Sedang-Berat
Ringan
Satu atau lebih hal
· Tidur normal
berikut:
· Tidak ada
· Tidur terganggu
gangguan pada
· Gangguan pada
aktivitas harian,
aktivitas harian,
olahraga, santai
olahraga dan santai
· Bekerja dan
· Gangguan pada
sekolah normal
kegiatan pekerjaan dan
· Tidak ada
sekolah
keluhan yang
· Keluhan yang
mengganggu
mengganggu
bersin berulang kali
-rhinore
- tenggorokan , hidung, kerongkongan gatal
-mata merah , gatal, berair
- post nasal drip
1. Ringan
Antihistamin H1 generasi I, misalnya CTM 0,25
mg/kg/hari dibagi 3 dosis. Bila terdapat gejala hidung
tersumbat dapat ditambah dekongestan seperti
pseudoefedrin 1 mg/kg/dosis, diberikan 3 kali sehari.
2. Sedang/Berat
Antihistamin H1 generasi II misalnya setirizin
0,25mg/kg/kali diberikan sekali sehari atau 2 kali sehari
pada anak usia kurang dari 2 tahun, atau generasi
ketiga seperti desloratadine dan levocetirizin pada anak
> 2 tahun. Bila tidak ada perbaikan atau bertambah berat
dapat diberikan kortikosteroid misalnya prednison 1
mg/kg/hari dibagi 3 dosis, paling lama 7 hari.
1. Ringan
Antihistamin generasi II (setirizin) jangka lama.
Bila gejala tidak membaik dapat diberikan
kortikosteroid intranasal misalnya mometason
furoat atau flutikason propionat.
2. Sedang/berat
Diberikan kortikosteroid intranasal jangka
lama dengan evaluasi setelah 2-4 minggu.
Bila diperlukan ditambahkan pula obat-obat
simtomatik lain seperti rinitis alergi
intermiten sedang/berat.
Bersifat kausatif
Imunoterapi merupakan proses yang lambat dan
bertahap dengan menginjeksikan alergen yang
diketahui memicu reaksi alergi pada pasien
dengan
dosis yang semakin meningkat.
Tujuannya adalah agar pasien mencapai
peningkatan toleransi terhadap alergen, sampai
dia
tidak lagi menunjukkan reaksi alergi jika terpapar
oleh senyawa tersebut.
Larutan alergen yang sangat encer
(1:100.000 )sampai 1:1000.000.000 b/v)
diberikan 1 – 2 kali seminggu.
Konsentrasi kemudian ditingkatkan sampai
tercapai dosis yang dapat ditoleransi.
Dosis ini kemudian dipertahankan setiap 2-6
minggu, tergantung pada respon klinik.
Terapi dilakukan sampai pasien dapat
mentoleransi alergen pada dosis yang
umumnya dijumpai pada alergen.
ditunjukkan dengan :
berkurangnya produksi IgE,
meningkatnya produksi IgG,
perubahan pada limfosit T,
berkurangnya pelepasan mediator dari sel yang
tersensitisasi, dan
berkurangnya sensitivitas jaringan terhadap
alergen.
Namun :
imunoterapi terbilang mahal dan butuh waktu
lama,
membutuhkan komitmen yang besar dari pasien
R/ CTM 4 mg tab no XII
S4dd tab 1
Mekanisme kerja:
mekanisme mengenai kerja betaxolol dalam menurunkan produksi
akuos masih sedikit diketahui karena sedikitnya reseptor beta-1 di mata
tetapi mungkin terjadi pengikatan pada reseptor beta-2 juga.
Farmakokinetik:
mula kerja terjadi dalam 30 menit, efek maksimum terjadi 2 jam
setelah pemberian topikal dan dosis tunggal, memberikan penurunan
tekanan selama 12 jam.
Dosis:
betaxolol hidroklorid tersedia sebagai larutan topikal dalam
konsentrasi 0.25 % dan 0.5 %.
Efek samping:
iritasi okular, ketidaknyamanan dan lakrimasi sewaktu-waktu,
penurunan sensitivitas kornea, eritema, gatal, keratitis dan fotofobia.
c. Levubunolol
Farmakokinetik:
mula kerja levobunolol terjadi dalam 1 jam setelah
pemberian dengan efek maksimum antara 2-6 jam.
Mekanisme kerja:
menurunkan TIO dengan menurunkan produksi cairan
akuos dan efektivitasnya setara timolol .
Dosis:
tersedia sebagai larutan topikal dalam konsentrasi
0.25 % dan 0.5 % untuk dua kali sehari .
Efek samping:
sensasi terbakar sementara pada mata, blefaro
konjungtivitis, pedih dan penurunan sensitivitas kornea.
2. Apraklonidin ( Agonis Adrenergik A2 )
Termasuk salah
Termasuk ciri –ci
satu ciri
dari kusta
penyakit kusta
pausibasilar
Antibiotik Topikal (salep mata) :
R/ Erythromysin 0,5 % tube no I
S.u.e 3 dd ODS
OTITIS EKSTERNA, OTITIS MEDIA KRONIK dan
OTITIS MEDIA SUPIRATIF KRONIK
Apa obat yang tepat untuk Otitis Eksterna,
Otitis Media Kronik, Otitis Media Supuratif
Kronik apakah sediaan oral atau topikal?
Berikan alasan dengan menyertakan bukti
ilmiah (evidance-based)!
Otitis eksterna adalah radang liang telinga yang
bersifat akut maupun kronik disebabkan oleh
infeksi bakteri, virus atau jamur. Faktor penyebab
timbulnya otitis eksterna adalah kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan
alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menyebabkan edema dari
epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflamasi dan menimbulkan
eksudat.
Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi
menyebabkan peningkatan suhu lalu
menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam
telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan
pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar
dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan
tulang temporal.
Tatalaksana Acute Otitis Eksterna karena Bakteri
1. Analgetik oral untuk mengatasi rasa nyeri: NSAIDs
2.) Terapi antibiotik sistemik menjadi pilihan jika ada
kondisi premorbid seperti DM dan imunodefisiensi.
3. Untuk pasien tanpa kondisi premorbid: antibiotik
topikal non ototoksik
4. Jika terdapat obstruksi telinga (ex. serumen) dilakukan
aural toilet terlebih dahulu
5. Pilih antibiotik yang sensitif terhadap bakteri
Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus Aureus
6. Pemilihan antibiotik dipengaruhi pola resistensi
kuman yang ada pada populasi tersebut.
Sediaan Antiseptik Topikal
• Acetic acid 2% in alcohol, 4 x 3-4 tetes per hari
• Aluminum acetate solution