PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA
PENGARUH RUTE PEMBERIAN BIOAVAIBILITAS SUATU OBAT DENGAN
MENGGUNAKAN DATA DARAH
Disusun oleh :
Kelompok 1 FARMASI D
Ifa Shahnaz (201810410311154)
Asti Prenolin Rimadina (201810410311155)
IrdaAdhawanty (201810410311156)
Amelya Juniarty (201810410311159)
Nur As-Syifa Azzahra (201810410311170)
Ilham Rizaldy (201810410311179)
Rute pemakaian oral merupakan rute yang paling lazim dan popular dari
pendosisan oabt. Bentuk sediaan oral harus dirancang untuk memperhitungkan
reentang pH yang estern, ada atau tidaknya makanan, degradasi enzim, perbedaan
permeabilitas obat dalam darah yang berbeda dalam usus dan motilitas saluran
cerna. (Shargel dkk. 2012)
Larutan obat intravena (IV) dapat diberikan baik sebagai dosis bolus
(diinjeksikan semua sekaligus) atau infus secara lambat melalui suatu vena ke
dalam plasma pada suatu laju yang konstan atau orde nol. Keuntungan utama
pemberian suatu obat dengan infus IV adalah memungkinkan pengendalian yang
tepat dari konsentrasi obat dalam plasma yang cocok dengan kebutuhan pasien
injeksi. Intramuscular dilakukan memiliki laju penyerapan obat yang lebih cepat
karena daerah ini memiliki jaringan pembuluh darah yang banyak. (Shargel dkk.
2012)
Bioavabilitas intramuscular cepat dari larutan aqueous dan lambat dari larutan
qionaquaous. Biovabilitas intravena 100% laju bioavabilitas obat peroral lebih
lambat disbanding IV atau IM namun merupakan rute pemberian paling aman.
(Shargel dkk 2012)
( AUC ) A
Avaibilitas : (Shargel dkk. 2012)
( AUC ) B
Asam trikoloasetat adalah analog dari asam asetat dengan ketiga atom hydrogen
dari gugus metil digantikan oleh atom-atom klorin. Senyawa ini merupakan asam
yang cukup kuat (pKa = 0,77 lebih kuat dari disosiasi kedua asam sulfat)
penambahan fas A berfungsi untuk memberikan suasana asam bagi reaksi diazobasi
dan sebagai donor protein untuk memberikan reaksi selanjutnya obat akan
menyebabkan denaturasi protein plasma. TCA akan meningkatkan protein
mengendapkannya pada saat disentrifuge sehingga keberadaanya protein tidak
mengganggu pembacaan absorbansi ini. ( Lethe dan Syatridoun, 2006)
Obat yang cukup larut dalam lemak dapat diabsorbsi secara oral dengan cepat
berdistribusi keseluruhan kompartemen jaringan tubuh. Obat yang terikat pada
protein plasma hanya terdapat pada system vaskuler dan tidak menimbulkan aksi
farmakologis. Jika obat diberikan secara suntikan intravena , maka obat akan
masuk kedalam secara cepat akan terdistribusi ke jaringan. Penurunan konsentarsi
obat dalam plasma dari waktu ke waktu yaitu kecepatan eliminasi obat dapat diukur
dengan mengambil sampel darah secara berulang. Pada awalnya seringkali
konsentrasi menurun dengan cepat, namun kemudian kecepatan menurun
berkurang secara progresif. ( at a glance, 2016:12)
Jalur pemberian obat diberikan secara oral atau parental ( yaitu melalui jalur
non gastrointestinal). Pemberian oral sebagian obat diabsorbsi melalui jalur ini dan
cara ini paling banyak digunakan karena kenyamanannya. Akan tetapi beberapa
obat (misal : benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim dalam usus dan
harus diberikan secara parental suntikan intravena, obat akan langsung masuk ke
sirkulasi tidak melalui jalur absirbsi. Suntikan intramuscular atau subkutan, obat-
obat dalam larutan (aqueous) biasanya cukup cepat diabsorbsi tetapi absorbsi dapat
diperlambat dengan rute yang lazim dan popular dari pendosisan obat. Bentuk
sedian oral harus dirancang dengan menghitung rentang pH yang ekstrem atau ada
tidaknya makanan. Degradasi enzim, perbedaam permeabilitas obat dalam darah
berbeda dalam usus dan motilitas saluran cerna. ( Shargel, dkk. 2012). Larutan obat
intravena (IV) dapat diberikan baik sebagai dosis bolus diinjeksikan atau infus
secara lambat melalui suatu vena ke dalam plasma pada suatu laju yang konstan
atau order nol. (Shargel, dkk. 2012)
Heparin adalah salah satu jenis obat anti koagulan yang mencegah pembekuan
darah dengan jumlah atau jalan menghambat fungsi beberapa factor pembentukan
darah, meningkatkan efek antitrombin III dan menginaktifasi thrombin dan
mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin, heparin, heparin juga menstimulasi
pembebasan lipase protein. Berdasarkan struktur kimia dan betar molekulnya,
heparin dikelompokkan sebagai berikut:
a. Unfractioned heparin (NHF)
b. Low molekul weight (LMWH)
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Sprektofotometer
2. Alat Pemusing/Sentrifuge
3. Disposable syringe 1 cc
4. Timbangan untuk binatang percobaan
5. Cage (kotak kelinci)
6. Vortex mixture
7. Alat pencukur
8. Alat gelas
9. Mounth block
10. Feeding Tube
B. Bahan
1. Sulfametoksazol
2. Asam trichloro asetat 15%
3. Natrium nitrit 0,1%
4. Ammonium sulfamat 0,5%
5. N (naftil) etilen diamina dihidroklorida 0,1%
B. Intramuscular
Ditimbang berat badan kelinci
↓
Hitung dosis dan volume pemberian obat, dimana dosis sulfametoksazol intramuscular
untuk kelinci adalah 50mg/kg BB. ( 1ml larutan =250mg sulfametoksazol )
↓
Injeksikan secara intramuscular pada paha atas kelinci.
C. Intravena
Ditimbang berat badan kelinci
↓
Hitung dosis dan volume pemberian obat, dimana dosis sulfametoksazol intavena untuk
kelinci adalah 50mg/kg BB. ( 1 ml larutan= 80 mg sulfametoksazol )
↓
Injeksikan secara intravena pada pembuluh darah vena telinga marginal kelinci.
VII. KESIMPULAN
VIII. PERTANYAAN
1. Bagaimana cara pengambilan sampel darah pada kelinci?
2. Jelaskan prinsip dan bagaimanakah reaksi penetapan kadar sulfametoksazol dalam
darah!
3. Mengapa pada percobaan ini dilakukan recovery dan apa tujuannya?
4. Jelaskan secara ringkas pentingnya pKa suatu obat, pH tempat pemakaian dan
koefisien partisi lipid/air untuk absorpsi obat melalui difusi pasif!
5. Alasan apa untuk fakta bahwa beberapa obat tersedia untuk rute pemakaian yang
berbeda?
IX. DAFTAR PUSTAKA
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi
kedua, Airlangga University Press, Surabaya. 167 – 187.
Hanz, 2003
At a glance, 2006 :12
Lethe dan syatridoun, 2006