Farmakologi 1
Disusun Oleh :
Kelas A
Clara Evangelista Lase (O1A121016)
4. Pemberian Obat
Secara garis besar terdapat 2 cara pemberian obat, yaitu:
1. Enteral, dimana pemberian obat ini akan melewati jalur saluran cerna. Terdapat 3
macam pemberian obat melalui jalur ini.
Oral. Memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan.
Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering
merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan
absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran
cerna dan masuk ke hati sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi
banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan
makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam
lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang
tidak tahan asam, misalnyapenisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi.
Sublingual. memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai
jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering
merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan
absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran
cerna dan masuk ke hati sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi
banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan
makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam
lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang
tidak tahan asam, misalnyapenisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi.
Rektal. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan,
yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di
dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi
muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-
muntah. Bentuk sediaan obat untuk pemberian rektal umumnya adalah
suppositoria dan ovula.
2. Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui
saluran cerna. Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap
dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.
Intravena. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada
pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh
karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam
saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali
seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan
intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat
obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan.
Intramuscular. Jenis obat-obatan yang diberikan secara intramuskular
dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa
suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi
obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo
berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat
tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut
perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu
yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.
Subkutan. suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan
dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin
kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area
kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi
pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian.
Obat dengan sifat molekul dan tubuh dengan sifat biologi merupakan hal-hal yang
berpengaruh dalam antaraksi ini. Obat dapat memberikan efek bila terjadi interaksi dengan
tubuh. (antaraksi kemobiodinamik). Sasaran/target obat merupakan tujuan utama untuk
memperoleh efek obat. Semua molekul obat berantaraksi dengan bahan hayati seperti
reseptor, lipoprotein, enzim biomembran dan asam nukleat. Antaraksi itu memicu sederet
langkah yang akhirnya menghasilkan perubahan faal yang merupakan efek obat.
Pengangkutan obat dari tempat pemberiannya ke situs kerjanya maupun hubungan obat-
stimulus, tergantung pada sifat fisiko kimia, struktur kimia dan geometri molekul obat.
Aktivitas biologinya yaitu keseluruhan perubahan-perubahan didalam suatu sistem biologi
yang dipicu/disebabkan oleh suatu senyawa aktif.
1. Oral. Memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat
diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke
sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Contoh obat dengan
pemakaian oral yaitu :
- Nama dagang : cataflam
Zat aktif : diclofenac potassium
- Nama dagang : Dulcolax tab.
Zat aktif : bisacodyl
- Nama dagang : trachisan
Zat aktif : lozenges
- Nama dagang : mylanta
Zat aktif : antasid
- Nama dagang : aromasin
Zat aktif : exemastene
3. Rektal. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah
penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung.
- Nama dagang : suprafenid
Zat aktif : ketoprofen
- Nama dagang : stesolid
Zat aktif : diazepam
- Nama dagang : microlax
Zat aktif : Na auril sulfoasetat, Na sitrat, sorbitol, PEG 400
- Nama dagang : propiretic
Zat aktif : paracetamol
- Nama dagang : cygest
Zat aktif : progesterone
4. Intravena. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan.
Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati.
- Nama dagang : ketalar
Zat aktif : ketamin HCl
- Nama dagang : isoket
Zat aktif : isosorbide dinitrate
- Nama dagang : integrilin
Zat aktif : eptifibatide
- Nama dagang : baxter
Zat aktif : cernevut
- Nama dagang : pantomet
Zat aktif : pantoprazole
7. Inhalasi. Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas
dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan
efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena.
- Nama dagang : salbulin
Zat aktif : salbutamol, sulphate
- Nama dagang : fartolin
Zat aktif : salbutamol sulfate
8. Topikal. Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan.
- Nama dagang : futaderm
Zat aktif : fusidic acid
- Nama dagang : bactoderm
Zat aktif : mupirocim calcium
- Nama dagang : acyclovir
Zat aktif : ointment, USP 5%
- Nama dagang : thrombogel
Zat aktif : heparin sodium
- Nama dagang : benazolac
Zat aktif : benzoyl peroxide 5%
9. Intranasal. tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya
digunakan dengan cara mengisap.
- Nama dagang : afrin
Zat aktif : oxymetazoline HCl
- Nama dagang : nasonex
Zat aktif : mometasone furoate, monohydrate
- Nama dagang : avamys
Zat aktif : fluticasonefuroate
- Nama dagang : nasacortAQ
Zat aktif : triamcinolone asetonide
- Nama dagang : breathy
Zat aktif : natrium klorida
10. Transdermal. Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”.
- Nama dagang : secuado
Zat aktif : asenapine
- Nama dagang : Exelon
Zat aktif : rivastigmine
- Nama dagang : evra
Zat aktif : norelgestromin
- Nama dagang : emsam
Zat aktif : selegiline
- Nama dagang : clonidine
Zat aktif : clonidine
Tugas 3
1. Diazepam
Diazepam digunakan melalui tiga cara, yaitu secara oral, parenteral, dan rektal.
Diazepam dimetabolisme di hati kemudian diekskresikan melalui urine. Setelah
pemberian secara oral, >90% diazepam akan diserap dengan cepat melalui
gastrointestinal. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak adalah 1−1,5 jam
pada pemberian oral, 10−30 menit pada pemberian rektal, kira-kira 1 menit pada
pemberian intravena, dan 0,25−2 jam pada pemberian intramuskular. Penyerapan
diazepam akan melambat apabila diberikan bersamaan dengan makanan berlemak, yaitu
menjadi sekitar 45 menit dibandingkan jika dalam kondisi perut kosong dapat diserap
dalam waktu 15 menit. Absorbsi diazepam pada injeksi intramuskular kurang baik dan
sulit diperkirakan, sehingga hanya dilakukan apabila cara pemberian lain tidak bisa
dilakukan.
2. Klordiazepoksid
Obat ini tergolong sebagai obat kelas ansiolitik yang disebut benzodiazepine.
Chlordiazepoxide bekerja memengaruhi kinerja senyawa organik dalam otak dan sistem
syaraf (GABA) yang memproduksi efek menenangkan. Farmakokinetik dari diazepam
dibahas dari aspek absorpsi, distribusi, metabolisme, eliminasi. Diazepam dimetabolisme
di hati kemudian diekskresikan melalui urine. Konsentrasi puncak lebih cepat tercapai
pada pemberian intravena dibandingkan dengan oral atau intramuskular pada dosis yang
sama.
3. Trimethoprim
Hanya dapat diberikan melalui jalur oral. Biasanya diberikan dengan interval 12 jam
pada 200mg per dosis. Karena trimetoprim dapat menyebabkan hiperkalemia, pasien
harus menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar kalium – penghambat ACE,
penghambat reseptor angiotensin, penghambat kalsineurin (misalnya – siklosporin), dan
diuretik hemat kalium. Trimetoprim itu diklasifikasikan sebagai kategori C – dengan
“risiko tidak dikesampingkan”. Namun, karena mekanisme kerja – yaitu antagonisme
folat – obat harus dihindari selama trimester pertama kehamilan. Karena bagaimana
trimetoprim dimetabolisme dan dihilangkan, pengurangan dosis dan kehati-hatian
diperlukan pada pasien dengan gangguan hati atau ginjal. Antagonis folat lainnya –
seperti methotrexate – meningkatkan risiko efek hematologis yang merugikan.
Trimetoprim harus dihindari pada pasien dengan riwayat anemia megaloblastik akibat
antagonisme folat yang diketahui.
4. Morfin
Bioavailabilitas morfin berkisar antara 20–40%. Onset secara intravena 5 - 10 menit,
dengan peroparl sekitar 8 jam (tablet lepas lambat. Durasi peroral adalah 8 - 24 jam
(tablet lepas lambat). Morfin berikatan dengan protein sebanyak 30 - 40%. Distribusi
volume (volume distribution/Vd): 3–4 L/kgBB (lepas lambat), 1–4,7 L/kgBB (IV).
Adapun Sebagian besar morfin dimetabolisme di hati (90%). Bentuk metabolit morfin
adalah Morphine-6-glucuronide (memiliki efek analgesik, tetapi tidak dapat menembus
sawar darah otak).
5. Norepineferin
Norepinephrine melalui jalur intravena memiliki onset yang cepat dengan durasi kerja
yang singkat, dan efek vasopresor berhenti dalam 1-2 menit setelah infus dihentikan.
Norepinephrine serupa dengan epinefrin, tidak efektif bila diberikan secara oral karena
diketahui dengan cepat dinonaktifkan pada saluran pencernaan setelah pemberian oral
serta diserap dengan buruk melalui pemberian secara injeksi subkutan. Distribusi dari
norepinephrine terutama terlokalisasi pada jaringan saraf simpatik, melewati plasenta,
namun tidak melewati sawar darah otak. Norepinephrine dimetabolisme di hati dan
jaringan lainnya melalui metilasi oleh enzim catechol-O-methyl transferase (COMT)
dan deaminasi oleh monoamine oxidase (MAO) menghasilkan metabolit utama inaktif,
yakni normetanephrine dan 3-methoxy-4-hydroxy mandelic acid (vanillylmandelic
acid, VMA). Metabolit inaktif lainnya termasuk 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol, asam
3,4-dihidroksimandelat, dan 3,4-dihidroksifenilglikol.
6. Dopamin
Farmakokinetik dopamin memiliki onset dan durasi aksi yang cepat, didistribusikan
secara luas di tubuh, dimetabolisme di ginjal, plasma, hati oleh perantara monoamine
oksidase inhibitor dan diekskresikan di urine sebagai metabolit inaktif. Dopamin
bersifat tidak aktif jika diberikan secara oral oleh karena itu cara pemberian dopamin
dilakukan secara intravena. Cara pemberian ini memungkinkan dopamin diabsorpsi
dengan cepat di dalam tubuh sehingga onset yang dibutuhkan untuk dopamin bekerja
juga tergolong cepat yaitu lima menit setelah pemberian intravena dengan waktu paruh
plasma sekitar 2 menit dan durasi aksi selama 10 menit. Jika pasien mengonsumsi
monoamine oxidase (MAO) inhibitor, dopamin akan bekerja lebih lama hingga durasi
aksi dapat mencapai 1 jam. Dalam 24 jam, diperkirakan 80% obat diekskresikan di
urine dalam bentuk metabolitnya.
7. Propanolol
Propranolol hampir seluruhnya diserap setelah administrasi per oral. Namun setelah
melalui metabolisme oleh liver, hanya sekitar 25% yang mencapai sirkulasi sistemik.
Administrasi bersamaan dengan makanan tinggi protein meningkatkan bioavailabilitas
propranolol hingga 50%. Propranolol membutuhkan waktu 1-4 jam setelah administrasi
untuk mencapai konsentrasi puncak. Propranolol di metabolisme melalui 3 jalur utama:
hidroksilasi aromatik oleh CYP2D6, N-dealkalisasi diikuti oksidasi oleh CYP1A2, dan
glukuronidasi langsung. Metabolit yang terbentuk adalah propranolol glukoronida,
naphthyloxylactic acid dan asam glukuronida, dan 4-hydroxy propranolol. Waktu paruh
plasma propranolol adalah 3-6 jam.
8. Amfetamin
Istilah amfetamin sering digunakan untuk merujuk pada sekelompok obat yang
berhubungan dnegan amfetamin termasuk amfetamin dan metamfetamin. Meskipun
amfetamin dan metamfetamin secara ekstensif dimetabolisme di
hati, banyak obat tertelan dikeluarkan tidak berubah dalam urin. Waktu paruhdosis
terapeutik amfetamin berkisar 7 hingga 19 jam, sedangkan yang dari
metamfetamin tampaknya sedikit lebih lama. Keduanya merupakan basa lemah,
dan waktu paruh lebih jauh lebih pendek ketika urin bersifat asam. Setelah dosis
beracun, gejala dapat berlangsung lebih lama (hingga beberapa hari) untuk
mengatasi dengan amfetamin dibandingkan dengan kokain, tergantung pada pH
urin.
9. Klorokuin
Klorokuin adalah zat yang diabsorpsi secara cepat di saluran cerna, kemudian
didistribusikan berikatan dengan protein plasma, dan dimetabolisme dalam hepar.
Bioavailabilitas mencapai 78-89%, waktu paruh eliminasi sampai 20-60 hari, sehingga
obat ini diekskresikan melalui urin dalam waktu lama. Setelah diberikan secara oral,
bioavailabilitas chloroquine mencapai 78-89%. Chloroquine secara cepat diabsorpsi
dari saluran cerna dan hanya sebagian kecil dari dosis yang akan ditemukan di feses.
Sekitar 55-60% dari obat di plasma akan berikatan dengan protein plasma. Chloroquine
mengalami degradasi di dalam tubuh. Chloroquine dimetabolisme oleh enzim sitokrom
P450 menjadi dua metabolit aktif, yaitu desetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin.
Konsentrasi desetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin secara berturut-turut mencapai
40% dan 10% dari konsentrasi chloroquine.