Pro :Anak
Usia :8 tahun
Seorang pria, 65 tahun pada saat pemeriksaan mata
ditemukan peningkatan tekanan intraokuler. Pasien
didiagnosis glaukoma.
Tonometer schiotz Tonometer aplanasi Tebal kornea
•pemeriksaan ini dilakukan pada goldman •Kornea yang tipis dapat
pasien ditidurkan dengan posisi •alat ini mengukur tekanan bola menyebabkan kesan tekanan bola
horizontal dan mata ditetesi dengan mata dengan memberikan tekanan mata yang rendah demikian pula
obat anastesi topikal atau pantokain yang akan membuat rata sebaliknya kornea yang tebal akan
0,5%. permukaan kornea dalam ukuran memberikan kesan tekanan bola
tertentu dan kecil. mata tinggi.
Tonografi Gonioskopi
•Nilai tonografi C = 0.18 adalah •Pemeriksaan ini dilakukan dengan
normal, kurang dari 0.13 adalah meletakkan lensa sudut (geniolens)
patologik. Bila C kurang dari 0.18 di dataran depan kornea setelah
maka keadaan ini dicurigai diberikan lokal anastetikum
penderita menderita glaukoma
a. Parasimpatomimetik, agonis kolinergik
Daftar farmakokinetik karbakol dan pilokaroin
Karbakol
- intraokular Detik 2-5 menit 1-2 hari
- topikal 10-20 menit 4-8 jam
Pilokarpin
-topikal 10-30 menit 4-8 jam
KARBAKOL
Efek Samping :
berkeringat,
bradikardi,
Indikasi : hipersalivasi,
bronkospasme,
Menurunkan TIO
dan kolik usus
setelah
penyerapan
sistemik.
Efek Samping :
berkeringat,
bradikardi,
Indikasi : hipersalivasi,
Mengendalikan bronkospasme,
TIO dan kolik usus
setelah
penyerapan
sistemik.
KARBAKOL PILOKARPIN
Bentuk Sediaan :
Bentuk Sediaan : Larutan 0,025; 0,5; 1; 2; 4; 6; 8; 10
Larutan 0,75; 1,5; 2,25; 3%
Dosis :
Dosis :
1 tetes 2-3 X
2-3 x 1 tetes perhari
b. Senyawa penghambat beta adrenergik
Betaksolol β1 ≤ 30 2 12
Metilprano β 1 dan β2 ≤ 30 ≈2 24
lo
Indikasi :
mengurangi tekanan intraokuler glaukoma simpleks Kronik,
tetapi dalam glaukoma sudut lebar kronis dibatasi pada pasien yang
alergi pada zat pengawet atau mereka yang memakai lensa
kontak.
Efek samping :
mata kering sementara blefarokonjungtivitis, uveitis anterior
granulomatosa.
Penghambat beta Bentuk sediaan Dosis
adrenergik
Efek Samping :
pigmentasi coklat yang menetap atau reversibel terutama
pada mereka yang warna irisnya bercampur, iritasi okuler,
hiperaemia konjungtiva, erosi epitalial punctata.
Dosis :
1 tets 2x sehari larutan 0,005%
Seorang wanita, 35 tahun mengeluh mata kanan merah. Pada pemeriksaan
ditemukan : mata kanan : injeksi konjungtiva (+), injeksi siliaris (-) visus mata
dalam batas normal, terdapat discharge purulent warna kuning. Mata kiri :
normal.
DIAGNOSIS KASUS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien tersebut.
Maka, suspek adalah “Konjungtivitis”
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data WHO pada tahun 2011 mengenai distribusi pasien
Morbus Hansen di seluruh dunia, Indonesia merupakan daerah endemis
dengan lebih dari 10.000 kasus baru per tahun dengan prevalensi 1,03 per
10.000 penduduk.
Sumber
penularan :
Penderita Lepra
MB
Cara penularan:
Penyebab : Melalui sal.
Mycobacterium ETIOLOGI pernapasan atas
leprae atau melalui
kontak kulit
Host:
Kondisi imunitas
yang rendah
Mycobacterium leprae
Dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen • Bakteri intraseluler obligat yang tidak dapat
dibiakan pada media buatan
• Sifat tahan asam M. leprae dapat diekstraksi
oleh piridin
• M.leprae merupakan satu-satunya
mikrobakterium yang mengoksidasi D-Dopa
(D-Dihydroxyphenylalanin).
• M. leprae adalah satu-satunya spesies
mikrobakterium yang menginvasi dan
bertumbuh dalam saraf perifer.
• Ektrak terlarut dan preparat M.leprae
mengandung komponen-komponen antigenik
yang stabil dengan aktivitas imunologis yang
khas
KLASIFIKASI
Tanda utama PB MB
Jumlah bercak 1-5 >5
Penebalan saraf tepi dengan Hanya 1 saraf Lebih dari 1 saraf
gangguan fungsi(mati
rasa/kelemahan otot
didaerah yang dipersyarafi
yang bersangkutan)
1) Ofloksasin
* Bersifat bakteriostatik pada Mycobacterium leprae
in vitro.
* Tablet 200mg dan 400mg
* Dosis optimal harian adalah 400 mg
* Efek sampingnya adalah mual, diare, dan gangguan
saluran cerna lainnya, berbagai gangguan susuanan
saraf pusat termasuk insomnia, nyeri kepala, dizziness,
nervousness dan halusinasi.
2) Minosiklin
* Kapsul 50mg dan 100mg
* Bersifat bakteriostatik
* Dosis harian yang bisa diberikan adalah 100 mg.
* Efek samping: berubahnya warna gigi pada anak,
kadang-kadang dapat menyebabkan hiperpigmentasi
kulit dan membran mukosa, berbagai saluran cerna
dan susunan saraf pusat, termasuk dizzined, dan
unsteadiness
3) Klaritromisin
* Tablet 250mg dan 500 mg
* Bersifat bakteriostatik
* Dosis harian 500 mg
* Efek samping : mual, muntah, diare, flatulensi,
palpitasi, nyeri dada, dispepsia, insomnia, reaksi
alergi, dan sakit kepala
1. PENDERITA LEPRA PAUSIBASILER
a. Penderita Pausi Lesi I diberikan dosis tunggal ROM
rifampisin ofloxacin minocycline
Dewasa 50-70 kg 600mg 400mg 100mg
Tinea Corporis adalah suatu infeksi dermatofita dangkal yang ditandai oleh tanda radang
maupun luka pada kulit glabrous. Trichophyton rubrum adalah salah satu dermatofita
penyebab yang paling umum menyebabkan tinea corporis. Tinea corporis terjadi pada
laki-laki dan perempuan, terjadi pada semua kelompok umur, tetapi angka kejadian
paling tinggi pada remaja
TERAPI FARMAKOLOGIS
1. Dapat diberikan kombinasi asam salisilat 3-6% dan asam benzoat 6-12% dalam bentuk
salep (salep whitfield).
2. Atau kombinasi asam salisilat dengan sulfur presipitatum dalam bentuk salep (salep 2-
4, salep 3-10)
3. Atau derivat azol : mikonazole 2%, dan klotrimasol 1%.
Pengobatan sistemik pada peradangan yang luas dan adanya penyakit
immunosupresi :
Contoh Obat :
Kalpanax Tincture dan Pagoda Salep.
Mekanisme Kerja :
Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik.
Efek samping :
a. Asam salisilat dan asam benzoate adalah iritan lemah,dapat
menimbulkan iritasi dan dermatitis.
b.Gejala keracunan salisilat meliputi pusing, gelisah, sakit kepala,
nafas cepat, telinga berdengung, bahkan kematian.
Contoh Obat :
salep 2- 4 15 gram
Mekanisme Kerja :
Asam salisilat adalah keratolitik agent yang sangat poten sehingga dapat meningkatkan
penetrasi obat lain dan sering dikombinasikan dengan sulfur, bersifat antifungi dan antibakteri
lemah. Sulfur praecipitatum fungsi utamanya adalah sebagai keratolitik agent yaitu suatu zat
yang dapat menghilangkan sisik-sisik kulit yang kasar atau melunakkan/menipiskan lapisan
keratin, di samping itu juga memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri lemah. Sulfur sering
dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek keratolitik yang sinergis.
C. Derivat azol : mikonazole
Contoh obat :
1. Miconazole cream yang mengandung miconazole nitrat 2 %
2. Miconazole salep yang mengandung miconazole nitrat 2 %
3. Miconazole oral gel yang mengandung miconazole nitrat 2 %
4. Sediaan kapsul vagina yang mengandung miconazole nitrat 200 mg
5. Miconazole tablet mulut yang mengandung miconazole nitrat 50 mg.
Mekanisme kerja :
Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas membran sel jamur meningkat.
Efek samping :
1. Rasa gatal pada kulit
2. Rasa sakit pada kepala
3. Rasa kering pada mulut
Contoh obat :
CANESTEN®.
Mekanisme kerja :
Klotrimazol adalah senyawa antifungal dengan spektrum yang luas, digunakan untuk pengobatan
infeksi dermal yang disebabkan oleh spesies patogen dari dermatophytes, ragi dan Malassezia furfur.
Mekanisme kerjanya adalah melawan pembelahan dan pertumbuhan organisme
Efek samping :
Erythema stinging, blistering, peeling, edema, pruritus, urticaria, burning, dan iritasi umumnya
dari kulit.
Contoh obat :
Gricin, Grivin
Mekanisme kerja :
Mekanisme efek antijamur griseofulvin ini belum sepenuhnya dipahami, tetapi obat
ini hanya aktif terhadap sel yang tumbuh.
Efek samping :
Dapat dijumpai nyeri kepala, mual, muntah, diare, fotosensitivitas, neuritis perifer,
dan kadang kekacauan mental.
Untuk terapi farmakologis terbaik yang dapat dilakukan pada pasien dalam kasus ini, saat
ini hanya pengobatan secara topikal karena dari kasus tidak ditemui adanya peradangan
yang luas yang dialami pasien. Pada tahap pengobatan secara topikal, pasien dapat
diberikan salep miconazole dioleskan 2-3x/hari setelah mandi dipakai selama 2-4
minggu, Cetrizin tablet 2x10 mg dan Vitamin C tablet 1x1.
GAMBAR 2. PENULISAN RESEP
Pasien A mengeluh ada timbilan di mata kanan dan di
diagnosis hordeolum interna. Pasien B mengeluh timbilan
dimata kanan dan di diagnosis hordeolum eksterna
DEFINISI
Hordeolum adalah self-limited disease, biasanya sembuh setelah 1-2
minggu
TINDAKAN UMUM :
1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun
atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini
dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata
tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
TINDAKAN OPERATIF
Insisi dan drainase diindikasikan jika hordeolum berukuran besar atau
jika tidak mempan dengan terapi obat. Insisi dan drainase dilakukan
dibawah anesthesia lokal, dan insisi dibuat melalui kulit dan orbicularis
(pada kasus hordeolum external) atau melaui conjungtiva tarsal dan
tarsus (pada kasus hodeolum internal). Spesimen dikirimkan ke bagian
histopatologi untuk mengonfirmasi diagnosis dan mengesampingkan
penyakit lain seperti basal cell carcinoma.
OBAT
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengatasi infeksi, menurunkan morbiditas, dan mencegah
komplikasi.
Nama Obat Cephalexin (Keflex, Biocef, Keftab) Nama Obat Erythromycin (E-Mycin)
Deskripsi Cephalosporin generasi pertama sering digunakan pada kulit atau infeksi struktur
(hordeolum akut) disebabkan oleh staphylococci atau streptococci. Diberikan secara
oral dan memiliki paruh waktu 50-80 min. hanya 10% berikatan dengan protein dan Deskripsi Menghambat pertumbuhan bakteri, mungkin dengan menghambat dissosiasi peptidyl t-
lebih dari 90% dieksresikan melalui urin RNA dari ribosom, menyebabkan RNA-dependent protein synthesis tertahan.
Diindikasikan untuk infeksi oleh mikroorganisme dan pencegahan infeksi kornea dan
conjungtiva
Dosis Dewasa 250 mg oral 4 kali sehari atau 500 mg oral dua kali sehari selama 7 – 10 hari
Dosis Dewasa Oleskan 0.5-inch (1.25-cm) salep ke mata yang terkena 3 kali sehari selama 7 – 10 hari.
Dosis Anak - anak 20 mg/kg/hari oral dibagi tiap 8 jam selama 7-10 hari; pada infeksi yang lebih serius,
boleh meningkatkan dosis hingga 40 mg/kg/hari; tidak boleh lebih dari 1 g/hari
Dosis Anak – anak Sama dengan dosis dewasa
Kontraindikasi Riwayat hipersensitifitas; virus; microbacterial, dan infeksi jamur pada mata; pasien
menggunakan steroid kombinasi setelah pengangkatan benda asing dari kornea harus
Kontraindikasi Riwayat Hipersensitivitas menghindari produk ini.
Perhatian Sesuaikan dosis pada renal insufisiensi parah (dosis tinggi dapat menyebabkan CNS Perhatian Jangan gunakan antibiotic topical untuk mengobati infeksi ocular yang sistemik;
toxicity); superinfeksi dan kerusakan organ dapat terjadi pada penggunaan jangka penggunaan jangka panjang atau berulang menyebabkan overgrowth bakteri atau jamur
panjang atau berulang. dan dapat menyebabkan infeksi sekunder
PENELITIAN TERKAIT TATALAKSANA HORDEOLUM
Disetujui bahwa berdasarkan sumber literatur, tatalaksana yang sering direkomendasikan untuk
hordeolum adalah kompres hangat beberapa kali sehari selama 10 menit karena bersifat self limited dan
akan sembuh spontan setelah pengompresan selama 1 -2 minggu. Tetapi, penggunaan antibiotik masih
kontoversial. Sebagai contoh, Fraunfelder FT memberikan antibiotik topikal spectrum luas setelah insisi
dan kuret atau pada kasus berulang.
Disisi lain, beberapa percaya bahwa antibiotik sistemik tidak boleh diberikan kecuali terdapat sellulitis
yang signifikan. Wilkie JL menyatakan bahwa pengobatan lokal harus minimum, terutama ketika
mempertimbangkan penggunaan antibiotic. Penggunaan insisi dan kuret karena tidak akan membantu
pasien mengembangkan daya tahan sendiri, yang nantinya menyebabkan hordeolum berulang. Dia
menyatakan bahwa analgesic dan kompres hangat sudah cukup untuk mengobati hordeoulum.
Berdasarkan studi, pola tatalaksana hordeleum biasanya kompres hangat dilakukan sebelum tindakan
insisi dan kuret, atau insisi dan kuret dilakukan jika ada nanah disertai massa, tidak dipengaruhi ukuran
massa, dan pola penggunaan antibiotik pre/post insisi dan kuret biasanya sama. Antibiotik pilihan pertama
yang umum digunakan adalah neomycin, polymyxin, and gramicidine
Tetes mata, chloramphenicol salep, atau dicloxacillin oral.
CONTOH RESEP
R/Erytromicin salep mata 0,5% tube 3.5g no.I
S.u.e 3dd applic part dol.
Pro : Tn. A
Umur : 50 th
KASUS 7
‘Obat apa saja yang tepat untuk otitis eksterna, otitis media
kronis, otitis media supuratif apakah sediaan oral atau
topikal? Berikan alasan dengan menyertakan bukti ilmiah
(evidance-based)
DEFINISI
Otitis eksterna adalah suatu peradangan pada liang telinga luar, baik akut maupun
kronis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi sekunder oleh bakteri dan atau
jamur yang menyertai maserasi kulit dan jaringan subkutan
OBAT TETES TOPIKAL
Otitis media kronis (OMK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret keluar dari telinga terus-menerus atau
hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis
media kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMK tipe benigna dan OMK tipe maligna
OBAT ANTIBIOTIK TOPIKAL
Kloramfenikol
Gentamisin
Ofloksasin
OBAT ANTIBIOTIK ORAL
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eusatachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas
otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis
media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME).
DEFINISI
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu
yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi
bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri piogenik sebagai
penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus,
dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus
influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris,
Pseudomonas aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling
sering kita temukan pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun.
Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya.
Pada stadium oklusi pengobatan yang digunakan tetes hidung yang berfungsi
sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi penyempitan tuba akibat edema. HCl
efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1%
dalam larutan fisiologik untuk yang berumur diatas 12 tahun dan para orang.
Pada stadium presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetik.
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotika, idealnya harus dilakukan
miringotomi, bila membrane masih utuh, sehingga rupture membrane tympani
dapat dihindari
Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar secara berdenyut
(pulsasi). Pengobatan yang dilakukan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama
3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi membran timpani menutup.
Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan lagi,
karena ISPA juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk menjaga
kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air atau dikorek-korek guna
menghindari kekambuhan.
DEFINISI
Otitis surpuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah denga perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening berupa nanah. Otitis
media supuratif kronis dibagi menjadi dua jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe
mukosa = tipe banigna) dan tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna)
OBAT PADA OMSK BENIGNA TENANG