Anda di halaman 1dari 56

ASKEP Sistem Pencernaan

JUNAEDI, M.Kep
Pokok Bahasan:
• Askep Hepatitis
• Askep Illeus Obstruktif
• Askep Hemoroid
AsKep Hepatitis
Pengertian
Proses peradangan jaringan hati yang dapat dikarenakan
paparan virus, agen farmakologik /kimia baik dengan cara
ingesti atau pemberian parenteral .

Penyebab
• Virus hepatitis A,B,C,D,E,(F,G jarang), virus lain : Epstein
Barr, cytomegalovirus;
• Reaksi transfusi darah yang terpapar virus hepatitis.
• Non infeksi disebabkan oleh bahan beracun , alkohol, obat-
obatan (acetaminophen, carbon tetracloride,
trichloroethylene
• Merupakan “food- borne” epidemics, terutama di
negara berkembang
Gejala Klinis
• Tahap Pra Ikterik (Tahap Prodromal)
3 - 10 hari (rata-rata 1 minggu) ; anorexia, hipertermi (sampai
menggigil), mual & muntah, dispepsia , artralgi, nyeri tekan
pada hepar, malaise, BB ↓.
• Tahap Ikterik (puncak dalam 1-2 minggu) ;
Didahului urine berwarna coklat, sklera
kuning , kemudian seluruh badan, ikterik
: gangguan metabolisme billirubin,
Anorexia, mual & muntah, dispepsia, nyeri
tekan pada hepar, malaise.
• Tahap Paska Ikterik (Tahap Penyembuhan) ;
Hilang dalam waktu 2-6 minggu, Ikterus berangsur berkurang
dan hilang, Penyembuhan sempurna terjadi dalam waktu 3 -
4 bulan.
Patofisiologi
Virus hepatitis menyebabkan Inflamasi  menyebar ke jar. hepar
melalui infiltrasi, inflamasi, degenerasi & regenerasi bisa terjadi
secara serentak,
Inflamasi yang disertai edema  menekan cabang vena porta,
transaminase serum me↑, masa protombin memanjang.
Laboratorium
• Alanine aminotransferase (ALT) > 1000mU/ml, Aspartate
aminotransferase (AST) > 1000-2000 mu/ml, Serum total
bilirubin > 2.5mg/dl,
• Anti HAV identifikasi  HAV,
Keradangan berlanjut (IgM), infeksi sebelumnya (IgG antibodi)
• HBsAg dan IgM anti HBc indikasi terkena HBV,
• Anti HBs indikasi sembuh atau kebal terhadap Hep B,
• Elisa  screening HCV , lebih spesifik RIBA (Recombinant
imunoblot assay)
Pemeriksaan penunjang
N0 PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
1 AST(SGOT) ASR ( SGOT) W <21 U/L P <25 U/L
2 ALT(SGPT) ALT( SGPT) W < 23 U/l P <30 U/L
3 Hemoglobin (Hb) P 13 – 16 g/dl W 12 – 14 g/dl
4 Leukosit 5000 – 10.000 uL
5 Trombosit 150.000 – 400.000 ul
6 Eritrosit P 4,5 – 5,5 juta /ul W 4 – 5 juta/ul
7 Hematrokit P 40 – 48% W 37 – 43%
8 Albumin serum 37 – 52 g/dl
9 Bilirubin serum Bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl
10 HbsAg Positif / negatif
11 USG
12 Biopsy hati
13 urinalisa
Terapi
1. Tidak ada pengobatan spesifik, Pengobatan pada hepatitis
ditekankan pada pada tindakan pencegahan diantaranya :
 Pemberian vaksin hep B dan Imunoglobulin (Ig) pada bayi
segera setelah bayi lahir dari ibu Hep B (+).
 Tidak donor darah selama dinyatakan hepatitis B (+)
 Istirahat total pada periode akut selama 1 -2 bulan.
 Diet tepat untuk pasien hepatits : tinggi kalori rendah
lemak dan protein, tidak mengandung gas, rendah garam
dan pembatasan cairan.
2. Terapi suportif : cairan dan elektrolit, vitamin K,
antihistamin untuk pruritus, antiemetik, kortikosteroid Anti
hepatitis virus.
3. Obat untuk mengurangi kegelisahan & malaise harus
dicegah (jika mengandung sedatif & toksik ke hepar).
Tatalaksana Keperawatan
Pengkajian
• Psikososial : gejala kelemahan, inaktifitas, depresi, pasien mungkin
merasa malu dengan isolasi pencegahan dan hygiene  membatasi
interaksi sosial , bosan karena perawatan yang lama dan komplikasi,
anggota keluarga kadang takut mungkin menjaga jarak dengan pasien

• Pengkajian riwayat sebelumnya : Apakah terpapar oleh pasien hepatitis


lain?, transfusi darah atau hemodialisis?, Bagaimana aktifitas seksual,
aktifitas sosial, pemakaian obat injeksi, tatto atau tindik telinga, menerima
darah atau produk darah atau transplantasi ?

• Riwayat pekerjaan, Riwayat perjalanan pasien, Kebiasaan makan/ minum


air yang mungkin terkontaminasi.

• Pengkajian fisik : mengeluh nafsu makan ↓, mudah lelah, nyeri abdomen,


arthralgia, myalgia, diarrhea/konstipasi, demam, iritabel, lemah badan,
mual/muntah.Kulit, membran mukosa, sklera diinspeksi adanya jaundice,
rash pada kulit, pasien mungkin mengeluh gatal kulit , urine warna gelap,
feses pucat, suhu (38-39 oC pada hepatitis A).
Dx keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri (akut/kronis) b.d pembesaran hepar dan menekan
kuadran kanan atas.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah
dan anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan kekuatan otot dan
mudah lelah.
4. Gangguan integritas kulit b.d gatal akibat akumulasi
garam empedu dalam darah..
5. Hipertermi b.d proses peradangan pada hati
6. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi
terhadap penyakitnya.
7. Risiko perdarahan b.d komplikasi dari hepatitis B
8. Risiko terpapar infeksi lain b.d menurunya imunitas
tubuh.
intervensi keperawatan
DX 1 : Nyeri akut / kronis b.d pembesaran hepar dan menekan
kuadran kanan atas.

Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam di


harapkan nyeri berkurang / hilang.

Kriteria hasil :
• TTV normal : TD 110/70 – 120/90mmhg, RR 16 – 20 x/menit, Sh
36,5 – 37,5°C, Nadi : 60 – 100x/menit)
• Skala nyeri 0 - 3
• Wajah tampak rilek dan nyeri berkurang sampai menghilang.
• Hepar kembali dalam batas normal (batas normal 4 – 8cm pada
garis midsternal dan 6 – 12cm pada garis midklavikula),
INTERVENSI RASIONAL

Obs TTV tiap jam atau saat Untuk mengetahui keadaan umum
dibutuhkan dan lab ast dan alt dan tingkat kronis, akut hep B
Kaji tingkat nyeri klien Menentukan tingkat nyeri klien
sebagai dasar pengambilan
keputusan/ tindakan
Beri informasi kesehatan tentang Informasi kesehatan diberikan agara
penyebab nyeri dan cara mengatasi klien siap saat nyeri
saat nyeri datang atur posisi klien
Mengajarkan teknik relaksasi Teknik relakasasi berguna dalam
mengetahui nyeri ringan sampai
sedang dan memberi kenyaman
Kolaborasi dengan medis dalam Jika teknik relaksasi tidak membantu
pemberian analgetik obat analgetik diberikan untuk
Misalnya : tramadol tablet 30mg mengurangi nyeri
peroral
DX 2 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual
muntah dan anoreksia.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


3x 24 jam diharapkan nutrisi pasien terpenuhi dan tidak
terjadi kekurangan nutrisi.

Kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
Porsi makan habis.
BB naik
Mual dan muntah berkurang.
Nilai normal albumin serum : 37 – 52 g/dl
INTERVENSI RASIONAL
Awasi pemasukan jumlah diet/ jumlah Pengaturan jumlah kalori diperlukan untuk
kalori yang masuk mengatur kecukupan nutrisi tubuh
Beri porsi makan sedikit tapi sering dan Porsi sedikit tapi sering diberikan untuk
berikan porsi makan pagi paling besar mencegah anoreksi , mual dan muntah.
Lakukan oral hygiene sebelum makan Menghilangkan rasa tak enak saat makan
dan meningkatkan nafsu makan.
Anjurkan makan pd posisi duduk tegak. Menurunkan rasa penuh pada abdomen
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Variasi makanan/ menu diharapkan dapat
pemberikan diet yang tepat sesuai meningkatkan nafsu makan.
kebutuhan pasien & variasi dalam menu Diet yang tepat akan membantu perbaikan/
makanannya. regenerasi sel hati.
Kolaborasi dengan DPJP dalam Diberikan ½ jam sebelum makan dapat
pemberian obat - obatan anti emetik dan menurunkan mual dan meningkatkan
pemberian albumin secara IV. toleransi pada makanan.
Albumin diberikan sebagai tambahan nutrisi
Kolaborasi dgn petugas lab dalam pem. Pemeriksaan albumin dan Hb dilakukan
kadar albumin dan Hb pasien. untuk mengetahui keadaan umum pasien.
DX 3 : Intoleransi aktivitas b.d penurunan kekuatan
otot dan mudah lelah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24


jam pasien diharapkan mampu beraktivitas dengan baik tanpa
bantuan.

Kriteria hasil :
- Tonus otot 5 5
5 5
- Pasien mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
- Pasein tidak mudah lelah
INTERVENSI RASIONAL
Batasi pengunjung, Ciptakan Meningkatkan istirahat dan ketenangan
lingkungan yang tenang pasien.

Menganjurkan / Ubah posisi tidur Meningkatkan fungsi pernapasan dan


pasien tiap 4 jam. menurunkan resiko dekubitus di daerah
yang banyak tertekan.

Lakukan tugas dengan cepat dan Memungkinkan periode tambahan


sesuai toleransi istirahat tanpa gangguan.

Bantu pasien dan bekerjasama dengan Selama pasien belum dapat melakukan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan secara mandiri, bersama kelurga
dasar pasien membantu pasien memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Lakukan aktivitas/ latihan gerak sendi Tirah baring lama akan munurunkan
pasif/ aktif sesuai toleransi pasien. kemampuan otot, latihan gerak
bertujuan mengembalikan kemampuan
otot selama periode itu.
Pesanan pulang ( discharge planning)
Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang :
 Meminum obat antivirus secara teratur dan tidak boleh putus selama 6 bulan
sampai 1 tahun sesuai instruksi dokter.
 Menganjurkan pasien untuk makan- makanan yang mudah dicerna, tidak
mengandung gas, tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein.
 Menciptakan lingkungan yang aman di rumah.
 Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan pasien secara
teratur, misalnya jalan kaki selama 30 menit setiap pagi.
 Menghindari mengkonsumsi alcohol atau rokok.
 Memberikan informasi terkaid kondisi yang mengharuskan pasien segera
dibawa kerumah sakit atau yan kes terddekat, seperti muntah darah, urin
sedikit berwarna gelap atau merah, peningkatan atau penurunan berat badan
secara drastis.
 Menginformasikan waktu kontrol pasien ( hari, jam, nama poli/dokter) dan
pentingnya pengecekan laboratorium secara rutin sesuai program dokter.
Askep Illeus Obstruktif
Pengertian
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase
isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.
Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi
usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari
sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut
akan terjadi distensi atau dilatasi usus.
Etiologi
• Adhesi intestinal (jaringan fibrosa pada usus yang
ditemukan saat lahir (kongenital)
• Tumor primer/metastasis  sumbatan makanan/cairan
• Hernia inkarserata  terjadi penjepitan usus  obstruksi
usus.
• Divertikulum Meckel
• Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)
• Volvulus (terpuntirnya usus)
• Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
• Askariasis
• Impaksi faeces (faecolith)
• Benda asing.
Jenis Obstruksi
Obstruksi paralitik (ileus Obstruksi Mekanik
paralitik)
• Obst. mekanik simpleks 
 kontrol otonom usus terjadi di satu tempat lokasi.
terganggu (biasanya karena
efek toksin atau trauma)  • Obst mekanik lengkung
Peristaltik tidak efektif (kompleks) terdapat 2 / lebih
(Ileus paralitik) obstruksi
• Lesi medula spinalis • Obst. intra lumen karena
• Enteritis regional adanya tekanan ekstrinsik 
meningkat dng cepat 
• Uremia
penekanan pemb. Darah 
• Imbalance elektrolit Iskemik/infark  ganggren
dinding usus halus  perforasi
 Dapat hilang dalam 2-3 hari  peritonitis
Patogenesis
Obstruksi ileum

pasase intra lumen ↓ → pengumpulan isi lumen usus (gas dan


cairan) bag. proximal  shift cairan ke Ekstra sel

distensi →hipersekresi kel. pencernaan→akumulasi cairan & gas ↑

 mual dan muntah

(hipovolemia)  volume darah ↓ (plasma & darah)

hipotensi  RBF ↓ (oliguri – anuri), sirkulasi koroner ↓, CBF ↓


Manifestasi Klinis
Gamb. Klinik Bersifat Sistemik Gambaran Klinik Serangan Kolik
Dehidrasi berat Nyeri perut berkala
Hipovolemia Distensi berat
Syok Mual / muntah
Oliguria Gelisah / menggeliat
Gangguan keseimbangan e- Bunyi usus nada tinggi
Perut gembung Halangan pasase
Kelebihan cairan usus Obstipasi
Kelebihan gas dalam usus Tidak ada flatus
Gejala Khas
1. Distensi abdomen
 makin proximal, distensi makin berkurang
2. Vomitting
Makin tinggi obstruksi (makin dekat duodenum) muntah semakin hebat,
sedangkan makin ke distal, muntah makin berkurang
3. Visible peristaltik
Bisa melihat peristaltik dari luar  tampak mengenai seluruh bagian usus
yang distended (yang melebar)
4. Hiperperistaltik
Suara peristaltik dapat terdengar sebagai borborygmi
5. Rectal Toucher
Pada RT, pada orang normal bisa merasakan rectum, orang dg obstruksi
usus rectum kosong&tdk mengembang
6. Strangulasi
Bila terjadi strangulasi, biasa yang terkena adalah vena dulu baru arteri
3 Stadium Ileus Obstruktif
• Sumbatan belum total  makanan masih bisa
berjalan ke anus walaupun sedikit 
penderita masih bisa flatus & defekasi sedikit
Parsial

• Ileus telah tersumbat total, tetapi dindingnya


belum mengalami gangguan vaskularisasi
Simpel

• Usus telah tersumbat total & telah terjadi


gangguan vaskularisasi
Strangulasi
Klasifikasi (Berdasarkan Letak)
No Klasifikasi Letak Etiologi Klinis
1. Ileus Letak Tinggi  Duodenum  Adhesi (riw.  Terutama ditandai dgn
High Level  Jejunum operasi muntah terus-menerus
Obstruction Ileus/  Ileum sebelumnya)  Perut kembung
Obstruksi Usus  Hernia
Halus/  Intususepsi
Small Bowel  Volvulus
Obstruction  Gallstone ileus
 Neoplasma

2. Ileus Letak Rendah  Colon  Neoplasma  Terutama ditandai dgn


Low Level  Rectum  Hernia kembung
Obstruction Ileus/  Volvulus  Muntah biasanya tdk
Obstruksi Usus  Intususepsi terjadi
Besar/  Divertikulitis
Large Bowel
Obstruction
Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen abdomen
2. Barium Enema
3. Elektrolit darah ↓
4. Leukosit ↑
5. Amilase ↑
6. Analisa gas darah
Pemeriksaan Penunjang Radiologi
• Rontgen BNO : i dilatasi dari usus
bag. proksimal sampai ke tempat
obstruksi .
• Usus bagian proksimal yang
terdistensi oleh gas dan cairan, 
berdilatasi oleh timbunan udara
intraluminer, sebaliknya, pada usus
bag.distal  tidak tampak bayangan
gas,
• Pada daerah rektum tidak tampak
bayangan gas atau udara.
• Rontgen posisi tegak  tampak
bayangan air fluid level yang banyak
dibeberapa tempat (multiple fluid
levels) ,
• Jumlah loop dari usus halus yang
berdilatasi  tingkat obstruksi.
sehingga berbentuk step ladder
appearance.
Diagnosa Banding
Ileus Obstruktif - Simpel Ileus Paralitik
Keluhan Nyeri keram abdominal, Nyeri abdominal ringan, perut
konstipasi, obstipasi, mual, kembung, mual, muntah,
muntah, dan anoreksia obstipasi, dan konstipasi
Hasil Borborygmi (bunyi di usus Bising usus senyap, distensi,
Pemeriksaan yang keras), bunyi peristaltic ↑ dan timpani
dengan bising usus nada tinggi,
Fisik
distensi, nyeri terlokalisir

Gambaran Foto Bow-shaped loops in ladder Dilatasi usus kecil dan usus
Polos BNO patern, terdapat gambaran gas besar dengan peningkatan
kolon yang terperangkap di diafragma
bagian distal dari lesi,
Obstruksi Usus Besar
Gambaran radiologis tergantung status
kompetensi katup ileosekal (ileocaecal valve)

Type IA :
Katup ileosekal kompeten  distensi usus
besar (t.u colon asendens), tdk ada distensi
usus halus

Type IB:
Distensi sekum & usus halus

Type II:
Katup ileosekal inkompeten  sekum &
colon asendens tdk distensi, tapi usus halus
distensi

32
Diagnosis
Anamnesis
• Pada ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di
sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruktif
usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik.

• Muntah pada ileus obstruktif usus halus berwarna


kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset
muntah lama.
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus
obstruksi adalah:
1. Koreksi keseimbangan
elektrolit dan cairan,
2. Menghilangkan
peregangan dan muntah
dengan dekompresi,
3. Mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan
4. menghilangkan obstruksi
untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi
usus kembali normal
Komplikasi
• Nekrosis usus, perforasi usus, Peritonitis
• Sepsis,
• Syok-dehidrasi,
• Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan
malnutrisi,
• Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
• Gangguan elektrolit,
• Meninggal
Prognosis
• Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5%
sampai 8% asalkan operasi dapat segera dilakukan.
• Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau
jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan
meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau
40%.
• Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
dilakukan dengan cepat
Tatalaksana Keperawatan
1. Pengkajian umum :
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat,
kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau
flatus, peningkatan bising usus (awal obstruksi), penurunan
bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis.

2. Pengkajian khusus
a. Usus halus
 Nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi,
 Mual-Muntah : makanan tak dicerna dan kim (awal) 
selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam
dan fekal
 Dehidrasi
b. Usus besar
 Ketidaknyamana abdominal ringan
 Distensi berat
 Muntah fekal laten
 Dehidrasi laten : asidosis jarang

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, demam dan
atau diforesis.
2. Nyeri b.d distensi, kekakuan abdomen
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d distensi abdomen dan atau
kekakuan abdomen.
4. Ansietas b.d krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
Intervensi
1. Pasang Infus
2. Pasang NGT , Ukur jumlah dan analisa cairan
lambung yang keluar
3. Pasang urine catheter, ukur produksi urin wajib (N ±
0,5 – 1 ml/Kg BB/jam)
4. Kolaborasi pemberian Antibiotik dan terapi
simpomatik lainnya
5. Pantau tanda-tanda kekurangan cairan,
6. Pantau tanda-tanda infeksi
Askep Hemoroid
Pengertian
Hemoroid adalah
pelebaran dan inflamasi
pembuluh darah vena
di daerah anus yang
berasal dari plexus
hemorrhoidalis.
Etiologi
• Penyebab hemoroid tidak diketahui pasti,
konstipasi kronis dan mengejan saat defekasi
penting dalam patofisiologi hemoroid.
• Mengejan terus menerus  pembuluh darah
hemoroidalis berdilatasi secara progresif &
jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan
normalnya dengan sfingter internal di bawahnya
 prolaps hemoroid + berdarah.
Faktor Resiko Hemoroid
Primer Sekunder
• Keturunan • Pekerjaan
• Anatomik dan fisiologik • Umur
• Kelemahan tonus sfingter • Endokrin
anus • Mekanis
• Pola makan
• Pola defekasi
• Kehamilan
• obstruksi vena
• Peningkatan tekanan intra
abdominal
Klasifikasi Hemoroid
1. Hemoroid Interna
2. Hemoroid Eksterna
3. Hemoroid Interna-Eksterna
Hemoroid Interna
– Ditutup oleh mukosa
– Dari plexus hemorrhoidal superior
– Pemeriksaan RT  benjolan lokasi : jam 3 – 7 – 11
– Rasa nyeri <, cenderung bleeding.
Derajat dan Manifestasi Klinik Haemoroid Internal

Derajat Perdarahan Penonjolan Reposisi


I + - Tdk perlu
II + + Spontan

III + + Manual

IV + Menetap Tidak dapat

Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah


Hemoroid Interna
Hemoroid Eksterna

• Di bawah garis mukokutan dan ditutup oleh kulit


• Berasal dari pleksus vena hemorrhoidalis inferior

Gejala dan Tanda:


 Defekasi disertai darah.
 Benjolan di anus (nyeri)
 Hemoroid tertutup oleh
kulit, hilang pd penekanan
 RT: tidak didapatkan
massa
Patofisiologi
Mengedan saat defekasi, konstipasi menahun, kehamilan & obesitas .

Peningkatan tekanan intra abdominal berulang

Transmisi tekanan ke daerah anorektal

Pelebaran vena hemoroidalis  prolaps  Edema


nyeri
iritasi hemoroid dengan feses konsistensi keras

Perdarahan Risiko infeksi


Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik (Visual) dan Rectal Toucher /RT
2. Anoskopi atau rectoscopy.
3. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
4. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan
penunjang
Penatalaksanaan
Derajat I dan II (hemorrhoid yang belum mengalami
prolaps) dapat ditolong dengan:
• Diet tinggi serat  memudahkan defekasi
• Memperbaiki kebiasaan defekasi  hindari
pengejanan berlebihan
• Suppositoria yang mengandung anestesi lokal dan
astringent serta memperbaiki
1. Skeloterapi  penyuntikan larutan
kimia yang merangsang  hemorrhoid
mengalami keradangan dan
meninggalkan jaringan fibrosis
2. Ligasi dengan gelang karet
Hemorrhoid diikat dengan gelang karet
sehingga nekrosis pada pangkal karena
iskemia  lepas sendiri bersama karet.

3. Rendam – duduk
Hemorrhoid (post op)
 direndam
dalam laurtan
desinfektan (PK)
Rubber Band Ligation
1. Hemoroidectomy eksisi

2. Stapler
Tatalaksana Keperawatan
• Pengkajian dilakukan sebagaimana pengkajian umum
dan spesifik pada keluhan serta pemeriksaan fisik.
• Sinkronkan data dengan faktor risiko dan hasil
pemeriksaan penunjang.

Masalah keperawatan yang mungkin didapatkan:


1. Nyeri sebelum dan setelah operasi
2. Gangguan eliminasi Kesulitan defekasi
3. Rasa takut jika defekasi, takut prosedur tindakan
4. Kurang pengetahuan
5. Gangguan konsep diri
6. Risiko perdarahan dan risiko infeksi
Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
• Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat besi ) b.d
pecahnya vena plexus hemoroidalis, perdarahan
anus
• Nyeri b.d adanya pelebaran vena hemoroid, edema

Postoperasi
• Nyeri b.d luka operasi dan adanya tampon
• Resikol infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
• Kurang pengetahuan b.d kurang informasi perawatan
dirumah.

Anda mungkin juga menyukai