O1A121016
KELAS A
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2022
GERD
Kasus:
Seorang pria umur 45 tahun BB 105, TB 180 cm datang ke klinik mengeluh rasa terbakar di
dada, regurgitasi dan susah menelan makanan. Saat ini mengkonsumsi omeprazole 20 mg
setiap pagi dalam satu bulan terakhir tanpa perbaikan. Riwayat alergi ramipril dengan
manifestasi susah bernapas dan bibirbengkak.
Riwayat penyakit dyslipidemia, DM tipe 2 dan hipertensi sudah 20 tahun yang seluruhnya
terkontrol oleh pengobatan. Bekerja sebagai satpam di sekolah dasar dan hidup dengan istri
dan seorang putrinya yang masih remaja. Dia juga perokok sebanyak 2 setengah bungkus per
hari.
Riwayat pengobatan metformin 500 mg dua kali/hari, HCT 12,5 mg/hari, amlodipine 10
mg/hari, atorvastatin 20 mg/hari saat mau tidur.
Hasil pemeriksaan fisik, VS; TD 125/72 mmHg, Nadi 82/menit, Pernapasan 16kali/menit, Suhu
370C.
Pertanyaan:
1) Apa simtom yang menunjukkan GERD dan termasuk dalam klasifikasi apa GERD pasien?
Simtom atau gejala yang dapat dilihat pada pasien :
Rasa terbakar di dada
Regurgitasi, dimana makanan yang belum dicerna kembali ke kerongkongan dan
masuk ke mulut
susah menelan makanan
Pasien dikategorikan dalam “Sindrom GERD Berbasis Gejala (Dengan atau Tanpa Cedera
Jaringan Esofagus)”
B. TATALAKSANA TERAPI
Penentuan rekomendasi terapi berdasarkan tujuan terapi, strategi terapi serta hasil evaluasi
obat terpilih yang akan dijadikan dasar/alasan pemilihan obat pada pasien baik terapi non
farmakologi maupun terapi farmakologi pada pasien
3) Bagaimana terapi non farmakologi dan farmakologi pada pasien? Apakah omeprazole
tetap akan digunakan atau tidak
A. Terapi Nonfarmakologi
modifikasi gaya hidup. Mencakup penurunan berat badan pada pasien obesitas dan
peninggian ujung kepala tempat tidur, terutama bagi pasien yang mengalami gejala saat
dalam posisi telentang. Selain itu, merokok dapat menyebabkan aerophagia (misalnya
menelan udara), yang menyebabkan peningkatan sendawa dan regurgitasi. Berhenti
merokok secara historis telah direkomendasikan sebagai modifikasi gaya hidup yang
penting dalam penatalaksanaan pasien GERD.
pembedahan antirefluks. membangun kembali penghalang antirefluks, untuk
memposisikan LES (lower esophageal sphincter) di dalam perut di mana ia berada di
bawah tekanan positif (intra-abdominal), dan untuk menutup segala kerusakan yang
terkait pada hiatus diafragma dengan memperkuat otot-otot krural.
pembedahan bariatrik (pada pasien obesitas). Namun pada pasien diketahui bahwa
BMInya belum melewati 35 kg/m 2 sehingga tidak disarankan.
terapi endoskopi, contohnya ablasi frekuensi radio pada LES dan penjahitan endoskopik
pada LES (fundoplikasi tanpa sayatan transoral. Direkomendasikan untuk displasia
esofagus tingkat tinggi.
B. Terapi Farmakologi
Pasien dengan gejala terus menerus yang berlangsung lebih dari 2 minggu harus mencari
pertolongan medis. Penggunaan omeprazole dihentikan dan dilakukan pemeriksaan lab
(Endoskopi, biopsi) dan tes H. pylori. Setelah itu, diberikan terapi yang sesuai
berdasarkan hasil tes lanjutannya.
Adalah saran dan informasi pada pasien terkait penyakit (apa yang harus dilakukan dan
dihindari), dan obat yang telah direkomendasikan bagaimana perlakuannya-cara penggunaan,
yang dihindari terkait pengobatan dsb (termasuk terapi non farmakologi itu bagaimana
realisasinya).
-Menyarankan modifikasi gaya hidup, termasuk pengurangan berat badan dan berhenti
merokok.
Monitoring Efek Samping Obat/MESO yaitu obat yang telah dipilihkan pada pasien serta
monitoring efektivitas obatnya yaitu parameter keberhasilan terapi dari obat yang terpilih
tersebut dalam hal ini dengan kata lain parameter kesembuhan penyakit (dari tanda dan
gejalanya) termasuk data lab yang menjadi indikator penyakitnya.
1) pasien?
Memantau gejala yang terjadi pada pasien apakah belum hilang atau sudah tidak ada
Memantau keefektifan obat yag diberikan