Anda di halaman 1dari 8

FARMAKOTERAPI TERAPAN (SEMESTER GENAP 2021/2022)

STUDI KASUS : GINJAL

KELOMPOK 4
Novia Henjani 2031015320048
Prina Rosalina Sibarani 2031015320054
Santi Sepriani 2031015320058
M. Syamsul Bachri 2031015310064

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
STUDI KASUS GANGGUAN GINJAL AKUT ANGKATAN 9
Seorang pasien wanita berusia 70 tahun datang ke klinik untuk memeriksakan dirinya Kembali, setelah 2
bulan yang lalu pasien mengeluhkan sesak nafas, dispnea saat beraktivitas dan jumlah urin yang
dihasilkan sedikit. Pasien diketahui mengalami STEMI 2 bulan yang lalu. Fraksi ejeksinya saat ini 15%
(normal, 50-6-%). Pasien diketahui menderita Hipertensi, CAD, OA, baru-baru saja mengalami HF
setelah MI. Obat yang dikonsumsi pasien di rumah adalah furosemide 40 mg (1 x 1), enalapril 5 mg (1 x
1), metoprolol XL 100 mg(1 x 1), digoxin 0.125 mg (1 x 1 ), atorvastatin 40 mg (1 x 1), dan naproxen
sodium 550 mg (2 x 1), semuanya digunakanl secara oral (PO). Pasien sering lupa mnggunakan obat nya
kecuali untuk naproxen. Pemeriksaan fisik menunjukkan tungkai bawah 3+ edema pitting, ronki paru dan
mengi, positif distensi vena jugularis, dan bunyi jantung S3. Tanda-tanda vital pasien tekanan darah (TD)
198/97 mm Hg dan berat badan bertambah 4 kg sejak kunjungan terakhirnya 2 bulan lalu. Bulan lalu,
BUN dan SCr-nya adalah 23 dan 1,2 mg / dL. Pemeriksaan kadar digoksin dilaporkan sebagai "tidak
terdeteksi" (target, 0,5-0,8 ng / mL). Na +, 140 mEq / L, BUN, 56 mg / dL, SCr 1,5 mg / dL. Hasil urinalisis
menunjukan: Osmolalitas urin 622 mOsm / kg, dan berat jenis 1,092, elektrolit urin signifikan untuk Na +
12 mEq / L dan kreatinin 87 mg / dL.

STUDI KASUS GANGGUAN GINJAL KRONIS ANGKATAN 9

Seorang pasien laki-laki Tn. M, berusia 70 tahun datang ke klinik dengan keluhan “hilang nafsu makan,
badan terasa tidak nyaman, merasa cemas dengan kesehatannya”. Pasien merasa agak lemas dan tidak
berenergi setahun terakhir. Pasien tidak merasa mual atau muntah. Dalam 6 bulan terakhir pasien
merasakan penurunan nafsu makan dan makan hanya dua kali porsi kecil sehari.

Terakhir kali pasien memeriksakan diri ke dokter 7 tahun yang lalu, saat mulai menggunakan HCT dan
amlodipine untuk hipertensi. Pasien merasa tidak nyaman saat minum obat dan memutuskan untuk
berhenti minum obat dan tidak memeriksakan diri kembali ke dokter. Saat ini pasien mengunjungi klinik
untuk memeriksakan diri karena akan merawat cucunya dan bepergian, sehingga ingin memastikan
kondisi kesehatannya.

Sejarah penyakit pasien:

- Hipertensi, 20 tahun yang lalu, tidak diterapi


- Osteoarthritis, 15 tahun yang lalu
- Batu ginjal: 1981, 1990 dan 1996

Pasien diketahui merupakan pensiunan, bekerja sukarela 2 kali seminggu di dinas sosial. Baru-baru ini
pasien merokok namun tidak meinum alcohol. Kondisi fisiknya terbatas karena OA. Pasien diketahui tidak
menggunakan obat apapun baik resep, OTC dan obat herbal.

TD: 160/100 mmHg , P 96 bpm, RR 13, T 36.5 C, BB 81 kg, TB 178 cm


Extremities
2+ bilateral edema on lower extremities

Hasil Laboratorium:
Parameter Conventional Unit
Natrium 135 mEq/L
Kalium 4,6 mEq/L
Cl 110 mEq/L
Bikarbonat 18 mEq/L
BUN 45 mg/dL
SCr 2,5 mg
Glukosa 108 mg/dL
Kolesterol Total 246 mg/dL
LDL 175 mg/dL
HDL 24 mg/dL
TG 235 mg/dL
Urine Albumin 435 mg/dL

Pasien didiagnosis hiprtensi tidak diterapi dan tidak difollow up dengan baik dan pasien tidak patuh.
Pasien mengalami tanda dan gejala insufisiensi ginjal.

PEMBAHASAN KASUS 2:
A. DATABASE PASIEN
Nama Tn M
Usia 70 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Berat Badan 81 kg
Tinggi Badan 178 cm
TD 160/100 mmHg
P 96 bpm
Suhu Tubuh 36.5°C
RR 13 x/min
Riwayat Penyakit - Hipertensi (20 tahun lalu), tidak diterapi
- Osteoarthritis (15 tahun lalu)
- Batu ginjal ( tahun 1981, 1990, dan 1996)
Pekerjaan
Ddddddddd Pensiunan, sukarelawan 2 kali seminggu di dinas sosial
AlamatCccccccccc -

B. SUBJEKTIF
Keluhan  Hilang/penurunan nafsu makan dimana hanya makan 2 kali
sehari dengan porsi kecil (6 bulan terakhir)
 Badan terasa tidak nyaman
 Lemas dan tidak berenergi (1 tahun terakhir)
Ketrangan lain  Merokok
 Menggunakan HCT dan amlodipine untuk hipertensi (7 tahun
lalu)
 Tidak patuh terhadap pengobatan
 Kondisi fisiknya terbatas karena OA
 Tidak menggunakan obat apapun baik resep, OTC dan obat
herbal.

C. OBJEKTIF
Hasil laboratorium :
Parameter Conventional Unit Normal Laboratory Values
Natrium 135 mEq/L 136-146 mEq/L
Kalium 4,6 mEq/L 3.5-4.5 mEq/L
Cl 110 mEq/L 96-106 mmol/L
Bikarbonat 18 mEq/L 22-29 mEq/L
BUN 45 mg/dL 11-23 mg/dL
SCr 2,5 mg 0.7-1.5 mg/dL
Glukosa 108 mg/dL 70-115 mg/dL (puasa)
Kolesterol Total 246 mg/dL 200 mg/dL
LDL 175 mg/dL < 130 mg/dL
HDL 24 mg/dL > 35 mg/dL
TG 235 mg/dL 40-150 mg/dL
Urine Albumin 435 mg/Dl >300 mg (severe)
- Mengalami edema pada otot
- Pasien mengalami tanda dan gejala insufisiensi ginjal.

D. (FURTHER INFORMATION REQUIRED)


Pertanyaan Alasan
1. Apakah pasien sering merasakan badan
Untuk melihat tanda atau gejala
mudah lelah atau merasa lemas, dan kram
gangguan ginjal
otot?
2. Apakah pasien ada mengalami edema atau Untuk mengetahui gejala atau tanda
pembekakkan pada bagian tubuh? Kalu iya penyakit gangguan ginjal yang muncul
sejak kapan? apakah baru atau sudah lama
3. Apakah pasien ada merasakan sakit pada Untuk melihat tanda atau gejala
bagian pada bagian panggul ? gangguan ginjal
4. Apakah pasien ketika buang air kecil, Untuk melihat tanda atau gejala
urinnya berbusa? gangguan ginjal
5. Apakah pasien seorang perokok? Untuk edukasi non farmakologi
Untuk mengetahui masalah atau
6. Mengapa pasien menghentikan pengobatan
kendala pasien terkait kepatuhan
obat hipertensinya?
pengobatan
Untuk mengetahui apabila pasien
memiliki gejala atau keluhan lain
7. Apakah pasien memiliki keluhan lain?
maka bisa diberikan terapi yang
sesuai dengan keluhan pada pasien.
Untuk mengetahui terapi yang
diberikan sesuai dengan kondisi
8. Apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat
pasien agar tidak terjadinya
alergi obat?
kesalahan pemberian obat pada
pasien dengan riwayat alergi obat

E. ASSESSMENT
PROBLEM MEDIK TERAPI DRP PLAN
Diarankan pemberian
terapi hipertensi pada
pasien gagal ginjal
kronik stage G3b
maka terapi yang
dapat diberikan adalah
Tidak ada terapi ACEI/ARB (Pemberian
Hipertensi -
untuk indikasi terapi awal captopril
bagi pasien lansia 6,25
mg tiap 12 jam dan
dapat ditingkatkan jika
diperlukan sampai 150
mg dalam dosis
terbagi)
Disarankan pemberian
terapi Osteoartritis
yaitu dengan
memberikan
acetaminophen
Tidak ada terapi sebagai terapi awal
Osteoartritis -
untuk indikasi dan jika terapi efektif
maka lanjutkan
pengobatan untuk
kondisi OA
(Paracetamol 500 mg
tiap 8 jam)
Disarankan pemberian
terapi hiperlipidemia
pada pasien gagal
ginjal stage G3b
Tidak ada terapi
Hiperlipidemia - dengan memberikan
untuk indikasi
terapi statin intensitas
tinggi (40-80 mg tiap
24 jam) + ezetimibe
(10 mg tiap 12 jam)

F. PENJELASAN MASING-MASING PLAN YANG DIRENCANAKAN (BERDASARKAN


PUSTAKA)  EBM, MONITORING YANG AKAN DILAKUKAN DAN KONSELING.
1. Diarankan pemberian terapi hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik stage G3b GFR 31,1
(Moderately to severely decreased) dan Albuminuria A3 (Severely Increased)
Pengobatan terapi hipertensi pada pasien CKD pada stage (G1-G4, A3) maka terapi yang
dapat diberikan adalah ACEI/ARB dengan kondisi tekanan darah tinggi dan CKD serta
peningkatan albuminuria yang tinggi (KDIGO, 2021). (Pemberian terapi awal captopril bagi
pasien lansia 6,25 mg tiap 12 jam dan dapat ditingkatkan jika diperlukan sampai 150 mg
dalam dosis terbagi) (BNF 74, 2018).
2. Disarankan pemberian terapi Osteoartritis pada pasien dengan gagal ginjal kronik
Disarankan pemberian acetaminophen karena tidak terdapat kontraindikasi pada pasien
dengan gagal ginjal kronik dan terapi tersebut dapat dilakukan sebagai terapi awal
pengobatan. Jika terapi efektif maka lanjutkan pengobatan untuk kondisi OA (Paracetamol
500 mg tiap 8 jam) (Dipiro, 2015; BNF 74, 2018).
3. Disarankan pemberian terapi hiperlipidemia pada pasien gagal ginjal stage G3b GFR 31,1
(Moderately to severely decreased) dan Albuminuria A3 (Severely Increased)
Pemberian kombinasi statin dengan ezetimibe memberikan hasil yang signifikan
sebanyak 17% untuk menurunkan kondisi terjadinya aterosklerosis dimana dapat
menyebabkan kejadian CAD, MI, stroke non-hemorogic atau revascularisasi lainnya
(KDIGO, 2013). Pemebrian simvastatin dengan intensitas tinggi dikarenakan pasien memiliki
GFR 31 dalam rentang 30-59 mL/menit/1,73 m 3 maka pasien dikategorikan dengan kategori
resiko tinggi dan LDL pasien 175mg/dl dimana disarankan untuk penurunan setidaknya
sebanyak 50% dari total LDL dengan pemberian terapi golongan statin intensitas tinggi
seperti Atorvastatin (40-80 mg tiap 24 jam) + ezetimibe (10 mg tiap 12 jam) (Paduan Tata
Laksana Dislipidemia, 2017; BNF 74, 2018).

Monitoring :

Monitoring gejala atau keluhan setelah pasien mendapatkan pengobatan:

1. Gejala berkurang atau tidak terjadi gejala kembali seperti peningkatan nafsu makan,
berkurangnya rasa tidak nyaman dan berkurangnya rasa lemas dan merasa lebih
baik ketika pasien mendapatkan pengobatan.
2. Monitoring apabila gejala mengalami perburukan maka dapat dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.

Monitoring data laboratorium dan tanda-tanda vital setelah pasien medapatkan pengobatan:

1. Monitoring tekanan darah pasien untuk pasien gagal ginjal dengan hipertensi dengan
goal terapi dan dapat dikontrol dengan nilai tekanan darah <140/90 mmHg
2. Monitoring data laboratorium seperti elektrolit serum, kadar hiperlipid, dan serum
kreatinin mengalami perbaikan hasil untuk pemeriksaan data laboratorium
selanjutnya.
3. Monitoring apabila hasil data laboratorium dan tekanan darah pasien tidak
menimbulkan perbaikan atau mengalami peningkatan maupun perburukan maka
disarankan untuk konsultasi lebih lanjut agar mendapat terapi yang tepat.

Monitoring Non Farmakologi :

1. Melakukan diet rendah protein, diet kalium, diet natrium dan cairan
2. Mengurangi makanan yang berlemak
3. Mengurangi frekuensi merokok dan/atau lebih baik berhenti merokok
4. Melakukan gerakan fisik seperti olahraga ringan secara teratur
5. Tidak menahan apabila ingin buang air kencing

Monitoring terkait dengan efek samping pada terapi yang diberikan seperti captopril
(ESO batuk kering) apabila pasien menimbulkan gejala dan dapat memperparah kondisi
maka dapat dikonsultasikan lebih lanjut agar pasien mendapatkan terapi dengan tepat.

Konseling

a. konseling terkait dengan cara pemberian penggunaan terapi seperti Pemberian terapi
untuk hipertensi awal captopril bagi pasien lansia 6,25 mg tiap 12 jam dan dapat
ditingkatkan jika diperlukan sampai 150 mg dalam dosis terbagi), (Paracetamol 500 mg
tiap 8 jam), Atorvastatin (40-80 mg tiap 24 jam) + ezetimibe (10 mg tiap 12 jam).

b. Konseling terkait dengan kepatuhan minum obat seperti obat untuk hipertensi,
osteartritis dan hiperlipidemia agar tidak menimbulkan gejala pada pasien dan dapat
terkontrol dengan baik

c. Konseling pada pasien untuk melakukan diet rendah protein, natrium, kalium untuk
mengurangi dan meningkatkan batu ginjal serta peningkatan kadar serum elektrolit pada
pasien

d. Konseling pada pasien untuk mengurangi makan makanan yang berlemak untuk
menghindari peningkatan kadar lipid pasien

e. Konseling pada pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur

f. Konseling terkait pemberian asupan makanan yang bergizi untuk meningkatkan energy
dan kondisi pasien agar lebih sehat.
G. PUSTAKA

BNF. 2018. British National Formulary 74th Edition. BMJ Group and The Royal Pharmaceutical
Society, London.

DiPiro, J. T., B. G. Wells., T. L. Schwinghammer & C. V. DiPiro. 2015. Pharmacotherapy


Handbook, Ninth Edition. Mc Graw-Hill Education Companies, Inggris.

Kidney International. 2013. Kdigo Clinical Practice Guideline for Lipid Management in Chronic
Kidney Disease. Official Journal of the International Society of Nephrology Volume 3 Issue 3.

Kidney International. 2021. Kdigo 2021 Clinical Practice Guideline for the Management of Blood
Pressure in Chronic Kidney Disease. Official Journal of the International Society of
Nephrology Volume 99 Issue 35.

PERKI. 2017. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia 2017. Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai