JUNAEDI, M.Kep
Pokok Bahasan:
• Askep Hepatitis
• Askep Illeus Obstruktif
• Askep Hemoroid
AsKep Hepatitis
Pengertian
Proses peradangan jaringan hati yang dapat dikarenakan
paparan virus, agen farmakologik /kimia baik dengan cara
ingesti atau pemberian parenteral .
Penyebab
• Virus hepatitis A,B,C,D,E,(F,G jarang), virus lain : Epstein
Barr, cytomegalovirus;
• Reaksi transfusi darah yang terpapar virus hepatitis.
• Non infeksi disebabkan oleh bahan beracun , alkohol, obat-
obatan (acetaminophen, carbon tetracloride,
trichloroethylene
• Merupakan “food- borne” epidemics, terutama di
negara berkembang
Gejala Klinis
• Tahap Pra Ikterik (Tahap Prodromal)
3 - 10 hari (rata-rata 1 minggu) ; anorexia, hipertermi (sampai
menggigil), mual & muntah, dispepsia , artralgi, nyeri tekan
pada hepar, malaise, BB ↓.
• Tahap Ikterik (puncak dalam 1-2 minggu) ;
Didahului urine berwarna coklat, sklera
kuning , kemudian seluruh badan, ikterik
: gangguan metabolisme billirubin,
Anorexia, mual & muntah, dispepsia, nyeri
tekan pada hepar, malaise.
• Tahap Paska Ikterik (Tahap Penyembuhan) ;
Hilang dalam waktu 2-6 minggu, Ikterus berangsur berkurang
dan hilang, Penyembuhan sempurna terjadi dalam waktu 3 -
4 bulan.
Patofisiologi
Virus hepatitis menyebabkan Inflamasi menyebar ke jar. hepar
melalui infiltrasi, inflamasi, degenerasi & regenerasi bisa terjadi
secara serentak,
Inflamasi yang disertai edema menekan cabang vena porta,
transaminase serum me↑, masa protombin memanjang.
Laboratorium
• Alanine aminotransferase (ALT) > 1000mU/ml, Aspartate
aminotransferase (AST) > 1000-2000 mu/ml, Serum total
bilirubin > 2.5mg/dl,
• Anti HAV identifikasi HAV,
Keradangan berlanjut (IgM), infeksi sebelumnya (IgG antibodi)
• HBsAg dan IgM anti HBc indikasi terkena HBV,
• Anti HBs indikasi sembuh atau kebal terhadap Hep B,
• Elisa screening HCV , lebih spesifik RIBA (Recombinant
imunoblot assay)
Pemeriksaan penunjang
N0 PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
1 AST(SGOT) ASR ( SGOT) W <21 U/L P <25 U/L
2 ALT(SGPT) ALT( SGPT) W < 23 U/l P <30 U/L
3 Hemoglobin (Hb) P 13 – 16 g/dl W 12 – 14 g/dl
4 Leukosit 5000 – 10.000 uL
5 Trombosit 150.000 – 400.000 ul
6 Eritrosit P 4,5 – 5,5 juta /ul W 4 – 5 juta/ul
7 Hematrokit P 40 – 48% W 37 – 43%
8 Albumin serum 37 – 52 g/dl
9 Bilirubin serum Bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl
10 HbsAg Positif / negatif
11 USG
12 Biopsy hati
13 urinalisa
Terapi
1. Tidak ada pengobatan spesifik, Pengobatan pada hepatitis
ditekankan pada pada tindakan pencegahan diantaranya :
Pemberian vaksin hep B dan Imunoglobulin (Ig) pada bayi
segera setelah bayi lahir dari ibu Hep B (+).
Tidak donor darah selama dinyatakan hepatitis B (+)
Istirahat total pada periode akut selama 1 -2 bulan.
Diet tepat untuk pasien hepatits : tinggi kalori rendah
lemak dan protein, tidak mengandung gas, rendah garam
dan pembatasan cairan.
2. Terapi suportif : cairan dan elektrolit, vitamin K,
antihistamin untuk pruritus, antiemetik, kortikosteroid Anti
hepatitis virus.
3. Obat untuk mengurangi kegelisahan & malaise harus
dicegah (jika mengandung sedatif & toksik ke hepar).
Tatalaksana Keperawatan
Pengkajian
• Psikososial : gejala kelemahan, inaktifitas, depresi, pasien mungkin
merasa malu dengan isolasi pencegahan dan hygiene membatasi
interaksi sosial , bosan karena perawatan yang lama dan komplikasi,
anggota keluarga kadang takut mungkin menjaga jarak dengan pasien
Kriteria hasil :
• TTV normal : TD 110/70 – 120/90mmhg, RR 16 – 20 x/menit, Sh
36,5 – 37,5°C, Nadi : 60 – 100x/menit)
• Skala nyeri 0 - 3
• Wajah tampak rilek dan nyeri berkurang sampai menghilang.
• Hepar kembali dalam batas normal (batas normal 4 – 8cm pada
garis midsternal dan 6 – 12cm pada garis midklavikula),
INTERVENSI RASIONAL
Obs TTV tiap jam atau saat Untuk mengetahui keadaan umum
dibutuhkan dan lab ast dan alt dan tingkat kronis, akut hep B
Kaji tingkat nyeri klien Menentukan tingkat nyeri klien
sebagai dasar pengambilan
keputusan/ tindakan
Beri informasi kesehatan tentang Informasi kesehatan diberikan agara
penyebab nyeri dan cara mengatasi klien siap saat nyeri
saat nyeri datang atur posisi klien
Mengajarkan teknik relaksasi Teknik relakasasi berguna dalam
mengetahui nyeri ringan sampai
sedang dan memberi kenyaman
Kolaborasi dengan medis dalam Jika teknik relaksasi tidak membantu
pemberian analgetik obat analgetik diberikan untuk
Misalnya : tramadol tablet 30mg mengurangi nyeri
peroral
DX 2 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual
muntah dan anoreksia.
Kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
Porsi makan habis.
BB naik
Mual dan muntah berkurang.
Nilai normal albumin serum : 37 – 52 g/dl
INTERVENSI RASIONAL
Awasi pemasukan jumlah diet/ jumlah Pengaturan jumlah kalori diperlukan untuk
kalori yang masuk mengatur kecukupan nutrisi tubuh
Beri porsi makan sedikit tapi sering dan Porsi sedikit tapi sering diberikan untuk
berikan porsi makan pagi paling besar mencegah anoreksi , mual dan muntah.
Lakukan oral hygiene sebelum makan Menghilangkan rasa tak enak saat makan
dan meningkatkan nafsu makan.
Anjurkan makan pd posisi duduk tegak. Menurunkan rasa penuh pada abdomen
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Variasi makanan/ menu diharapkan dapat
pemberikan diet yang tepat sesuai meningkatkan nafsu makan.
kebutuhan pasien & variasi dalam menu Diet yang tepat akan membantu perbaikan/
makanannya. regenerasi sel hati.
Kolaborasi dengan DPJP dalam Diberikan ½ jam sebelum makan dapat
pemberian obat - obatan anti emetik dan menurunkan mual dan meningkatkan
pemberian albumin secara IV. toleransi pada makanan.
Albumin diberikan sebagai tambahan nutrisi
Kolaborasi dgn petugas lab dalam pem. Pemeriksaan albumin dan Hb dilakukan
kadar albumin dan Hb pasien. untuk mengetahui keadaan umum pasien.
DX 3 : Intoleransi aktivitas b.d penurunan kekuatan
otot dan mudah lelah.
Kriteria hasil :
- Tonus otot 5 5
5 5
- Pasien mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
- Pasein tidak mudah lelah
INTERVENSI RASIONAL
Batasi pengunjung, Ciptakan Meningkatkan istirahat dan ketenangan
lingkungan yang tenang pasien.
Bantu pasien dan bekerjasama dengan Selama pasien belum dapat melakukan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan secara mandiri, bersama kelurga
dasar pasien membantu pasien memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Lakukan aktivitas/ latihan gerak sendi Tirah baring lama akan munurunkan
pasif/ aktif sesuai toleransi pasien. kemampuan otot, latihan gerak
bertujuan mengembalikan kemampuan
otot selama periode itu.
Pesanan pulang ( discharge planning)
Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang :
Meminum obat antivirus secara teratur dan tidak boleh putus selama 6 bulan
sampai 1 tahun sesuai instruksi dokter.
Menganjurkan pasien untuk makan- makanan yang mudah dicerna, tidak
mengandung gas, tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein.
Menciptakan lingkungan yang aman di rumah.
Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan pasien secara
teratur, misalnya jalan kaki selama 30 menit setiap pagi.
Menghindari mengkonsumsi alcohol atau rokok.
Memberikan informasi terkaid kondisi yang mengharuskan pasien segera
dibawa kerumah sakit atau yan kes terddekat, seperti muntah darah, urin
sedikit berwarna gelap atau merah, peningkatan atau penurunan berat badan
secara drastis.
Menginformasikan waktu kontrol pasien ( hari, jam, nama poli/dokter) dan
pentingnya pengecekan laboratorium secara rutin sesuai program dokter.
Askep Illeus Obstruktif
Pengertian
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase
isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.
Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi
usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari
sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut
akan terjadi distensi atau dilatasi usus.
Etiologi
• Adhesi intestinal (jaringan fibrosa pada usus yang
ditemukan saat lahir (kongenital)
• Tumor primer/metastasis sumbatan makanan/cairan
• Hernia inkarserata terjadi penjepitan usus obstruksi
usus.
• Divertikulum Meckel
• Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)
• Volvulus (terpuntirnya usus)
• Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
• Askariasis
• Impaksi faeces (faecolith)
• Benda asing.
Jenis Obstruksi
Obstruksi paralitik (ileus Obstruksi Mekanik
paralitik)
• Obst. mekanik simpleks
kontrol otonom usus terjadi di satu tempat lokasi.
terganggu (biasanya karena
efek toksin atau trauma) • Obst mekanik lengkung
Peristaltik tidak efektif (kompleks) terdapat 2 / lebih
(Ileus paralitik) obstruksi
• Lesi medula spinalis • Obst. intra lumen karena
• Enteritis regional adanya tekanan ekstrinsik
meningkat dng cepat
• Uremia
penekanan pemb. Darah
• Imbalance elektrolit Iskemik/infark ganggren
dinding usus halus perforasi
Dapat hilang dalam 2-3 hari peritonitis
Patogenesis
Obstruksi ileum
Gambaran Foto Bow-shaped loops in ladder Dilatasi usus kecil dan usus
Polos BNO patern, terdapat gambaran gas besar dengan peningkatan
kolon yang terperangkap di diafragma
bagian distal dari lesi,
Obstruksi Usus Besar
Gambaran radiologis tergantung status
kompetensi katup ileosekal (ileocaecal valve)
Type IA :
Katup ileosekal kompeten distensi usus
besar (t.u colon asendens), tdk ada distensi
usus halus
Type IB:
Distensi sekum & usus halus
Type II:
Katup ileosekal inkompeten sekum &
colon asendens tdk distensi, tapi usus halus
distensi
32
Diagnosis
Anamnesis
• Pada ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di
sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruktif
usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik.
2. Pengkajian khusus
a. Usus halus
Nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi,
Mual-Muntah : makanan tak dicerna dan kim (awal)
selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam
dan fekal
Dehidrasi
b. Usus besar
Ketidaknyamana abdominal ringan
Distensi berat
Muntah fekal laten
Dehidrasi laten : asidosis jarang
Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, demam dan
atau diforesis.
2. Nyeri b.d distensi, kekakuan abdomen
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d distensi abdomen dan atau
kekakuan abdomen.
4. Ansietas b.d krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
Intervensi
1. Pasang Infus
2. Pasang NGT , Ukur jumlah dan analisa cairan
lambung yang keluar
3. Pasang urine catheter, ukur produksi urin wajib (N ±
0,5 – 1 ml/Kg BB/jam)
4. Kolaborasi pemberian Antibiotik dan terapi
simpomatik lainnya
5. Pantau tanda-tanda kekurangan cairan,
6. Pantau tanda-tanda infeksi
Askep Hemoroid
Pengertian
Hemoroid adalah
pelebaran dan inflamasi
pembuluh darah vena
di daerah anus yang
berasal dari plexus
hemorrhoidalis.
Etiologi
• Penyebab hemoroid tidak diketahui pasti,
konstipasi kronis dan mengejan saat defekasi
penting dalam patofisiologi hemoroid.
• Mengejan terus menerus pembuluh darah
hemoroidalis berdilatasi secara progresif &
jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan
normalnya dengan sfingter internal di bawahnya
prolaps hemoroid + berdarah.
Faktor Resiko Hemoroid
Primer Sekunder
• Keturunan • Pekerjaan
• Anatomik dan fisiologik • Umur
• Kelemahan tonus sfingter • Endokrin
anus • Mekanis
• Pola makan
• Pola defekasi
• Kehamilan
• obstruksi vena
• Peningkatan tekanan intra
abdominal
Klasifikasi Hemoroid
1. Hemoroid Interna
2. Hemoroid Eksterna
3. Hemoroid Interna-Eksterna
Hemoroid Interna
– Ditutup oleh mukosa
– Dari plexus hemorrhoidal superior
– Pemeriksaan RT benjolan lokasi : jam 3 – 7 – 11
– Rasa nyeri <, cenderung bleeding.
Derajat dan Manifestasi Klinik Haemoroid Internal
III + + Manual
3. Rendam – duduk
Hemorrhoid (post op)
direndam
dalam laurtan
desinfektan (PK)
Rubber Band Ligation
1. Hemoroidectomy eksisi
2. Stapler
Tatalaksana Keperawatan
• Pengkajian dilakukan sebagaimana pengkajian umum
dan spesifik pada keluhan serta pemeriksaan fisik.
• Sinkronkan data dengan faktor risiko dan hasil
pemeriksaan penunjang.
Postoperasi
• Nyeri b.d luka operasi dan adanya tampon
• Resikol infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
• Kurang pengetahuan b.d kurang informasi perawatan
dirumah.