I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata (Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagianbagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan
penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi
pengelihatan.
B. Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan
terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
C. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos
humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi
didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera
occuli anterior (COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia
menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan
biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai
dengan adanya titik buta pada lapang pandang
PATHWAY
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi Jaringan
Trabekuler
Peningkatan tekanan
Vitreus
Hambatan Pengaliran
Cairan Humor Aqueous
Nyeri
TIO Meningkat
Glaukoma
Gangguan Persepsi
Sensori
Penglihatan
Perubahan Penglihatan
Perifer
TIO Meningkat
Tindakan Operasi
Ansietas
Nyeri
Risiko Infeksi
Kebutaan
D. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma primer
a.
3)
4)
5)
6)
7)
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat
sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan
a.
b.
c.
sementara.
Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum
adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide
b)
a.
Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal
b.
ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.
F.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2. vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
4. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
8. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9. Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan
oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
11. Pemeriksaan Ultrasonografi: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
II.
KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat
ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1)
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
2)
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3)
4)
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2.
pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah
c. POLA ELIMINASI
1)
Kaji kebiasaan defekasi
2)
Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
3)
4)
karekteristik BAB
Kaji kebiasaan miksi
Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi
5)
3)
jelas/gugup
Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
4)
5)
6)
7)
8)
interaksi
Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
Pendengaran : DBN / tidak
Peglihatan :DBN / tidak
Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi
9)
10)
1)
2)
3)
4)
3)
4)
hidup
Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
4)
hidup
Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah seharihari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf
oleh karena peningkatan TIO.
c. Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
tentang prosedur pembedahan
e. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan lapang pandang
2. Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
b. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
tentang prosedur pasca pembedahan
C. Rencana Keperawatan
PRE OP:
No.
Diagnosa
1.
Nyeri Akut
2.
Penurunan
persepsi
sensori visual
Intervesi
NIC Label :
Pain management
a. Komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi).
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
d. Berikan lingkungan yang
tenang
e. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
f. Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri.
g. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
h. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
i. Monitor Vital sign
j. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping
NIC Label:
Sensory Perceptual: Visual,
Disturbed, Activity Therapy
Rasional
a. Untuk mengetahui seberapa berat rasa
nyeri yang dirasakan dan mengetahui
pemberian terapi sesuai indikasi.
b. Mengetahui reaksi nonverbal dari
klien
c. Untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya
d. Agar klien merasa nyaman
e. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
f. Membantu mengurangi rasa nyeri
g. Mengevaluasi nyeri yang dirasakan
klien
h. Agar mengetahui persepsi klien
tentang manajemen nyeri yang
diberikan
i. Menentukan kondisi pasien secara
berkala
j. Agar menilai keefektifan analgetik
dan penanganan yang cepat terhadap
efek sampingnya
3.
Ansietas
4.
Risiko Cedera
5.
Defisiensi
pengetahuan
NIC Label:
Teaching : Disease process
a. Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga.
b. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat.
c. Sediakan informasi untuk
keluarga pasien tentang cara
perawatan pasien setelah
operasi
POST OP :
No.
Diagnosa
1.
Nyeri Akut
Intervesi
NIC Label :
Pain management
a. Komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi).
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
d. Berikan lingkungan yang
tenang
e. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
Rasional
a. Untuk mengetahui seberapa berat rasa
nyeri yang dirasakan dan mengetahui
pemberian terapi sesuai indikasi.
b. Mengetahui reaksi nonverbal dari
klien
c. Untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya
d. Agar klien merasa nyaman
e. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
f. Membantu mengurangi rasa nyeri
g. Mengevaluasi nyeri yang dirasakan
klien
h. Agar mengetahui persepsi klien
tentang manajemen nyeri yang
diberikan
Risiko Infeksi
nyeri.
f. Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri.
g. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
h. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
i. Monitor Vital sign
j. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping
NIC Label: Infection Control
Bersihkan lingkungan secara tepat
setelah digunakan oleh klien
Ganti peralatan klien setiap selesai
tindakan
Ajarkan cuci tangan untuk menjaga
kesehatan individu
Anjurkan klien untuk cuci tangan
dengan tepat
Gunakan sabun antimikrobial untuk
cuci tangan
Anjurkan pengunjung untuk mencuci
tangan
sebelum
dan
setelah
meninggalkan ruangan klien
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien
KIE pemberian terapi antibiotik
Defisiensi
pengetahuan
NIC Label:
Teaching : Disease process
d. Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga.
e. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat.
f. Sediakan informasi untuk
keluarga pasien tentang cara
perawatan pasien setelah
operasi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.
Jakarta: EGC