3. Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,
biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan
tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam
lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan
secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah.
B. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna,
dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral
juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang
memerlukan kerja obat yang cepat.
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.
1. Intravena (IV) : suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering
dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan
pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang
baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam
saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau
pengikatan dengan activated charcoal.Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan
bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian
terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it,
kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku
untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
1. Inhalasi : inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas
dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek
yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan
penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif
kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.
4. Topikal : Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan
untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada
kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata
untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
5. Transdermal : Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat
pada kulit, biasanya melalui suatu transdermal patch. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi
tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling
sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.