Anda di halaman 1dari 4

F1.

UPAYA PENGOBATAN DASAR

“LAPORAN KASUS DISPEPSIA”

I. LATAR BELAKANG
Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu sindroma atau
kumpulan gejala/keluhan berupa nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas.
Dispepsia menjadi keluhan klinis yang paling sering dijumpai dalam praktik klinik
sehari-hari. Studi berbasiskan populasi tahun 2007, ditemukan adanya peningkatan
prevalensi dispepsia fungsional sebesar 1,9% pada tahun 1988 naik menjadi 3,3% pada
tahun 2003.
Penyebab sindrom atau keluhan ini beragam, berbagai penyakit termasuk juga
didalamnya penyakit yang sering mengenai lambung, atau yang lebih sering dikenal
sebagai penyakit maag kerap dikaitkan dengan sindrom atau keluhan ini. Dispepsia
fungsional memiliki tingkat prevalensi yang tinggi pada tahun 2010, yaitu 5% dari
seluruh kunjungan layanan kesehatan primer.
Banyak faktor yang memicu timbulnya keluhan sindroma dispepsia, diantaranya
sekresi asam lambung, kebiasaan makan, Infeksi bakteri Helicobacter pylori, tukak
peptikum dan psikologis. Konsumsi kebiasaan makanan beresiko seperti makanan pedas,
asam, bergaram tinggi dan minuman seperti kopi, alkohol merupakan faktor pemicu
timbulnya gejala dispepsia. Tingginya tingkat kekambuhan dikarenakan berbagai faktor
serta minimnya pemahaman pada masyarakat terhadap penyakit Dispepsia menyebabkan
banyaknya masyarakat dari segala kalangan umur menderita penyakit ini.

1
II. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pammera
Tgl Pemeriksaan: 14 Januari 2022

Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
Ananmesis Terpimpin : Dialami sejak 3 hari yang lalu, dirasakan tidak terus menerus,
nyeri dirasakan memberat jika terlambat makan, perut terasa kembung. Pasien juga
mengeluhkan kadang merasa mual. Muntah (-). Pasien mengeluhkan nafsu makan
menurun. Riwayat kebiasaan pasien sering makan tidak teratur. Riwayat minum obat (-)
Riwayat keluhan yang sama (+), jika terlambat makan.
BAB : Biasa, Lancar
BAK : Kuning, Lancar

Pemeriksaan Fisis
Keadaan Umum : Sakit ringan/Composmentis/Gizi cukup
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,7o C
Pernapasan : 20x/menit.

Pemeriksaan Fisik Abdomen :


Inpeksi = Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi = Peristaltik (+), kesan normal
2
Palpasi = Nyeri tekan epigastrium (+). Hepar/Lien tidak teraba, massa (-)
Perkusi = Tympani

III. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarakan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang dilakukan, maka pasien
didiagnosis dengan Dispesia kemudian intervensi yang diberikan yaitu secara farmakologis
dan non farmakologis berupa edukasi.
Farmakologis
Ranitidin 150mg/ 12 jam/ oral
Antasida syrup 5ml/ 8 jam/ oral

Non Farmakologis
 Edukasi pasien agar tidak menunda makan, mengatur pola makan dengan makan
secara teratur dan sebaiknya mengkonsumsi makanan berserat tinggi, bergizi, serta
per-banyak minum air putih.
 Kurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung gas yang dapat
menimbulkan gas di lambung (kubis, kol, kentang, nangka, melon) dan berlemak
tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung.
 Menghindari konsumsi obat –obat yang dapat mengiritasi lambung seperti obat anti
inflamasi, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin dan keto-profen.
Sebaiknya di ganti dengan Acetaminophen.
 Edukasi pasien untuk menghindari stress.

IV. PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan di Poli Umum Puskesmas Sabbangparu pada hari Jumat,
tanggal 14 Januarii 2022.

V. EVALUASI
3
Upaya pengobatan dasar yang telah dilakukan perlu monitoring dan evaluasi
terhadapa terapi yang telah diberikan, pasien diminta untuk kontrol jika keluhan tidak
membaik setelah minum obat. Apabila masih jauh dari harapan pengobatan akan
dipertimbangkan dilakukan rujukan ke spesialis untuk penanganan lebih lanjut.
.

Anda mungkin juga menyukai