KIDNEY
DISEASE
KELOMPOK 2
Anggota Kelompok
Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney ● Infeksi, misalnya pielonefritis kronik (infeksi
Disease/ CKD) adalah gangguan fungsi ginjal saluran kemih), glomerulonefritis (penyakit
Patofisiologi penyakit gagal ginjal pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarnya,
tetapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Fungsi renal
menurun, produk akhir metabolisme protein yang normalnya diekskresikan kedalam urin tertimbun
dalam darah, kegagalan ginjal sebagai fungsi ekskresi menyebabkan terjadinya akumulasi kelebihan
cairan ekstraseluler. Kombinasi penumpukan kelebihan cairan dan permeabilitas yang abnormal
pada mikrosirkulasi paru yang terjadi secara mendadak yang dipengaruhi oleh tekanan intravaskuler
yang tinggi atau karena peningkatan tekanan hidrostatik membran kapiler menyebabkan penetrasi
cairan ke dalam alveoli sehingga terjadilah edema paru yang mengakibatkan difusi O2 dan CO2
terhambat sehingga pasien merasakan sesak. (Hassan et al,2005).
KLASIFIKASI
GEJALA
(Guswanti, 2019)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Hematologi : Nilai Hb, hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit
● LFT (Liver Fungsi Test)
● Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium
● RFT (Renal Fungsi Test) : Ureum dan kreatinin
● Urine rutin
● EKG
● Endoskopi ginjal
● USG abdominal
● CT scan abdominal
● Renogram
(Monika, 2019)
ALGORITMA TERAPI
MONITORING
Pada pasien CKD stadium G3b-G5, dilakukan monitoring
laboratorium lebih sering karena peningkatan risiko hiperkalemia.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Na = 125 mEq/L GDS = 260 mg/dL Urinalisis
K = 4,9 mEq/L Kolesterol = 260 mg/d - Glukosa = +1
Cl = 108 mEq/L Trigliserida = 130 mg/dL - Protein = +4
PaCO2 = 47 mmHg HDL = 60 mg/dL
HCO3 = 20 mmol/L LDL = 120 mg/dL Diagnosa
PH = 7,2 Fe = 70 mg/dL CKD ec DM dan HT
Phos = 7,4 mEq/L Ferritin = 349 ng/dL
Ca = 8,6 mEq/L Hb = 9 mg/dL
BUN = 25 mg/dL HbA1C = 7%
SrCr = 4 mg/dL
03
ANALISIS SOAP
SUBJECTIVE
Fe 70 mg/dl Tinggi
Perhitungan
ClCr eGFR
OBJECTIVE
Riwayat Pengobatan
Metformin 500 mg Penggunaan Metformin sebagai terapi diabetes pada CKD harus dihentikan karena
OD pasien memiliki nilai eGFR 16,65 ml/min/1,73m2 dimana <30 mL/min/1.73 m2
ISDN 5 mg Untuk terapi angina pectoris, penggunaan dilanjutkan.Dosis sudah sesuai 5-40 mg 4
times/day or 40 mg every 8-12 hours (Aberg, 2009)
HCT 12,5 mg Untuk terapi hipertensi, penggunaan dilanjutkan dengan kombinasi bersama
OD Lisinopril. Dosis sudah sesuai, 12.5-50 mg/hari (Aberg, 2009). Indikasi sesuai untuk
HT stage 2
Captopril 25 mg - Merupakan golongan ACEI yang menjadi first line terapi HT stage 1
OD - Terdapat interaksi dengan Metformin, HCT dan ISDN
- Penggunaan captopril diganti dengan terapi kombinasi ACEI/ARB dan diuretik
ASSESSMENT
Diagnosis
CKD dengan Lisinopril, ACEI/ARB, dipilih Lisinopril karena tidak ada interaksi dengan riwayat obat yang
Diabetes dan kombinasi digunakan. Hipertensi stage 2, maka digunakan kombinasi 2 obat yaitu ACEI/ARB
Hipertensi ACEI/ARB dengan Thiazide.
dengan Thiazide
Anemia pada Iron Kadar Hb yang rendah pada pasien menandakan terjadinya anemia. Sehingga
CKD (Iron sucrose) diperlukan adanya terapi untuk anemia pada pasien CKD. Ditambahkan terapi
iron secara intravena. Dosis terapi : 100 mg selama 2-5 menit diberikan 1-3
kali/minggu selama dialisis; mengelola tidak lebih dari 3 kali / minggu dengan
dosis total kumulatif 1000 mg (10 dosis) (Aberg, 2009). Iron sucrose lebih dipilih
daripada iron dextran, karena diindikasikan untuk anemia, defisiensi besi terkait
penyakit ginjal kronik (HD (hemodialisis) , PD (peritoneal dialysis (dialisis
peritoneal)), ND (non-dialysis (tidak/belum menjalani)), sedangkan iron dextran
diindikasikan untuk anemia, defisiensi besi umum
ASSESSMENT
Terapi Tambahan
Calcitriol Dosis awal 0,25 mcg 1-3 Kontrol kalsium dan fosfor yang wajar harus
kali seminggu (Dipiro, dicapai sebelum memulai dan selama terapi
2015). vitamin D lanjutan (Dipiro, 2015).
kalsium karbonat Dosis awal 0-1 gram 3 kali Berisi 40% calcium,, merupakan first-line agent
sehari bersama makan (Dipiro, 2015).
(Dipiro, 2015).
PLAN
Terapi Farmakologi
CKD Stage 4
Ibu Sr memiliki nilai GFR sebesar 16,65 ml/min/1,73m2, berdasarkan
Divisions of Nephrology and Hypertension (2011), pasien dengan nilai GFR
sekitar 15-29 ml/min/1,73m2 termasuk ke dalam kategori CKD stage 4.
Diabetes Melitus
Ibu Sr memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, ditandai dengan tingginya nilai
HbA1C (7%, normal 4-6%), nilai GDS (260 mg/dl, normal <110 mg/dl), dan LDL
(120 mg/dl, normal <100 mg/dl).
Metformin
Penggunaan Metformin harus dihentikan karena nilai GFR <30 mL/min/1.73 m2 (Dipiro, 2015).
Pada kondisi renal impairment, waktu paruh metformin dalam plasma dan darah akan memanjang
dan klirens ginjal akan menurun sebanding dengan penurunan klirens kreatinin (Aberg, 2009).
Menurut JNC 7, kondisi diabetes dan hipertensi diperlukan adanya kombinasi obat seperti golongan tiazid
dan ACEI untuk mencapai target BP <130/80 mmHg. Thiazide diuretic dan ACEI bermanfaat dalam
mengurangi CVD dan kejadian stroke pada pasien dengan diabetes. Selain itu, ACEI menunjukkan efek
yang menguntungkan pada perkembangan diabetic nephropathy seperti pada pasien CKD.
Dosis HCT yang digunakan adalah 12.5-50 mg/hari. Lisinopril untuk terapi hipertensi dengan kondisi renal
impairment dimulai dengan dosis 5 mg/hari pada pasien dengan ClCr 10-30 mL/menit (Aberg, 2009).
Captopril
Captopril merupakan antihipertensi golongan ACEI yang menjadi lini pertama HT stage 1
(DiPiro et al, 2015). Tekanan darah Ibu Sr adalah 160/100 mmHg. Menurut JNC 7, tekanan darah
tersebut termasuk dalam HT stage 2. Sehingga, terapi yang diberikan adalah terapi kombinasi antara
2 obat, yaitu tiazid diuretik dengan ACEI/ARB. Selain itu, captopril juga menunjukkan interaksi dengan
obat lain (Medscape, 2019). Maka dari itu, penggunaan captopril harus diganti dengan terapi
kombinasi antara tiazid dengan ACEI/ARB.