Anda di halaman 1dari 83

KATARAK DAN

GLAUKOMA
dr. Mohamad Roni U.Alitu, SpM, MKes
LENSA DAN KATARAK
ANATOMI DAN FISIOLOGI
 LENSA MATA TERLETAK DI BELAKANG IRIS
 BERBENTUK CEMBUNG
 MENGGANTUNG PADA TEMPATNYA OLEH ZONULA ZINII
 LAPISAN :
 KAPSUL ANTERIOR DAN POSTERIOR
 KORTEKS
 EPINUKLEUS
 NUKLEUS
• Dioptri lensa +/- 18D
• Fungsi :
• Media refraksi dan
• Akomodasi (kemampuan lensa mencembung dan memipih kembali sehingga
objek yang dilihat pada jarak jauh maupun dekat dapat difokuskan ke retina
Akomodasi terjadi Karena kontaksi m.Ciliaris  meningkatkan kecembungan
lensa bersamaan dengan fungsi pupil mengecil sehingga menghilangkan aberasi
sferis => Objek menjadi lebih jelas
KATARAK
•  KEKERUHAN LENSA; hilangnya kejernihan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan berkurang
• Klasifikasi : Etiologik; Morfologik; Maturitas; Kronologik
• Etiologi :
1. Katarak senilis : proses penuaan
2. Katarak traumatic : trauma atau cedera langsung pada mata
3. Katarak metabolic : DM
4. Toxic/Drug Induced Cataract : Corticosteroid, CPZ
5. Katarak komplikata : Penyakit mata : glaucoma, uveitis
6. Menyertai sindroma lain
• Morfologik
1. Katarak subkapsul/polar anterior/posterior
2. Katarak nuclear
3. Katarak kortikal
• Maturitas : Insipien – Imatur – Matur – Hipermatur
• Kronilogis : waktu timbulnya
1. Katarak kongenital : sejak lahir
2. Katarak infantile : timbul pada tahun pertama
3. Katarak juvenile : umur 1 – 13 tahun
4. Katarak Pre senil : 14 - <40 tahun
5. Katarak Senilis : 40 thn keatas
Peningkatan pewarnaan kuning ke coklat pada lensa manusia dari usia 6 bulan (A) sampai 8 tahun (B), 12 tahun
(C), 25 tahun (D), 47 tahun (E), 60 tahun (F), 70 tahun (G), 82 tahun (H), dan 91 tahun (I). Katarak nuklear
coklat/brown pada pasien 70 tahun (J), katarak kortikal pada 68 tahun (K), dan campuran katarak kortikal dan
nuklear pada 74 tahun (L).
Katarak Sub Kapsul
Katarak Nuklear
Katarak Kortikal
Katarak Hipermatur/
Morgagnian
• INSIDENSI
• Seluruh dunia sebanyak +/- 38 juta penderita Karena kebutaan
• Sebanyak 41% diantaranya disebabkan Karena katarak
• KELUHAN SUBYEKTIF
• Penglihatan buram
• Silau
• Penglihatan ganda (diplopia)
• Distorsi bayangan
• Perubahan persepsi warna
• GEJALA KLINIS
• Tajam penglihatan (visus) menurun
• Leukokoria (warna putih pada bagian tengan mata)
• KOMPLIKASI KATARAK
Jika dibiarkan tidak dilakukan pembedahan/operasi :
1. Glaukoma sekunder
2. Uveitis
3. Subluksasi/luksasi lensa
• PENGOBATAN :  OPERASI KATARAK
Indikasi :
1. Indikasi Optik : untuk mengembalikan tajam penglihatan
2. Indikasi Medis : jika katarak menimbulkan penyakit mata lain (glaucoma,
uveitis)
3. Indikasi Kosmetik : (tidak lagi dilakukan)
• JENIS BEDAH KATARAK
1. Ekstraksi katarak intra kapsuler
2. Ekstraksi katarak ekstra kapsuler
 ECCE, SICS, Phacoemulsification
Semua jenis tindakan bedah katarak disertai dengan implantasi lensa intra
okuler (LIO)
GLAUKOMA
• Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan utama di dunia.
• Indonesia : glaucoma  penyebab kebutaan kedua setelah katarak
(0,20%)

DEFINISI
• Glaukoma adalah suatu kelainan neuropati optic yang ditandai dengan
adanya 3 kelainan :
1. Tekanan bola mata yang tinggi (>21 mmHg)
2. Kelainan serabut saraf optic
3. Kelainan lapang pandang yang khas
FISIOLOGI
• Tekanan bola mata diatur oleh keseimbangan antara produksi dan aliran
keluar cairan akuos.
• Cairan akuos disekresikan oleh epitel badan siliar melalui 2 proses:
 Proses metabolic aktif (80%)
 Proses pasif ultrafiltrasi dan difusi (20%)
• Cairan akuos dari badan siliar akan mengalir ke bilik mata belakang 
melalui pupil  bilik mata depan
 90% melalui anyaman trabekel  kanalis Schlemm  vena episklera
 10% melalui jaras uveoscleral  ruang suprakoroid  sist. vena corpus siliar
Patofisiologi

• Faktor yang berpengaruh (resiko)


Umur (>40 tahun)
RAS (glaukoma simpleks : Afrika, glaukoma sudut tertutup : cina & eskimo)
Riwayat keluarga glaucoma
Penderita DM, penyakit kardiovaskuler
Pengguna obat yang mengandung kortikosteroid
Penderita myopia tinggi (> -6 dioptri)
Riwayat radang mata, cedera/trauma mata, operasi mata
• Terjadinya hambatan aliran keluar cairan akuos di anyaman trabekel
 TIO meningkat  kerusakan serabut saraf  gangguan Lapang
Pandang  progresif  kebutaan permanen
PEMERIKSAAN PADA GLAUKOMA
4 pemeriksaan utama pada glaukoma :
1. Tonometri (tonometer) Tekanan mata normal : < 21 mmHg
3 jenis tonometer :
 Tonometer indentasi Schiotz
 Tonometer aplanasi Goldmann
 Tonometer Non-Contact
2. Funduskopi (funduskop)
• Memeriksa papil saraf optik
• Penderita glaucoma :
Papil yang pucat;
rasio diameter cawan/diskus > 0,5;
tepi cawan sering bergaung;
kadang ada nasalisasi pembuluh darah arteri dan vena retina sentralis
3. Perimetri/Lapang Pandang (Perimeter)
• penderita glaucoma biasa terjadi penyempitan lapang pandang
dengan pola yang khas.
• awal berupa scotoma parasentral  tahap lanjut: penglihatan
teropong (tunnel vision)
• penyempitan Lapang pandang yg sudah terjadi, tidak akan dapat
kembali seperti sebelumnya walaupun TIO sudah normal.
4. Pemeriksaan Gonioskopi
• Untuk mengetahui keadaan sudut bilik mata depan
• Menentukan jenis glaucoma : sudut terbuka atau sudut tertutup
Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma Sudut Terbuka
 Glaukoma sudut terbuka primer
 Glaukoma sudut terbuka sekunder
2. Glaukoma Sudut Tertutup
 Glaukoma sudut tertutup primer
 Glaukoma sudut tertutup sekunder
3. Glaukoma Kongenital
 Glaukoma kongenital primer
 Glaukoma kongenital sekunder
GLAUKOMA SUDUT TERBUKA PRIMER

• Sering tanpa gejala  “pencuri penglihatan”


• Penderita datang pada stadium lanjut
• TIO meningkat secara perlahan, mata tidak pernah merah/sakit,
kadang sakit kepala
• Penderita sering menabrak benda dihadapannya/terjatuh  ok
penyempitan lapang pandang : kebutaan PERMANEN
• Diagnosis :
• TIO > 21 mmHg (jika sangat tinggi  kornea edema)
• Gonioskopi : sudut terbuka
• Visus SENTRAL tetap baik
• Penatalaksanaan :
menurunkan TIO
• Medikamentosa : menurunkan produksi cairan akuos atau meningkatkan
aliran akuos melalui jalur uveoscleral
• Operatif : trabekulektomi; laser trabekuloplasti; katup implant
• Prognosis :
• Sembuh ?
• TIDAK DAPAT SEMBUH  kerusakan saraf yang sudah terjadi tidak dapat
diperbaiki lagi
• DIAGNOSA DINI + PEMERIKSAAN + PENGOBATAN TERATUR  KERUSAKAN
DAPAT DIHAMBAT SEMINIMAL MUNGKIN
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
• 4 stadium :
1. Stadium laten
2. Stadium intermitten
3. Stadium akut kongestif
4. Stadium glaukoma absolut
• Predisposisi glaukoma sudut tertutup
 sudut bilik mata depan yg sempit
 bola mata yang kecil
 penderita hypermetropia
 lensa mata yang tebal (katarak imatur, katarak hipermatur)
 bilik mata depan yang relative dangkal
 tekanan intra okuler tinggi secara mendadak (glaukoma akut) : diam
ditempat gelap; membaca lama; emosi; pemberian obat tertentu
Pupillary block glaucoma. Blok fungsional antara lensa dan iris (A) menyebabkan
peningkatan tekanan dalam BMB (panah) dengan pergeseran ke depan iris perifer
dan penutupan sudut BMD (B).
• Gejala & tanda (glaukoma akut) :
• Subyektif : sakit kepala, mual & muntah, mata merah+bengkak, visus
• Objektif :
 Visus sampai 1/∞
 Edema palpebral, konjungtiva, kornea
 BMD dangkal
 Pupil midriasis, reflex cahaya lambat/-
 TIO >> (biasanya diatas 40mmHg)
Glaukoma Akut
Glaukoma akut (fakolitik - fakomorfik)
Sinekia posterior (blok pupil)
• Prinsip Penatalaksanaan :
1. Turunkan TIO secepat mungkin dgn obat antiglaucoma
2. Mencegah perlekatan permanen antara iris dan kornea (sinekia)
• Terapi medikamentosa :
Cairan hiperosmotik : gliserin 50%
Asetazolamid oral/topical
Timolol maleat tetes mata
Pilokarpin tetes mata
Steroid TOPIKAL untuk mengurangi peradangan
• Bedah : iridektomi atau iridotomy laser
jika tetap tinggi : trabekulektomi
• Prognosis :
Serangan akut teratasi dgn cepat & tepat  prognosis lebih baik
Serangan yang baru, belum menimbulkan kerusakan serabut saraf yg permanen
sehingga lapang pandang biasanya belum terganggu
iridektomi
Glaucoma drainage devices
Take home massages
• Prinsip umum terapi glaukoma
 kerusakan serabut saraf optic pada glaucoma sifatnya PERMANEN
 penting : PENEMUAN/DIAGNOSIS KASUS TEPAT DAN SEDINI MUNGKIN
 tujuan terapi : mempertahankan keadaan yang masih ada dengan cara
menurunkan TIO agar tidak terjadi progresifitas kerusakan serabut saraf dan
penyempitan lapang pandang
 Anjuran yg penting :
 glaucoma dapat diketahui dengan pemeriksaan mata sedini mungkin
 umur >40 tahun : pemeriksaan khusus glaucoma 2 tahun sekali
 Faktor resiko
?? ?
KELAINAN REFRAKSI
Penting :
1. PRINSIP OPTIK
2. MATA SEBAGAI ALAT OPTIK
3. REFRAKSI MATA DAN KELAINANNYA
PRINSIP OPTIK

 Sifat arah sinar dari obyek/sumber cahaya


Bila d > 5m, sinar akan sejajar
Bila d < 5m, sinar akan menyebar
 gelombang sinar melalui suatu benda
Benda opaque/tidak tembus cahaya :
• Diabsorbsi/diserap
• Direfleksikan/dipantulkan
Benda transparan/tembus cahaya :
• Direfleksikan
• Direfraksikan (dibiaskan)
• Diabsorbsi (klinis diabaikan)
• Hukum Refleksi
 sudut refraksi = sudut datang
 sinar yg direfleksikan dan sinar yg datang terletak pada satu bidang yang
tegak lurus permukaan refleksi
• Refraksi (pembiasan) : penyimpangan arah sinar cahaya yang
menembus/melewati sebuah media transparan ke media tranparan
lainnya yang berbeda kepadatannya
• Indeks refraksi (kepadatan relatif) : perbandingan waktu yang
dibutuhkan oleh cahaya untuk menempuh jarak tertentu pada
berbagai media
• Lensa : sferis & silindris
• Sferis : cembung (konveks/positif) & cekung (konkaf/negatif)
• Sferis cembung : sifat mendekatkan/membesarkan bayangan
• Sferis cekung : sifat menjauhkan/mengecilkan bayangan
• Sifat pembiasan lensa sferis:
 sinar datang melalui sumbu utama tidak direfleksikan
 sinar datang yang melalui pusat optic tetapi tidak pada sumbu utama
direfleksikan sejajar sumbu utama
• Silinder : konveks dan konkaf
• Sifat pembiasan lensa silinder:
 sinar yang datang sejajar dengan sumbu tidak akan mengalami perubahan,
sama sebagai lensa plano 0 dioptri
 sinar datang yang tegak lurus sumbu, direfleksikan sesuai dengan sifat lensa
konveks atau konkaf
• Bayangan nyata : bayangan yang dapat diproyeksikan pada layar
• Bayangan virtual/maya : hanya dapat dilihat melalui lensa
• Bayangan yang dibentuk oleh lensa (+)
 nyata/maya
 tergantung jarak benda terhadap lensa
• Bayangan yang dibentuk oleh lensa (-)
 selalu maya
 sama tegak
 dan lebih kecil
MATA SEBAGAI ALAT OPTIK

• Apparatus refraksi mata


1. Media refraksi : humor akuos, substansi lensa, humor vitreus
2. Permukaan refraksi : kornea, permukaan anterior lensa dan permukaan posterior lensa
• Akomodasi : kemampuan mata (lensa) dalam mengubah fokusnya sehingga cahaya dan obyek
berjarak lebih besar atau kurang dari 5 meter akan dijatuhkan tepat pada retina, dengan
mencembungkan atau memipihkan lensa mata sesuai dengan kebutuhan
• Mekanisme Akomodasi :
1. Teori Helmholts : m.ciliaris (sirkuler) berkontaksi  zonula Zinni menjadi kendor  lensa menjadi
cembung Karena elastisitas kapsul lensa
2. Teori Tscherning : m.ciliaris berkontraksi  sklera pada origo m ciliaris tertarik, zonula Zinni menjadi
tegang dan ujung lensa tertekan  lensa menjadi lebih cembung
• Akomodasi selalu disertai oleh reflex melihat dekat (near reflex)
1. Akomodasi
2. Konvergensi
3. Miosis
REFRAKSI MATA DAN KELAINANNYA

• Keadaan refraksi mata :


1. Normal : Emetropia
2. Ametropia :
1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Astigmat
4. Presbyopia
• Emetropia : sinar sejajar yang datang pada mata dalam keadaan
istirahat akan direfraksikan tepat pada retina (macula lutea)
• Ametropia : sinar sejajar yang datang pada mata dalam keadaan
istirahat akan direfraksikan tidak pada retina (macula lutea)
MIOPIA
• Suatu kelainan refraksi dimana tanpa akomodasi, sinar yang datang
sejajar akan difokuskan di depan retina
• Etiologi
1. MIOPIA AXIAL
Axis bola mata (diameter anteroposterior) lebih panjang dari normal (>23mm)
Miop sampai -3.00D = 24mm
Miop sampai -10.00D = 27mm
2. MIOPIA REFRAKTIF
Kelainan komponen refraksi mata
- Lensa terlalu cembung, misalnya katarak imatur
- Lengkung kornea terlalu cembung, missal keratoconus
- Indeks bias lensa meninggi, misalnya pada DM
• Klasifikasi
1. Miopia Levior/Ringan : sampai -3.00 D
2. Miopia Moderate/Sedang : -3.00 - -6.00 D
3. Miopia Gravior/Berat : > -6.00 D
• Gejala/tanda Miopia
 penglihatan jauh kabur, lebih jelas melihat dekat
 mata lekas Lelah, berair, pusing, cepat mengantuk (asthenopia)
 sering memicingkan mata agar melihat lebih jelas
 BMD dalam
 pupil lebih lebar/midriasis (ok akomodasi kurang)
 Pada miop berat : mata agak menonjol,
 funduskopi : fundus tygriod, diskus optik relatif lebih besar, myop crescent
• Secara klinis myopia dibagi menjadi :
1. Miop simpleks/stasioner
Biasanya miop ketika muda, kemudian naik sedikit dan konstan pada masa pubertas.
Bentuk ringan : S-1.00D sampai S-2.00D
2. Miop progresif/patologis
Sejak anak-anak sering bertambah ukurannya dan naik terus sampai usia 25 tahun/lebih.
Biasa disertai kelainan retina, vitreus dan koroid
• Terapi
1. Miop ringan/sedang : koreksi penuh dengan lensa sferis negatif (-) terkecil yang
memberikan visus terbaik
Contoh : VOD 5/60
a. S-2.50D  5/6
b. S-2.75D  5/5
c. S-3.00D  5/5
d. S-3.25D  5/6
dipilih (b) Karena lensa sferis (-) terkecil dengan visus terbaik
2. Miop Tinggi
a) Koreksi penuh dengan mempertimbangkan faktor subyektif
b) Kacamata teleskopik
c) Clear lens extraction (refractive lens exchange)
d) Lasik/keratotomy radier
• Komplikasi :
1. Ablatio retina
2. Strabismus
3. Perubahan pigmentasi dan perdarahan pada macula
4. Degenerasi/pencairan corpus vitreus
• Prognosis :  tergantung umur
 miop yang ditemukan pada umur < 4 tahun, biasanya kurang baik
 ditemukan pada usia 8 – 10 tahun & miop ringan, bisa berkurang/naik
sedikit, dan pada usia > 20 tahun akan stabil
HIPERMETROPIA
• Kelainan refraksi dimana tanpa akomodasi sinar yang datang sejajar
akan difokuskan dibelakang retina
• Etiologi :
1. Hipermetrop aksial : axis anteroposterior lebih pendek dari normal
2. Hipermetrop refraktif : daya bias mata berkurang karena =
• Lengkung kornea lebih datar
• Indeks bias menurun (pada DM yang diobati)
• Afakia (tidak ada lensa), mata menjadi hipermetrop kuat
• Tingkat Hipermetrop :
• Hipermetrop ringan : < +3.00D
• Hipermetrop sedang : +3.00D - +6.00D
• Hipermetrop berat : > +6.00D
• Klinis hipermetrop  3 jenis :
1. Hipermetrop Manifest (Hm) : hipermetrop yang ditemukan tanpa melakukan paralisis
akomodasi.
- Hipermetrop manifest absolut
- Hipermetrop manifest fakultatif
2. Hipermetrop Totalis (Ht) : hipermetrop yang ditemukan setelah melumpuhkan daya
akomodasi (dengan sulfas atropine ½ - 1%)
Contoh :
 Sebelum akomodasi dilumpuhkan dengan sikloplegik
Visus 5/10 --- koreksi dengan S + 0.50D = 5/6
S + 0.75D = 5/5
S + 1.00D = 5/5
S + 1.25D = 5/6
 Setelah akomodasi dilumpuhkan (dgn Sikloplegik)
Visus 5/30 --- dikoreksi dengan S +2.50D = 5/5
 Jadi :
o Hm = S +1.00D --- H absolut = S +0.75D
H fakultatif = S +0.25D (1.00 – 0.75)
o Ht = S +2.50D
o Hl = S +1.50D (2.50 – 1.00)
• Gejala/tanda hipermetrop
 kabur melihat dekat dan jauh (bila hipermetrop tinggi atau umur lanjut),
kecuali pada orang muda visus bias normal Karena ada akomodasi.
 astenopia akomodatif (sakit kepala, mata berair, cepat Lelah, cepat
mengantuk saat membaca/menulis/bekerja dekat)
 BMD dangkal
 ukuran bola mata berkurang (hipermetrop berat)
 strabismus konvergen (anak)
• Terapi :
• Koreksi dgn lensa sferis (+) terbesar yang memberikan penglihatan jauh jelas
dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan
• Umumnya tidak perlu diberi lensa (+) jika :
• Visus normal, hipermetrop ringan
• Tidak ada astenopia akomodatif
• Tidak ada strabismus
ASTIGMATISME
• Kelainan refraksi dimana terdapat perbedaan derajat refraksi pada meridian yang
berbeda.
• Sinar sejajar dibiaskan tidak pada satu titik, tetapi pada beberapa titik.
• Bentuk bayangan berupa garis lurus, oval, lingkaran dan tidak pernah berbentuk titik
• Klasifikasi :
a. Astigmat ireguler (tidak teratur)
b. Astigmat regular (teratur)
I. Astigmat “with the rule”
II. Astigmat “against the rule”
• Berdasarkan kekuatan refraksi dari meridian utama :
a. Astigmat simpleks : salah satu meridian emetrop lainnya myop/hipermetrop
b. Astigmat kompusitus : kedua meridian ametrop (myop atau hipermetrop) dalam derajat
berbeda.
c. Astigmat miktus : salah satu meridian myop dan lainnya hipermetrop
• Gejala/tanda :
 astigmat kecil  visus bisa normal
 astigmat lebih besar  visus menurun baik jauh maupun dekat
 distorsi penglihatan (garis lurus terlihat bengkok)
 asthenopia setelah melihat jauh/dekat
 permukaan kornea oval, berbenjol dengan pemeriksaan “diskus placido”
• Terapi :
• Lensa silindris atau sferosilindris dengan visus terbaik.
• Pada astigmat tinggi kadang koreksi tidak mencapai emetrop.
• Koreksi terutama untuk mengurangi astenopia
• Astigmat ireguler  koreksi dengan lensa kontak rigid
PRESBYOPIA
• Perubahan fisiologis dimana daya akomodasi menurun pada usia
lanjut (40 tahun keatas), sehingga penglihatan untuk jarak dekat/baca
dekat berkurang
• Gejala/tanda
• Kabur saat melihat dekat/baca  untuk melihat/membaca dekat harus
menjauhkan objeknya
• Gejala astenopia
• Terapi :
• Koreksi refraksi dengan lensa baca (sferis +) sesuai usia
• Dikoreksi setelah tajam penglihatan jauh ditentukan dan dikoreksi dgn baik 
kesalahan pada koreksi visus jauh akan mempengaruhi koreksi visus dekat
Tabel acuan koreksi penglihatan dekat
UMUR ADDISI BACA/DEKAT
40 TAHUN S +1.00 D
45 TAHUN S +1.50 D
50 TAHUN S +2.00 D
55 TAHUN S +2.50 D
60 TAHUN S +3.00 D
????????????????????
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!?

Anda mungkin juga menyukai