Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat
fisikokimia formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas
menyatakan kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.
Biofarmasetika bertujuan untuk mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke
sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik
tertentu.
Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi
oleh sifatsifat anatomi dan fisiologi tempat absorpsi serta sifat-sifat fisikokimia
atau produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variable-variabel
tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapetik tertentu.
Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat
produk obat, maka bioavaibilitas obat aktif dapat diubah dari absorpsi yang
sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorpsi yang diperlambat
atau bahkan sampai tidak terjadi absorpsi sama sekali.
Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Osser pada
tahun 1945, yaitu pada waktu Osser mempelajari absorpsi relatif sediaan
vitamin. Istilah yang dipakai pertama kali adalah availabilitas fisiologik, yang
kemudian diperluas pengertiannya dengan istilah bioavailabilitas. Dengan
mengetahui jumlah relatif obat yang diabsorpsi dan kecepatan obat berada
dalam sirkulasi sistemik, dapat diperkirakan tercapai tidaknya efek terapi yang
dikehendaki menurut formulasinya. Dengan demikian, bioavailabilitas dapat
digunakan untuk mengetahui faktor formulasi yang dapat mempengaruhi
efektivitas obat.
Beberapa obat dibuat dan dipasarkan oleh lebih dari satu pabrik farmasi.
Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat bahwa metode fabrikasi dan
formulasi dengan nyata mempengaruhi bioavaibilitas obat tersebut. Karena
1
kebanyakan produk-produk obat mengandung jumlah bahan aktif yang sama,
maka dokter, farmasis dan orang lain yang menulis resep, menyalurkan atau
membeli obat harus memilih produk yang memberikan efek terapeutik yang
ekivalen. Karena pentingnya pegetahuan tentang bioavaibilitas dan
bioekivalensi dalam ilmu farmasetika maka dalam makalah ini akan dibahas
materi mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas dan bioekivalensi ?
2. Apa sajakah tipe bioavailabilitas dan bioekivalensi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas ?
4. Metode apa saja yang digunakan dalam melakukan penilaian
bioavailabilitas?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bioavailabilitas dan bioekivalensi
2. Mengetahui tipe bioavailabilitas dan bioekivalensi
3. Mengetauhi faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas
4. Mengetahui metode yang digunakan dalam melakukan penilaian
bioavailabilitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Bioavailabilitas absolut: bioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi
sistemik dari suatu sediaan obat dibandingkan dengan bioavaibiltas zat aktif
tersebut dengan pemberian intra vena. Bioavailabilitas absolut dapat diukur dengan
membandingkan AUC produk yang bersangkutan setelah pemberian oral dan IV.
Pengukuran dapat dilakukan sepanjang Vd dan K tidak tergantung pada rute pemberian.
Availabililitas absolut dengan menggunakan data plasma dapat ditentukan sebagai
berikut.
[𝐴𝑈𝐶]𝑃𝑂/𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑃0
Availabilitas absolut =
[𝐴𝑈𝐶]𝐼𝑉/𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝑉
4
Dimana produk obat B sebagai standar pembanding yang telah diketahui. Fraksi
tersebut dapat dikalikan 100 untuk memberi prosen availabilitas relatif. Jika dosis yang
diberikan berbeda, suatu koreksi untuk dosis dibuat seperti dalam persamaan berikut.
[𝐴𝑈𝐶]𝐴
𝐴
Availabilitas relatif = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
[𝐴𝑈𝐶]𝐵
𝐵
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
5
4. Antar aksi obat/makanan, misalnya grisovulvin sukar larut dalam air.
Apabila diberikan bersama makanan berlemak jadi mudah larut. Di dalam
tubuh, digunakan surfaktan alami sehingga baik diabsorpsi. Pemberian
vitamin B12 dengan coca cola menghasilkan absorpsi yang lebih baik.
6
Cpmaks menunjukkan konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah
pemberian obat secara oral. Cpmaks memberi suatu petunjuk bahwa obat
cukup diabsorbsi secara sistemik untuk member suatu respon terapetik
dan menunjukkan adanya kadar toksik obat.
c. AUC (Area Under the Curve)
Area Under the Curve adalah suatu ukuran dari jumlah bioavailabilitas
suatu obat. Parameter ini mencerminkan jumlah total obat aktif yang
mencapai sirkulasi sistemik. AUC merupakan area dibawah kurva kadar
obat dalam plasma-waktu dari t = 0 sampai t = ∞.
∞
[AUC]∞0 = ∫0 Cp dt
FD0 FD0
[AUC]∞0 = =
klirens KVd
Dimana :
AUC tidak bergantung pada rute pamberian dan proses eliminasi obat
selama proses eliminasi obat tidak berubah.
2. Data Urin
a. Du
Du merupakan jumlah kumulatif obat yang diekskresi dalam urin secara
langsung berhubungan dengan jumlah total obat terabsorbsi.
7
Bila obat dieliminasi secara sempurna, konsentrasi obat dalam plasma
mendekati nol dan diperoleh jumlah maksimum obat yang diekskresi
diurin.
b. dDu/dt
dDu/dt adalah laju ekskresi obat dalam urin. Oleh karena sebagian besar
obat dieliminasi dengan proses laju orde kesatu.
c. t∞
t∞ merupakan waktu untuk terjadi ekskresi maksimum dalam urin. t ∞
merupakan suatu parameter yang berguna dalam studi bioekivalensi
yang membandingkan beberapa produk obat.
3. Efek Farmakologi Akut
Efek farmakologi akut seperti efek pada diameter pupil, kecepatan
denyut jantung, atau tekanan darah dapat digunakan sebagai indeks dari
bioavailabilitas.
Penggunaan efek farmakologi akut untuk menentukan
bioavailabilitas memerlukan adanya kaitan dosis-respon. Dengan demikian,
bioavailabilitas dapat ditentukan dengan memeriksa kurva dosis-respon
maupun total area dari kurva efek farmakologi akut-waktu.
4. Pengamatan Klinik
Perbedaan respon klinik mungkin disebabkan oleh perbedaan
farmakokinetik dan farmakodinamik obat antar individu. Produk obat yang
bioekivalen harus mempunyai bioavailabilitas sistemik yang sama,
sehingga respon obat yang sama dapat diperkirakan. Karena perubahan
respon klinik antar individu yang tidak dikaitkan dengan bioavailabilitas
mungkin disebabkan adanya perbedaan dalam farmakodinamik obat.
8
Sedangkan Bioekivalen adalah dua produk obat yang keduanya mempunyai
ekivalensi farmasetik atau merupakan alternatif farmasetik dan pada pemberian
dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang
sebanding sehingga efeknya akan sama dalam hal efikasi maupun keamanan.
Metode analisa yang valid diperlukan untuk menjamin keabsahan hasil uji yang
diperoleh. Bagan tahapan pelaksanaan studi BA/BE dapat dilihat sebagai
berikut :
9
mengandung zat akt if ya ng sama dalam kadar molar yang sama dengan
produk pembanding.
2. Produk obat untuk penggunaan parenteral yang lain (misal :intramuskular,
subkutan) sebagai larutan dalam air dan mengandung zat aktif yang sama
dalam kadar molar yang sama dan eksipien yang sama atau mirip dalam
kadar yang sebanding seperti dalam produk pembanding. Eksipien tertentu
(misal : pengawet, antioksidan) boleh berbeda asalkan perubahan eksipien
ini diperkirakan tidak mempengaruhi keamanan atau efikasi produk obat
tersebut.
3. Produk obat berupa larutan untuk penggunaan oral (termasuk sirup,eliksir,
tingtur atau bentuk larutan lain bukan suspensi), yang menga ndung zat aktif
dalam kadar molar yang sama dengan produk pembanding, dan hanya
mengandung eksipien yang diketahui tidak mempunyai efek terhadap transit
atau permeabilitas dalam saluran cerna.
4. Produk obat berupa bubuk untuk dilarutkan.
5. Produk obat berupa gas.
6. Produk obat berupa sediaan obat mata atau te linga sebagai larutan dalam
air dan mengandung zat aktif yang sama dalam kadar molar yang sama dan
eksipien yang praktis sama dalam kadar yang sebanding.
7. Produk obat berupa sediaan obat topikal sebagai larutan dalam air
danmengandung zat aktif yang sama dalam kadar molar yang sama dan
eksipien yang praktis sama dalam kadar yang sebanding.
8. Produk obat berupa larutan untuk aerosol atau produk inhalasi nebulizer
atau semprot hidung yang digunakan dengan atau tanpa alat yang praktis
sama sebagai larutan dalam air dan mengandung zat aktif yang sama dalam
kadar yang sama dan eksipien yang praktis sama dalam kadar yang
sebanding
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan :
1. Bioavailabilitas adalah suatu istilah yang menyatakan jumlah atau proporsi
obat yang diabsorpsi dan kecepatan absorpsi obat tersebut. Biasanya diukur
dari perkembangan kadar obat (senyawa aktif) atau metabolit aktifnya
dalam darah atau dari ekskresinya dalam urin terhadap waktu. Sedangkan
bioekivalensi merupakan dua atau lebih obat yang apabila diberikan dalam
dosis, rute pemberian, dan bentuk sediaan yang sama serta diteliti dengan
kondisi eksperimental yang sama akan memberikan bioavailabilitas yang
sama.
2. Bioavaibilitas terbagi atas bioavaibilitas absolute dan bioavaibilitas relative.
Sedangkan tipe bioekivalensi antara lain Kesetaraan farmakoklinik,
kesetaran kimia, kesetaraan farmasetik, kesetaraan biologik atau
bioekuivalen, dan kesetaraan klinik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavaibilitas terbagi atas dua yaitu
faktor umum dan faktor farmasetik.
4. Beberapa metode langsung dan tidak langsung digunakan untuk
menghitung bioavailabilitas pada manusia. Pemilihan metode tergantung
pada tujuan, metode analisis untuk menetapkan kadar obat dan sifat produk
obat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12