Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FARMAKOTERAPI II

STUDI KASUS

“KONSTIPASI DAN DIARE”

OLEH:

NAMA : ELFI ANDRIYANI

NIM : O1A118079

KELAS: B

DOSEN: apt. SUNANDAR IHSAN,S.Farm.,M.Sc

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KONSTIPASI
Kasus:
Seorang laki laki umur 45 tahun ke apotek ingin membeli obat untuk konstipasinya. Saat ini
dia telah menggunakan obat hidrokodon/asetaminophen (vicodin) 10 mg/325 gm tiap 4 – 6
jam jika nyeri. Klonidin 0.2 mg 3x/hari, HCT 25 mg/hari untu hipertensi, simvastatin 20 mg
tiap pagi, omeprazole 20 mg/hari untuk GERD, bupropion-SR 150 mg 2x/hari untuk terapi
berhenti merokoknya.
Pertanyaan:
1) Apa yang menjadi faktor penyebab pada konstipasi pasien?
2) Apa terapi farmakologi dan non farmakologi pasien?

Penyelesaian kasus:
A. Identifikasi permasalahan pasien
1. Identitas data pasien
Nama :-
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Riwayat pasien
Riwayat sosial : Merokok
Riwayat Kesehatan : Hipertensi, Asam Urat, GERD, dan Konstipasi
Riwayat Terapi : Hidrokodon/asetaminophen (vicodin) 10 mg/325 gm tiap 4 –
6 jam jika nyeri. Klonidin 0.2 mg 3x/hari, HCT 25 mg/hari untu
hipertensi, simvastatin 20 mg tiap pagi, omeprazole 20 mg/hari
untuk GERD, bupropion-SR 150 mg 2x/hari untuk terapi
berhenti merokoknya.
3. Permasalahan Pasien
Pasien datang ke apotek untuk mengobati konstipasinya
4. Faktor penyebab konstipasi
Konstipasi yang dialami pasien disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yaitu karena
efek samping dari penggunaan vicoden yang mengandung hidrokonon/asetaminophen
yang merupakan obat analgesik , Klonidin, HCT, Simvastin, omeprazole dan
Bupropion. Selain itu penyebab konstipasi pasien yaitu karena penyakit GERDnya.
5. Klasifikasi penyakit
Berdasarkan faktor penyebabnya konstipasi pasien digolongkan sebagai Secondary
Causes.

B. Tatalaksana terapi
1. Tujuan Terapi
Untuk meredakan gejala, dan mengembalikan fungsi usus yang normal serta
memperbaiki kualitas hidup dengan meminimalkan efek samping obat.
2. Strategi terapi
Berdasarkan konstipasi pasien strategi yang dipilih yaitu dengan terapi farmakologi
menggunakan obat docusat karena minyak kastor ini bekerja dengan menyebabkan air
terserap pada feses sehingga feses menjadi lunak dan mudah dikeluarkan dengan
durasi pendek yaitu 1-3 hari. Terapi non farmakologi dan penurunan setengah dari
dosis penggunaan hidrokodon/asetaminophen yang merupakan obat analgesik,
kionidin, HCT, Simvastatin, omeprazole dan Bupropion.
3. Terapi
-Farmakologi
Adapun terapi farmakologi berupa penggunaan obat docusat
-Non Farmakologi
 Hindari makanan pedas dan berlemak
 Intervensi diet (banyak minum, konsumsi karbohidrat dan serat)

C. Komunikasi, informasi dan edukasi/kie


1. Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan konstipasi tidak membutuhkan waktu
yang cepat
2. Menjelaskan kepada pasien penggunaan obat docusat 2-3 kali sehari
3. Menjelaskan kepada pasien untuk menurunkan setengah dari dosis penggunaan obat
hidrokodon/asetaminophen yang merupakan obat analgesik, kionidin, HCT,
Simvastin, omeprazole, dan Bupropion
4. Menjelaskan kepada pasien bahwa efek samping dari obat docusat dapat berupa mual,
muntah, dan diare.
5. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyebab konstipasinya yaitu karena obat yang ia
pakai
6. Menjelaskan kepada pasien untuk rajin memakan makanan yang kaya serat seperti
sayuran dan buah-buahan.

D. Monitoring dan follow up


1. Memonitoring efek samping dari penggunaan obat-obatan yang dipakai pasien setelah
diturunkan dosisnya apakah ada penurunan terjadi konstipasi.
2. Memonitoring apakah setelah mengonsumsi agen pembentuk masal dapat
menurunkan konstipasi
3. Memonitoring pola hidup pasien seperti diet dan makan makanan sehat
4. Memonitoring perubahan konstipasi setelah penggunaan minyak kastor
5. Memonitoring esek samping docusat seperti mual, muntah, dan diare.
DIARE
Kasus:
Seorang anak umur 3 tahun oleh ibunya ditipkan ditempat penitipan anak 4 hari setiap
minggu
mengeluh sakit perut dan tidak mau makan apapun. Kata ibunya setiap BAB bentuknya cair
dan
kondisi tubuhnya panas sedang. Hari berikutnya ada darah di tinja dan sedikit nanah
Pertanyaan:
1) Apa penyebab diare pada anak tersebut? Bagaimana cara menentukan jenis
diarenya/diagnosisnya?
2) Bagaimana tata laksana terapinya?

Penyelesaian kasus:
A. Identifikasi permasalahan pasien
1. Identitas pasien
Nama : -
Umur : 3 tahun
Jenis kelamin : -
2. Riwayat pasien: -
3. Permasalahan pasien
Mengeluh sakit perut dan tidak mau makan apapun. Setiap BAB bentuknya cair dan
kondisi tubuhnya panas sedang. Hari berikutnya ada adarah ditinja dan sedikit nanah.
4. Faktor penyebab diare
Faktor penyebab terjadinya diare pada anak tersebut yaitu salah satunya lingkungan .
pasien yang berada dilingkungan penitipan anak tidak diketahui bagaimana
kebersihan lingkungannya.
5. Diagnosa pasien
-Tanda dan gejala
 Hasil BAB pasien bertekstur cair
 Pasien mengalami demam
 Ada darah pada tinja pasien dan sedikit nanah
-Klasifikasi diare pasien
 Berdasarkan gejala yang dialami pasien, pasien diklasifikasikan menjadi diare
akut. Pasien juga mengalami darah pada tinja sehingga di golongkan juga
menjadi diare disentri.

B. Tatalaksana terapi
1. Tujuan Terapi
Untuk meredakan gejala, menjaga hidrasi , mengobati penyebab yang mendasarinya,
dan mempertahankan nutrisi. Perawatan utama diare yaitu penggantian cairan dan
elektrolit, modifikasi diet, dan terapi obat.
2. Strategi terapi
Pada prinsipnya ada 5 pilar tata laksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,
elektrolit, modifikasi diet, dan terapi obat.
3. Terapi
-Farmakologi
 Rehidrasi
Pemberian oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit. Umur >1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali
BAB.
 Pemberian antibiotik
Pilihan pertama pada terapi disentris adalah kotrimoksazol
(trimetropin+sulfametoksazol) dengan dosis 40 mg trimetoprin + 200 mg
sulfametakzol dengan pemberian sirup/per 5 mL. Digunakan sediaan sirup
karena pasien masih berumur 3 tahun.
-Non farmakologi
 Dukungan nutrisi
Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat,
tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan , beri makanan
kaya kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau, beri makan lebih
sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam), setelah diare
berhenti , beri makanan yang sama dan makan tambahan selama 2 minggu
 Edukasi kepada orang tua
C. Komunikasi, informasi dan edukasi/kie
1. Memberi tahu ibu dari pasien untuk minum sedikit demi sedikit dengan menggunakan
cangkir jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih lambat,
ibu harus terus menerus memberikan cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
2. Memberi tahu ibu dari pasien bahwa tablet zinc dapat digunakan dengan dikunyah
atau dilarutkan.
3. Memberikan tablet zinc pada anak selama 10 hari penuh
4. Cara memberikan oralit pada anak yaitu dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
sediakan 1 gelas air minum masukan 1 bungkus oralit kedalam air, dan aduk cairan
oralt sampai larut.
D. Monitoring dan follow up
1. Melihat perkembangan konsistensi tinja setelah pemberian terapi farmakologi
2. Monitoring pemberian gizi pada pasien
3. Dilihat efek samping obat yang terjadi apabila terdapat gejala seperti mual, muntah,
nefrotoksisitas, gangguan gastrointestinal, peril dilambung maka segera hubungi
dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro,J.T., Robert,L.T., Gary,R.M., Barbara,G.W., dan L. Micahel P.,2011. Pharmacoterapy


8th Edition, The McGraw-Hill Companies: USE.

Anda mungkin juga menyukai