Anda di halaman 1dari 14

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA BIOAKTIF TERIPANG

Holothuria atra SERTA AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIKANKER

Disusun oleh :

1. Ani Safitri ( A / 1041711011 )


2. Annisa Aryaninditya P.S ( A / 1041711013 )
3. Bella Aulia R ( A / 1041711024 )
4. Erlian Dwima A ( A / 1041711051 )

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

Jl. Letjen Sarwo Edie Wibowo Km 1 Plamongansari, Semarang

Telp. (024) 6706147 / 6725272 Fax. (024) 6706148

Website : www.stifar.ac.id E-mail : stifar_yaphar@yahoo.com


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal
Bahan Alam Laut dengan judul Fraksinasi Dan Identifikasi Senyawa Bioaktif
Teripang Holothuria Atra Serta Aktivitasnya Sebagai Antikanker.

Tujuan penyusunan proposal kami adalah dalam rangka memenuhi tugas


pada mata kuliah Bahan Alam Laut. Atas terselesaikannya proposal usaha ini, saya
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Lia Kusmita, M.Si. , selaku dosen mata kuliah Bahan Alam Laut
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun non materi.
3. Teman–teman serta semua pihak yang telah membantu.
Penyusunan makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin, namun
tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Mohon ibu
dosen dapat memberi saran maupun kritikan yang bersifat membangun demi
memperbaiki proposal ini. Semoga proposal usaha ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca.Terimakasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3

D. Manfaat Penelitian........................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

A. Waktu dan Tempat.........................................................................................4

B. Bahan dan Alat..............................................................................................4

C. Prosedur Penelitian.......................................................................................4

Partisi cair-cair..................................................................................................5

Pemisahan menggunakan kromatografi kolom (Gritter et al. 1991)................5

Pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) (Gritter et al. 1991) 5

Analisis gugus fungsi menggunakan FT-IR (Coates 2000)..............................6

Analisis massa molekul menggunakan LC-MS (Pretsch et al. 1995)..............6

D. Prosedur Analisis...........................................................................................7

Rendemen.........................................................................................................7

1 Uji alkaloid................................................................................................7

2 Uji flavonoid..............................................................................................7

3 Uji terpenoid dan steroid...........................................................................7

4 Uji fenol hidrokuinon................................................................................7

3
5 Uji tanin.....................................................................................................8

6 Uji saponin................................................................................................8

Persiapan alat....................................................................................................8

Pembuatan media kultur Roswell Park Memorial Institute (RPMI)................8

Persiapan sel (CCRC 2013)..............................................................................8

Pembiakan sel HeLa dan sel MCF-7 (CCRC 2013).........................................9

Uji MTT pada sel kanker HeLa dan sel MCF-7 (CCRC 2013)........................9

E. Analisis Data...............................................................................................10

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teripang merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi.
Data produksi teripang menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 4 390 ton dan meningkat pada tahun 2014
menjadi sebesar 5 428 ton (KKP 2015). Teripang terdiri dari 650 jenis didunia dan
10% berada di Indonesia dan dari jumlah tersebut 7 jenis yang tergolong
mempunyai nilai jual tinggi yakni teripang pasir (Holothuria scabra), teripang
hitam (Holothuria edulis), teripang coklat (Holothuria marmorata), teripang
merah (Holothuria vatiensis), teripang koro (Holothuria nobilis), teripang nanas
(Holothuroidea ananas), teripang keling (Holothuria atra) dan teripang gama
(Stichopus variegatus) (Yusuf 2008).
Teripang memiliki manfaat sebagai sumber bahan obat. Alhana et al. (2015)
melaporkan bahwa teripang gamma (Stichopus variegatus) mengandung air
93.84%, protein 24.75%, abu 2.66% dan lemak 0.18%. Hasil penelitian Rasyid
(2012) menunjukkan bahwa teripang Stichopus hermanii yang diekstraksi
menggunakan pelarut metanol mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50
sebesar 65.08 µg/mL. Janakiram (2015) menyebutkan bahwa ekstrak teripang
Cucumaria frondosa mengandung senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas
sebagai antioksidan diantaranya triterpen glikosida yang dapat meredam radikal
bebas sehingga dapat mencegah beberapa penyakit degeneratif misalnya penyakit
jantung dan kanker.
Kanker merupakan suatu penyakit yang kompleks yang diakibatkan oleh
banyak faktor. Secara fisiologis, sistem pertumbuhan sel dalam individu diatur
oleh suatu sistem keseimbangan, yaitu apoptosis dan proliferasi. Apabila terjadi
apoptosis yang berlebih, maka akan mengalami kemunduran fungsi dari suatu
sistem organ yang dapat menyebabkan pengecilan otot (Hipotrofi). Sebaliknya,
apabila terjadi proliferasi yang berlebih, maka akan membentuk suatu massa

1
tumor (malignancy) yang akan mengarah pada kanker (Ilhami et al. 2013). Jenis
kanker yang paling sering dijumpai pada wanita adalah kanker payudara (43.3%)
dan kanker serviks (14%) pada tahun 2012 (WHO 2015).
Pengobatan penyakit kanker yang selama ini dilakukan adalah pembedahan,
radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi (Van de velde 1999). Mahalnya
kemoterapi dan pengobatan kanker lainnya serta tingkat keberhasilan terapi yang
belum memuaskan mendorong banyak peneliti untuk mengkaji dan menemukan
obat baru yang lebih efektif dan selektif. Pemanfaatan organisme laut sebagai
sumber obat antikanker alami masih jarang dilakukan. Salah satu organisme laut
yang berpotensi sebagai antikanker adalah teripang (Holothuria atra).
Holothuria atra merupakan salah satu jenis teripang yang relatif murah
namun pemanfaatannya belum dioptimalkan karena memiliki rasa pahit sehingga
membuat jenis teripang ini kurang diminati oleh masyarakat. Dyck et al. (2010)
menyebutkan bahwa H. atra diketahui mengandung saponin (triterpen glikosida)
jenis holothurin A, holothurin A2, holothurin B, holothurin B1 dan holothurin B2.
Hasil penelitian Dhinakaran dan Lipton (2014) menunjukkan nilai IC50 ekstrak
H. atra terhadap sel HeLa sebesar 468 mg/mL dan 352 mg/mL terhadap sel MCF-
7.
Wijaya (2015) melaporkan bahwa teripang H. atra yang berasal dari
Lampung diekstrak menggunakan pelarut metanol memiliki rendemen sebesar
0.90% dan nilai IC50 sebesar 21.39 dan 21.05 μg/mL terhadap sel T47D dan sel
WiDr. Hasil penelitian Dinda (2016) menunjukkan H. atra yang berasal dari
Halmahera yang diekstrak dengan pelarut etanol memiliki rendemen sebesar
1.53% dan nilai IC50 sebesar 12.99 μg/mL terhadap sel WiDr, 13.42 μg/mL pada
sel MCF-7 dan 44.51 μg/mL pada sel Vero. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol teripang (H. atra) bersifat toksik dan tidak selektif terhadap sel normal
karena ekstrak yang digunakan masih dalam bentuk ekstrak kasar. Berdasarkan
hal tersebut dilakukan isolasi dan identifikasi untuk mendapatkan senyawa aktif
dan menentukan karakteristik senyawa yang bertanggung jawab sebagai
antikanker.

2
B. Rumusan Masalah
Teripang H. atra merupakan salah satu jenis teripang yang relatif murah
namun pemanfaatannya belum dioptimalkan karena memiliki rasa pahit sehingga
kurang diminati oleh masyarakat. Teripang H. atra memiliki senyawa bioaktif
diantaranya holothurin A, holothurin A2, holothurin B, holothurin B dan
holothurin B2 yang diketahui memiliki aktivitas antikanker. Oleh karena itu, perlu
dilakukan isolasi dan identifikasi untuk mendapatkan dan menentukan senyawa
bioaktif teripang (H.atra) yang memiliki aktivitas antikanker.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Menentukan fraksi aktif teripang (H. atra) yang memiliki aktivitas
antikanker dengan menggunakan Fourier transform infrared (FTIR) dan
liquid chromatography mass spectra (LC-MS).
2) Menentukan senyawa aktif holothurin yang dihasilkan oleh teripang (H.
atra)

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah terhadap teripang
keling (H. atra) serta mengetahui senyawa aktif teripang (H. atra) yang berperan
sebagai antikanker.

BAB II
METODOLOGI

3
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada November 2019 sampai dengan Juni 2020.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP), Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

E. Bahan dan Alat


Bahan utama yang digunakan adalah teripang keling beku (H. atra), sel
kanker rahim HeLa, dan sel kanker payudara Michigan Cancer Foundation-7
(MCF-7). Bahan lain yang digunakan meliputi bahan doxorubicin, tripsin-EDTA,
media roswell park memorial institute (RPMI) (Sigma), phosfat buffer saline
(PBS), 3-4,5-dimetilhiazolil-2,5-difenil tetrazolium bromide (MTT) (Merck),
sodium dodesil sulfat (Sigma), dimetil sulfoksida (Merck), etanol 96%, metanol,
asetonitril, trifluoroacetic acid (TFA), n-heksana, diklorometana, etil asetat, air,
dan C18.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rotary vacuum evaporator
(Buchi), freeze dryer, mikropipet, laminar air flow (Esco), multiwell culture disk
96 lubang (Iwaki), biosafety cabinet (Faster), mikroskop inverted (Olympus),
hemasitometer (Neubaurer-assistant), flask culture (Nunc), spektrofotometer
ultraviolet visible, pelat kaca silika gel (SiO2) 60 F254 preparatif 10 x 20 cm
(Merck), kolom kromatografi (Merck), flask, inkubator CO2, spektrofotometri
microplate reader (Thermo), spektrofotometri Fourier transform infrared (Perkin
Elmer) dan liquid chromatography ion trap time of flight mass spectrophotometer
(LC-ITTOF-MS) (Shimadzu).

F. Prosedur Penelitian
Preparasi dan Ekstraksi Teripang (Holothuria atra) (Roihanah et al. 2012,
Nursid et al. 2013)
Sampel teripang beku dilelehkan, selanjutnya ditimbang 20 kg dan
dibersihkan dengan air mengalir lalu ditiriskan. Sampel dipotong-potong (2-3
cm2) dan dimaserasi dalam etanol 96% selama 6 kali 24 jam pada suhu ruang.
Filtrat yang didapat kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1,

4
selanjutnya diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 oC
dan kecepatan 90 rpm hingga mengental menjadi ekstrak kasar. Ekstrak kasar
dikeringbekukan menggunakan freeze dryer pada suhu -46oC selama 4 hari,
sehingga didapatkan serbuk ekstrak kasar. Ekstrak kasar dihitung rendemen, uji
komponen aktif, dan uji sitotoksik MTT.

Fraksinasi Senyawa Bioaktif Teripang

Partisi cair-cair
Ekstrak kasar teripang (H. atra) dipartisi dalam corong pisah dengan pelarut
metanol : air : n-heksana : etil asetat (3:1:1:1). Sampel kemudian dikocok dan
dibiarkan memisah hingga diperoleh cairan jernih yang disebut fraksi n-heksana,
etil asetat dan metanol-air. Fraksi diuapkan menggunakan rotary vacuum
evaporator hingga kering dan sampel siap untuk penghitungan rendemen dan uji
sitotoksik MTT, sehingga diperoleh fraksi aktif.

Pemisahan menggunakan kromatografi kolom (Gritter et al. 1991)


Fraksi metanol-air sebanyak 20 g dilarutkan dalam metanol kemudian
difraksinasi menggunakan kolom vakum C18 dengan ukuran kolom 2.5x40 cm.
Elusi pertama dilakukan dengan campuran pelarut air : metanol (4:1), elusi kedua
pelarut air : metanol (3:2), elusi ketiga pelarut air : metanol (2:3), elusi keempat
pelarut air: metanol (1:4), elusi kelima pelarut metanol, elusi keenam pelarut
metanol : diklorometana (1:1), dan elusi ketujuh menggunakan pelarut
diklorometana. Setiap eluat ditampung dalam satu botol penampung. Setiap eluat
dilihat pola nodanya pada plat kromatografi lapis tipis, dihitung rendemen dan
diuji sitotoksik MTT sampai diperoleh fraksi terbaik.

Pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) (Gritter et al. 1991)


Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan senyawa berdasarkan
perbedaan distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam berupa
plat yang terbuat dari silika, sedangkan fase gerak berupa larutan eluen yang
digunakan. Kombinasi yang digunakan adalah eluen campuran yaitu etil asetat:
metanol: air (30:5:4). Ekstrak 2 mg dilarutkan dalam 0.5 mL metanol. Larutan
ekstrak tersebut kemudian ditotolkan pada plat silika dengan panjang 10 cm lebar

5
1.5 cm. Penotolan dilakukan pada jarak ±1 cm dari bawah plat KLT menggunakan
pipa kapiler. Plat dielusi dengan cara meletakkannya di dalam bejana pengembang
atau gelas kaca. Proses elusi dihentikan apabila eluen telah mencapai ¾ plat KLT.
Plat hasil pemisahan diamati dengan menyemprotkan pereaksi anisaldehid asam
sulfat.

Identifikasi Senyawa Bioaktif Teripang

Analisis gugus fungsi menggunakan FT-IR (Coates 2000)


Fraksi aktif dicampur dengan potassium bromide (KBr) pelet (1:100) dan
diberikan tekanan sekitar 8 bar selama 15 menit dalam mesin press untuk
menghasilkan pellet transparan. Sampel dipindai sebanyak 45 kali pada spektrum
IR di wilayah bilangan gelombang 4000-450 cm-1 pada suhu kamar
menggunakan FTIR. Hasil pembacaan direkam dan spektrum memperlihatkan
hasil puncak-puncak (peak) dengan nilai vibrasi yang menunjukkan gugus fungsi
suatu senyawa.

Analisis massa molekul menggunakan LC-MS (Pretsch et al. 1995)


Metode LC-MS digunakan untuk menentukan massa molekul. Selain untuk
mengetahui massa molekul, metode ini efektif untuk mengetahui tingkat
kemurnian molekul yang dianalisis, karena analisis diperoleh dari kromatogram
HPLC dan spektroskopi massa. Pengukuran spektra massa dilakukan
menggunakan LC-IT-TOF-MS dengan kolom Shim-Pack VP OD5 2 x 100 mm,
fase gerak 300 mL asetonitril + 0.1% trifluoroacetic acid (TFA) dan 300 mL air +
0.1% TFA, sistem elusi asetonitril 10-100% dan suhu kolom 30-85oC. Uji
spektroskopi massa menggunakan sejumlah 0.8 mg ekstrak dilarutkan dalam 0.8
mL metanol 95% dan disuntikkan ke dalam alat LC-IT-TOF-MS dengan laju alir
0.2 mL/menit.

6
G. Prosedur Analisis
Rendemen
Rendemen ekstrak adalah perbandingan antara bobot ekstrak yang dihasilkan
dengan bobot sampel awal sebelum diekstraksi. Rendemen ekstrak digunakan
untuk menentukan berapa persen kandungan bioaktif yang terdapat pada suatu
bahan. Persentase rendemen ekstrak dihitung dengan rumus berikut :
Rendemen (%) = Bobot ekstrak x 100 %
Bobot awal sampel

Analisis Komponen Aktif (Harborne 1987)

Analisis komponen aktif ekstrak kasar dari H. atra meliputi analisis senyawa
alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, fenol hidrokuinon, tanin, dan saponin.

1 Uji alkaloid: sebanyak 50 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi


lalu dilakukan penambahan H2SO4 dan dikocok hingga tercampur merata.
Campuran tersebut kemudian disaring dan dilakukan penambahan pereaksi
Meyer dengan melihat endapan putih, Wagner dengan melihat endapan coklat
dan Dragendorff dengan endapan jingga, jika terdapat endapan tersebut maka
sampel dinyatakan positif.
2 Uji flavonoid: sebanyak 50 mg sampel ditambahkan serbuk Mg sebanyak
0.05 mg, kemudian ditambahkan 0.2 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol.
Hasil uji positif bila larutan berwarna merah, kuning atau jingga pada lapisan
amil alkohol.
3 Uji terpenoid dan steroid: sebanyak 50 mg sampel ditambahkan kloroform
kemudian ditetesi anhidrida asam asetat sebanyak 5 tetes, selanjutnya ditetesi
H2SO4 sebanyak 3 tetes. Larutan akan berwarna merah. Hasil uji steroid
positif bila warna larutan berubah menjadi biru atau hijau, sedangkan hasil uji
triterpenoid positif bila terbentuk warna merah kecoklatan atau ungu pada
lapisan permukaan sampel.
4 Uji fenol hidrokuinon: sebanyak 50 mg sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan dicampurkan dengan 0.25 mL etanol, selanjutnya
ditambahkan FeCl3 5% sebanyak 2 tetes. Warna hijau/biru yang berubah
menjadi merah menunjukkan adanya senyawa fenol hidrokuinon dalam bahan
uji.

7
5 Uji tanin : ekstrak kasar 5 mg dimasukkan kedalam plat tetes, selanjutnya
ditambahkan 0.1 mL NaCl 10% dan 0.5 mL FeCl3 1%. Hasil uji tanin positif
bila terbentuk warna hitam kehijauan.
6 Uji saponin : ekstrak 10 mg ditambah dengan 10 mL H2O panas, kemudian
dipanaskan kembali hingga mendidih. Larutan dikocok kuat secara vertikal
selama 10-15 detik. Saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang
stabil setinggi 1-10 cm selama 10 menit dan tidak hilang pada saat
ditambahkan 1 tetes HCl 2 N.

Uji Aktivitas Antikanker terhadap Sel Kanker HeLa dan sel kanker MCF-7

Persiapan alat
Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan pemanasan pada
suhu 121oC selama 15 menit. Semua pengerjaan dilakukan dalam biosafety
cabinet yang telah dibersihkan dengan alkohol 70% dan disterilkan dengan lampu
ultraviolet.

Pembuatan media kultur Roswell Park Memorial Institute (RPMI)


Media kultur RPMI dibuat dengan cara melarutkan 10.4 g RPMI powder ke
800 mL air suling steril, kemudian ditambahkan HEPES (4-(2-hydroxyethyl)-
1piperazine ethane sulfonic acid) dan NaHCO3 untuk mempertahankan pH pada
medium kultur dengan keseimbangan antara bikarbonat terlarut dan konsentrasi
CO2, selanjutnya ditambahkan air suling steril hingga 1 L. Campuran kemudian
dihomogenkan dengan cara diaduk, lalu ukur pH hingga didapat pH 7,2-7,4
dengan menambahkan 1 M NaOH dan 1 M HCl. Sterilitas dilakukan dengan cara
menyaring menggunakan saringan membran 0.2 μm, selanjutnya ditambahkan
fungison 0.5% (antijamur), penisilin-streptomisin 2% (antibakteri), dan fetal
bovine serum (FBS) 10%.

Persiapan sel (CCRC 2013)


Tabung berisi sel dikeluarkan dari tangki nitrogen cair dan dibenamkan dalam
wadah waterbath bersuhu 37oC. Seluruh cairan sel dipipet dan dimasukkan ke
dalam tabung lalu disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.
Supernatan dibuang dan pellet yang diperoleh disuspensikan dalam 6 mL RPMI

8
yang mengandung FBS 10%. Suspensi sel dipipet dan dimasukkan dalam labu
kultur lalu diinkubasi pada suhu 37oC dalam inkubator CO2.

Pembiakan sel HeLa dan sel MCF-7 (CCRC 2013)


Sel yang telah berusia 24 jam dilakukan subkultur dalam medium RPMI
untuk uji sitotoksik. Semua medium RPMI yang berada dalam flask culture
dibuang, lalu ditambahkan PBS untuk menghilangkan medium yang masih
melekat pada sel. Sel yang masih melekat pada permukaan flask culture
dipisahkan dengan penambahan tripsin Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
0.1%, kemudian diinkubasi selama 4-5 menit dalam inkubator CO2. Setelah sel
terlihat lepas dari dasar flask culture, ditambahkan 13 mL medium RPMI
kemudian dipindahkan ke tabung sentrifus, selanjutnya disentrifus dengan
kecepatan 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan dibuang, selanjutnya
ditambahkan RPMI sebanyak 2 mL. Kultur dimasukkan dalam flask culture
(sebagai larutan induk), lalu diinkubasi pada suhu 37oC dengan aliran CO2 5
mL/menit.

Uji MTT pada sel kanker HeLa dan sel MCF-7 (CCRC 2013)
Uji ekstrak terhadap sel kanker HeLa dan sel MCF-7 dilakukan dengan
metode MTT. Prinsip kerja metode MTT adalah terjadinya reduksi garam kuning
tetrazolium MTT (3-(4,5- dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromid) oleh
sistem reduktase. Suksinat tetrazolium yang termasuk dalam rantai respirasi dalam
mitokondria sel-sel yang hidup membentuk kristal formazan berwarna ungu dan
tidak larut air. Uji dilakukan menggunakan deret konsentrasi ekstrak 5, 10, 20, 40
dan 80 µg/mL secara triplo. Larutan ekstrak sebanyak 100 µL dimasukkan ke
dalam mikroplat 96 sumuran kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator
CO2, selanjutnya ditambahkan 100 µL MTT ke dalam tiap sumuran mikroplat dan
diinkubasi selama 4 jam dalam inkubator CO2. Sodium dodesil sulfat (SDS) 10%
sebanyak 100 µL ditambahkan, selanjutnya mikroplat kembali diinkubasi selama
12 jam dalam ruang gelap. Absorbansi tiap sumur dibaca dengan spektrofotometri
microplate reader pada panjang gelombang 570 nm.

9
Jumlah sel yang mati dinyatakan dalam % dihitung berdasarkan rumus:

Inhibisi (%) = A-B x 100 %

Keterangan :

A = Absorbansi sel hidup pada kontrol (kontrol sel – kontrol media)

B = Absorbansi sel hidup pada perlakuan sampel (perlakuan sampel-


kontrol sampel)

Data persen penghambatan sel digunakan untuk mencari nilai IC50. Nilai
IC50 diperoleh berdasarkan hasil analisis regresi probit.

H. Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk
gambar, grafik, dan tabel. Data IC50 pada uji sitotoksik diperoleh berdasarkan
hasil analisis regresi probit.

10

Anda mungkin juga menyukai