Anda di halaman 1dari 10

DISASTER PLAN

PENANGGULANGAN BANJIR DI MEDAN SATRIA KOTA


BEKASI

Pembimbing :
dr. Gita Tarigan, MPH

Penyusun :
Mutia Alfinta Jayanti
030.13.130

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 5 NOVEMBER 2018 – 11 JANUARI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

1
PENDAHULUAN
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Sebagai akibat meluapnya air sungai/danau/laut (besarnya volume
air yang dialirkan oleh sungai maupun badan-badan air melebihi besarnya kapasitas
daya tampung atau kapasitas pengalirnya) yang menimbulkan kerugian baik materi
maupun non materi terhadap manusia dan lingkungan.
Banjir merupakan bencana alam yang perlu mendapat perhatian, karena
mengancam jiwa dan ekonomi masyarakat dan merupakan bencana alam yang ke tiga
terbesar di dunia yang telah banyak menelan korban jiwa dan kerugian harta benda1.
Begitu juga fenomena yang terjadi di Indonesia, berdasarkan data dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menunjukan bahwa pada tahun
2016 bencana yang terjadi di Indonesia terbanyak adalah bencana hidrometeorologi
yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung2
Berdasarkan data tahun 2016 bencana banjir di Indonesia merupakan bencana
yang paling banyak kejadiannya, yaitu sebanyak 766 kejadian. Adapun dampak yang
ditimbulkan yaitu 147 jiwa meninggal dunia, 107 jiwa luka 2,72 juta jiwa mengungsi
dan menderita, dan 30.669 rumah mengalami kerusakan3
Salah satu wilayah yang sering mengalami banjir adalah wilayah Bekasi. Kota
Bekasi terletak pada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Sunter,
DAS Cakung, dan DAS Bekasi. Kali Bekasi diprediksi memiliki kontribusi besar
terhadap kemungkinan terjadinya daerah-daerah rawan genangan dan banjir di
wilayah yang dilintasinya. Selain itu, perkembangan di Kota Bekasi identik dengan
pembangunan yang menyebabkan semakin sedikit lahan terbuka hijau dan membuat
Kota Bekasi rawan terhadap bencana banjir4.
Banjir yang terjadi di Kota Bekasi saat ini memang belum seberat yang terjadi
di berbagai wilayah lain seperti Jakarta, Riau, Lampung, dan Kalimantan Barat, tetapi

2
sudah memberikan indikasi dini akan bahaya banjir yang lebih besar dikemudian hari
bila penataan lahan di wilayah ini tidak dikelola secara baik. Berdasarkan data Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, terdapat delapan wilayah
yang rawan diterjang banjir yaitu, Kecamatan Rawalumbu, Bantargebang, Bekasi
Timur, Bekasi Selatan, Jatiasih, Bekasi Barat, Medan Satria, dan Kecamatan Jati
Sampurna yang berada di Selatan Kota Bekasi3.

3
WILAYAH MEDAN SATRIA, BEKASI

Cakupan Wilayah
Kecamatan Medan Satria merupakan bagian dari Wilayah Kota Bekasi yang dari
waktu ke waktu mengalami perkembangan ekonomi dan jasa yang sangat pesat.
Secara geografis Kecamatan Medan Satria terletak di bagaian utara Kota Bekasi
antara 106048’28”-107027’29” Bujur Timur, dan 6010’6”-6030’6” Lintang Selatan,
kondisi topografi relatif datar (kemiringan lahan bervariasi rata-rata 0-2%) dan
merupakan daerah beriklim panas dengan suhu berkisar antara 28 C – 32 C,
kelembaban 80%-90%, yang dipengaruhi oleh angin musim barat dan musim timur.

Gambar 1. Wilayah Medan Satria, Bekasi

4
Luas Kecamatan Medan Satria adalah 1.199,03 Ha, terdiri dari 4 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Medan Satria, luas : 375,84 Ha


2. Kelurahan Pejuang, luas : 487,33 Ha
3. Kelurahan Kalibaru, luas :121,10 Ha
4. Kelurahan Harapan Mulya, luas : 294,00 Ha

BATAS WILAYAH

Batas-batas wilayah Kecamatan Medan Satria adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Taruma Jaya Kabupaten Bekasi;


2. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kecamatan Bekasi
Barat;
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Utara
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Selatan dan Kecamatan
Bekasi Barat.

Pada perkembangannya saat ini telah terbentuk 72 RW, 487 RT, pertumbuhan
penduduk di kecamatan Medan Satria mencapai 3,11% per tahun sesuai dengan data
kependudukan s/d Desember 2016 diketahui jumlah penduduk sebesar 39.711 KK
atau 146.159 jiwa, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kelurahan Medan Satria : 28.179 jiwa

2. Kelurahan Pejuang : 75.576 jiwa

3. Kelurahan Kalibaru : 24.062 jiwa

4. Kelurahan Harapan Mulya : 18.342 jiwa

5
ANALISIS KOMPONEN BENCANA KECAMATAN

 HAZARD
Daerah-daerah dengan resiko tinggi terhadap ancaman banjir tersebar di seluruh
wilayah Indonesia terutama di daerah pantai timur Sumatra bagian utara, daerah
pantai utara Jawa bagian barat, Kalimantan bagian barat dan selatan, Sulawesi
Selatan dan Papua bagian selatan. Beberapa kota tertentu seperti Jakarta, Semarang
dan Banjarmasin secara historis juga sering dilanda banjir, begitu pula daerah aliran
sungai tertentu seperti daerah aliran sungai Bengawan Solo di Pulau Jawa dan
daerah aliran sungai Benanain di Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan
dalam tiga kategori:
(a) Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran
sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem
drainase buatan manusia;
(b) Banjir yang disebabkan oleh meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat
pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai; dan
(c) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan,
tanggul dan bangunan pengendali banjir .

 VULNERABILITY
Kerentanan dari Aspek Lingkungan

Peningkatan curah hujan lokal, debit air sungai meningkat namun banyaknya
penyempitan badan sungai, tergolong kawasan industrial dan tingginya laju
pembangunan dan pemukiman penduduk sehingga daerah penyerapan air tanah

6
menurun, rendahnya pemeliharaan saluran dan kanal, rendahnya kesadaran
membuang sampah pada tempatnya, luapan beberapa sungai besar yang mengalir ke
tengah kota, kerusakan lingkungan pada daerah hulu serta pertumbuhan pemukiman
di pinggiran kali semakin tak terkendali.

Kerentanan dari Aspek Sosial

1. Tingkat kepadatan penduduk


Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin rentan terhadap bencana
banjir. Berdasarkan data Disdukcapil Kota Bekasi, terdapat 2,3 juta penduduk di Kota
Bekasi. Dengan luas wilayah 210,49 kilometer persegi maka rata-rata tingkat
kepadatan penduduk Kota Bekasi sebesar 11.100 jiwa per kilometer persegi.
2. Tingkat laju pertumbuhan penduduk
Semakin tinggi tingkat laju pertumbuhan penduduk, maka semakin rentan terhadap
bencana banjir. Pada 2012, laju pertumbuhan penduduk Kota dan Kabupaten Bekasi
di atas 4 persen, terbesar se-Jawa Barat. Padahal, ideal laju pertumbuhan penduduk di
bawah 1 persen.
3. Persentase jumlah lansia dan balita
Semakin banyak jumlah penduduk usia tua dan balita, maka semakin rentan terhadap
bencana banjir.
4. Kurangnya pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana, rendahnya pendidikan,
corak budaya individualisme, tingkat kesehatan masyarakat yang rendah akan
mempertinggi tingkat kerentanan.

7
Kerentanan dari Aspek Ekonomi
Semakin banyak rumah tangga miskin, maka semakin rentan terhadap bencana banjir.

CAPACITY
Kapasitas Fisik
 terdapat banyak titik pengungsian yang dibentuk saat banjir
 Fasilitas kesehatan yang memadai.
Kapasitas Sosial
1. Keberadaan organisasi
Tingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan yang berhubungan dengan
penanggulangan bencana di masyarakat.
Berbagai upaya akan dan sedang dilakukan Pemerintah kota Bekasi untuk
mengantisipasi terjadinya banjir.
 Andalkan pompa
Pemkot Bekasi mengandalkan operasional pompa. Pompa air digunakan
petugas ketika menerima laporan sebuah wilayah tergenang. Mereka juga
menyiapkan pompa-pompa mobile, baik itu kendaraan juga bentuknya
portable. Salah satu daerah rawan banjir adalah kolong Tol JORR, Jalan KH
Noer Ali. Pada tempat itu terdapat dua pompa penyedot air ketika jalan sudah
mulai tergenang.
 Perbanyak polder air
Pemkot Bekasi juga membangun polder air Ciketing Udik, Bantargebang,
Kempo, dan Pondok Gede. Polder air merupakan sebidang lahan yang
dikelilingi oleh tanggul buatan. Terdapat pompa yang berfungsi untuk
menyedot air dan dialirkan ke polder sebagai penampung air.
 Bangun 13 "crossing"

8
Pembangunan dan pelebaran diameter crossing atau gorong-gorong di 13 titik
rawan banjir di Kota Bekasi untuk memperlancar aliran air sehingga banjir
dapat terminimalisasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan sejumlah


pihak untuk mengatasi dampak banjir di wilayah Bekasi dan sekitarnya. Banjir yang
merupakan luapan Sungai Cileungsi-Cikeas, Kali Bekasi, dan Sungai Cakung itu
diawali hujan dengan intensitas tinggi yang turun sejak Selasa dinihari hingga Selasa
pagi.

Upaya penanganan darurat terus dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana


Daerah (BPBD) Kota Bekasi bersama BNPB, Badan SAR Nasional, TNI, Polri,
Satuan Kerja Perangkat Daerah, Taruna Siaga Bencana, Palang Merah Indonesia,
relawan, masyarakat, dan dunia usaha.

Penyaluran logistik bantuan bencana sudah dibentuk di lokasi yang terdampak.


Begitu pula dengan pembangunan Posko dan dapur umum disertai peralatan dan
perlengkapan bencana banjir

Kapasitas Sumber Daya Masyarakat


1. Keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi kebencanaan
Tingkat keterlibatan masyarakat didalam diskusi/sosialisasi kebencanaan yang sudah
bagus
2. Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi bencana.
Intensitas warga dalam mengikuti pelatihan persiapan bencana.
BNPB telah mengedukasi dan memberi sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih
waspada dan melakukan pencegahan

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Aryono, D.P. 2011. The Silent Disaster Bencana dan Korban


Massal. CV. Sagung Seto. Jakarta.
2. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2017. Pembangunan
Sistem Monitoring Peringatan Dini Banjir (FEWS, Laporan, tidak
dipublikasikan).
1. Andri, N. Pengetahuan dan Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap
Bencana Banjir di Kota Bekasi. Jurnal Alami(2):1
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2017.
Masterplan Drainase (Sisi Timur Kali Bekasi). PT. Arenco
Binatama. Bekasi.

10

Anda mungkin juga menyukai