PERCOBAAN 5
Disusun oleh :
2019/2020
I. TUJUAN
Mampu menjelaskan dan menghitung availabilitas relatif maupun absolut dari produk
sirup paracetamol generik terhadap branded.
II. DASAR TEORI
Bioavailibilitas (BA) adalah presentase dan kecepatan zat aktif dalam produk obat
yang mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh / aktif, setelah
pemberian obat diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya
dalam urin. Uji Bioekivalensi (BE) merupakan data ekivalensi untuk melihat kesetaraan
sifat dan kerja obat didalam tubuh suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat innovator
sebagai pembanding. Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai
biokeivalensi farmasetik dan alternative farmasetik dan pada pemberian dengan dosis yang
sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebnading sehingga efek dalam efikasi
maupun keamanan akan sama (BPOM,2004,BPOM,2006).
Studi bioavailabilitas dilakukan baik terhadap bahan obat aktif yang telah disetujui
maupun terhadap obat dengan efek terapetik yang belum disetujui oleh FDA untuk
dipasarkan. Formula baru dari bahan obat aktif atau bagian terapetik sebelum dipasarkan
harus disetujui oleh FDA. FDA dalam menyetujui suatu produk obat untuk dipasarkan
harus yakin bahwa produk obat tersebut aman dan efektif sesuai label indikasi penggunaan.
Selain itu, produk obat juga harus memenuhi seluruh standar yang digunakan dalam
identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian. Untuk meyakinkan bahwa standar-standar
tersebut telah dipenuhi, FDA menghendaki studi bioavailabilitas / farmakokinetik dan bila
perlu persyaratan bioekivalensi untuk semua produk.Bioavailibilitas suatu obat
mempengaruhi daya terapetik, aktivitas klinik, dan aktivitas toksik obat, maka
biofarmasetika menjadi sangat penting. Biofarmsetika bertujuan mengatur pelepasan obat
sedemikian rupa ke sirkulasi sitemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi
klinik tertentu (Shargel dan Andrew,2005).
Jumlah obat yang diabsorbsi biasanya di tentukan dengan mengukur luas area di bawah
kurva (AUC) dari kurva kadar obat dalam darah vs waktu, atau dari jumlah obat kumulatif
yang di ekskresikan melalui urin. Jika suatu obat di berikan peroral dan beberapa jam
sesudahnya di ambil satu seri dari sampel darah dan di analisis kadar obat dalam darah,
kemudian hasilnya di plot pada kertas grafik, akan di peroleh kurva kadar darah – waktu.
Bioavailabilitas terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Availabilitas relatif adalah ketersediaan dalam sistemik suatu produk obat
dibandingkan terhadap suatu standar yang diketahui. Fraksi dosis yang tersedia
secara sistemik dari suatu produk oral sukar dipastikan. Availabilitas suatu formula
obat dibandingkan terhadap availabilitas formula standar, yang biasanya berupa
larutan dari obat murni, evaluasi dalam studi “cross over”. Apabila relatif dari 2
produk obat yang diberikan pada dosis dan rute pemberian yang sama dapat
diperoleh dengan persamaan berikut:
[AUC]
Availabilitas relatif = [AUC]A
𝐵
Data ekskresi obat lewat urin juga dapat digunakan untuk mengukur
availabilitas relatif apabila jumlah total obat utuh yang diekskresi dalam urin
dikumpulkan. Prosen availabilitas relatif dengan menggunakan data ekskresi urin
dapat ditentukan sebagai berikut:
[Du]∞
Prosen availabilitas relatif = [Du]𝐴∞ x 100
B
∞
[Du] adalah jumlah total obat yang diekskresi dalam urin.
2. Availabilitas absolut obat dapat diukur dengan membandingkan AUC produk yang
bersangkutan setelah pemberian oral dan iv. Pengukuran dapat dilakukan sepanjang
Vd dan K tidak tergantung pada rute pemberian. Availabilitas absolut dengan
menggunakan data plasma dapat ditentukan sebagai berikut:
[AUC]PO ⁄dosis PO
Availabilitas absolut = [AUC]IV ⁄dosis PO
Availabilitas absolut yang menggunakan data ekskresi obat lewat urin dapat
ditentukan sebagai berikut:
[Du]∞
PO ⁄dosis PO
Availabilitas absolut = [Du]∞
IV ⁄dosis IV
Availabilitas absolut juga sama dengan F, fraksi dosis yang dapat tersedia
dalam sitemik. Untuk obat-obat yang diberikan secara vascular seperti injeksi iv
bolus, F = 1 oleh karena seluruh obat secara sempurna tersedia dalam sistemik.
Untuk semua rute pemberian ekstravaskular, F 1.
(Leon Shargel, 2005; 171)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian bioekivalensi agar hasil yang
diperoleh dapat digunakan antara lain adalah:
a. Subyek, yang meliputi penetapan kriteria inklusi dan ekslusi pada saat seleksi
subyek penelitian, perlakuan awal yang perlu dilakukan terhadap subyek sebelum
uji bioekivalensi dilaksanakan
b. Rancangan, antara lain berapa jumlah subyek yang akan diguna-kan, jenis kelamin,
dan rancangan penelitian
c. Perlakuan yang akan diberikan, yang meliputi dosis obat yang digunakan, cara
pemberian, rancangan pengambilan sampel seperti sampel apa yang akan
dikumpulkan (darah, plasma, atau urin) dan waktu pengambilan sampel.Evaluasi
hasil yang diperoleh, antara lain uji statistik yang akan digunakan dan penetapan
definisi dari bioekivalen sebelum uji dimulai (Udin, dkk. 2003).
Analisis Bahan :
Paracetamol(Dirjen POM, 1979 : 37)
Rumus struktur :
Bahan :
1) Paracetamol baku 6) Asam Sulfamat 15%
2) Sirup parasetamol generik dan branded 7) Heparin
3) NaOH 10% 8) HCL 6 N
4) TCA 20% 9) Hewan uji : Kelinci
5) NaNO2 10%
IV. SKEMA KERJA
1. Pembuatan larutan baku parasetamol
Konsentrasi Absorbansi
a = -0,00945963
97 0,128
194 0,208 b = 0,001051034
388 0,212
r = 0,917497941
485 0,619
582 0,643 y = 0,001051034 x -0,00945963
679 0,682
t PCT GENERIK OBAT A OBAT B
(menit)
0 1 2 3 1 2 3 1 2 3
10 0.06 0.107 0.032 0.074 0.069 0.043 0.034 0.024 0.003
20 0.081 0.017 0.061 0.079 0.015 0.101 0.057 0.042 0.005
30 0.085 0.002 0.095 0.055 0.043 0.072 0.061 0.07 0.062
45 0.068 0.014 0.098 0.062 0.089 0.074 0.06 0.066 0.079
60 0.048 0.002 0.067 0.071 0.023 0.069 0.063 0.077 0.07
90 0.053 0.056 0.102 0.04 0.03 0.072 0.05 0.085 0.041
120 0.031 0.014 0.036 0.021 0.014 0.006 0.042 0.028 0.052
150 0.041 0.079 0.035 0.029 0.046 0.009 0.041 0.032 0.042
180 0.047 0.046 0.046 0.038 0.003 -0.002 0.039 0.031 -0.024
210 0.068 0.012 0.047 0.037 0.002 0.057 0.033 0.026 0.082
WAKTU GENERIK
1 2 3
Cp ln Cp Cp ln Cp Cp ln Cp
0 0 0 0 0 0 0
10 66.086938 4.1909711 110.8048 4.7077701 39.446509 3.6749456
20 86.06726 4.4551291 25.174851 3.2258455 67.038382 4.2052653
30 89.873035 4.498398 10.903192 2.3890556 99.387474 4.5990261
45 73.698489 4.2999823 22.320519 3.1055064 102.24181 4.6273407
60 54.669611 4.001308 10.903192 2.3890556 72.747045 4.2869883
90 59.426831 4.0847458 62.281162 4.131659 106.04758 4.6638879
120 38.495065 3.6505301 22.320519 3.1055064 43.252285 3.7670501
150 48.009504 3.871399 84.164372 4.4327717 42.300841 3.744807
180 53.718167 3.9837513 52.766724 3.9658808 52.766724 3.9658808
210 73.698489 4.2999823 20.417631 3.0163988 53.718167 3.9837513
Kadar Obat A
OBAT A
1 2 3
Cp ln Cp Cp ln Cp Cp ln Cp
0 0 0 0 0 0
79.407152 4.3745884 74.649933 4.3128096 49.912392 3.9102693
84.164372 4.4327717 23.271963 3.1472493 105.09614 4.6548755
61.329719 4.1162645 49.912392 3.9102693 77.504265 4.350333
67.989826 4.2193581 93.678811 4.539872 79.407152 4.3745884
76.552821 4.337981 30.883514 3.4302225 74.649933 4.3128096
47.05806 3.8513822 37.543621 3.6255035 77.504265 4.350333
28.980626 3.3666275 22.320519 3.1055064 14.708968 2.6884574
36.592177 3.5998345 52.766724 3.9658808 17.5633 2.8658115
45.155172 3.8101048 11.854636 2.472719 7.0974168 1.9597309
44.203729 3.7888091 10.903192 2.3890556 63.232606 4.1468201
Kadar Obat B
OBAT B
1 2 3
Cp ln Cp Cp ln Cp Cp ln Cp
0 0 0 0 0 0
41.349397 3.7220578 31.834958 3.460565 11.854636 2.472719
63.232606 4.1468201 48.960948 3.891023 13.757524 2.6215859
67.038382 4.2052653 75.601377 4.3254745 67.989826 4.2193581
66.086938 4.1909711 71.795601 4.2738232 84.164372 4.4327717
68.94127 4.233255 82.261484 4.409903 75.601377 4.3254745
56.572499 4.035523 89.873035 4.498398 48.009504 3.871399
48.960948 3.891023 35.640734 3.5734892 58.475387 4.0686059
48.009504 3.871399 39.446509 3.6749456 48.960948 3.891023
46.106616 3.8309565 38.495065 3.6505301 -13.83435 #NUM!
40.397953 3.6987791 33.737846 3.5186202 87.018704 4.4661231
Regresi linier
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0+66,0869 66,0869 + 86,0672 86,0672 +89,8730
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20) +
2 2 2
89,8730+73,6984 73,6984+54,6696 54,6696+59,4268
( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( ) x (90-
2 2 2
59,4268 +38,4951 38,4951+48,0095
60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
48,0095+53,7182 53,7182+73,6985
( ) x (180-150) +( ) x (210-180)
2 2
= 24997.855µg.menit/ml
Replikasi 2
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0+110,8048 110,8048+25,1748 25,1748+10,9032
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20)
2 2 2
10,9032+22,3205 22,3205+10,9032 10,9032+62,2812
+( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( )x
2 2 2
62,2812+22,3205 22,3205+84,1644
(90-60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
84,1644+52,7667 52,7667+20,4176 20,4176
( ) x (180-150) +( ) x (210-180) + ( )
2 2 0,0236
= 21134.517 µg.menit/ml
Replikasi 3
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0+39,4465 39,4465+67,0384 67,0384+99,3875
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20) +
2 2 2
99,3875+102,2418 102,2418+72,7470 72,7470+106,0476
( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( )x
2 2 2
106,0476+43,2523 43,2523+42,3008
(90-60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
42,3008+52,7667 52,7667+53,7182 53,7182
( ) x (180-150) +( ) x (210-180) + ( )
2 2 0,0039
= 28905.435 µg.menit/ml
Generik
5
4.5
4
3.5
3 cuplikan 1
ln Cp
2.5
cuplikan 2
2
cuplikan 3
1.5
1
0.5
0
10 20 30 45 60 90 120 150 180 210
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0+79,4071 79,4071+84,1644 84,1644+61,3297
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20) +
2 2 2
61,3297+67,9898 67,9898+76,5528 76,5528+47,0581
( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( ) x (90-
2 2 2
47,0581+28,9806 28,9806+36,5922
60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
= 21819.081 µg.menit/ml
Replikasi 2
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0 +74,6499 74,6499+23,2719 23,2719+49,9124
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20) +
2 2 2
49,9124+93,6788 93,6788+30,8835 30,8835+37,5436
( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( ) x (90-
2 2 2
37,5436+22,3205 22,3205+52,7667
60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
= 16041.913 µg.menit/ml
Replikasi 3
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0 + 49,9124 49,9124+105,0961 105,0961+77,5043
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20)
2 2 2
77,5043+79,4071 79,4071+74,6499 74,6499+77,5043
+( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( )x
2 2 2
77,5043+14,7089 14,7089+17,5632
(90-60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
= 17501.904 µg.menit/ml
Kurva Obat A
Obat A
5
4.5
4
3.5
3 cuplikan 1
ln Cp
2.5
cuplikan 2
2
cuplikan 3
1.5
1
0.5
0
10 20 30 45 60 90 120 150 180 210
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0+41,3494 41,3494+63,2326 63,2326+67,0384
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20) +
2 2 2
67,0384+66,0869 66,0869+68,9413 68,9413+56,5725
( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( ) x (90-
2 2 2
56,5725+48,9609 48,9609+48,0095
60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
= 24025.479 µg.menit/ml
Replikasi 2
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0+31,8349 31,8349+48,9609 48,9609+75,6014
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20) +
2 2 2
75,6014+71,7956 71,7956+82,2615 82,2615+89,8730
( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( ) x (90-
2 2 2
89,8730+35,6407 35,6407+39,4465
60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
= 24109.682 µg.menit/ml
Replikasi 3
𝑦1+𝑦2
[( ) x (t2-t1)]
2
0 +11,8546 11,8546+13,7575 13,7575+67,9898
[( ) x (10–0) + ( ) x (20-10) + ( ) x (30-20) +
2 2 2
67,9898+84.1644 84,1644+75,6014 75,6014+48,0095
( ) x (45-30) + ( ) x (60-45) +( ) x (90-
2 2 2
48,0095+58,4754 58,4754+48,9609
60) +( ) x (120-90) + ( ) x (150-120) +
2 2
= 17778.774 µg.menit/ml
Kurva Obat B
Obat B
5
4.5
4
3.5
3
cuplikan 1
ln Cp
2.5
cuplikan 2
2
cuplikan 3
1.5
1
0.5
0
10 20 30 45 60 90 120 150 180 210
= 24809.891µg
b. Obat A
3
√AUC 1 x AUC 2 x AUC 3
3
√21819.081 x 16041.913 x 17501.904
= 18297.537 µg
c. Obat B
3
√AUC 1 x AUC 2 x AUC 3
3
= √24025.479 𝑥 24109.682 𝑥 17778.774
= 21756.471 µg
5. Perbandingan parameter bioavailabilitas
Rerata geometrik AUC Obat A 18297.537 µ𝑔
a. = 24809.891 µ𝑔 = 0.7375098 µg
Rerata geometrik generik
Rerata geometrik Obat B 21756.471 µ𝑔
b. = = 0.8769273 µg
Rerata geometrik generik 24809.891 µ𝑔
Kesimpulan : Produk Obat A tidak bioekivalen karena tidak masuk rentang pada
literatur sedangkan Obat B dikatakan bioekivalen karena berdasarkan literature diatas.
VI. PEMBAHASAN
Pada Percobaan ke 5 kali ini dilakukan uji ketersediaan obat (bioavailabilitas obat)
terhadap kelinci yang telah diberi sediaan parasetamol dalam bentuk sirup paracetamol
generik dan branded secara oral. Tujuan penetapan bioavailabilitas adalah untuk
menetapkan produk obat dalam kaitan pengaruhnya terhadap parameter farmakokinetika
obat dan juga mampu menjelaskan dan menghitung availabilitas relatif maupun absolut dari
masing-masing produk obat. Bioavailabilitas (BA) dapat disebut pula ketersediaan hayati,
menunjukkan jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik
sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat
dalam sirkulasi sistemik. BA berguna dalam menetapkan produk obat dalam kaitan
pengaruhnya terhadap farmakokinetik obat. Sedangkan, bioekivalensi (BE) merupakan data
ekivalensi untuk melihat kesetaraan sifat dan kerja obat di dalam tubuh suatu obat copy
dibandingkan obat inovator sebagai pembanding. Bioekivalensi berguna untuk
membandingkan bioavailabilitas suatu produk obat dengan berbagai produk obat.
Penggunaan data darah dibanding data urin dalam percobaan ini adalah karena
kemudahan dalam pengambilan cuplikan, disamping itu darah merupakan tempat yang
paling cepat dicapai obat, darah mengambil obat dari tempat absorbsi, distribusi ke jaringan
sasaran, serta menghantarkan ke organ eliminasi, penetapan kadar pada cuplikan darah
akan memberikan suatu indikasi langsung berapa kadarnya yang mencapai sirkulasi. Jika
tidak ada penetapan kadar obat dalam darah yang tersedia atau jika level darah pada
pemberian dosis normal sangat rendah, maka penetapan kadar obat pada cuplikan urin
merupakan alteratif yang tepat. Keterbatasan penggunaan cuplikan urin diantaranya karena
sulitnya pengosongan kandung kencing, kemungkinan terjadinya dekomposisi obat selama
penyimpanan, dan mungkin terhidrolisisnya konjugat metabolit yang tidak stabil di dalam
urin, sehingga dapat mempengaruhi jumlah total obat dalam bentuk tak berubah yang
diekskresikan pada waktu tak terhingga.
Hal pertama yang terlebih dahulu dilakukan sebelum perlakuan yaitu penimbangan
berat badankelinci yang bertujuan agar dapat menghitung dosis obat yang diberikan pada
kelinci dan berapa volume pemberian obat pada kelinci. Darah kelinci diambil dari bagian
telinga, karena pada bagian telinga terdapat banyak pembuluh darah, dan praktikan dapat
secara leluasa mengambil darah kelinci tanpa khawatir terhadap gerakan tubuh kelinci.
Sebelum dilakukan pengambilan darah, bulu pada telinga kelincidibersihkan terlebih
dahulu menggunakan scalpel agar vena magistralis dapat terlihat dengan jelas dan tidak ada
bulu yang akan masuk ke dalam tabung eppendorf sebagai kontaminan.
Pada praktikum kali ini larutan stock paracetamol diperoleh dari etiket pada sediaan
sirup yaitu sebesar 120 mg/5ml. 250 μg/ml Darah yang telah dimasukkan dalam ependrof
sebelumnya ditetesi dengan heparin terlebih dahulu.Penambahan Heparin dalam percobaan
ini berfungsi sebagai antikoagulan yang dapat mencegah penggumpalan pada sampel darah.
Jika sampel darah yang diambil mengalami koagulasi atau penggumpalan maka yang
keluar adalah serumnya namun disini yang digunakan dalam uji pemeriksaan yakni plasma
darahnya hal ini dikarenakan obat yang akan berinteraksi dengan protein plasma dapat
membentuk suatu kompleks obat-makromolekul yang sering disebut dengan ikatan obat-
protein, atau dengan kata lain tidak dapat dilakukan pengukuran kadar obat jika darah
mengalami penggumpalan. Mekanisme heparin yang apabila berikatan dengan antitrombin
III (suatu α2-globulin) akan menginaktifkan trombin dari peredaran darah (hal serupa pada
factor koagulan IX, X, XI, XII dan plasmin). Dengan hilangnya trombin, maka tidak ada
lagi yang akan mengkatalisis pembentukan benang-benang fibrin dari fibrinogen, sehingga
tidak terjadi proses pembekuan darah. Oleh karena itu, kompleks heparin-anti trombin III
berfungsi sebagai anti koagulan.
Penambahan TCA (Trichloroacetic acid) berfungsi sebagai senyawa yang dapat
menghentikan kerja enzim yang dapat memetabolisme obat sekaligus akan menyebabkan
denaturasi protein plasma. Penambahan TCA dapat mengikat protein dan
mengendapkannya saat dilakukan proses sentrifugasi sehingga keberadaan protein tidak
mengganggu pembacaan absorbansi.Perlakuan sentrifugasi memiliki tujuan untuk
mengendapkan kompleks TCA-protein yang terbentuk. Prinsip sentrifugasi ini adalah
adanya gaya sentrifugal yaitu gaya ke arah luar lingkaran dengan memutar suatu campuran
senyawa secara melingkar pada kecepatan yang tinggi. Pada campuran senyawa dengan
kerapatan yang berbeda, senyawa dengan kerapatan yang lebih tinggi akan turun ke dasar
tabung dan campuran senyawa dapat terpisah dengan sempurna. Sentrifugasi juga
dilakukan untuk lebih dapat memisahkan protein-plasma darah dan didapatkan plasmanya
dalam bentuk beningan atau yang sering disebut supernatan. Supernatan ini yang digunakan
untuk pengukuran absorbansi karena obat yang terikat pada protein plasma tidak akan aktif
secara farmakologik sehingga tidak memiliki efek terapeutik (menyebabkan data hasil
pengamatan tidak valid).
Supernatan yang didapatkan ditambahkannya NaNO2 bertujuan untuk membentuk
senyawa diazonium, sedangkan penambahan HCl dimaksudkan untuk memberikan suasana
asam dalam pembentukan reaksi diazotasi antara Parasetamol dengan 1,0ml NaNO2 10%.
Penambahan HCl dan NaNO2 akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak tahan suhu
kamar. Karena pada suhu kamar garam diazonium akan dengan mudah terdegradasi
menjadi senyawa fenol dan gas nitrogen maka perlu dilakukan perendaman selama 15
menit ditempat dingin dengan suhu < 15oC.
Angie Priyardhan P
(1041711010)
Ani Safitri
(1041711011)
Carisa Kumalasari
(1041711026)
Nanda Alvionita
(1041821018)