Anda di halaman 1dari 24

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENYAKIT TIDAK MENULAR


“KONSTIPASI”

D3 III C

KELOMPOK 2
1. ELLY WARDANY (1700086)
2. NURBAITI (1700094)
3. SULESTI HANDAYANI (1700101)
4. ZYZY PERMATA DIAN (1700106)

Dosen Pembimbimbing: RATNA SARI DEWI ,M.Farm., Apt


KONSTIPASI
DEFENISI GEJALA DAN DIAGNOSIS
TANDA

KLASIFIKASI TATA LAKSANA


PATOFISIOLOGIS TERAPI

EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
KONSTIPASI

Konstipasi (sembelit) adalah suatu keadaan dimana


berkurangnya frekuensi buang air besar atau kesulit
an buang air besar, disertai sensasi tidak puas setel
ah buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra
mengejan karena feses yang keras.
KLASIFIKASI KONSTIPASI
Konstipasi Akut

 Dimulai secara tiba tiba dan tampak dengan jelas

Konstipasi Kronis (Menahun)

 Kapan mulainya tidak jelas dan menetap selama beberapa


bulan
Sekitar 12% dari populasi penduduk di
EPIDEMIOLOGI seluruh dunia mengalami konstipasi.

Menurut National Health Interview Survey


pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta pendudu Prevalensi konstipasi pada lansia di Indonesia
k amerika mengeluh menderita konstipasi adalah sebesar 3,8% untuk lansia usia 60–69
terutama anak-anak, perempuan, dan oran tahun dan 6,3% pada lansia diatas usia 70 tah
g berusia 65 tahun ke atas. un (Kemenkes RI, 2013).
Penelitian Loening-Baucke (2007) didapatkan
prevalensi konstipasi pada anak usia 4-17 ta
hun adalah 22,6%, dan prevalensi konstipasi
pada anak usia di bawah 4 tahun hanya sebe
sar 16%.

Trottier tahun 2012 menyebutkan bahwa


angka kejadian sembelit pada ibu hamil
berkisar antara 11% sampai 38%, yang di
akibatkan karena penurunan dari peristal
tik usus akibat dari peningkatan hormon
progesteron.
ETIOLOGI

3. Obat – Obatan
(gol. Opiat, NSAID dll)
1. Pola hidup
(diet rendah serat, kurang minum) 2. Kelainan struktural kolon
(Tumor, hemoroid)

4. Penyakit neurologik 5. Penyakit sistemik


(lesi medulla spinalis, (hipotiroidisme, diabetes
neuropati otonom) mellitus)
6. Kehamilan
ETIOLOGI Menurut Dipiro et al, 2008
LANJUTAN
LANJUTAN
PATOFISIOLOGI
Adanya kelainan pada transit feses dalam kolon atau pada fungsi anore
ktal sebagai akibat dari peristaltik kolon tidak efektif

Menyebabkan proses pengeringan feses yang berlebihan dan kegagalan


untuk memulai reflek penggosongan dari rektum -> retensi tinja

Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas refleks


defekasi dan efektivitas peristaltik.

Akibatnya, cairan dari kolon proksimal dapat merembes disekitar tinja


yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa

Tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras


GEJALA DAN TANDA
1. Kesulitan buang air besar dengan frekuensi yang lebih jarang dari
biasanya (kurang dari tiga kali dalam seminggu)
2. Konsistensi fesesnya keras
3. Sakit saat mengeluarkan feses
4. Rasa tidak nyaman dan kembung pada perut
5. Konstipasi menunjukan gejala yang parah apabila ditandai dengan
gejala berlangsung lebih dari 3 minggu, terdapat darah dalam tinja
penurunan berat badan, demam, anoreksia, mual, dan muntah atau
setiap kali terjadi perubahan kebiasaan buang air besar yang biasa
terjadi secara signifikan (Burns et al., 2008).
DIAGNOSIS
1. Anamnesa
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
2. Pemeriksaan Fisik
 Distensi abdomen, penambahan Berat Badan yang kurang,
tonus anal, pemeriksaan rektal.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Anorectal manometri, barium enema, Kolonoskopi
Tata Laksana Terapi
1. Terapi Non Farmakologi

Lakukan olahraga
ringan secara teratur
Banyak Mengkonsumsi makanan
yang kaya serat
Minum sekurang-kurangnya
2 liter air sehari (kurang lebih 6-8 gelas)

Jangan menahan rasa ingin buang air besar


karena akan memperbesar resiko konstipasi.
2. Terapi Farmakologi Konstipasi
• Laksatif Stimulan (Stimulant Laksative)
-> merangsang mukosa, saraf intramural/ otot polos usus sehingga meningk
atkan peristaltik dan sekresi lendir usus, con: bisacodyl, phenolphthalein
-> Obat golongan ini bekerja memiliki onset kerja yang cepat dan hanya dig
unakan bila pengobatan yang lain gagal. Obat ini bekerja pada ujung
saraf dinding usus, memicu kontraksi otot, dan menyebabkan peristaltik
usus.
• Pembentuk Massa Feses (bulk laksative)
-> mengikat air dan ion dalam lumen kolon sehingga volume tinja akan
bertambah dan konsitensinya juga lunak. Con: agar-agar, metil selulosa.
-> Obat golongan ini kerjanya relatif lambat (1-3 hari), tetapi hanya sedikit
yang berpengaruh terhadap aktivitas usus normal dibandingkan dengan
laksatif lainnya.
Terapi Farmakologi Konstipasi

• Laksatif Osmotik (Osmotic Laxatives)


-> menarik air ke dalam lumen usus dan tinja menjadi lebih lembek
setelah 3- 6 jam. Con: magnesium sulfat, natrium sulfat, laktulosa.
-> Digunakan pada konstipasi akut.
-> Cukup aman untuk digunakan pada penderita gagal ginjal.
• Pencahar Emolien
-> melunakkan tinja tanpa merangsang peristaltik usus, dengan men
urunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah pe
nyerapan air con: paraffin cair, minyak zaitun.
Terapi Farmakologi Konstipasi
OBAT DOSIS
Senyawa yang dapat melunakkan feses dalam 1-3 hari :
Bulk-forming agents :
Metilselulosa 4-6 g/hari
Polikarbofil 4-6 g/hari
Psillium Bervariasi sesuai produk
Emolien
Natrium dokusat 50-360 mg/hari
Kalsium dokusat 50-360 mg/hari
Kalium dokusat 100-300 mg/hari
Laktulosa 15-30 ml oral
Sorbitol 30-50 g/hari oral
Minyak mineral 15-30 ml oral
Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak atau semifluid dalam 6-12 jam :
Bisakodil (oral) 5-15 mg oral
Fenolftalein 30-270 mh oral
Cascara sagrada Dosis bervariasi sesuai formula
Senna Dosis bervariasi sesuai formula
Magnesium sulfat (dosis rendah) < 10 g oral
Senyawa yang mempermudah pengosongan usus dalam 1-6 jam :
Magnesium sitrat 18 g 300 ml air
Magnesium hidroksida 2,4 - 4,8 g oral
Magnesium sulfat (dosis tinggi) 10-30 g oral
Natrium fosfat Bervariasi sesuai penggunaan garam
Bisakodil 10 mg rektal
Polietilen glikol-sediaan elektrolit 4L
(Dipiro et al., 2008).
Contoh Obat Konstipasi
DAMPAK KONSTIPASI
Konstipasi yang berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi berikut ini:

1. Hemoroid
2. Prolapse rektum
3. Fisura ani (luka/ lecet pada anus)
4. Fecal impection: feses terlalu keras sehingga harus dikeluarkan
oleh dokter
Kapan harus
menghubungi dokter ?

Jika mengalami gejala- gejala berikut harus menghubungi dokter:

1. Sembelit terjadi lebih dari 2 minggu


2. Gejala tidak membaik setelah penggobatan dirumah/ menggu
nakan obat swamedikasi
3. BAB berdarah
4. Mengalami penurunan berat badan
KEADAAN FESES
N KEADAAN NORMAL ABNORMAL PENYEBAB
O

1 Warna Bayi: kuning Putih, hitam/ mer (Kurangnya kadar empedu, Pend
ah arahan saluran cerna.)
Dewasa: coklat Pucat berlemak (mal absorbsi lemak)
2 Bau Khas feses dan di Amis dan perubah Darah dan infeksi
pengaruhi an bau
oleh makan
3 Konsistensi Lunak dan berbe cair Diare dan absorbsi kurang
ntuk

4 Bentuk Sesuai diameter Kecil, bentuknya Obstruksi dan peristaltik yang


rekrum seperti pensil cepat

5 Konstituen Makanan yang ti Darah, pu, benda Internal bleeding, infeksi,


dak dicerna, bakt asing, mukus atau tertelan benda, iritasi atau
eri yang mati dll. cacing. inflamasi.
PENCEGAHAN KONSTIPASI
1. Hindari jajan disembarangan tempat
2. Hindari makanan yang mengandung lemak dan gulanya tinggi
3. Minum air putih minimal 2 liter sehari (kurang lebih 6-8 gelas)
4. Olahraga, seperti jogging minimal 10- 15 menit untuk olahraga
ringan dan minimal 2 jam
untuk olahraga berat
5. Biasakan buang air besar teratur, jangan suka ditahan
6. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya

Anda mungkin juga menyukai