Anda di halaman 1dari 32

SINDROM DISPEPSIA

Pembimbing : dr. Didin Endah Retno P , Sp.PD

Disusun oleh:
Brigita Destiara Tanja
FAB 118 053

Fakultas Kedokteran
Universitas Palangka Raya
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
2019
Definisi
• Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani :
dys (sulit) dan pepse (pencernaan) yang
berarti "pencernaan yang jelek".
• Dispepsia merupakan kumpulan
keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit, rasa penuh dan panas di
perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan keluhan rasa nyeri
dan panas pada ulu hati.
Dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia organik, dispepsia yang telah
diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya.
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia
fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), Dispepsia yang tidak jelas
penyebabnya.
Epidemiologi Dispepsia

Prevalensi pasien dispepsia


Sekitar 13% - 40%
di pelayanan kesehatan
populasi di dunia setiap
mencakup 30% dari
tahun. Dispepsia
pelayanan dokter umum dan
diperkirakan diderita
50% dari pelayanan dokter
sekitar 15-40% warga
spesialis gastroenterologi.
Indonesia.

Dari hasil endoskopi yang


dilakukan pada 550 pasien Di Indonesia, data prevalensi
dispepsia dalam beberapa infeksi Hp pada pasien ulkus
senter di Indonesia pada Januari peptikum (tanpa riwayat
2003 sampai April 2004, pemakaian obat-obatan anti-
didapatkan 44,7 % kasus inflamasi non-steroid/OAINS)
kelainan minimal pada gastritis bervariasi dari 90-100% dan
dan duodenitis untuk pasien dispepsia
6,5% kasus dengan ulkus fungsional sebanyak 20- 40%
gaster; dan normal pada 8,2%
kasus.
Etiologi Dispepsia
✣ Etiologi dyspepsia organic

Esofago–gastro-duodenal Ulkus peptik, gastritis kronis, gastritis NSAID,


keganasan
Obat-obatan Antiinflamasi non steroid, teofilin, digitalis,
antibiotik
Hepatobilier Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiasis, Keganasan,
Disfungsi sfinkter Oddi
Pankreas Pankreatitis, keganasan
Penyakit sistemik Diabetes mellitus, penyakit tiroid, gagal ginjal,
kehamilan, penyakit jantung koroner / iskemik,
CHF
Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome
Etiologi dyspepsia non organic
1. Hipersensitivitas visceral
a. Meningkatnya persepsi distensi
b. Gangguan persepsi asam
c. Hipersensitivitas viseral sebagai konsekuensi inflamasi kronik
2. Gangguan motilitas
a. Menurunnya relaksasi fundus gaster
b. Menurunnya atau gangguan pengosongan lambung
c. Refluks gastro-esofageal
d. Refluks duodeno-gaster
3. Perubahan sekresi asam
a. Hiperasiditas
4. Infeksi kuman Helicobacter pylori
5. Stress
6. Gangguan dan kelainan psikologis
Patofisiologi
Dispepsia

Abnormalitas fungsi
motorik lambung :
khususnya Faktor-faktor
keterlambatan
pengosongan lambung, psikososial,
Infeksi
hipomotilitas antrum, khususnya terkait
Helicobacter
hubungan antara volume dengan
lambung saat puasa yang pylori
gangguan cemas
rendah dengan dan depresi.
pengosongan lambung
yang lebih cepat.
Pendekatan Diagnostik
Dispepsia
A. Anamnesis
• Keluhan utama : mual, nyeri ulu hati, perasaan cepat kenyang atau penuh,
kembung, muntah dan sering bersendawa
• Keluhan tambahan :
– Penurunan berat badan
– Sulit menelan
– Perdarahan

B. Pemeriksaan fisik
– Nyeri tekan/lepas
– Tapi bila terjadi muntah-muntah yang hebat  tanda-tanda dehidrasi
sampai syok
– Penyakit yang sudah berlangsung lama  BB kurang dari normal (under
weight
C) Pemeriksaan penunjang
1.Laboratorium :
• Pemeriksaan Darah Lengkap : leukositosis
• Amilase dan Lipase
• Pemeriksaan Serologi
• Marker Tumor (Keganasan sel cerna) : CEA, CA 19-9, AFP

2. Endoskopi
Dispepsia + Alarm Symptoms
- Petunjuk awal kemungkinan adanya kelainan organik : BB ,
anemia, muntah-muntah hebat, obstruksi, hematemesis, melena,
keluhan berulang, umur>45 tahun
- Mengidentifikasi kelainan organik pada lumen saluran cerna, biopsi
dan pengambilan spesimen untuk biakan H.Pylori

3. USG : Kolelitiasis, kolesistitis, sirosis hepatis

4. Barium Enema : Mengidentifikasi kelainan mukosa memeriksa


saluran cerna pada orang yang mengalami kesulitan menelan
atau muntah

5. Urea Breath Test : Digunakan jika kita mencurigai penyebab dari


dispepsianya adalah karena infeksi Helicobacter pylori.
Diagnosa Dispepsia
• Konsensus Asia-Pasifik (2012)
memutuskan untuk mengikuti konsep dari
kriteria diagnosis Roma III dengan
penambahan gejala berupa kembung
pada abdomen bagian atas yang umum
ditemui sebagai gejala dispepsia
fungsional.
• Dispepsia menurut kriteria Roma III adalah
suatu penyakit dengan satu atau lebih
gejala yang berhubungan dengan gangguan
di gastroduodenal:
• Nyeri epigastrium
• Rasa terbakar di epigastrium
• Rasa penuh atau tidak nyaman setelah
makan
• Rasa cepat kenyang
Alur Diagnosa Univestigated
Dyspepsia
• Evaluasi tanda bahaya harus selalu menjadi bagian
dari evaluasi pasien- pasien yang datang dengan
keluhan dispepsia. Tanda bahaya pada dispepsia
yaitu:
• Penurunan berat badan (unintended)
• Disfagia progresif
• Muntah rekuren atau persisten
• Perdarahan saluran cerna
• Anemia
• Demam
• Massa daerah abdomen bagian atas
• Riwayat keluarga kanker lambung
• Dispepsia awitan baru pada pasien >45 tahun
Dispepsia Fungsional
• Definisi
Dispepsia non ulkus (DNU), Dispepsia yang tidak
jelas penyebabnya.
Dispepsia fungsional dibagi atas 3
subgrup yaitu:
a. Dispepsia mirip ulkus {ulcer-like
dyspepsia) bila gejala yang dominan adalah
nyeri ulu hati;
b. Dispepsia mirip dismotilitas (dysmotility-like
dyspepsia) bila gejala dominan adalah
kembung, mual, cepat kenyang;
c. Dyspepsia non-spesific yaitu bila gejalanya
tidak sesuai dengan (a) maupun (b).
Mechanism contributing to functional dyspepsia
Diagosa Dispepsia Fungsional
Tatalaksana
Tatalaksana Dispepsia Organik
Tatalaksana Dispepsia Fungsional
Tatalaksana Eradikasi Infeksi H.Pylori
TERAPI
NON FARMAKOLOGIS
• Menghindari makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung
• Menghindari faktor resiko seperti alkohol,
makanan yang pedas, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres
• Atur pola makan
TERAPI
Terapi
FARMAKOLOGIS
1 Antasida
• Bekerja dengan menetralisir asam lambung dalam
tempo 15 menit
• Tidak diserap ke dalam sirkulasi sistemik
• Komposisisi : kombinasi garam magnesium dan garam
alumunium, atau hanya alumunium hidroksida

2. Antagonis reseptor H-2


a) Simetidin : 2 X 400 mg, selama 6 minggu
b) Ranitidin : 2 X 150 mg, selama 4 – 8 minggu
4. Inhibitor pompa proton
a) Omeprazole
b) Lansoprazol
c) Pantoprazol
 2 – 8 minggu

5. Golongan prokinetik
• Indikasi : mual, muntah, baik karena gangguan
pengosongan lambung maupun karena migrain dan
kemoterapi, esofagitis refluks, gangguan motilitas
saluran cerna, dispepsia
a) Metoklorpropamid
b) Domperidon
c) Cisaprid
5. Golongan sitoprotektor
Sukralfat
• 97 % tidak diserap di saluran cerna dan dikeluarkan
melalui tinja dalam bentuk yang tidak berubah
• Berikatan dengan albumin, fibrinogen serta protein
lainnya di mukosa sehingga terikat lebih kuat pada
mukosa yang rusak
• Memiliki efek antibakterial

6. Antibiotika
a) Amoksisilin : 2 X 1000 mg, selama 1 minggu
b) Klaritromisin : 2 X 500 mg, selama 1 minggu
c) Tetrasiklin : 4 X 250 mg, selama 2 minggu
d) Metronidazol : 3 X 500 mg, selama 1 - 2 minggu
e) Bismuth
Tatalaksana Untuk Eradikasi Bakteri
HELICOBACTER PYLORI

Sesuai konsensus kelompok studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI) :


a. Terapi tripel selama 1 atau 2 minggu
• Proton Pump Inhibitor (PPI) + Amoksilin + Klaritromisin
• PPI + Metronidazol + Klaritromisin
• PPI + Metronidazol + Tetrasiklin (bila alergi terhadap Klaritromisin)

b. Terapi kuadripel selama 1 atau 2 minggu


b.1. Jika gagal dengan terapi kombinasi 3 obat, dianjurkan :
• Bismuth + PPI + Amoksilin + Klaritromisin, atau
• Bismuth + PPI + Metronidazol + Klaritromisin

b.2. Untuk daerah yang resistensi tinggi terhadap Klaritromisin, maka dapat
digantikan dengan :
• Bismuth + PPI + Metronidazol + Tetrasiklin
Diagnosis Banding
• Gangguan pada sistem hepato-bilier dan
pankreas
• Intoleransi laktosa atau karbohidrat,
Irritable bowel syndrome
• Dispepsia yang disebabkan penyakit
kronik seperti gagal ginjal, DM,
keganasan.
• Iskemia jantung, gagal jantung kongestif.
Prognosis
• Sebanyak 20% pasien dispepsia mempunyai
ulkus peptikum

• 20% mengidap Irritable Bowel Syndrome,


kurang daripada 1% pasien terkena kanker

• Dispepsia fungsional dan dyspepsia non ulkus


adalah 5-40%. Terkadang dispepsia dapat
menjadi tanda dari masalah serius, contohnya
penyakit ulkus lambung yang parah.
Endoskopi

Gastritis Akut
Ulkus Peptikum

GERD
THANK
YO U

Anda mungkin juga menyukai