Anda di halaman 1dari 37

GLAUKOMA

AKUT
Kelompok 2
Anggi Tridinanti Putri 03015022
Angreani Patulak 03015023
Bunga Pinandhita Ramadhani 03015047
Uki Tri Lesmana 03015194
Vincent 03015196
Kadek Bayu Suryawan 03016081
Mega Wahyuni Gafar 03016091
ANATOMI KORPUS SILIARIS
• memiliki panjang 6 mm, berbentuk
segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior
koroid ke pangkal iris
• Terdiri dari 2 bagian yaitu anterior : pars
plicata (2 mm) dan posterior : pars plana
(4 mm)
• Tersusun dari 2 lapisan sel epitel siliaris
1. Non pigmented ciliary epithelium (NPE)
2. Pigmented ciliary epithelium (PE)
• Aqueous humor disekresikan secara aktif
oleh epitel yang tidak berpigmen.
ANATOMI BILIK MATA DEPAN
• sudut bilik mata yang dibentuk jaringan
korneosklera
• Sudut filtrasi terletak di limbus kornea dengan
batas:
- Schwalbe line = merupakan akhir perifer
endotel dan membran descement
- Trabekula
- Kanal schlemm
- Sklera spur :yang merupakan batas belakang
sudut filtrasi
SISTEM ALIRAN AQUEOUS HUMOR
• Corpus ciliaris  COP pupil COA
terdapat 2 jalur meninggalkan mata:

1. Trabecular meshwork (90%) kanalis


schlemm saluran kolektor Vena episklera

2. Uveosklera (10%) menembus uvea ruang


suprakoroid vena ciliary body, choroid and
sclera
FISIOLOGI AQUEOUS HUMOR

• Aqueous humor disekresi oleh epitel badan siliaris dengan kecepatan 2- 3μL/menit
mengisi kamera okuli posterior 0,06 mL dan kamera okuli anterior 0,25 mL

• Aqueous humor diproduksi melalui 3 mekanisme fisiologis yaitu: Difusi, Ultrafiltrasi,


Transpor aktif .

• Komposisi aqueous humor normal antara lain air (99,9%), protein (0,04%) dan yang
lainnya yaitu Na+ ,K+ ,Cl- ,glukosa ,asam laktat, asam amino ,inositol.
DEFINISI GLAUKOMA

kumpulan gejala pada mata yang


ditandai dengan peningkatan tekanan
itraokular yang menyebabkan
penurunan lapang pandang, dan
atrofi papil nervus optikus.
• Glaukoma merupakan penyebab kebutaan
tersering kedua setelah katarak di dunia.

• Diperkirakan 66 juta penududuk di dunia


menderita gangguan penglihatan karena
EPIDEMIOLOGI glaukoma.

• Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan


yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia didapatkan bahwa glaukoma merupakan
penyebab kebutaan nomor 2 setelah katarak di
Indonesia.
FAKTOR RESIKO

• Adanya keluarga lain yang memiliki riwayat


glaukoma sudut tertutup

• Usia lebih dari 40-50 tahun

• Hipermetropia.
ETIOLOGI

• glaucoma primer sampai saat ini belum diketahui pasti


penyebabnya
PATOFISIOLOGI
• Glaucoma sudut tertutup akut terjadi melalui proses yang disebut blok pupil. 

• Biasanya, aqueous humor diproduksi di dalam badan siliaris, mengalir melalui


pupil ke ruang anterior, dan mengalir ke trabecular untuk keluar dari mata.

• -> Ketika pupil tengah melebar, jarak antara iris dan lensa adalah yang
terpendek, dan kedua struktur tersebut dapat bersentuhan satu sama lain
berisiko untuk terjadi sudut tertutup

• -> Ketika ini terjadi, aqueous humor tidak dapat mengalir melalui pupil ke ruang
anterior (pupillary block) -> mendorong iris ke depan -> Ketika iris didorong
melawan trabecular,aqueous humor tidak dapat mengalir keluar dari mata dan
meningkatkan TIO.
KLASIFIKASI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum dari Glaukoma akut adalah:
• Nyeri (periokular,kepala)
• Pandangan kabur
• Halo
• Mual muntah
• Mata merah
• TIO biasanya sangat tinggi (50-80mmHg)
ANAMNESIS
• Tanyakan keluhan yang dirasakan pasien, beberapa pasien yang
mengalami serangan akut mungkin datang dengan keluhan nyeri
kepala hebat hingga mual muntah tanpa menyadari adanya
penurunan fungsi penglihatan

• Nyeri mata bisa karena peningkatan TIO karena serangan glaukoma


akut bisa juga karena iritasi pada badan siliari karena kerusakan
epitelium kornea
PEMERIKSAAN FISIK
• Kemampuan visual
• Oftalmoskopi : untuk pemeriksaan saraf mata (papil saraf optik) apakah
mengalami degenerasi/atrofi serta melihat penggaungan (cupping) papil.
• Tonometri : untuk mengukur tekanan bola mata, bisa dengan palpasi atau
menggunakan alat Tonometri Schiotz
• Gonioskopi : dilakukan untuk memeriksa saluran pembuangan yaitu dengan
memerika sudut bilik mata depan (COA) dengan menggunakan lensa kontak
khusus. Gonioskopi dapat membedakan glaukoma sudut terbuka atau tertutup
serta adanya perlekataniris bagian perifer
• Slit lamp : dalam pemeriksaan ini, konjungtiva, ruang anterior, iris, lensa dan
lainnya juga diamati
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Perimetri : adalah pemeriksaan lapang pandang untuk mengetahui luasnya


kerusakan saraf optik
DIAGNOSIS BANDING
PENYAKIT GEJALA PEMERIKSAAN
Keratitis Mata merah akut. Biasanya tidak TIO biasanya normal, Gonisokopi
ada mual atau muntah. menunjukkan sudut terbuka.
Kedalaman ruang anterior biasanya
Discharge konjungtiva. Tanda-tanda norma
infiltrat infeksius di kornea.

Chemical Injury Mata merah akut. TIO mungkin meningkat tetapi


Ada riwayat kontak dengan bahan gonisocopy menunjukkan sudut
kimiawi terbuka
Neuropati optikus lainnya Gangguang lapang pandang TIO normal. Gonioskopi
berbeda dari glaukoma menunjukkan sudut terbuka. Atrofi
nervus optikus
DIAGNOSIS BANDING

Glaukoma sudut Chemical injury


Keratitis Bakterial
tertutup akut
Tatalaksana
GLAUKOMA AKUT

OBSERVASI EKSTRAKSI
MEDIKAMENTOSA PARASINTESIS BEDAH LASER BEDAH INSISI
RESPON TERAPI LENSA
AGEN MONITOR KETAJAMAN LASER IRIDEKTOMI
OSOMOTIK
OSMOTIK VISUS, EDEMA KORNEA, IRIDEKTOMI BEDAH INSISI
KARBONIK UKURAN PUPIL
LASER
ANHIDRASE TRABEKULEKTOMI
UKUR TEKANAN IRIDOPLASTI
INHIBITOR
INTRAOKULAR
MIOTIK KUAT SETIAP 15 MENIT

BETA PERIKSA SUDUT


BLOCKER DENGAN
GONIOSKOPI
APRAKLONIDIN
1. TERAPI MEDIKAMENTOSA
AGEN OSMOTIK

Lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraokular, dianjurkan kepada pasien yang
tidak mengalami emesis. Agen osmotik oral penggunaannya tidak boleh diencerkan
dengan cairan atau es, agar osmolaritas dan efisiensinya tidak menurun.

a. Gliserin
Dosis efektif 1-1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan, dapat menurunkan tekanan intraokular
dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian, bekerja dalam 5-6 jam. Efek samping
hiperglikemi dan dehidrasi. Hati-hati pada diabetes dan lansia dengan gagal ginjal dan
penyakit kardiovaskular karena bisa menyebabkan mual dan muntah.
b. Mannitol c. Ureum Intravena
• Diuretik kuat, aman digunakan pada • Lebih cepat berpenetrasi pada mata, tidak
pasien diabetes karena tidak di seefektif mannitol dalam menurunkan
metabolisme tekanan intraokular
• Dosis 1-2 gr/kg BB dalam 50% cairan • Karena hanya alternatif, perlu pengawasan
• Puncak efek hipotensif okular terlihat ketat untuk menghindari komplikasi
dalam 1-3 jam dan berakhir dalam 3-5 kardiovaskular
jam
• Intoleransi gastrik dan mual
menghalangi penggunaan oral, dapat
diberikan IV dalam 20% cairan dosis 2
gr/kg BB selama 30 menit
KARBONIK ANHIDRASE INHIBITOR
Asetazolamid
Efeknya dapat menurunkan tekanan intraokular dengan menghambat produksi aquos
humor, digunakan secara oral dan iv. Dosis inisial 2x250 mg diberikan pada pasien
yang tidak punya komplikasi lambung. Dosis 500 mg bolus iv. Dosis maksimal dapat
diberikan setelah 4-6 jam untuk menurunkan tekanan intraokular yang lebih rendah.
Sediaan topikal sebagai inisial terapi pada pasien emesis

MIOTIK KUAT
Pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4x pemberian sebagai terapi inisial.
Indikasi untuk mencoba menghambat serangan awal glaucoma akut. Tidak efektif
pada serangan lebih dari 1-2 jam, karena musculus sfingter pupil sudah iskemik.
Pemberian satu tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam.
BETA BLOCKER
Menurunkan tekanan intraokular dengan mengurangi produksi aquous humor. Timolol
merupakan beta blocker non selektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di bilik
mata belakang dicapai daam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Terapi
inisial berupa tetes mata diberikan 2x dengan interval setiap 20 menit dan dapat
diulang dalam 4,8 dan 12 jam kemudian.

APRAKLONIDIN
Merupakan alfa 2 agonis efektif untuk hipertensi okular, bekerja dengan cara
menurunkan produksi aquos humor dan tidak memberikan efek pada outflow aquos
humor. Apraklonidin 0,5% dan 1% efektifitas dapat menurunkan tekanan intraokular
34% setelah 5 jam pemakaian topikal.
2. OBSERVASI RESPON TERAPI
1. Monitor ketajaman vius, edema kornea dan ukuran pupil
2. Ukur teknanan intraokular setiap 15 menit
3. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan intraokular sudah turun
dan korena sudah mulai jernih
Respon terapi baik  perbaikan visus, kornea jernih, pupil konstriksi, tekanan
intraokular menurun, dan sudutnye terbuka kembali  tindakan selanjutnya laser
iridektomi
Respon terapi jelek  kornea edema, pupil dilatasi dan terfiksir, tekanan intaokular
tinggi, dan sudutnya tetap tertutup  tindakan selanjutnya laser iridoplasti
Respon terapi sedang  visus sedikit membaik, kornea agak jernih, pupil tetap
dilatasi, tekanan intraokular tetap tinggi (sekitar 30 mmHg, sudut sedikit terbuka 
mencoba indentasi gonioskopi agar dapat membuka sudut yang telah tertutup 
bila respon berhasil lakukan laser iridektomi atau laser iridoplasti
3. PARASINTESIS
o Dilakukan jika pemakaian terapi medikamentosa masih dianggap lambat
dalam menurunkan tekanan intraokular, dan setelah pemberian 2 atau 4 jam
masih tetap tinggi  dapat dilakukan parasintesis

o Penelitian Lamb DS dkk tahun 2002  10 mata dari 8 pasien dengan


glaukoma akut rata-rata tekanan intraokular 66,6 mmHg sebelum tindakan
parasintesis, setelah dilakukan dapat mengeluarkan cairan aquos humor 0.05
ml didapatkan penurunan tekanan intraokular ± 17,1 mmHg, setelah 30 menit
menjadi 21,7 mmHg, setelah 1 jam 22,7 mmHg, setelah 2 jam atau lebih 20,1
mmHg.
4. BEDAH LASER
a. Laser Iridektomi

Indikasi : Glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil, mencegah blok pupil pada mata
yang beresiko, serangan glaukoma akut, dan mata kontralateral dengan potensial
glaukoma akut.
Kontraindikasi : rubeosis iridis dapat terjadi perdarahan, antikoagulan sistemik seperti
aspirin
Pertimbangan sebelum operasi : Glaukoma sudut tertutup sering mengalami
kesulitan karena kornea keruh, sudut bilik mata depan dangkal, pembengkakan iris.
Sebelum melakukan operasi perlu menghentikan serangan akut, terapi inisial gilserin
topikal untuk memperbaiki edema kornea, agar mudah mempenetrasi kripta iris.
Pilokarpin dapat melebarkan dan menipiskan iris serta apraklonidin dapat
menurunkan tekanan intraokular
LASER IRIDEKTOMI
Pengaturan: laser diatur dalam
0,02 detik, ukuran tembakan
TEHNIK
50µm dan kekuatan 800-
IRIDEKTOMI 1000mW
Argon laser
Nd:Yag

Kekurangan : menyebabkan komplikasi Kelebihan : lebih cepat, mudah, energy yang


sinekia posterior, katarak local, dibutuhkan lebih sedikit. Tidak berpengaruh
meningkatnya TIO (merusak nervus pada keadaan iris dan lubang iridektomi
optikus), iritis, lubang iridektomi lebih yang dihasilkan Nd:YAG lebih jarang tertutup
cepat tertutup kembali dan terbakarnya kembali
kornea serta retina
Kekurangan : dapat terjaid komplikasi
terbakar kornea, kapsul anterior lensa robek,
perdarahan, TIO meningkat setelah operasi
LASER IRIDEKTOMI

a. Sedang melakukan laser b. Setelah laser iridektomi


iridektomi
4. BEDAH LASER
b. Laser Iridoplasti

Pengaturan : Dibuat seusai untuk membakar


iris agar otot sfingter iris berkontraksi
sehingga iris bergeser kemudian sudutpun
terbuka. Agar berhasil titik tembakan harus
besar, power rendah, waktu lama. Ukuran
500µm (200-500µm), power 500 mW (400-
500mW), waktu 0,5 detik (0,3-0,5 detik).
Penelitian : Terhadap 20 mata penderita
glaukoma akut, dari TIO sebelum iridoplasti
43,2 mmHg turun menjadi rata rata 17
mmHg pada 2 jam setelah dilakukan laser
iridoplasti.
5. BEDAH INSISI
• Dilakukan iridektomi insisi jika tidak berhasil 1. Bedah Insisi Iridektomi
tindakan laser iridektomi, seperti: o Pupil di miosiskan  miotik tetes atau asetilkolin
o Iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena
o Setelah operasi selesai lakukan fluorescein
edema kornea, hal ini sering terjadi pada
(melihat apakah ada atau tidaknya kebocoran
pasien glaukoma akut berat yang berlangsung
pada bekas insisi)
4-8 minggu
o Sudut bilik mata depan dangkal, dengan 2. Trabekulektomi
kontak irido-korneal yang luas o Di kombinasikan dengan ekstraksi lensa yang
o Pasien tidak kooperatif akan melebarkan sudut filtrasi sehingga dapat
menurunkan TIO yang efektif
o Tidak tersedianya peralatan laser
o Indikasi : Glaukoma akut berat, iridektomi
perifer, glaukoma perifer sudut tertutup kreeping,
penderita dengan iris berwarna cokat gelap yang
tidak respon dengan iridektomi perifer
6. EKSTRAKSI LENSA
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa dapat
dipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun laser iridektomi dapat menghentikan
serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik dilakukan agar lebih aman
untuk waktu yang sekarang
PENCEGAHAN
Untuk mendeteksi glaukoma sejak dini, dimana hal tersebut sangat penting untuk
mencegah kehilangan penglihatan atau untuk memperlambat perkembangannya
adalah:

1. Jaga kesehatan mata dengan konsumi makanan yang mengandung vitamin A dan
pemeriksaan kesehatan mata ke dokter secara rutin
2. Gunakan obat tetes mata glaukoma, agar menjaga TIO tidak tinggi sesuai anjuran
dokter
3. Gunakanlah pelindung mata  cedera mata yang serius dapat menyebabkan
glaukoma
4. Mengontrol kadar gula darah
5. Mengontrol kadar tekanan darah
6. Hindari penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama
KOMPLIKASI
• Kehilangan penglihatan (visual loss) permanen
• Penurunan ketajaman visual secara permanen
• Atrofi sfingter iris dan permanen dilatasi pupil
• Sinekia anterior perifer
• Kronik angle closure glaukoma
• Atrofi nervus optic
• Glaukoma absolut
PROGNOSIS
• Prognosis baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi yang
sesegera mungkin. Sering diagnosa dibuat pada stadium lanjut, dimana lapangan
pandang telah hilang secara progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah
menetap.

• Penanganan episode akut yang terlambat akan menyebabkan sinekia sudut


tertutup permanen dan bahkan menyebabkan kebutaan permanen dalam 2-3 hari.

• Prognosis setelah dilakukan iridotomy perifer bergantung pada respons terhadap


pengobatan, ada/tidaknya miosis dini, ada/tidaknya cupping serta kehilangan
lapang pandangan, dan luas area dengan PAS.
PROGNOSIS

• Ad vitam : bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
KESIMPULAN
• GSTp adalah suatu keadaan dimana peningkatan TIO terjadi akibat hambatan aliran
keluar humor akous oleh sebagian atau seluruh sudut, oleh iris perifer.
• Glaukoma sudut tertutup (GSTp) akut merupakan kegawatdaruratan mata karena
terjadi secara akut, membutuhkan penatalaksanaan segera dan dengan kelainan
anatomi yang sudah diketahui secara jelas.
• Diagnosis cepat, intervensi serta rujukan segera diperlukan untuk mencegah
kerusakan nervus optic dan kehilangan penglihatan.
• Pengobatan medikamentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan
tekanan intraokular, sebelum terapi definitif iridektomi laser atau bedah dilakukan.
REFERENSI
• Ilyas s, yulianti SR. ilmu penyakit mata. Fakultas kedokteran UI. 2014. jakarta
• Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani A. Buku Ajar Oftalmologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2017. P. 119-121.
• Sanders J, Ullrich K, Craig JE. Ibopamine challenge testing differentiates glaucoma suspect, stable
glaucoma and progressive glaucoma cases. Clin Experiment Ophthalmol. 2015 Dec. 43 (9):808-14.
• Khazaeni B, Khazaeni L. Acute Closed Angle Glaucoma. [Updated 2020 Mar 16]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430857/
• Schacknow, Paul N & John R. Samples, Ed. 2010. The Glaucoma Book. London: Springer.
• See JL, Aquino MC, Aduan J, Chew PT. Management of angle closure glaucoma. Indian J Ophthalmol.
2011;59 Suppl(Suppl1):S82-S87. doi:10.4103/0301-4738.73690

Anda mungkin juga menyukai