Anda di halaman 1dari 12

DISASTER PLAN MANAGEMENT

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR


DI KELURAHAN KEMIRI MUKA KOTA DEPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


dalam menempuh Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat

DISUSUN OLEH :
Risa Anindia Putri
030.14.167

PEMBIMBING :
dr. Gita Handayani Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 28 OKTOBER 2019 – 05 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

2
PENDAHULUAN
Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi, menurut data dari
Badan Nasional Penanggungan Bencana (BNPB) 90% bencana alam di Indonesia
berhubungan dengan banjir. Banjir terjadi apabila sejumlah besar air menggenangi
sutu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya bencana banjir, umumnya terdapat dua
faktor penyebab utama bencana banjir yaitu banjir yang disebabkan secara alami, dan
banjir yang disebabkan oleh ulah manusia. Banjir yang disebabkan oleh manusia
berhubungan dengan aktivitas dan kebutuhan manusia yang dimaksusd utamanya berupa
kebutuhan akan ruang untuk tempat tinggal. Kebutuhan akan ruang tersebut pada
akhirnya akan memicu perubahan penggunaan lahan dari vegetasi menjadi lahan
terbangun. Pada lahan terbangun nilai aliran lebih besar dari pada penggunaan lahan
vegetasi, sehingga memicu datangnya banjir. 2
Faktor-faktor penyebab banjir secara alami, diantaranya: curah hujan, pengaruh
fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak
memadai, dan pengaruh air pasang.

GAMBARAN UMUM
GEOGRAFIS
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00”
Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o  55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis,
Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam
lingkungan wilayah Jabotabek.
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran
rendah  – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter
diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok
sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29
km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan
Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula
25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan  kualitas air
rata-rata  buruk akibat tercemar.

1
Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng
yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan
cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali
Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.
Kota Depok terdiri dari 3 Kecamatan dan 23 Kelurahan, yaitu :
1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu :
Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn
Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.
2. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu :  Kelurahan Beji,
Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka,
Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.
3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu :
Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya,
Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan
Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong,
Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.
Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok
meliputi wilayah Administratif  Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan
sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten 
Daerah Tingkat II Bogor, yaitu :
1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua
belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa
Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti,
Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa
Leuwinanggung.
2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu :
Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa
Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari
Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan,
Desa Pasir Putih.

2
3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo,
Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa
Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.
4. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa
Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa
Pondok Jaya.

KEPENDUDUKAN
Kemiri Muka merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Beji Kota Depok.
Jumlah penduduk Kecamatan Beji sebanyak 65.482 laki – laki dan 62.612
perempuan, dengan total jumlah penduduk kelurahan Kemiri Muka sebanyak
29.064 diantaranya terdiri dari 15.122 laki – laki dan 13.942 perempuan.
Mayoritas agama yang dianut oleh penduduk di Kelurahan Kemiri Muka yaitu
Islam sebanyak 27.402 jiwa. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Kemiri
Muka bekerja sebagai buruh dan wiraswasta.

ANALISIS KOMPONEN BENCANA


Hazard mapping

3
Dilihat secara keseluruhan wilayah kota Depok merupakan daerah yang dianggap
tidak mempunyai potensi bencana seperti imbasan gempa dan tsunami. Tingginya
curah hujan di Kota Bogor menyebabkan terjadinya banjir kiriman akibat
meluapnya debit air dari sungai Ciliwung yang melewati kelurahan Kemiri Muka
kecamatan Beji Kota Depok, selain itu banjir ini terjadi dikarenakan faktor –
faktor yang disebabkan oleh kelalaian dari manusianya itu sendiri antara lain
penumpukan sampah ke pemukiman warga dan ketidakpedulian masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan seperti membuang sampah di sungai yang
dapat menyebabkan sungai menjadi dangkal akibat endapan sampah dan sungai
tidak mampu menampung aliran air yang besar.

Vulnerability
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
Kerentanan di Kecamatan Beji, Kota Depok, diantaranya adalah:
a. Fisik
Pada kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan
kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa
wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang
mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai
Pesanggrahan dan Kali Cikeas. Perilaku masyarakat yang masih kurang
peduli terhadap lingkungan seperti membuang sampah di sungai dan
membangun bangunan di pinggir sungai menyebabkan fungsi sungai
sebagai drainase tidak baik sehingga menyebabkan air meluap ketika curah
hujan tinggi sehingga terjadi banjir.

b. Sosial dan Ekonomi


Kerentanan demografi, sosial dan budaya dengan empat variabel yaitu
persentase penduduk miskin, persentase penduduk usia balita, persentase
penduduk lanjut usia serta kepadatan penduduk. Tidak didapatkan data

4
rinci yang dapat mendeskripsikan kerentanan demografi pada Kelurahan
Kemiri Muka.
Kerentanan ekonomi dengan empat variabel yaitu luas lahan produktif,
luas lahan ekonomi, jumlah penduduk bekerja serta jumlah sarana
ekonomi. Tidak didapatkan data rinci lainnya yang dapat mendeskripsikan
kerentanan ekonomi pada Kelurahan Kemiri Muka.

c. Pendidikan
Tingkat kerentanan masyarakat masih cukup tinggi mengingat masih
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sebanyak 5.087 jiwa belum
sekolah, 5.143 jiwa tamat SD, dan 5.738 jiwa tamat SLTA.

Capacity
Dalam penentuan komponen parameter kapasitas dilihat dari tingkat kapasitas
suatu kecamatan berdasarkan kemampuan wilayah tersebut. Terdapat beberapa
variabel kapasitas pada bencana banjir sebagai berikut :
1. Jumlah tenaga kesehatan
Komponen ini berdasarkan atas pengurangan risiko bencana dimana
menjadi prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang
kuat untuk pelaksanaannya. Berdasarkan profil kesehatan kota Depok
tahun 2017, berikut ini adalah rincian mengenai jumlah tenaga
kesehatan pada kota Depok:
 Dokter spesialis: 755
 Dokter umum: 727
 Dokter gigi: 261
 Bidan: 769
 Perawat: 2695
 Apoteker: 209

5
2. Jumlah sarana kesehatan
Sementara itu untuk jumlah sarana kesehatan untuk meningkatkan
kapasitas di Kecamatan Beji dalam menghadapi bencana berdasarkan
data dari profil kesehatan kota Depok tahun 2017, adalah sebagai
berikut.
 Rumah Sakit: 2
 Puskesmas: 3
 Apotek: 264 unit (Kota Depok)
 Toko Obat: 18 unit (Kota Depok)

3. Institusi dan Masyarakat


Terdapat petugas tim gabungan dari berbagai instansi dan relawan
yang disiagakan. Petugas terdiri dari berbagai instansi antara lain
BPBD, Perwakilan Kecamatan, Dinas PUPR, Polres Tanjung Pinang,
TNI (KORAMIL), Relawan Unit Cegah Siaga, dan Penduduk terlatih
SAR dasar. Masing-masing memiliki tugas sendiri untuk saling
mendukung penanganan bencana.

DISASTER MANAGEMENT
Pre Bencana
 Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan terkini
cuaca setempat (curah hujan).
 Waspadalah terhadap perubahan cuaca
 Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai
 Perbaikan dan pengaturan sistem sungai
 Membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi alur sungai, dan
memelihara sungai, tampungan air dan drainase beserta peralatan dan
fasilitas penunjangnya
 Menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah aliran sungai
 Membuat sumur resapan dan tanaman hidroponik

6
 Menerapkan pengelolaan sungai terpadu berdasarkan satuan wilayah sungai
(SWS) dan memberdayakan kelembagaan pengelolaan SWS
 Membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah
 Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk menggalang kerjasama
dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor
 Pemberdayaan masyarakat seperti penyuluhan dan pelatihan pada
masyarakat merupakan upaya pemberdayaann masyarakat agar masyarakat
dapat melayani sesama anggota masyarakat dalam menghadapi
kemungkinan munculnya bencana
 Melakukan penyuluhan terhadap perilaku membuang sampah sejak dini
 Mengajukan pembuatan saluran air tambahan dan waduk untuk memecah
distribusi dan penampungan air
 Membuat sistem peringatan dini yang tercapai ke masyarakat berupa bel,
SMS, atau notifikasi lainnya
 Mengidentifikasi lokasi dan bangunan yang ideal untuk dijadikan tempat
penampungan sementara dan diedukasi ke masyarakat
 Menyiapkan cadangan pangan dan sandang, medis, serta alat-alat
komunikasi dan emergensi lainnya
 Maintenance kondisi peralatan gawat darurat seperti alat medis, senter,
rakit, dan lainnya

Saat Bencana
 Bila dalam keadaan aman, segeralah ke tempat perlindungan yang telah
disiapkan
 Jika berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran, sekolah,
rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit, maka yang
harus dilakukan adalah segera pergi ketempat yang aman (yang lebih tinggi)
dan lakukan pemindahan korban dengan hati-hati.
 Selama perkembangan banjir, segera selamatkan diri dan keluarga,
tinggalkan barang yang tidak diperlukan untuk keperluan gawatdarurat

7
 Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan seperti sandang, air
bersih, dan medis
 Mengerahkan Tim Reaksi Cepat untuk melakukan pertolongan dan
penyelamatan

Post Bencana
 Lakukan pendataan mengenai kerusakan yang terjadi
 Membentuk tim darurat bencana dengan melibatkan dokter, perawat, bidan,
mahasiswa di bidang kesehatan/kedokteran, ataupun masyarakat sekitar
dalam membantu para korban bencana di posko pengungsian.
 Periksa masyarakat yang sudah mengungsi terkait adanya cedera atau luka
dan segera berikan pertolongan pertama
 Bantu arahkan SAR ke lokasi yang belum terdeteksi korbannya
 Waspada akan adanya banjir susulan akibat cuaca yang belum membaik
 Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang
 Melakukan kerjasama dengan BASARNAS, POLRI dan TNI untuk
membantu evakuasi korban, membersihkan jalan dari lumpur, dan
melakukan pengamanan di posko pengungsian
 Rekonstruksi: pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur yang
rusak akibat banjir
 Melakukan kerja bakti untuk membersihkan limbah tajam yang berceceran
 Bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, perusahaan,
pemerintah terkait pengadaan air bersih untuk keperluan MCK
 Melakukan kerjasama dengan pemuka agama untuk membantu para korban
di bidang spiritual. Atau dengan tokoh masyarakat untuk meningkatkan
motivasi dan menurunkan risiko PTSD.

Healthcare Disaster Plan


Penanggulangan kesehatan bencana di Puskesmas pada banjir:

8
 Memastikan puskesmas aman dari bahaya fisik, biologis, dan kimiawi sebagai
sentra pelayanan kesehatan pasca bencana
 Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa,
sekolah, tempat ibadah.
 Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter puskesmas
atau tenaga kesehatan lain
 Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana.
 Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang.
 Meminta bantuan dinas kesehatan setempat bila ada obat-obatan atau alat
penunjang yang kurang.
 Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang serta bahan
sandang dan pangan bagi warga pengungsian.
 Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
mahasiswa tenaga kesehatan setempat, tim medis, warga, maupun relawan
untuk mengevakuasi korban - korban bencana.
 Menentukan triase, memilah-milah korban berdasarkan tingkat keparahan
atau kegawatdaruratannya
 Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien berdasarkan
triase tersebut
 Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang-ruang yang sudah
ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang berbeda
dengan pintu masuk awal.
 Membangun WC umum bagi warga pengungsian dilengkapi dengan air bersih
guna mencegah terjadinya penyakit yang dapat terjadi di tempat pengungsian.
 Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data korban
yang berada di puskesmas sebagai sumber informasi untuk
keluarga/masyarakat.
 Membuat daftar RS yang dekat dengan lokasi bencana untuk merujuk pasien
yang tidak dapat ditangani di puskesmas

9
 Berkoordinasi dengan masyarakat dalam penyediaan kendaraan gawatdarurat
untuk merujuk pasien

Pengendalian Penyakit Pasca Bencana


Dalam menangani kasus banjir umum didapati korban yang cedera mulai dari luka
robek atau penyakit lain seperti diare, leptospirosis, demam berdarah dengue dan
bahkan beberapa bisa memiliki masalah psikis akibat hartanya yang hilang disapu
banjir. Perlu ditinjau aspek-aspek berikut yang bisa dilakukan tenaga medis dalam
menangani kasus-kasus pasca bencana:
 Konseling kejiwaan dapat dilakukan untuk anak-anak dan orang tua,
dilakukan oleh tenaga medis atau berkomunikasi dengan psikolog yang bisa
didatangkan dengan bekerjasama dengan BNPB
 Pengobatan diare dapat dimulai dengan pemberian air bersih dalam
mengkonsumsi makanan, serta penyediaan WC yang sesuai standar
 Pengobatan leptospirosis dan demam berdarah dengue dilakukan sesuai gejala
dan pedoman yang berlaku

10

Anda mungkin juga menyukai