Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU FARMAKOTERAPI II

“GERD”

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD RAMADHAN AMIRULLAH


NIM : O1A118098
KELAS :B
DOSEN : apt. SUNANDAR IHSAN, S.Farm., M.Sc

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
STUDI KASUS GERD

Seorang pria umur 45 tahun BB 105, TB 180 cm datang ke klinik mengeluh rasa
terbakar di dada, regurgitasi dan susah menelan makanan. Saat ini mengkonsumsi
omeprazole 20 mg setiap pagi dalam satu bulan terakhir tanpa perbaikan. Riwayat alergi
ramipril dengan manifestasi susah bernapas dan bibir bengkak.

Riwayat penyakit dyslipidemia, DM tipe 2 dan hipertensi sudah 20 tahun yang


seluruhnya terkontrol oleh pengobatan. Bekerja sebagai satpam di sekolah dasar dan hidup
dengan istri dan seorang putrinya yang masih remaja. Dia juga perokok sebanyak 2 setengah
bungkus per hari.

Riwayat pengobatan metformin 500 mg dua kali/hari, HCT 12,5 mg/hari, amlodipine
10 mg/hari, atorvastatin 20 mg/hari saat mau tidur.

Hasil pemeriksaan fisik, VS; TD 125/72 mmHg, Nadi 82/menit, Pernapasan 16


kali/menit, Suhu 37ºC

Pertanyaan :

1. Apa simtom yang menunjukkan GERD dan termasuk dalam klasifikasi apa GERD pasien?

2. Apa faktor risiko yang dapat memperburuk/berkontribusi terhadap kondisi GERD pasien?

3. Bagaimana terapi non farmakologi dan farmakologi pada pasien? Apakah omeprazole tetap
akan digunakan atau tidak?

Penyelesaian :

A. Identifikasi Permasalahan Pasien

 Identitas pasien

Nama :-

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Pria

Berat Badan : 105 kg


Tinggi Badan : 180 cm

 Keluhan pasien :

Rasa terbakar di dada, regurgitasi (perasaan ada cairan, makanan, atau asam lambung
yang bergerak ke atas kerongkongan) dan susah menelan makanan.

 Riwayat penyakit

Riwayat penyakit dyslipidemia, DM tipe 2 dan hipertensi sudah 20 tahun yang


seluruhnya terkontrol oleh pengobatan.

 Riwayat Pengobatan

Saat ini mengkonsumsi omeprazole 20 mg setiap pagi dalam satu bulan terakhir tanpa
perbaikan. Riwayat alergi ramipril dengan manifestasi susah bernapas dan bibir
bengkak.

- Metformin 500 mg dua kali/hari,

- HCT 12,5 mg/hari,

- Amlodipine 10 mg/hari,

- Atorvastatin 20 mg/hari saat mau tidur.

 Pengujian fisik :

- Tanda-tanda vital : tekanan darah 125/72 mmHg,

- Nadi 82 denyut per menit,

- Laju pernafasan 16/menit,

- suhu tubuh 37 ° C.
 Faktor resiko (Risk Factor)

- Merokok

Dalam penelitian yang dilakukan menemukan bahwa nikotin dapat


merelaksasikan cincin otot di esofagus yang lebih rendah posisinya. Dengan
demikian, asam lambung bisa naik ke atas dan menyebabkan sensasi perasaan dada
seperti terbakar (heartburn) (Tarigan, 2019).

- Obesitas

Obesitas, terutama obesitas viseral, meningkatkan risiko terjadinya GERD.


Proses ini terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu faktor mekanik berupa
peningkatan tekanan intra-abdomen, peningkatan risiko terjadinya Hernia Hiatus,
peningkatan sensitivitas TLESR yang diinduksi distensi, dan penurunan tekanan LES,
melalui faktor humoral berupa peningkatan kadar TNF-α dan IL- 6, serta melalui
gangguan motilitas berupa penundaan pengosongan lambung dan penundaan waktu
pembersihan esofagus. (Naomi, 2014)
 Diagnosis Gerd

Simtom yang menunjukkan GERD pada pasien yaitu keluhan rasa terbakar di dada,
regurgitasi dan susah menelan makanan.

GERD yang diderita pasien termasuk dalam klasifikasi sindrom esofageal (sindrom
simtomatik). Sindrom simtomatik adalah refluks esofageal tanpa adanya lesi
struktural,atau pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai kerusakan struktural
belumdilakukan. Pasien dengan sindrom refluks tipikal memiliki dua keluhan klasik,yaitu
heartburn dan atau regurgitasi. Pasien dengan sindrom nyeri dada nonkardiakyang
dominan tanpa adanya gejala refluks tipikal.

B. Tata Laksana Terapi

Tujuan pengobatan GERD adalah Eradikasi dan kontrol gejala, Menangani lesi
esofagus, dan mencegah rekurensi gejala.

 Terapi non farmakologi


- Meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum tidur
dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan asam selama tidur serta mencegah
refluks asam dari lambung ke esofagus.

- Berhenti merokok karena dapat menurunkan tonus LES sehingga secara langsung
mempengaruhi sel-sel epitel.
- Menurunkan berat badan serta menghindari pakaian ketat.

- Menghindari makanan dan minuman seperti coklat, teh, peppermint, kopi, dan
bersoda.

 Terapi farmakologi

Terapi inisial dengan PPI omeprazole dihentikan dan dilakukan investigasi


lanjutan (endoskopi, biopsi) dan tes H. Pylori. Setelah itu, diberikan terapi yang sesuai
berdasarkan hasil tes lanjutannya. Namun, apabila hasil tesnya memakan waktu lama
(misalnya untuk tes H. Pylori membuthkan waktu 1-2 hari) maka terapi inisial dengan
PPI omeprazole tetap dilanjutkan (dikonsumsi 2 x sehari). Hal tersebut dilakukan
untuk menghilangkan gejala dan memulihkan kerusakan mukosa. Untu obat-obat DM
tipe 2 dan hipertensi tetap dikonsumsi.

Informasi obat omeprazole:

Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, GERD, hipersekresi patologis


(misal, sindroma zolinger ellison)
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap omeprazole
Peringatan Pasien dengan penyakit hati, kehamilan dan menyusui
Efek Samping Urtikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, paraesteria, nyeri otot dan sendi, pandangan
kabur, edema perifer, perubahan hematologik, dan mulut kering,
Interaksi Obat Menghambat absorbsi ketoconazole dan itraconazole.
Meningkatkan kadar warfarin, diazepam, cyclosporin dan
phenitoin dan phenytoin.
Menurunkan kadar imipramin, beberapa antipsokotik dan
teofilin
Dosis Tukak lambung dan duodenum :
Dosis awal 1 x 20 mg/hari selama 4-8 minggu dapat
ditingkatkan menjadi 40mg/hari pada kasus berat atau kambuh.
Sediaan Kapsul 20 mg:
Contral, dudencer, inhipump, locev, pumpitor, zollocid, OMZ,
ozid, socid, rocer, zolacap.
Sediaan injeksi (vial) 40 mg:
Inhimump, OMZ, ozid, pumpitor, rocer, stomacher-40.
C. KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)

Untuk obat DM tipe 2 dan hipertensi diminum seperti biasa yaitu: metformin 500 mg
dua kali hari, HCT 12,5 mg/hari, amlodipine 10 mg/hari, atorvastatin 20 mg/hari saat mau
tidur. Omeprazole 20 mg diminum setiap 12 jam sehari (2 x sehari) untuk mengatasi
keluhan rasa terbakar di dada, regurgitasi dan susah menelan makanan. Apabila pasien
mengalami seperti mual, konstipasi, kembung, nyeri perut, nyeri otot dan sendi, pandangan
kabur, dan mulut kering, maka itu adalah efek samping dari obat ini setelah hasil tes H.
Pylori diketahui, maka ada terapi lain yang akan dilakukan.

Pasien harus menjalani gaya hidup sehat seperti:

1. Berhenti merokok karena dapat secara langsung mempengaruhi sel-sel epitel atau dapat
menyebabkan keparahan pada penyakit GERD.
2. Menurunkan berat badan serta menghindari pakaian ketat sehingga langsung
mempengaruhi sel-sel epitel.
3. Menghindari makanan berlemak dan minuman seperti coklat, teh, peppermint, kopi,
dan bersoda karena dapat menstimulasi sekresi asam.
4. Usahakan makan sebelum tidur dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan asam
selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung ke esofagus.

D. MONITORING

1. Memonitoring kesehatan sesuai dengan riwayat penyakit seperti memantau tanda -


tanda vital.
2. Dipantau gejala rasa terbakar di dada, regurgitasi dan susah menelan makanan selama 8
minggu. Bila tidak ada perubahan, maka dilanjutkan dengan terapi on-demand atau
langsung diberikan terapi on-demand saja.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI 2006. Penggunaan obat rasional. Kemenkes : Jakarta

Dipiro. dkk. 2008. Pharmacoteraphy A Pathophysiologic Approach Seventh Edition. Mc


Graw Hill Medical : London

Naomi, D. A. 2014. Obesity as Risk Factor of Gastroesophageal Reflux Disease. Journal


Majority, Vol. 3 (7)

Tarigan, R. C. dan Bogi, P. 2019. Analisis Faktor Risiko Gastroesofageal Refluks di RSUD
Saiful Anwar Malang. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Vol.6 (2)

Anda mungkin juga menyukai