Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat
menyelesaikan “Kinetika Absorpsi Obat” ini.
Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen atas kebijaksanaan dalam
membantu dan membimbing kami sehingga “Kinetika Absorpsi Obat” ini dapat
terselesaikan.
BAB IIPEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat setelah dilepas dari bentuk sediaannya (injeksi, tablet, suspensi dll),
akan mengalami proses absorpsi, distribusi ke dalam jaringan dan organ tubuh,
kemudian dimetabolisme serta terakhir dieliminasi ke luar tubuh. Keempat
proses diatas biasanya berbeda untuk setiap individu, namun demikian dapat
dikarakteristik dengan bantuan Model Matematika dan Statistika.
Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Osser pada
tahun 1945, yaitu pada waktu Osser mempelajari absorpsi relatif sediaan
vitamin. Istilah yang dipakai pertamakali adalah availabilitas fisiologik, yang
kemudian diperluas pengertiannya dengan istilah bioavailabilitas. Dimulai di
negara Amerika Serikat, barulah pada tahun 1960 istilah bioavailabilitas masuk
ke dalam arena promosi obat. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
produk obat yang sama yang diproduksi oleh berbagai industri obat, adanya
keluhan dari pasien dan dokter di man obat yang sama memberikan efek
terapeutik yang berbeda, kemudian dengan adanya ketentuan tidak
diperbolehkannya Apotek mengganti obat yang tertulis dalam resep dengan
obat merek lainnya.
Beberapa obat dibuat dan dipasarkan oleh lebih dari satu pabrik farmasi.
Dari studi biofarmasetik member fakta yang kuat bahwa metode fabrikasi dan
formulasi dengan nyata mempengaruhi bioavaibilitas obat tersebut. Karena
kebanyakan produk-produk obat mengandung jumlah bahan obat aktif yang
sama, maka dokter, farmasis dan orang lain yang menulis resep, menyalurkan
atau membeli obat harus memilih produk yang memberikan efek terapeutik
yang ekuivalen. Untuk memudahkan mengambil keputusan tersebut, suatu
pedoman telah dikembangkan oleh US Food and Drug Administration (FDA).
Bioekivalensi produk obat merupakan ekivalensi farmasetik atau
alternative adalah suatu sediaan yang laju dan jumlah absorpsinya tidak berbeda
secara bermakna apabila diberikan pada dosis dan kondisi percobaan yang
sama. Beberapa obat yang mempunyai jumlah absorpsi sama tetapi berbeda
dalam laju absorpsi dapat dianggap ekivalen farmasetik apabila perbedaan laju
absorpsi tidak menyebabkan perbedaan efek klinik yang bermakna. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang bioavaibilitas dan
bioekivalensi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bioavailabilitas dan bioekuivalensi?
2. Apas saja tipe bioavailabilitas dan bioekuivalensi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas dan bioekuivalensi?
4. Bagaimana dengan metode dan kriteria uji bioavailabilitas dan
bioekuivalensi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi bioavailabilitas dan bioekuivalensi
2. Untuk mengetahui tipe bioavailabilitas dan bioekuivalensi
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas dan
bioekuivalensi
4. Untuk mengetahui metode dan kriteria uji bioavailabilitas dan
bioekuivalensi
BAB II
PEMBAHASAN
Secara farmasetik, bioavaibilitas obat aktif dalam suatu bentuk sediaan padat
bergantung pada beberapa faktor, yang meliputi :
Disintegrasi produk obat dan pelepasan partikel obat aktif
Secara umum telah dikenal sejak beberapa tahun yang lalu bahwa sebelumabsorpsi
terjadi, suatu produk obat padat harus mengalami disintegrasi kedalam partikel
partikel kecil dan melepaskan obat.
Pelarutan obat
Pelarutan merupakan proses dimana zat kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu
pelarut. Laju pelarutan obat obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk
sediaan padat yang utuh atau terdistegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan
laju absorpsi obat.
Absorpsi atau permeasi obat melintasi membran sel
gambar 1.
Gambar 1. Kurva kadar serum — waktu setelah pemberian dosis tunggal
suatu obat per oral
Obat diberikan per oral pada waktu nol; pada saat ini kadar obat dalam
darah adalah nol. Setelah obat melalui lambung dan/atau usus, akan
berdisintegrasi dan segera melarut dan absorpsi pun berlangsung. Peningkatan
kadar obat dalam darah akan terlihat pada sampel darah berikutnya sampai
tercapai kadar puncak. Titik ini disebut puncak kurva kadar serum — waktu.
Pada titik ini kecepatan absorpsi sebanding dengan kecepatan eliminasi. Di
sebelah kiri titik puncak kurva merupakan fase absorpsi, di mana kecepatan
absorpsi lebih besar daripada kecepatan-eliminasi. Di sebelah kanan titik puncak
kurva disebut fase eliminasi, di man kecepatan absorpsi lebih kecil daripada
kecepatan eliminasi. Hubungan antara bioavailabilitas dan efektivitas klinik obat
didasarkan pada asumsi bahwa intensitas dan durasi respon farmakologik obat
berkaitan erat dengan kadar dan durasi obat aktif dalam darah atau sirkulasi
sistemik. Profil kadar obat dalam darah memungkinkan perhitungan kecepatan
dan jumlah obat yang diabsorpsi dari suatu produk obat, dengan demikian data ini
sangat membantu dalam mengevaluasi besarnya pengaruh formulasi pada
perilaku obat dalam tubuh. Bila suatu industri obat telah memiliki data efektifitas
obat melalui uji klinik dari suatu formulasi obat, maka industry obat lainnya yang
ingin memasarkan obat yang sejenis haruslah melakukan suatu penetapan
bioavailabilitas yang dapat menunjukkan bahwa formulasinya memberikan kadar
puncak yang sama, kecepatan absorpsi yang sama, dan jumlah obat yang
diabsorpsi yang sama dengan formulasi dari industri obat yang pertama. Jika ke
tiga kriteria di atas dipenuhi, adalah beralasan untuk mengharapkan bahwa
formulasi yang dikembangkan industri obat ke dua akan memberikan efek
terapeutik yang sama dengan produk obat pertama. Aplikasi konsep
bioavailabilitas yang semacam ini disebut bioekivalensi.
Kriteria Bioekivalensi
Metode uji bioekivalensi antara lain uji bioavaibilitas komparatif, uji
farmakodinamik komparatif, dan uji disolusi in vitro komparatif. Kriteria
penetapan persyaratan bioekivalensi antara lain;
Adanya fakta dari percobaan klinik yang terkendali dengan baik atau
pengamatan terkendali pada penderita yang menyatakan bahwa berbagai
produk obat tidak memberi efek terapeutik sebanding.
Adanya fakta dari studi bioekivalensi yang terkendali dengan baik menyatakan
bahwa produk-produk tersebut bukan merupakan produk- produk yang
ekivalen.
Adanya fakta bahwa produk obat yang memperlihatkan rasioterapeutik yang
sempit dan konsentrasi efektif minimum dalam darah,serta penggunaannya
secara aman dan efektif memerlukan dosis yangsesuai.
Penetapan secara medik oleh yang berwenang menyatakan bahwa
suatukekurangan bioekivalensi akan menyebabkan suatu efek yang
tidak dikehendaki yang membahayakan pada pengobatan.
Sifat fisikokimia yang meliputi bahan obat aktif memiliki kelarutan rendah
dalam air; laju pelarutan dari produk tersebut sangat rendah; bentuk struktur
tertentu dari bahan aktif terlarut sangat rendahsehingga mempengaruhi
absorpsi; produk obat mempunyai perbandingan bahan tambahan yang
besar terhadap bahan aktif; dan kebutuhan akan bahan inaktif dalam formulasi
Sifat-sifat farmakokinetik antara lain : diserapnya bahan aktif dalam jumlah
besar pada bagian tertentu dari saluran cerna, derajat absorpsinya kecil baik
dalam bentuk murninya, terjadinya prosesmetabolisme yang terlalu cepat pada
bagian terapeutik pada dinding ususatau hati, bahan obat aktif tidak stabil pada
sisi target.
Sedangkan bioekivalensi berdasarkan data kadar obat dalam darah. Ada tiga
parameter penting dalam mengevaluasi bioekivalensi antara dua formulasi dari
obat yang sama, yaitu :
1) Kadar maksimal/kadar puncak, Cmaks (mcg/ml). Kadar maksimal dari
kurva kadar darah — waktu merupakan kadar dalam darah tertinggi yang
dicapai setelah pemberian obat per oral.
2) Waktu mencapai kadar maksimal, tmaks (jam) Pada Gambar 1, tmaks =
2,0 jam. Waktu mencapai kadar maksimal merupakan waktu yang diperlukan
untuk mencapai kadar maksimal setelah pemberian obat. Parameter tmaks
berkaitan erat dengan kecepatan absorpsi obat dan dapat digunakan sebagai
ukuran yang sederhana untuk mengukur kecepatan absorpsi.
3) Luas area di bawah kurva, AUC (mcg/ml x jam). Luas area di bawah
kurva merupakan parameter yang terpenting dan merupakan ukuran
banyaknya obat yang diabsorpsi setelah pemberian dosis tunggal suatu obat
per oral.
Bioekivalensi berdasarkan data ekskresi obat dalam urin. Bila yang
diukur adalah ekskresi obat dalam urin kumulatif, parameter-parameter yang
penting adalah :
Jumlah kumulatif obat yang diekskresikan dalam urin
Kecepatan ekskresi obat dalam urin
Jika kecepatan dan jumlah obat yang diekskresikan melalui urin
setelah pemberian 2 macam produk obat yang mengandung obat aktif yang
sama itu identik, dapat disimpulkan bahwa ke dua produk obat tersebut
adalah bioekivalen. Ini didasarkan pada konsep bahwa obat yang
diekskresikan ke dalam urin berasal dari darah. Jika kedua profil kadar obat
dalam darah dan pengukuran ekskresi obat dalam urin diperoleh dari satu
subyek yang sama, maka ke dua data tersebut merupakan komplemen satu
sama lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Bioavailabilitas adalah suatu istilah yang menyatakan jumlah atau
proporsiobat yang diabsorpsi dan kecepatan absorpsi obat tersebut.
Biasanya diukur dari perkembangan kadar obat (senyawa aktif) atau
metabolit aktifnya dalam darahatau dari ekskresinya dalam urin
terhadap waktu. Sedangkan bioekivalensi merupakan dua atau lebih
obat yang apabila diberikan dalamdosis, rute pemberian, dan bentuk
sediaan yang sama serta diteliti dengan kondisieksperimental yang sama
akan memberikan bioavailabilitas yang sama.
2) Tipe bioavaibilitas adalah bioavaibilitas absolute dan bioavaibilitas
relative. Sedangkan tipe bioekivalensi antara lain Kesetaraan
farmakoklinik, kesetaran kimia, kesetaraan farmasetik, kesetaraan
biologik atau bioekuivalen, dan kesetaraan klinik.
3) Factor-faktor yang mempengaruhi bioavaibilitas terbagi atas dua yaitu
secara umum dan secara farmasetik.
4) Uji bioavailabilitas terbagi atas dua yaitu In vivo dan uji disolusi in
vitro
B. Saran
Saran dan kritik dari semua pihak sangat diperlukan guna membantu
berkembangnya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA