Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR TEORI DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA


PASIEN DENGAN GLAUKOMA

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata (Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagianbagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan
penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi
pengelihatan.
B. Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan
terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

C. Patofisiologi

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos
humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi
didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera
occuli anterior (COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia
menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan
biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai
dengan adanya titik buta pada lapang pandang

PATHWAY
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan
Trabekuler

Peningkatan tekanan
Vitreus

Hambatan Pengaliran
Cairan Humor Aqueous

Nyeri

TIO Meningkat

Pergerakan Iris Kedepan

Glaukoma

Gangguan Saraf Optik

Gangguan Persepsi
Sensori
Penglihatan

Perubahan Penglihatan
Perifer

TIO Meningkat

Tindakan Operasi

Ansietas

Nyeri

Risiko Infeksi

Kebutaan

D. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma primer
a.

Glaukoma sudut terbuka


1)
Kerusakan visus yang serius
2)
Lapang pandang mengecil dengan macam-macam skottoma yang khas
3)
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
1) Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
2) Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya

3)
4)
5)
6)
7)

Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat
sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan

a.
b.
c.

lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.


2. Glaukoma sekunder
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongential
a. Gangguan penglihatan
E.
Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
menggunakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a)
Obat Sistemik
1)
Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%,
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium
tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia
2)

sementara.
Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum
adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide

b)

sudah tidak efektif lagi.


Obat Tetes Mata Lokal
1)
Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna
2)

untuk menurunkan TIO.


Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan

mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.


2. Terapi Bedah

a.

Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal

b.

ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.

F.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2. vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
4. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
8. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9. Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan
oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
11. Pemeriksaan Ultrasonografi: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

II.

KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat
ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1)
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
2)

dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.

3)

Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,


sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang

4)

mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit.

2.

Pengkajian Pola Fungsional Gordon


a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
1) Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
2) Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.
b. POLA NUTRISI/METABOLISME
1) Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
2) Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
3) Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
4) Bagaimana nafsu makan klien
5) Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan
nafsu makan
6) Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya

pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah
c. POLA ELIMINASI
1)
Kaji kebiasaan defekasi
2)
Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
3)
4)

karekteristik BAB
Kaji kebiasaan miksi
Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi

5)

Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola


eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).
d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
1) Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
2) Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
3) Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
4) Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau
keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
5) Kaji kekuatan tonus otot
6) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya
matahari.
e. POLA ISTIRAHAT TIDUR
1) Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
2) Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
3) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien
4) sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola

tidur klien tidak normal.


f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
1)
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
2)

Persepsi nyeri, bahasa dan memori


Status mental bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/tak

3)

jelas/gugup
Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan

4)
5)
6)
7)
8)

interaksi
Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
Pendengaran : DBN / tidak
Peglihatan :DBN / tidak
Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi

9)
10)

nyeri saat nyeri terjadi


Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan.
Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI

1)

Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga

2)

diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri


Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang

3)

membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri


Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien

4)

sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.


Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri
karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak
PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan
pada persepsi dan konsep diri.
h. POLA PERAN HUBUNGAN
1) Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
2) Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
3) Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
4) Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
5) Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
6) Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
7) Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan
dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan
klien malu berhubungan de ngan orang lain.
8) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya
i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
1) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
2) Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
3) Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
4)
5)
6)
7)

dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada


keluarga / orang lain
Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien

mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.


j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
1)
Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
2)
Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya

3)

Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan


penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat

4)

melakukan hubungan intim


Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan
terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka

yang mengalami penyakit mata.


k. POLA KEYAKINAN-NILAI
1)
Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam
2)
3)

hidup
Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam

4)

hidup
Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah seharihari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.

B.
Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf
oleh karena peningkatan TIO.
c. Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
tentang prosedur pembedahan
e. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan lapang pandang
2. Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
b. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
tentang prosedur pasca pembedahan

C. Rencana Keperawatan
PRE OP:
No.
Diagnosa
1.
Nyeri Akut

Tujuan & Kriteria Hasil


Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ....x 24 jam,
nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
NOC label : Pain control
a. Mengenal faktor penyebab
b. Menggunakan metode
pencegahan (skala 3)
c. Menggunakan metode
nonanalgesik untuk mengurangi
nyeri (skala 3)
d. Mengenali gejala-gejala nyeri
(skala 3)
e. Melaporkan nyeri sudah
terkontrol (skala 3)
NOC label : Pain level
f. Melaporkan adanya nyeri (skala
3)
g. Frekuensi nyeri (skala 3)
h. Panjangnya episode nyeri (skala
3)
i. Pernyataan nyeri (skala 3)
j. Ekspresi wajah saat nyeri (skala
3)

2.

Penurunan
persepsi
sensori visual

Setelah diberikan asuhan keperawatan


selama ...x24 jam diharapkan pasien
tidak mengalami penurunan persepsi

Intervesi
NIC Label :
Pain management
a. Komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi).
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
d. Berikan lingkungan yang
tenang
e. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
f. Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri.
g. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
h. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
i. Monitor Vital sign
j. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping
NIC Label:
Sensory Perceptual: Visual,
Disturbed, Activity Therapy

Rasional
a. Untuk mengetahui seberapa berat rasa
nyeri yang dirasakan dan mengetahui
pemberian terapi sesuai indikasi.
b. Mengetahui reaksi nonverbal dari
klien
c. Untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya
d. Agar klien merasa nyaman
e. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
f. Membantu mengurangi rasa nyeri
g. Mengevaluasi nyeri yang dirasakan
klien
h. Agar mengetahui persepsi klien
tentang manajemen nyeri yang
diberikan
i. Menentukan kondisi pasien secara
berkala
j. Agar menilai keefektifan analgetik
dan penanganan yang cepat terhadap
efek sampingnya

a. Untuk mengetahui penyebab penyakit


pasien.
b. Intervensi dini untuk mencegah

sensori visual, dengan kriteria hasil :


NOC Label:
Sensori Function
a. Pasien berpartisipasi dalam
program pemeriksaan
b. Pasien mampu menemukan
alternatif untuk menerima
rangsangan penglihatan

3.

Ansietas

Setelah diberikan asuhan keperawatan


selama ...x24 jam diharapkan pasien
tidak mengalami ansietas, dengan
kriteria hasil :
NOC Label :
Anxiety self-control
Anxiety level
Coping
a. Pasien mengungkapkan
dan mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.
b. Pasien tampak rilek tidak tegang dan
melaporkankecemasannya
berkurang sampai pada tingkat
dapat diatasi.
c. Pasien dapat mengungkapka

a. Kaji dan dokumentasikan


kebutaan, klien menghadapi
keluhan pasien.
kemungkinan / mengalami kehilangan
b. Dorong
klien
untuk
penglihatan sebagian atau total
mengekspresikan
perasaan c. Untuk mengetahui perkembangan
tentang
kehilangan
/
penyakit mata yang pasien alami.
kemungkinan
kehilangan d. Untuk mempercepat proses
penglihatan
e. Mempercepat proses penyembuhan
c. Sarankan kepada pasien agar
segera berkonsultasi dengan
dokter bila terjadi perubahan
yang
signifikan
pada
matanya.
d. Sarankan kepada pasien untuk
memakai obat yang telah
diresepkan oleh dokter.
e. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi
NIC Label : Anxiety Reduction
a. Memberi kesempatan klien untuk
a. Pantau tingkat kecemasan
mengungkapkan rasa takut secara
pasien dan catat adanya
terbuka diman rasa takut dapat
tandatanda
verbal
dan
ditujukan.
nonverbal
b. Ungkapan perasaan akan
b. Beri kesempatan pasien untuk
kecemasan dapat membantu
mengungkapkan isi pikiran
perawat menggali informasi
dan perasaan takutnya.
mengenai hal hal yang menjadi
c. Observasi tanda vital dan
faktor penyebab kecemasan pasien
peningkatan
respon
fisik
dan memudahkan dalam
pasien.
memberikan intervensi
d. Beri penjelasan pasien tentang
selanjutnya.
prosedur tindakan operasi,
c. Mengetahui respon fisiologis yang
harapan dan akibatnya.
ditimbulkan akibat kecemasan
e. Beri penjelasan dan suport
d. Meningkatkan pengetahuan pasien
pada pasien pada setiap
dalam rangka mengurangi

4.

Risiko Cedera

keakuratan pengetahuan tentang


pembedahan.

melakukan prosedur tindakan.


f. Lakukan orientasi dan
perkenalan pasien terhadap
ruangan, petugas, dan
peralatan yang akan
digunakan.

kecemasan dan kooperatif.


e. Mengurangi perasaan takut dan
cemas.
f. Derajat kecemasan akan
dipengaruhi bagaimana informasi
tentang prosedur penatalaksanaan
diterima oleh individu.

Setelah diberikan asuhan keperawatan,


diharapkan tidak terjadi cedera pada
klien, dengan kriteria hasil :

NIC Label : Environment


Management
a.Diskusikan apa yang terjadi
tentang kondisi paska operasi
nyeri, pembatasan aktifitas,
penampilan, balutan mata
b.Beri klien posisi bersandar,
kepala tinggi, atau miring ke
sisi yang tak sakit sesuai
keinginan
c. Batasi aktifitas seperti
menggerakan kepala tiba-tiba,
menggaruk
mata,membongkok
d. Ambulasi dengan bantuan:
berikan kamar mandi khusus
bila sembuh dari anestesi
e. Observasi hifema dengan
senter sesuai indikasi.
f. Minta klien membedakan
antara ketidaknyamanan dan
nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki
ke gelisahan,
disorientasi,gangguan balutan.

a. Penjelasan dengan diskusi bersama


akan lebihefektif bagi pasien untuk
mengetahui kondisi dirinya
b.Posisi menentukan tingkat
kenyamanan pasien.
c. Aktivitas berlebihmampu
meningkatkan tekanan intra okuler
mata.
d. Visus mulai berkurang,resiko cedera
semakin tinggi
e. PengumpulanInformasi dalam
pencegahan komplikasi
f. Kondisi mata post operasi
mempengaruhi visus pasien

NOC Label : Risk Control


Pasien
menunjukkan
perubahan
perilaku, pola hidup untuk menurunkan
factor resiko dan untuk melindungi diri
dari cedera. Mengubah lingkungan
sesuaidengan
indikasi
untuk
meningkatkan keamanan.

5.

Defisiensi
pengetahuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan


selama ...x24 jam diharapkan pasien
tidak mengalami ansietas, dengan
kriteria hasil :
NOC Label:
Knowledge : Diseases process
a. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
b. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya

NIC Label:
Teaching : Disease process
a. Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga.
b. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat.
c. Sediakan informasi untuk
keluarga pasien tentang cara
perawatan pasien setelah
operasi

a. Untuk mengetahui tingkat


pengetahuan pasien dan keluarga
tentang penyakit.
b. Untuk memudahkan pasien dan
keluarga pasien mengetahui tentang
kondisi pasien.
c. Agar pasien dan keluarga terpajan
informasi tentang perawatan pasien
secara mandiri.

POST OP :
No.
Diagnosa
1.
Nyeri Akut

Tujuan & Kriteria Hasil


Setelah dilakuka asuhan keperawatan
selama ....x 24 jam, nyeri teratasi
dengan kriteria hasil :
NOC label : Pain control
a. Mengenal faktor penyebab
b. Menggunakan metode
pencegahan (skala 3)
c. Menggunakan metode
nonanalgesik untuk mengurangi
nyeri (skala 3)
d. Mengenali gejala-gejala nyeri
(skala 3)
e. Melaporkan nyeri sudah
terkontrol (skala 3)

Intervesi
NIC Label :
Pain management
a. Komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi).
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
d. Berikan lingkungan yang
tenang
e. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi

Rasional
a. Untuk mengetahui seberapa berat rasa
nyeri yang dirasakan dan mengetahui
pemberian terapi sesuai indikasi.
b. Mengetahui reaksi nonverbal dari
klien
c. Untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya
d. Agar klien merasa nyaman
e. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
f. Membantu mengurangi rasa nyeri
g. Mengevaluasi nyeri yang dirasakan
klien
h. Agar mengetahui persepsi klien
tentang manajemen nyeri yang
diberikan

NOC label : Pain level


f. Melaporkan adanya nyeri (skala
3)
g. Frekuensi nyeri (skala 3)
h. Panjangnya episode nyeri (skala
3)
i. Pernyataan nyeri (skala 3)
j. Ekspresi wajah saat nyeri (skala
3)
2.

Risiko Infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama x24 jam, diharapkan pasien 1.
dapat:
1. Knowledge : infection Control
2.
(Mengetahui cara mengontrol
infeksi)
3.
2. Risk Control (Mengontrol resiko)
4.
Dengan kriteria hasil:
1. Menerangkan cara - cara
5.
penyebaran
2. Menerangkan factor-faktor yang 6.
berkontribusi dengan penyebaran
3. Menjelaskan tanda tanda dan
gejala
7.
4. Menjelaskan aktivitas yang dapat
meningkatkan resistensi terhadap 8.
infeksi
5. Mengenali tanda dan gejala yang
mengindikasikan resiko
6. Mengidentifikasi resiko kesehatan
potensial
7. Berpartisipasi dalam screening

nyeri.
f. Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri.
g. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
h. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
i. Monitor Vital sign
j. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping
NIC Label: Infection Control
Bersihkan lingkungan secara tepat
setelah digunakan oleh klien
Ganti peralatan klien setiap selesai
tindakan
Ajarkan cuci tangan untuk menjaga
kesehatan individu
Anjurkan klien untuk cuci tangan
dengan tepat
Gunakan sabun antimikrobial untuk
cuci tangan
Anjurkan pengunjung untuk mencuci
tangan
sebelum
dan
setelah
meninggalkan ruangan klien
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien
KIE pemberian terapi antibiotik

i. Menentukan kondisi pasien secara


berkala
j. Agar menilai keefektifan analgetik
dan penanganan yang cepat terhadap
efek sampingnya

1. Untuk mencegah masuknya bakteri


atau virus dari luar, ke dalam ruangan
pasien
2. Untuk mencegah terjadinya penularan
bakteri atau virus
3. Untuk membiasakan klien mencegah
infeksi
4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
5. Untuk mencegah berkembangbiaknya
bakteri pada tangan
6. Agar tidak terjadi infeksi silang
7. Agar tidak terjadi infeksi silang
8. Untuk mencegah infeksi

pada interval waktu yang


ditentukan
8. Mengetahui keadaan kesehatan
saat ini
9. Selalu mengetahui / memonitor
kesehatan diri
10. Menggunakan sarana pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan
3.

Defisiensi
pengetahuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan


selama ...x24 jam diharapkan pasien
tidak mengalami ansietas, dengan
kriteria hasil :
NOC Label:
Knowledge : Diseases process
c. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
d. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya

NIC Label:
Teaching : Disease process
d. Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga.
e. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat.
f. Sediakan informasi untuk
keluarga pasien tentang cara
perawatan pasien setelah
operasi

d. Untuk mengetahui tingkat


pengetahuan pasien dan keluarga
tentang penyakit.
e. Untuk memudahkan pasien dan
keluarga pasien mengetahui tentang
kondisi pasien.
f. Agar pasien dan keluarga terpajan
informasi tentang perawatan pasien
secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai