SWAMEDIKASI KONSTIPASI
Disusun Oleh:
1. DINDA LALANG PURNAMA (A202020009)
2. NINI INDRIYANI (A2020010)
3. GINA HARMA YUNITA (A2020011)
PRODI S1 FARMASI
STIKES KUSUMA BANGSA MATARAM
2024
KATA PEGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Terimakasih untuk semua anggota
kelompok atas kerjasama yang baik selama menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Mataram, 12 Februari 2024
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I
I. Landasan Teori.............................................................................................1
II. Terapi Farmakologi .....................................................................................2
BAB II
III. Dialog........................................................................................................
IV. Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
ii
BAB 1
I. LANDASAN TEORI
Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses
yang padat dengan frekuensi buang air besar lebih atau sama dengan 3 hari
sekali. Konstipasi memiliki persepsi gejala yang berbeda-beda pada setiap
anak tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air besar dan
kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya buang air besar
setiap 2-3 hari dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan bukan disebut
konstipasi. Namun, buang air besar setiap 3 hari dengan tinja yang keras
dan sulit keluar, sebaiknya dianggap konstipasi.
Menurut North American Society of Gastroenterology and Nutrition,
Sembelit didefinisikan sebagai buang air besar yang jarang atau kesulitan
dalam buang air besar. Hal ini terkait dengan berbagai gejala termasuk
tinja yang keras, mengejan, sensasi penyumbatan anorektal, evakuasi tidak
tuntas, rasa tidak nyaman pada perut, dan kembung.
Halaman 1
dan PFD sebesar 37% .(16) STC ditandai dengan gerakan usus yang
jarang, mengejan untuk buang air besar, rasa tidak nyaman pada abdomen,
buang air besar yang tidak teratur dan biasanya lebih sering terjadi pada
pasien wanita muda dan anak-anak.(17) Gejala yang akan timbul dapat
berupa feses yang dapat teraba di kolon sigmoid dan distensi ringan pada
abdomen.Disfungsi dasar panggul ditandai dengan disfungsi dasar panggul
atau sfingter anal. Pasien sering melaporkan terjadi strain berkepanjangan
atau berlebihan, perasaan defekasi tidak tuntas, atau penggunaan perineum
atau tekanan vagina saat buang air besar untuk memungkinkan proses
defekasi, atau mereka dapat melaporkan buang air besar dengan bantuan
evakuasi jari tangan.
● Kembung
● Mual
Halaman 2
● Muntah
● Kram perut
● Dehidrasi
● Hipokalemia
Halaman 3
1–2 jadwal konsumsi.
● Sakit perut
● Mual
● Dehidrasi
Halaman 4
berat dan impaksi feses.
Mekanisme kerja Bisacodyl bekerja dengan cara meningkatkan
pergerakan usus, sehingga feses dapat
terdorong dan lebih mudah dikeluarkan oleh
tubuh.
Dosis Dosis: Per oral: Dewasa 5-10 mg pada malam
hari , Anak > 4 tahun : 5 mg pada waktu
malam. Rektal: Dewasa 10 mg
supositoria/enema di pagi hari, Anak < 10
tahun: 5 mg di pagi hari.
Efek samping ● Nyeri atau kram perut
● Mual
● Diare
● Lemah
● Pusing
Halaman 5
sehingga feses yang tadinya keras menjadi
lebih lembut dan lebih mudah dikeluarkan.
Dosis
Efek Samping
● Kram perut
● Sakit Perut
● Diare
BAB II
III. PEMBAHASAN
Pada percobaan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang pertama
ini kami membahas tentang swamedikasi nyeri . Pada percobaan ini saya
menjadi seorang apoteker. Tema yang kami ambil yaitu swamedikasi
konstipasi. Dimana, Seorang ibu berusia 25 tqhun datang ke apotek untuk
membeli ibat sembelit. Setelah menggali beberapa pertanyaan dari ibu
tersebut , diperoleh bahwa yang sakit adalah anaknya yang berusia 3
tahun, dengan keluhan perut anak terasa keras dan rewel.
Dilihat dari keluhan yang dirasakan , maka kami menyarankan
memberikan sediaan suppositoria gel (Microlax) untuk mempercepat kerja
obat tanpa melewati saluran cerna.. Untuk umur 3 tahun diberikan
microlax dengan dosis 0,5 tube (25 ml).
Adapun hal penting yang perlu disampaikan adalah terkait cara pemakaian
dari microlax , yakni dengan cara mecuci tangan sebelum dan sesudah
menggunakan suppositoria gel, buka kemasan dan tutup tube. Selanjutnya
pencet bawah tube untuk melumasi ujung pipa, merebahkan anak,
kemudian memiringkannya ke kanan/kiri, kemudian kaki yang terletak
diatas dilipat, selanjutnya masukkan ujung pipa tube, pencet suppositoria
gel sampai setengah dari dosis sediaan, cabut pipa tanpa melepaskan
tekanan.Terakhir, tutup tube dan simpan dalam lemari pendingin.
Kemudian tidak lupa saya memberi informasi terkait terapi non
farmakologi yang dapat dilakukan sang ibu untuk membantu mempercepat
Halaman 6
kesembuhan sembelit anaknya, yakni dengan memberikan sayur dan buah
yang mengandung banyak serat serta minum yang cukup.
Dari konseling yang saya sampaikan, ada poin-poin yang belum saya
sampaikan atau saya tanyakan ke pasien, diantaranya manfaat dari
konseling itu sendiri, hanya menyampaikan sebagian terapi non
farmakologi yang ada, tidak menyampaikan pengulangan dari penggunaan
obat, dan tidak menjelaskan penanganan jika muncul efek samping. Hal-
hal tersebut penting untuk disampaikan untuk meinimalkan
ketidakpahaman pasien dalam penggunaan obat dan agar pasien menjadi
lebih patuh dalam penggunaan obat, serta agar pasien mengetahui betapa
pentingnya konseling informasi obat yang diberikan oleh apoteker.
IV. DIALOG
Halaman 7
Pasien : “Baik bu”
Apoteker : "Disini saya berikan obat microlax Kegunaanya untuk mengatasi
sembelit".
Pasien : "Ini cara pakainya gimana ya mba?"
Apoteker : "Cara pakainya cuci tangan terlebih dahulu, lalu dibuka tutup tube, lalu
tekan tube hingga obat keluar dalam jumlah sedikit, oleskan obat yang keluar pada
pipa aplikator, posisikan anak ibu dalam keadaan berbaring atau dalam posisi
nyaman dan angkat kaki sedikit, kemudian masukkan pipa aplikator dalam anus,
tekan tube hingga obat yang keluar setengah tube (sesuai dosisnya), lalu cabut
aplikator dengan tetap menekan tube. Digunakan 1x Sehari ya bu Obatnya
disimpan dikulkas dan dalam wadah tertutup rapat. Apakah penjelasan saya dapat
dipahami, Bu?"
Pasien : "Iya mba sudah jelas"
Apoteker : "Mohon maaf bu, apakah ibu bisa mengulangi cara penggunaanya?".
Pasien : "Tutupnya dibuka lalu ditekan sampai keluar sedikit. Dioles pada
aplikator lalu aplikatornya dimasukkan dalam anus Tube ditekan sampai setengah
lalu dicabut aplikatornya dengan tetap menekan tabung"
Apoteker : "Iya sudah betul Bu Ini ibu obatnya, semoga saat buang air besar anak
ibu jadi lancar. Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?"
Pasien : "Tidak, terima kasih mba"
Apoteker :"sama-sama"
Konstipasi Pada Pasien Dewasa
Apoteker : "Selamat Siang Ibu. Ada yang bisa saya bantu?"
Pasien : "Selamat Siang mba. Gini mba saya mau beli obat buat sembelit ibu saya
.”
Apoteker : "Baiklah, mohon maaf dengan Ibu siapa?”
Pasien : "Saya Gina".
Apoteker : "Ibu Gina, perkenalkan saya Dinda apoteker yang bertugas di apotek
ini, Bu. Bisakah saya meminta waktunya sebentar untuk menanyakan beberapa
informasi dari Ibu?".
Pasien : "Iya silahkan".
Apoteker : "Keluhan yang dirasakan seperti apa, Bu?
Pasien : "Ibu saya sudah 3 hari tidak BAB , perutnya kalau dipegang keras
Apoteker : "Sudah diperiksa ke dokter?".
Halaman 8
Pasien : "Belum mba"
Apoteker : "Apa ada riwayat alergi obat, Bu?"
Pasien : "Tidak mba"
Apoteker : "Baik ibu tunggu sebentar saya ambilkan obatnya”
Pasien : “Baik bu”
Apoteker : "Disini saya berikan obat microlax Kegunaanya untuk mengatasi
sembelit".
Pasien : "Ini cara pakainya gimana ya mba?"
Apoteker : "Cara pakainya cuci tangan terlebih dahulu, lalu dibuka tutup tube,
lalu tekan tube hingga obat keluar dalam jumlah sedikit, oleskan obat yang keluar
pada pipa aplikator, posisikan orang tuanya ibu dalam keadaan berbaring atau
dalam posisi nyaman dan angkat kaki sedikit, kemudian masukkan pipa aplikator
dalam anus, tekan tube hingga obat yang keluar seluruhnya didalam tube, lalu
cabut aplikator dengan tetap menekan tube. Digunakan 1x Sehari ya bu Obatnya,
buang kemasan pada tempat sampah. Apakah penjelasan saya dapat dipahami,
Bu?"
Pasien : "Iya mba sudah jelas"
Apoteker : "Mohon maaf bu, apakah ibu bisa mengulangi cara penggunaanya?".
Pasien : "Tutupnya dibuka lalu ditekan sampai keluar sedikit. Dioles pada
aplikator lalu aplikatornya dimasukkan dalam anus Tube ditekan sampai seluruh
isi yang didalam tube keluar lalu dicabut aplikatornya dengan tetap menekan
tabung"
Apoteker : "Iya sudah betul Bu Ini ibu obatnya, semoga saat buang air besar
orang tuanya jadi lancar. Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?"
Pasien : "Tidak, terima kasih mba"
Apoteker :"sama-sama"
V. KESIMPULAN
Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang
padat dengan frekuensi buang air besar lebih atau sama dengan 3 hari sekali.
Faktor – faktor seperti mengonsumsi makanan yang tidak sesuai dan
kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kontipasi
Halaman 9
muncul akibat dua jenis gangguan motilitas usus. Gangguan pertama adalah
koloninersia dan gangguan kedua adalah disfungsi otot sistem pencernaan.
Pengobatan untuk swamedikasi terbagi menjadi terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan antara lain vegeta, dulcolax, prolaxan, microlax dll. Sedangkan untuk
terapi nonfarmakologi antara lain mengkonsumsi makanan berserat, olahraga
dan perbanyak mengkonsumsi air putih.
Intan Klaudina, dkk, 2019, Hubungan asupan serat makanan dan cairan
dengan kejadian konstipasi fungsional pada remaja di SMA kesatrian
Semarang, jurnal kesehatan masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang
Halaman 10