1. Arin seorang perempuan berusia 18 tahun berasal dari kota Yogya dan baru sebulan ini
menyukai makanan pedas. Pagi ini ia mengalami BAB dengan frekuensi 8x dalam sehari
dengan konsistensi feses yang agak lunak dan berair. Ia memutuskan untuk memeriksakan
dirinya ke klinik terdekat karena merasa lemas. Selama diare Airin tetap mengkonsumsi
makanan dengan menu seperti biasa yang terdiri dari nasi, sayuran, dan lauk daging, namun
dengan porsi yang lebih sedikit
Data laboratorium
Diagnosis: diare
Pertanyaan
2. Bapak Karno adalah seorang perokok berat yang menyukai makanan berlemak dan gorengan.
Semalam ia mengeluh kepada istrinya kesulitan tidur, karena rasa nyeri yang sangat di bagian
perut sehingga tidak bisa tidur dengan posisi telentang. Ia memutuskan menggunakan
antasida karena merasa gejala yang muncul serupa dengan gejala mag yang ia alami sekitar 1
bulan yang lalu. Setelah beberapa jam kemudian, Pak Karno merasakan rasa panas yang cukup
menganggu di bagian dada hingga ke leher namun berangsur membaik. Pagi ini ia
memutuskan ke dokter karena gejala yang dialami semalam kembali muncul
BB: 89 kg
TB: 160 cm
Pertanyaan
a. Menurut anda gejala yang dialami Bapak Karno mengarah pada penyakit apa? Jelaskan
gejala apa saja yang mendukung anda untuk menyimpulkan Bapak Karno mengalami
penyakit tersebut!
b. Apakah ada kaitan antara penyakit yang muncul saat ini dengan riwayat penyakit tukak
lambung sebelumya?
c. Terapi farmakologis apa yang saudara sarankan? Tuliskan kegunaan masing-masing obat,
frekuensi dan durasi penggunaannya!
d. Jika bapak Karno kemudian mengalami tukak lambung saat pengobatan dengan terapi
farmakologis yang sedang anda berikan, apakah anda akan tetap menyarankan
penggunaan antasida? Jelaskan!
e. Pemeriksaan laboratorium apa yang dapat mendukung penegakan diagnosis dokter dalam
kasus Bapak Karno?
f. Berdasarkan kondisi Bapak Karno faktor resiko apa yang dapat memperparah kondisi
penyakitnya?
JAWABAN :
- Dilakukan pemeriksaan dengan CDS Score untuk mengetahui apakah terjadi dehidrasi
- Terdapat peningkatan suhu tubuh, jika demam belum membaik dalam 3 hari, dilakukan
cek darah, feses dan urin untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab diare
- Monitoring gejala
- Test darah
- STOOL Test atau test feses untuk mendiagnosis ada atau tidak adanya kondisi medis
- Fleksibilitas sigmoidoskopi / kolonoskopi untuk memeriksa rektum dan bagian bawah
(sigmoid) usus besar
- Perawatan
b. Terapi non farmakologi yang saya sarankan adalah :
- Pemberian oralit untuk menggantikan elektrolit yang hilang saat diare. Pada saat diare
penyerapan Natrium di usus menjadi sulit tanpa adanya glukosa. Dengan adanya
glukosa dalam kadar cukup akan membantu menghidrasi tubuh. Oralit 3 jam
pertama dan setiap setelah BAB.
- Pasien diberikan loperamide, sebagai pengobatan awal pada diare. Dikarenakan pasien
sudah mengalami BAB dengan frekuensi 8x maka pasien diberikan loperamide.
Loperamide diawali 4 mg, diberikan 2 mg tiap BAB. Max 16 mg/hari.
- Suhu tubuh pasien meningkat, maka diberikan Paracetamol untuk menurunkan panas.
Paracetamol 500mg (bila perlu) 3x sehari.
c. Terapi non farmakologi yang saya sarankan adalah :
- Cuci tangan dengan bersih (menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
- Minum air mineral minimal 8 gelas sehari
- Mengkonsumsi makanan rendah serat
- Berhenti makan makanan yang bersifat merangsang pergerakan usus (pedas,asam)
- Selama masa pemulihan hentikan makanan yang keras/sulit dicerna. Konsumsi makanan
bertekstur lembut
- Konsumsi makanan dan minuman yang bersih dan matang
d.
Sumber : Dipiro
2. a. Menurut saya gejala yang dialami Pak Karno mengarah pada penyakit GERD (Gastro
Esophageal Reflux Disease. Gejala yang mendukung bahwa Pak Karni menderita
penyakit GERD adalah :
1. Nyeri di bagian perut
2. Obesitas
3. Kesulitan tidur
4. Rasa panas di bagian dada hingga leher
5. Rasa nyeri yang sangat di bagian perut sehingga tidak bisa tidur dengan posisi
terlentang.
b. Ya, ada kaitannya. Kedua penyakit ini sama-sama dapat disebabkan oleh asam lambung
yang berlebih. Hanya saja, pada GERD asam lambung bisa naik hingga ke
kerongkongan dan menimbulkan berbagai gejala. Saat masih sakit maag atau
gastritis itu asam lambungnya masih berada di dalam lambung. Sedangkan pada
GERD asam lambung naik ke atas. Secara normal, tidak boleh ada asam lambung di
dalam kerongkongan.
c. Diberikan obat golongan PPI, untuk menurunkan jumlah asam di lambung yaitu
Omeprazole 20 mg / 2x sehari. Karena kondisi pasien obesitas, maka dosis yang
diberikan ialah 26,429 mg ~ 25 mg, 2 x sehari.
d. Tidak. Karena, sudah diberikan terapi farmakologis seperti di atas yaitu diberikan
omeprazole. Jika ingin diberikan antasida maka antasida saja 150mg / 2x sehari,
tidak diperlukan diminum dengan omeprazole juga. Tetapi saya lebih menyarankan
diberikan omeprazole sesuai terapi farmakologis pada jawaban ”c” saya. Karena
bersumber dari tabel berikut ini :
- Pemantauan pH (pH-Metri)
Pemantauan/monitoring pH adalah salah satu metode diagnostik GERD yang paling
baik dan cukup sederhana. Pemeriksaan ini merupakan salah satu pemeriksaan yang
disarankan dalam konsensus nasional di Indonesia, terutama pada pasien dengan memiliki
gejala ekstraesofageal sebelum terapi PPI atau pasien yang gagal terapi PPI. Pengukuran pH
dapat dilakukan dalam 24 jam atau 48 jam (bila tersedia) dengan atau tanpa terapi supresi
asam lambung. Konsensus Lyon tahun 2018 merekomendasikan untuk melakukan pH metri
tanpa terapi PPI terutama pada pasien-pasien yang belum pernah didiagnosis GERD
sebelumnya. Apabila pasien sudah pernah terbukti GERD atau memiliki komplikasi dari
GERD, pH-metri dilakukan dengan dosis PPI 2x lebih banyak. Pasien-pasien dengan GERD
akan menunjukkan perbaikan pH bila diberikan terapi PPI.
- Endoskopi dan Histopatologi
Endoskopi saluran gastrointestinal atas dan pemeriksaan histopatologi merupakan
pemeriksaan baku emas untuk GERD dengan komplikasi. Histopatologi juga dapat
menunjukkan metaplasia, displasia, atau malignansi. Pemeriksaan dengan endoskopi
merupakan prosedur yang invasif, sehingga pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan bila
tidak terdapat indikasi. Pemeriksaan ini sebaiknya hanya dilakukan pada pasien-pasien
yang memiliki gejala bahaya/alarm symptoms.
- Tes Barium
Pemeriksaan dengan barium saat ini sudah tidak rutin dilakukan karena tidak sensitif
untuk diagnosis GERD. Namun demikian, pemeriksaan ini lebih unggul bila dicurigai adanya
stenosis esofagus, hernia hiatus, striktur, dan disfagia. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan
untuk evaluasi disfagia pasca operasi antirefluks bersamaan dengan endoskopi.
- Pemeriksaan Lain
Banyak modalitas diagnostik lain yang dapat dilakukan, di antaranya manometri
esofagus dan tes bilitec. Pemeriksaan ini lebih ditujukan untuk evaluasi komplikasi GERD,
bukan untuk diagnosis GERD secara rutin. Jika terdapat kecurigaan infeksi Helicobacter
pylori, dapat dilakukan urea breath test atau biopsi menggunakan endoskopi.
f. Faktor resiko yang dapat memperparah kondisi penyakit yang diderita Pak Karno :
- Kelebihan berat badan (obesitas) pada Pak Karno
- Pola makan Pak Karno yang menyukai makanan berlemak dan gorengan
- Gaya hidup Pak Karno yang merupakan seorang perokok berat