VARICELLA
Oleh:
Kelompok III
Tutor :
Dr. Natalie Kailola
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2012
NAMA ANGGOTA DARI KELOMPOK III
STEP I
Kata sukar : -
Kata Kunci :
– Anak umur 7 tahun
– Gatal-gatal pada tubuh
– Bintik-bintik yang muncul disekujur tubuh yang berisi cairan jernih
– Keluhan dirasakan kemarin
– Sebelumnya, demam,mual, dan tidak ada nafsu makan sejak 5 hari yang lalu
– Sejak kemarin demam tidak ada,& nafsu makan kembali membaik
STEP II
Identifikasi masalah
1) Mengapa anak tersebut mengalami gatal-gatal dan disertai bintik-bintik pada sekujur
tubuhnya?
2) Apa penyebab dan hubungan antara keluhan –keluhan pada si anak dan gejala yang
dialaminya?
3) Bagaimana anamnesis yang baik untuk menegakkan diagnosis ?
4) Apa saja pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis ?
5) Apakah perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis ?
6) Apa saja diagnosis diferensial untuk pasien tersebut ?
STEP III
Menjawab Masalah
1) Kemungkinan anak tersebut terkena virus varicella zoster yang masuk menginfeksi
dari saluran pernapasan , ditandai dengan vesikula (bintik-bintik yang berisi cairan
jernih) yg mungkin merupakan eksudat pada kulit (krn inflamasi) yang muncul pada
tahap penyembuhan.
3) Anamnesis
1. lingkungan tempat tinggalnya dimana?
2. Apakah dilingkungan sekitarnya ada yang mengalami gejala serupa?
3. Pada saat kapan gatal-gatalnya muncul?
4. Apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan lain ?
5. Apakah punya riwayat alergi makanan dan obat-obatan?
6. Gatal –gatal muncul pada seluruh tubuh atau didaerah tubuh bagian mana?
7. Apakah bintik-bintik gatal disertai nyeri atau panas ?
8. Demam dirasakan terus menerus atau hilang timbul?
9. Apakah demam disertai menggigil atau berkeringat ?
10. Apakah mual si anak disertai dengan muntah? Muntahnya berupa apa?
4) Pemeriksaan Fisis
Inspeksi :
- Kesan umum : menilai apakah pasien sakit berat, sedang, ringan & habitus
- Lihat warna, ukuran, bentuk bintik-bintik
- Keluhan penyerta : periksa kuku, rambut, rongga mulut (terkait dgn nyeri saat
menelan), bintik menyebar / terlokalisasi, banyaknya bintik simetris / tidak, lihat
apakah ada yg sudah pecah / tidak.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Ambil Cairan vesikel untuk mengetahui adanya virus herpes,
Ambil droplet,
Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya infeksi parasit .
6) Deferensial Diagnosis
Variola, varicella,Herpes.
STEP IV
Mind Mapping
gatal-gatal Demam,
vesikel mual,
(-) Nafsu Makan
varicella
variola
Herpes
STEP V
Learning Objective
1. Patomekanisme Varicella ?
2. Bagaimana anamnesis yang baik untuk menegakkan diagnosis ?
3. Apa saja pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk
menegakan diagnosis?
STEP VI
Belajar mandiri
STEP VII
VIRUS VARISELA-ZOSTER
Varisela (cacar air) adalah penyakit yang ringan, sangat menular, terutama pada anak-
anak, ditandai secara klinis dengan erupsi vesicular generalisata kulit dan membrane
mukosa. Penyakit dapat berat pada orang dewasa dan anak-anak yang imunokompromais.
Zoster (ruam saraf) adalah suatu penyakit sporadic dan melemahkan yang menyerang
orang dewasa atau orang immunokompromais yang ditandai dengan ruam dengan distribusi
terbatas pada kulit yang dipersarafi ganglion sensorik tunggal. Lesi serupa dengan lesi
varisela.
Keduan penyakit disebabkan oleh virus yang sama .varisela adalah penyakit akut yang
terjadi setelah kontak primer dengan virus, sedangkan zoster adalah sebagian respon imun
penjamuterhadap reaktivasi virus varisela dalam bentuk laten di neuron pada ganglion
sensorik.
Virus varisela zoster secara morfologi identik dengan virus herpes simpleks. Virus
memperbanyak diri dalam kultur jaringan embrionik manusia dan menghasilkan badan
inklusi intranuklear pada yang khas. Anak yang telah sembuh dari infeksi akibat virus zoster
resisten terhadap varisela.
PATOGENESIS & PATOLOGI
Varisela
Jalur infeksinya adalah mukosa saluran pernapasan atas atau konjungtiva. Setelah replikasi
awal di kelenjar getah bening regional, viremia primer menyebarkan virus dan menyebabkan
replikasi dalam hati dan limpa. Viremia sekunder yang melibatkan sel mononuclear terinfeksi
membawa virus ke kulit, tempat terjadinya ruam yang khas. Pembengkakan sel epitel,
degenerasi balon, dan penumpukan cairan jaringan menyebabkan terbentuknya vesikel.
Replikasi dan penyebaran virus varisela-zoster dibatasi oleh respon imun selular dan humoral
penjamu.
Zoster
Lesi kulit zoster secara histopatologis identik dengan lesi pada varisela. Terdapat juga
peradangan akut saraf dan ganglia sensorik. Sering kali hanya mengenai satu ganglion.
Biasanya, distribusi lesi pada kulit sangat berhubungan dengan area inervasi setiap ganglion
radiks dorsalis.
Pencetus reaktivasi infeksi virus varisela zoster laten di ganglia tidak jelas. Dianggap bahwa
penurunan imunitas memungkinkan terjadinya replikasi pada ganglion, yang menyebabkan
peradangan dan nyeri hebat. Virus berjalan ke bawah saraf hingga kulit dan menginduksi
terbentuknya vesikel. Immunitas seluler merupakan pertahanan pejamu yang paling penting
untuk menahan virus varisela-zoster. Reaktivitas bersifat jarang kambuh.
GAMBARAN KLINIS
Varisela
Varisela subklinis tidak lazim terjadi. Periode inkubasi penyakit yang khas adalah 10-21 hari.
Malaise dan demam adalah gejala paling awal, kemudian segera diikuti oleh ruam, yang
pertama kali muncul pada badan kemudian wajah, ekstremitas, dan mukosa bukal serta
faring dalam mulut. Vesikel baru berturut-turut tampak berkelompok, sehingga stadium
macula, papula, vesikel, dan krusta dapat terlihat pada satu waktu. Ruam berlangsung 5 hari,
dan kebanyakan anak memiliki ratusan lesi kulit.
Komplikasi jarang terjadi pada anak yang normal dan angka mortalitasnya sangat rendah.
Ensefalitis jarang terjadi, penderita yang selamat dari ensefalitis varisela dapat mengalami
sekuel permanen.
Pada varisela neonatus, infeksi didapatdari ibu tepat sebelum atau setelah lahir tetapi tanpa
respon imun yang cukup untuk membatasi penyakit. Virus seringkali sangat sangat menyebar
luas dan terbukti fatal.
Pneumonia varisela jarang pada anak yang sehat tetapi merupakan komplikasi yang paling
sering pada neonatus,dewasa, dan pasien imunokompromais. Pneumonia banyak
menyebabkan kematian akibat varisela.
Pasien immukompromais, termasuk mereka dengan keganasan,transplantasi organ, atau
infeksi HIV dan mereka yang menerima dosis tinggi kortikosteroid, mempunyai resiko
meningkat terhadap komplikasi varisela. Anak-anak dengan leukemia mudah terserang
penyakit virus varisela zoster diseminata yang berat.
Zoster
Zoster biasanya terjadi pada pasien imunokompromais akibat penyakit,terapi, atau proses
penuaan, tetapi kadang-kadang terjadi pada orang yang sehat. Biasanya dimulai dengan nyeri
hebat didaerah kulit atau mukosa yang dipersarafi oleh satu atau lebih kelompok saraf dan
ganglia sensorik. Dalam beberapa hari setelah onset, kumpulan vesikel tampak diatas kulit
yang dipersarafi oleh saraf yang terkena. Badan, kepala, dan Leher paling sering terkena., dan
pars oftalmika nervus trigeminus terkena pada 10-15% kasus. Komplikasi zoster yang paling
sering terhadap orang tua adalah neuralgia pascaherpetik-nyeri berkepanjangan yang dapat
berlangsung selama beberapa bulan. Komplikasi ini terutama sering terjadi setelah zoster
oftalmika.
Anamnesis
Karena pasien masih anak-anak, maka dapat dilakukan :
Autoanamnesis
Alloanamnesis
a. Identitas : nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, gol. Darah, org yg
mendampingi, kunjungan sebelumnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan Umum : gatal-gatal
Perjalanan penyakit : onset, penyebab
c. Riwayat pribadi
Riw. penyakit dahulu : Apakah pernah menderita penyakit yg sama ?
Riw. penyakit sosial : tentang lingkungan, aktivitas, hewan peliharaan
Tipe Macula,papula,pustule,bula,tumor
RAMBUT
Inspeksi dan palpasi rambut.
Perhatikan
Kuantitas Tipis ,tebal
Distribusi Alopesia sebagian atau total
Tekstur Halus , kasar
KUKU
Inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki.
Perhatikan
Warna Sianosis, pucat
Bentuk Jari tabuh(clubbing)
Adanya lesi Paronikia ,onikolisis
Pemeriksaan Lanjutan
1. Apusan Tzanck, dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dermatosis viral.
Apusan dapat diperoleh dengan prosedur berikut ini : vesikel dini yang intak, vesikel
tanpa infeksi atau trauma dipecah. Kerok dasar lesi perlahan-lahan dengan sebuah
scalpel. Material pada pisau scalpel di apuskan kedalam gelas obyek. Apusan
dikeringkan dengan udara serta difiksasi dan diikuti dengan pewarnaan Wright atau
Giemsa. Hasil pemeriksaan dinilai positif jika sel raksasa multinukleus ditemukan.
2. Biopsi tepi lepuh dan pengecatan imunofluoresensi selanjutnya membantu dalam
menegakan diagnosis pemfigus vulgaris (PV), pemfigoid bulosa (PB), dan Sindrom
Steven-Johnson (SSJ) / nekrolisis epidermal toksik (NET)
3. Genetic , beberapa kelainan bulosa atau vesicular mempunyai dasar genetic,
terutama PCT (kelainan autosomal dominan, umumnya dengan pola penurunan
inkomplit)
DAFTAR PUSTAKA