nhs.uk, 2010)

Faktor Resiko
Sembelit pada anak-anak lebih mungkin untuk anak-anak yang :
1. Tidak suka bergerak
2. Tidak cukup makan serat
3. Tidak cukup minum cairan
4. Mengkonsumsi obat tertentu, termasuk beberapa antasida dan antidepresan
5. Kurang perhatian/gangguan hiperaktif
6. Memiliki kondisi medis yang mempengaruhi anus atau dubur
Selain itu, sembelit sedikit lebih umum pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.
(Mayo Clinic, 2010).
Komplikasi
Meskipun sembelit pada anak bisa tidak nyaman, tetapi biasanya tidak serius. Jika
sembelit menjadi kronis, dapat menyebabkan komplikasi, yaitu:
1. Sakit dan retak pada kulit di sekitar anus
2. Pemotongan feses
3. Perlawanan untuk memiliki gerakan usus, yang menyebabkan dampak penumpukan
feses dalam usus besar dan dubur dan meninggkalkan noda dalam pakaian
(encopresis)
(Mayo Clinic, 2010)

Pencegahan dan Pengatasan Konstipasi pada Anak-Anak


Diet, asupan cairan, dan olah raga dapat membantu mencegah dan mengatasi
konstipasi. Berikan bimbingan pada anak untuk mencegah atau mengatasi konstipasi,
mencegah anak menunda pergi ke toilet dan membantu anak menetapkan jadwal regular untuk
pergi ke toilet.
1. Makan lebih banyak serat
Serat akan memperlunak dan memperbesar massa feces. Serat banyak terkandung
dalam sayuram, buah-buahan dan gandum. Tambahkan sedikit serat pada suatu waktu agar
tubuh secara perlahan terbiasa menerimanya. Batasi makanan tinggi lemak, makanan yang
banyak mengandung gula dan makanan yang hanya mengandung sedikit serat seperti es krim,
keju, daging, kudapan seperti chips dan pizza, dan makanan olahan lainnya seperti makanan
beku dan makanan instan
2. Minum air dan konsumsi cairan lainnya seperti jus buah dan sayur serta sup jernih
dalam jumlah yang cukup
Cairan membuat feces menjadi lunak dan mudah untuk dikeluarkan. Hindari cairan yang
mengandung kafein (banyak ditemukan pada soft drink), minuman tersebut dapat membuat
saluran pencernaan menjadi kekurangan cairan. Jus yang mengandung sorbitol seperti jus apel
dan pear dapat mengurangi terjadinya konstipasi pada bayi dengan usia lebih dari 6 bulan.
Tetapi mengonsumsi jus buah dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan masalah pada
system gastrointestinal. Oleh karena itu, pastikan bahwa pemberiannya dalam jumlah cukup
sesuai dengan yang dibutuhkan.
3. Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat menjaga system penceranaan tetap sehat dan aktif.
Dukung anak anda untuk berolah raga setiap hari baik itu seperti kegiatan bersepeda atau jalan
kaki selama 20-30 menit.
4. Berikan penjelasan pada anak untuk menyediakan waktu pergi ke toilet
Penting untuk tidak mengacuhkan kebutuhan mendesak pergi ke toilet. Menunggu dan
menunda hanya akan memperparah terjadinya konstipasi. Cobalah untuk membiasakan anak
anda bangun lebih pagi sehingga anak memiliki waktu yang cukup untuk pergi ke toilet sebelum
berangkat ke sekolah. Secar rutin. Menyediakan waktu luang untuk pergi ke toilet setelah
makan, khususnya setelah sarapan atau makan malam akan membentu mencegah timbulnya
konstipasi.
5. Obat dapat menyebabkan sembelit, hubungi dokter untuk menentukan pilihan obat yang
lainnya.
(IIFGD, 2010; Mayo Clinic, 2010)

Perawatan dan obat-obatan


Tergantung pada situasi, dokter mungkin akan merekomendasikan suplemen serat over-
the-counter atau pelunak tinja. Jika akumulasi feses menyebabkan penyumbatan, dokter
mungkin menyarankan pencahar atau enema untuk membantu menghilangkan sumbatan.
Jangan pernah memberikan anak pencahar atau enema tanpa persetujuan dokter (Mayo Clinic,
2010).
Laksatif sebaiknya diberikan kepada anak-anak yang mengalami konstipasi. Penundaan
defekasi lebih dari 3 hari kemungkinan dapat menyebabkan nyeri pada anus saat defekasi
dengan feses yang keras, spasme anus, dan kemungkinan dapat menyebabkan anak-anak
menghindari defekasi karena trauma tersebut. Jika peningkatan cairan dan asupan serat tidak
cukup, laksatif osmotik yang mengandung macrogol atau laktulosa dapat digunakan. Jika terjadi
retensi feses, penambahan laksatif stimulan dapat diberikan, tetapi kemungkinan dapat
menyebabkan kolik atau adanya sumbatan feses dalam anus, peningkatan feses meluap. Pada
anak-anak dengan hambatan pengeluaran feses, preparat oral yang mengandung macrogol
dapat digunakan untuk membersihkan masa feses dan mempertahankan konsistensi feses
yang lunak. Pemberian secara per-rektal mungkin efektif tetapi rute ini sering menyebabkan
stress pada anak-anak dan memungkinkan pobia berkelanjutan. Jika tidak teratasi dengan
macrogol, bila diperlukan sebaiknya dirujuk ke rumah sakit. Enema dapat diberikan pada pasien
dalam kondisi sedasi berat di rumah sakit. Pada kasus berat atau pada anak-anak yang
mengalami fobia, dapat dilakukan evakuasi manual di bawah kondisi anestesi. Penggunaan
regular jangka panjang laksatif adalah penting untuk membentuk feses dan mencegah
penyumbatan feses; penggunaan intermitten dapat memicu relapses (BNF 57, 2009).
Operasi jarang diperlukan untuk sembelit pada anak-anak Pengecualian mungkin
termasuk sembelit yang disebabkan oleh kurangnya kontraksi di usus besar, penyakit
Hirschsprung atau kelainan sumsum tulang belakang (Mayo Clinic, 2010).

Gaya hidup dan swamedikasi


Seringkali, perubahan diet dan rutinitas dapat membantu meringankan sembelit pada
anak-anak:
1. Diet serat tinggi. Diet kaya serat akan membantu membentuk feses yang lembut dan
besar. Tawarkan anak makanan tinggi-serat, seperti kacang, biji-bijian, buah-buahan dan
sayuran. Batasi makanan yang memiliki sedikit atau tidak ada serat, seperti keju, daging
dan makanan olahan.
2. Cukup cairan. Air dan cairan lainnya akan membantu melunakkan feses. Berhati-hatilah
dengan susu yang terlalu banyak. Untuk beberapa anak, susu dapat menyebabkan
sembelit.
3. Waktu yang cukup untuk buang air besar. Dorong anak untuk duduk di toilet selama 5
sampai 10 menit setelah 30 menit sehabis makan. Ikuti rutin setiap hari, bahkan pada
saat liburan.
(Mayo Clinic, 2010)

Obat Alternatif
Selain perubahan pola makan dan rutinitas, berbagai alternatif pendekatan dapat
membantu meringankan sembelit pada anak-anak, yaitu:
1. Relaksasi. Nafas perlahan dan dalam dapat membantu anak untuk melepaskan otot-
otot pelvis dan mengatasi kecemasannya terkait dengan gerakan usus.
2. Imajinasi. Berpikir tentang tempat favorit atau membayangkan yang mudah, nyaman
buang air besar dapat mengurangi kecemasan tentang memiliki gerakan usus.
3. Pijat. Dengan lembut memijat perut anak dapat membantu relaksasi otot dan usus
kandung kemih, dan membantu meningkatkan aktivitas usus.
4. Akupunktur. Pengobatan tradisional Cina, yaitu akupuntur dapat membantu
meningkatkan gerakan usus yang lebih sering.
(Mayo Clinic, 2010)
PERMASALAHAN 1
Nyonya Terry 25 tahun datang ke Apotek anda. Dia mengeluh bahwa anaknya Azrul 1,5
tahun sudah hampir 5 hari tidak bisa BAB dan setiap kali mau BAB selalu menangis. Dia
datang untuk meminta obat yang bisa diberikan untuk anaknya agar segera bisa buang air
besar dengan lancar.

Patient Assessment
Metode yang digunakan untuk menggali informasi dari pasien adalah dengan metode
ASMETTHOD (Kennedy,1998).
Tabel 3.1 Patient Assessment Problem 1

Tabel I Patient assessment (untuk swamedikasi)

Responding
Pertanyaan Jawaban Alasan Pengajuan Pertanyaan
to Symptom

Who is Siapa yang sakit ? An. Azrul (yang Untuk mengetahui siapa yang
patient ? datang ke apotek sakit, karena belum tentu yang
adalah datang ke pasien adalah pasien
Ny.Terry,ibunya) sendiri
Berapa umur pasien ? 1.5 tahun Untuk menentukan dosis &
bentuk sediaan yang tepat bagi
pasien.
What are the Apa yang dikeluhkan ?  Tidak bisa BAB Untuk mengenali gejala-gejala
symptoms ?  Perut terasa yang terjadi sesungguhnya pada
keras pasien
 Menangis saat
akan BAB
Biasanya Sehari sekali Untuk mengetahui kebiasaan
bagaimanakah pola hingga dua hari biologis anak
BAB anak ? sekali
Apakah saat ini anak Anak tidak minum Untuk menelusuri apakah terjadi
sedang menggunakan ASI lagi tetapi intoleransi laktosa sehingga
susu formula & minum Morinaga memicu terjadinya konstipasi
apakah ada Child Kids 4 kali pada anak
perubahan terhadap sehari, 250 ml.
pola BAB yang Tetapi sejak awal
teramati selama anak penggunaan
menggunakannya ? hingga sebelum
terjadinya
sembelit selama 6
hari ini, pola BAB
anak masih
normal
Bagaimanakah pola Sulit makan Untuk menelusuri apa penyebab
diet pasien? sayur, biasanya konstipasi
bubur bayi
dicampur dengan
bayam
Bagaimanakah Saat ini masih Untuk menelusuri apa penyebab
aktivitas fisik pasien ? bisa bermain konstipasi
seperti biasanya
How long Apakah sebelumnya Belum pernah Untuk mengetahui jenis
have the pasien mengalami konstipasi
symptoms konstipasi ?
been Berapa lama pasien 5 hari tidak BAB Untuk mengetahui tingkat
present? sudah tidak BAB ? konstipasi
Action taken? Tindakan apa yang Belum ada Untuk mengetahui apakah
telah dilakukan untuk tindakan yang dilakukan pasien
mengatasi konstipasi benar, untuk mencegah DRP
pasien? yang mungkin muncul seperti
duplikasi dan interaksi obat
Medication Obat apa yang sedang Tidak ada Untuk mengetahui penyebab
being taken? digunakan saat ini? konstipasi karena beberapa obat
merupakan etiologi terjadinya
konstipasi dan untuk mencegah
terjadinya interaksi obat

Analisa Farmasis
Dari hasil assessment, farmasis dapat menyimpulkan bahwa konstipasi yang dialami
oleh Azrul (1,5 tahun) bukan disebabkan oleh penyakit, efek samping obat-obat tertentu atau
intoleransi glukosa (susu formula), melainkan disebabkan karena pola makan Azrul yang kurang
asupan serat, dimana Azrul kurang suka makan sayur. Hal tersebut dapat menyebabkan
konsistensi feses yang keras sehingga sulit untuk melakukan BAB. Penundaan defekasi lebih
dari 3 hari kemungkinan dapat menyebabkan nyeri pada anus saat defekasi dengan feses yang
keras, spasme anus, dan kemungkinan dapat menyebabkan anak-anak menghindari defekasi
karena trauma tersebut. Seperti pada yang diungkapkan oleh ibu Azrul, Ny. Terry, Azrul selalu
menangis pada saat akan buang air besar.

Drug Related Problems


Pada permasalahan 1 tidak ditemui adanya DRP pada pasien.

Keputusan Farmasis
Berdasarkan analisa farmasis, konstipasi yang dialami Azrul disebabkan oleh kurangnya
asupan serat pada anak. Oleh karena itu, farmasis memutuskan :
1. Pasien anak 1,5 tahun dimana fungsi saluran cerna belum sempurna, sulit menelan
sediaan solida à dicari bentuk sediaan yang lebih acceptable, yaitu cairan atau
suppositoria.
2. Diinginkan efek yang cepat à dicari sediaan laksatif dengan bahan aktif yang memberi
onset of action cepat.
3. Anak berdasarkan history taking kurang makan sayur & menangis setiap kali akan BAB
à ada kemungkinan feces keras sehingga anak kesulitan (5 hari tidak BAB) serta
merasa kesakitan saat BAB à dicari sediaan yang mengandung bahan aktif yang dapat
memperlunak feces dan mempermudah feces keluar dari rektum dan anus.
4. Laksatif sebaiknya diberikan kepada anak-anak yang mengalami konstipasi. Pada kasus
anak Azrul, 1,5 tahun, pasien tidak buang air besar selama 5 hari. Penundaan defekasi
lebih dari 3 hari kemungkinan dapat menyebabkan nyeri pada anus saat defekasi
dengan feses yang keras, spasme anus, dan kemungkinan dapat menyebabkan anak-
anak menghindari defekasi karena trauma tersebut. Seperti pada yang diungkapkan
oleh ibu Azrul, Ny. Terry, Azrul selalu menangis pada saat akan buang air besar. Terlebih
Azrul susah makan sayur. Kurangnya asupan serat akan memperburuk konsistensi
feses. Oleh karena itu dibutuhkan laksatif osmotik yang dapat menarik air di lumen kolon
sehingga dapat memperlunak feses dan mempermudah pengeluaran feses.
5. Sarankan untuk memberi anak banyak makan sayur, buah dan banyak minum air.
6. Kalau setelah minum obat ini selama 2 minggu besok anak saya belum bisa BAB seperti
kebiasaannya dulu maka harus membawa anak saya ke dokter.
PEMILIHAN PRODUK OTC BAGI PASIEN
Pertimbangan Pemilihan
Laksatif sebaiknya diberikan kepada anak-anak yang mengalami konstipasi. Pada kasus
anak Azrul, 1,5 tahun, pasien tidak buang air besar selama 5 hari. Penundaan defekasi lebih
dari 3 hari kemungkinan dapat menyebabkan nyeri pada anus saat defekasi dengan feses yang
keras, spasme anus, dan kemungkinan dapat menyebabkan anak-anak menghindari defekasi
karena trauma tersebut. Seperti pada yang diungkapkan oleh ibu Azrul, Ny. Terry, Azrul selalu
menangis pada saat akan buang air besar. Terlebih Azrul susah makan sayur. Kurangnya
asupan serat akan memperburuk konsistensi feses. Oleh karena itu dibutuhkan laksatif osmotik
yang dapat menarik air di lumen kolon sehingga dapat memperlunak feses dan mempermudah
pengeluaran feses.
Pasien masih berusia 1,5 tahun, fungsi saluran cerna belum sempurna dan sulit
menelan sediaan solida, solusinya dicari bentuk sediaan yang lebih sesuai yaitu sediaan cair
atau enema. Dipilih bentuk sediaan enema. Karena diinginkan efek yang cepat maka dicari
sediaan dengan bahan aktif yang memberi onset of action yang cepat.

Supositoria / Enema yang Beredar di Pasaran (ISO, 2010)


DULCOLAX
Produksi : Boehringer Ingelhim
Kandungan : Bisakodil 10 mg/ sipositorium; 5 mg/supositorium anak; 5 mg
Dosis : Dewasa sehari sekali 1 supositorium atau sehari sekali dua tablet, jika perlu 4
tablet; 4 tahun ke atas sehari sekali satu supositoria anak atau sehari sekali 1
tablet, diberikan pada malam hari sebelum tidur.
Indikasi : Sembelit, menghilangkan rasa sakit pada buang air besar, seperti hemeroid,
sebelum dan sesudah operasi, persiapan untuk barium enema, persiapan usus
besar untuk proktosigmoidoskopi

FORSEN ENEMA
Produksi : Farenheit
Kandungan : Monobasik sodium fosfat 1H2O 19 g, dibasic sodium fosfat 7H2O 7 g
Indikasi : Laksatif salin untuk meringankan konstipasi

MICROLAX ®
Produksi : Pharos, Labaz
Kandungan : Na-Lauril Sulfoasetat 45 mg, Na-sitrat 450 mg, asam sorbat 5 mg, PEG-400
625 mg, sorbitol 4.465 mg
Indikasi : Konstipasi rectal dan sigmoidal, konstipasi pada kehamilan, konstipasi bakal
atau peralihan pada anak-anak
Dosis : Dewasa dan anak-anak : isi dari 1 tabung (5 ml) digunakan secara rectal, pada
kasus yang berat bisa digunakan 2 tabung sekaligus. Pada anak-anak di bawah
3 tahun. Masukkan hanya setengah dari ujung tabung ke dalam dubur. Defekasi
biasanya terjadi setelah 5-20 menit penggunaan.

STOLAX
Produksi : Sanbe Farma
Kandungan : Bisakodil 10 mg
Indikasi : Konstipasi kronis maupun yang baru terjadi, yang memerlukan pencahar
Dosis : Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun : 1 supositoria sehari, anak kurang dari 12
tahun : ½ supositoria sehari.

Sediaan Terpilih
Berdasarkan sediaan yang beredar di pasaran, produk obat yang dapat diberikan melalui rute
rectal tersebut maka sediaan yang terpilih adalah MICROLAX ®.
Alasan pemilihannya adalah :
a) Bentuk sediaannya adalah enema, bentuk sediaan tersebut acceptable bagi pasien
yang berusia 1,5 tahun
b) Kandungan bahan-bahan aktif yang terdapat dalam sediaan sesuai dengan dengan
kebutuhan pasien yaitu memberikan efek osmotic laksatif dan memberikan onset of
action yang cepat
c) Sediaan relative aman karena efek samping yang mungkin ditimbulkan minimal
d) Sediaan mudah didapat dan harganya terjangkau oleh masyarakat

Informasi Obat
MICROLAX ® (Manufacturer Information Pharos Indonesia, 2010; myDR, 2010)
Microenema 5 ml
Sediaan dan Kemasan
Gel / cairan jernih agak kental 5 ml dikemas dalam tube
Harga
Harga Jual Apotek berkisar antara Rp. 15.800,- sampai Rp. 17.875,-
Komposisi
Setiap tube Microlax 5 ml mengandung :
1. Natrium Lauril Sulfoasetat 0,045 g
2. PEG 400 0,625 g
3. Sorbitol 4,465 g
4. Natrium Sitrat 0,450 g
5. Asam Sorbat 0,005 g
6. Air murni sampai dengan 6,250 g
Indikasi
Microlax membantu mengatasi masalah susah buang air besar atau konstipasi yang dialami
oleh anak, dewasa, ibu hamil dan lansia. Microlax diindikasikan untuk susah buang air besar
karena berbagai macam sebab misalnya enteroparesis (penyakit usus yang tidak diketahui
sebabnya), lemahnya otot perut, factor makanan, kurang bergerak, dan lain-lain.
Kontra Indikasi
Pasien yang alergi dengan bahan-bahan yang tercantum pada Deskripsi Produk pada leaflet.
pada penderita wasir yang akut dan pada penderita yang mengalami perdarahan karena radang
usus besar.
Efek Samping
Microlax aman untuk digunakan, belum pernah ada laporan adanya efek samping. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan diare dan kekurangan cairan. Dilaporkan dapat menimbulkan
sedikit sensasi rasa terbakar. Reaksi alergi mungkin terjadi (reaksi alergi umum pada kulit
dengan atau tanpa penurunan tekanan darah atau kesulitan nafas)
Cara Kerja
Microlax memiliki 3 cara kerja sekaligus yaitu :
1. Na lauril sulfoasetat : menurunkan tegangan permukaan feses sehingga feses mudah
terbasahi
2. Sorbitol, Na Sitrat : menyerap air ke dalam usus besar / rektum untuk melunakkan
feses yang keras
3. PEG 400 : melumasi rektum sehingga feses mudah dikeluarkan
Dari 3 mekanisme kerja tersebut Microlax akan mempermudah buang air besar
Aturan Pakai
Untuk anak usia diatas 3 tahun dan dewasa diberikan 1 tube. Untuk anak usia 1-3 tahun cukup
diberikan ½ tube.
Cara Penggunaan Microlax
Microlax mudah digunakan dan biasanya efektif dalam waktu 30 menit setelah penggunaan
1. Putar dan tarik segel dari aplikator sediaan.
2. Tekan tabung secara perlahan sehingga setetes Microlax membasahi ujung sediaan,
hal tersebut akan mempermudah masuknya enema ke dalam dubur.
3. Masukkan setengah dari aplikator ke dalam dubur.
4. Tekan bagian leher tabung untuk mengeluarkan semua isinya
5. Tetap tekan kuat tabung, tarik perlahan aplikatornya
Peringatan
1. Pencahar hanya digunakan bila benar-benar diperlukan, hanya untuk penggunaan
jangka pendek.
2. Pencahar hanya digunakan pada penderita wasir akut dan jangan digunakan pada
orang yang menderita peradangan pada usus besar.
3. Jangan gunakan produk bila telah lewat masa kadaluarsa sesuai dengan ynag
tercantum pada kemasan masing- masing sediaan.
4. Jangan gunakan sediaan bila kemasan rusak atau menunjukkan bahwa kemasan telah
terbuka.
Rekomendasi yang haruss diberikan mengenai penggunaan dari laksatif ini ;
1. Minum air dalam jumlah cukup
2. Meningkatkan konsumsi serat
3. Penggunaan laksatif jangka panjang tidak direkomendasikan dan dapat menyebabkan
ketergantungan
4. Jika gejala tetap ada, hubungi dokter
Penyimpanan
Microlax harus disimpan pada tempat dengan suhu di bawah 30°C.
Jangan menyimpan Microlax ataupun obat-obatan lainnya pada kamar mandi atau pada tempat
yang basah.
Jauhkan Microlax dari jangkauan anak-anak.
Pembuangan
Tabung Microlax yang telah kosong dibungkus dengan kertas dan selanjutnya dapat dengan
aman dibuang. Sediaan yang belum digunakan tetapi sudah lewat masa kadaluarsanya
sebaiknya dikembalikan ke farmasis.

Materi KIE
1. Sarankan penggunaan Microlax enema untuk mengatasi konstipasi
2. Jelaskan tata cara menggunakan Microlax enema
Microlax mudah digunakan dan biasanya efektif dalam waktu 30 menit setelah penggunaan
1. Putar dan tarik segel dari aplikator sediaan.
2. Tekan tabung secara perlahan sehingga setetes Microlax membasahi ujung sediaan,
hal tersebut akan mempermudah masuknya enema ke dalam dubur.
3. Masukkan setengah dari aplikator ke dalam dubur.
4. Tekan bagian leher tabung untuk mengeluarkan semua isinya
5. Tetap tekan kuat tabung, tarik perlahan aplikatornya
3. Microlax enema bisa diberikan pada anak langsung setelah pembelian (segera).
4. Kalau setelah minum obat ini selama 2 minggu besok anak saya belum bisa BAB seperti
kebiasaannya dulu maka harus membawa anak saya ke dokter.
5. Anjuran yang diberikan untuk konstipasi adalah harus memberi anak banyak makan sayur,
buah dan banyak minum air.

Simulasi Dialog
KONSELING dan EDUKASI PASIEN
Assessment
F : Selamat siang Bu…
Ny. T : Iya…siang…
F : Perkenalkan Ibu…saya apoteker di sini….
Ada yang bisa saya bantu?
Ny. T : Iya…saya mau membelikan obat untuk anak saya…sudah 5 hari ini dia tidak bisa
BAB…
Saya ingin obat yang bisa segera membuat anak saya BABnya lancar?
Obat apa yang sebaiknya saya berikan untuk anak saya?
F : Mohon maaf Ibu…saya boleh meminta waktunya sebentar…
Ini terkait terapi yang akan digunakan untuk anak Ibu…
Ny. T : Iya..silahkan…
F : Sebelumnya apakah anak Ibu pernah mengalami sembelit tidak?
Ny. T : Nggak pernah…baru kali ini saja…
F : Kebiasaan anak Ibu BAB sebelumnya gimana??
Ny. T : Biasanya sih…anak saya BAB sehari sekali, kadang-kadang dua hari sekali..
Tapi sekarang sudah hampir 5 hari tidak bisa BAB
F : Berarti ini baru pertama kalinya anak Ibu mengalami sembelit ya?
Ny. T : Iya….
F : Bagaimana keadaan anak Ibu sekarang?
Ny. T : Anak saya sih masih beraktivitas seperti biasa..masih bisa main…tapi kalau dipegang
perutnya terasa keras dan biasanya nangis kalau mau ke belakang…
F : Kalau masalah makanannya gimana Ibu?
Ny. T : Anak saya sih kurang suka makan sayur ya…untuk mengatasinya…di buburnya saya
campur dengan bayam…tapi tetep saja tidak membantu...
F : Owh begitu ya Bu…
Anak Ibu masih minum ASI atau susu formula??
Ny. T : Anak saya sudah tidak minum ASI..tapi anak saya minum susu formula “Morinaga
Child Kids” 4 botol sehari 250 ml
F : Selama minum susu formula tersebut apakah pernah mengalami sembelit seperti ini??
Ny. T : Saya rasa sih ga pernah…
F : emm.. apakah anak Ibu sedang sakit??
Ny. T : Nggak ada….
F : Atau sedang mengkonsumsi obat tertentu?
Ny. T : Anak saya sedang tidak mengkonsumsi obat apapun sekarang.
F : Baiklah Ibu…silahkan tunggu sebentar ya Ibu…
Saya siapkan obatnya segera…
Ny.T :Ok…(sambil menuju ke tempat duduk)
Konseling
F : Nyonya Terry…
Ny. T : Iya…. (datang menuju ke tempat farmasis)
F : Begini Bu…ada beberapa pilihan obatnya…Nah untuk anak Ibu ini…obat yang saya
berikan adalah Microlax Enema…fungsinya untuk membantu melunakan kotoran BAB
anak Ibu dan efeknya juga cepat…sehingga kotorannya cepat dan mudah untuk
dikeluarkan…bagaimana Ibu?
Ny. T : Owh begitu ya mbak…ya sudah saya mau obat ini ya mbak…
F : Baik Ibu…sekarang saya akan jelaskan cara penggunaan ya Bu…
Obat ini digunakan melalui dubur…sehari satu kali ya Bu..untuk anak Ibu bisa langsung
diberikan setelah Ibu pulang nanti…
Cara penggunaan obat ini:
1. Caranya putar dan tarik segel dari tutup sediaan
2. Tekan tabung secara perlahan sehingga setetes mikrolax membasahi ujung
sediaan
3. Kemudian masukkan setengah ujung tabung ke dalam dubur
4. Tekan bagian leher tabung untuk mengeluarkan isi tabung
5. Tetap tekan kuat tabung hingga isi tabung habis dan tarik perlahan ujung
tabungnya
Nah untuk efeknya akan terasa setelah 5-20 menit setelah penggunaan ya Bu..
Ny. T : Iya….
F : Owh..iya..Bu obat ini akan menyebabkan anak Ibu sering kentut…jadi Ibu tidak perlu
khawatir

Lalu jika anak Ibu sudah bisa BAB dengan lancar…sebaiknya obat ini dihentikan. Tetapi
kalau misalnya…sesudah menggunakan obat ini…anak Ibu masih susah BAB selama 2
minggu dimana BABnya masih kurang dari kebiasaan anak Ibu BAB biasanya…
sebaiknya Ibu menghubungi dokter ya…

Untuk mencegah agar anak Ibu tidak mengalami hal ini lagi…sebaiknya anak Ibu minum
air putih yang banyak, lebih banyak makan buah, sayuran ataupun sereal

Kemudian obat ini sebaiknya disimpan di lemari es yang bersuhu di bawah 30⁰C.
Jangan menyimpan obat ini di tempat yang basah.
Ny. T : Iya..mbak
F : Bagaimana Ibu….apakah Ibu sudah mengerti?
Kalau sudah…coba Ibu jelaskan kembali kepada saya tentang apa yang saya jelaskan
tadi?
Ny. T :Emm…obat ini digunakan melalui dubur..sehari cukup sekali…caranya:
1. Tabung ditekan secara perlahan sehingga setetes mikrolax membasahi ujung sediaan
2. Kemudian masukkan setengah ujung tabung ke dalam dubur
3. Tekan bagian leher tabung untuk mengeluarkan isi tabung
4. Tetap tekan kuat tabung hingga isi tabung habis dan tarik perlahan ujung tabungnya
Kemudian harus memberi anak saya banyak makan sayur, buah dan banyak minum air
Kalau setelah minum obat ini selama 2 minggu besok anak saya belum bisa BAB seperti
kebiasaannya dulu maka saya harus membawa anak saya ke dokter…begitu kan
mbak??
F : Iya Bu…tampaknya Ibu sudah paham dengan apa yang saya jelaskan…(sambil
tersenyum kepada Ny. Terry)
Nah kalau Ibu masih ada kesulitan terkait obat ini….ibu dapat menghubungi saya
kembali ya…
Ny.T : Iya mbak…untuk obat ini berapa harganya mbak?
F : Rp. 16.000,- Bu…
Ny. T : Baiklah…ini uangnya ya Mbak…terima kasih…
F : Sama-sama Bu…semoga anak Ibu cepat sembuh ya…

Anda mungkin juga menyukai