A. Kronologis Kejadian
Kejadian banjir bandang diawali dengan hujan dengan intensitas sangat tinggi pada tanggal 31
Desember 2019 malam hingga tanggal 1 Januari 2020 yang mengguyur wilayah Gunung Halimun.
Berdasarkan data dari BMKG curah hujan pada wilayah tersebut dikategorikan sangat tinggi melebihi
300 mm.
Sebagaimana rilis data analisis curah hujan dasarian I Januari 2020 yang ditampilkan pada situs resmi
Station Klimatologi BMKG Tangerang Selatan, disebutkan bahwa curah hujan di Wilayah Banten dan
DKI Jakarta pada umumnya pada kategori tinggi ( 50-150 mm ) hingga sangat tinggi. Curah hujan
intensitas sangat tinggi ini mengakibatkan terjadinya longsor dan banjir bandang pada Daerah Aliran
Sungai ( D A S ) Ciberang dan Daerah Aliran Sungai ( D A S ) Cidurian.
DAS Ciberang dan Cidurian merupakan DAS lintas Provinsi dimana hulu kedua DAS tersebut berada
di Provinsi Jawa Barat ( Kabupaten Bogor) dan hilirnya berada di Provinsi Banten. DAS Ciberang
merupakan anak sungai dari Sungai Ciujung dimana pada bagian hilir Sungai Ciberang terdapat
Bendungan Karian.
Berdasarkan pengamatan data melalui penafsiran peta serta data data sekunder yang diperoleh,
penyebab terjadinya kejadian banjir bandang tersebut diakibatkan oleh :
1. Curah Hujan yang tinggi, berdasarkan data BMKG curah hujan pada saat kejadian dikategorikan
tinggi hingga sangat tinggi melebihi 300 mm, selain itu menurut a n a l i s i s statistik e k s t r em
data series 150 tahun Stasiun Jakarta Observartory BMKG menyebutkan bahwa curah hujan
ekstrem awal tahun 2020 merupakan salah satu kejadian hujan paling ekstrim selama ada
pengukuran dan pencatatan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya.
2. Jenis Tanah pada bagian hulu memiliki keterbatasan dalam menyerap air hujan sehingga air
yang tidak terserap mengalir masuk Sungai Ciberang. B a n j i r tidak saja terjadi di sepanjang
sungai Ciberang tetapi juga di sungai Ciliwung, Cidurian Cisadane dan Kali P a s a n g g r a h a n.
3. Kondisi Tutupan Lahan, berdasarkan peta tutupan lahan tahun 2018, kondisi tutupan lahan pada
Sub DAS Ciberang sebesar 3,70% berupa pemukiman/tempat tinggal, sungai dan bukit pasir
darat, sebesar 42,44% berupa hutan rimba, serta 53,86 % m e r u p a k a n Perkebunan / Kebun,
sawah, semak belukar / alang-alang, tanah kosong / gundul serta tegalan / ladang.
4. Kerentanan Tanah, berdasarkan peta Zona Kerentanan Tanah, Kerentanan Tanah di wilayah Sub
DAS Ciberang sebagian besar masuk Zona Gerakan Tanah Menengah sampai dengan Zona
Gerakan Tanah Tinggi.
Pemerintah Kabupaten Lebak telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir bandang dan
tanah longsor sejak 1 Januari hingga 14 Januari 2020. Lamanya jangka waktu penetapan status itu
tak lepas akibat besarnya dampak yang d i r a s a k a n masyarakat di 6 kecamatan Lebak akibat
bandang dan tanah longsor. Dari total enam kecamatan, terdapat 30 desa turut terdampak.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( B N P B ), keenam kecamatan itu adalah
kecamatana Sajira, kecamatan Maja, kecamatan Cipanas, kecamatan Curug Bitung, kecamatan
Cimarga, dan kecamatan Lebak gedong.
Kejadian banjir bandang dengan meluapnya sungai Ciberang ini telah mengakibatkan berbagai
dampak kerusakan, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten,
kerusakan yang terjadi akibat banjir bandang dan longsor tersebut antara lain:
2. Kerusakan Infrastruktur
o Jalan Hotmix amblas patah dan tanah dasar retak sepanjang 4.00 KM
o Jembatan muhara ciberang ( pada KM 9+250 ) yang mengubungkan Kecamatan Lebak
Gedong dan Cipanas sepanjang 60,00 meter
o Jembatan cinyiru ( pada km 6+860 ) yang terletak pada kecamatan cipanas sepanjang 12,00
meter
o Jembatan gantung non permanen ( JGNP ) di 7 kecamatan 24 lokasi dengan panjang total
1.344,00 M
o Jembatan gantung Permanen ( JGP ) di 2 kecamatan 2 lokasi dengan panjang total 220,00
M
o Jembatan Komposit yang tersebar di 3 lokasi dengan panjang total 64,00 M
o Jembatan rangka Baja pada ruas jalan sajira-kalawijo kec. Sajira bentang 60,00 M
o Penanganan badan Jalan dan bronjong pada kecamatan cibeber untuk ruas jalan:
a. Pasir kurai – cisitu STA0+900
b. Jalan Desa Gunung wangun – desa sinar galih 2 ruas jalan dengan total panjang 50,00 M
Menyikapi kejadian musibah banjir bandang tersebut, Pemerintah Provinsi Banten telah
melakukan upaya tanggap darurat dengan melakukan :
Atas dasar perintah Presiden RI untuk menindak penambang liar di hulu DAS, KAPOLRI
menurunkan Tim dari BARESKRIM untuk mengusut a k t I f I t a s tersebut. KAPOLDA Banten
juga mengeluarkan Surat Perintah dengan Nomor : SPRIN / 50 / I / PAM3.3. /2020 Tanggal
10 Januari 2020 Tentang Patroli Bersama Skala Besar yang dilaksanakan dari tanggal 10 s/d
11 Januari 2020 di Wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Pada tanggal 8 Januari 2020 dilakukan Rapat Koordinasi di POLDA Banten antara B A R E S K
R I M P O L R I, P O L D A Banten, D L H K Provinsi Banten dan Dinas E S D M Provinsi Banten.
Kemudian pada tanggal 9 Januari 2020 dilakukan rapat persiapan investigasi lapangan di
POLRES Lebak yang dihadiri oleh B A R E K S R I M P O L R I, P O L D A Banten, P O L R E S
Lebak, D L H K Provinsi Banten, Dinas E S D M Provinsi Banten, P U P R Kabupaten Lebak,
Dinas LH Kabupaten Lebak dan Balai T N G H S.
Berdasarkan informasi dari petugas Balai T N G H S pada tahun 2019 terdapat penambang
emas liar di hulu sungai sebanyak kurang lebih 316 lubang penambang emas liar dimana
195 lubang masih aktif dan 121 sudah tidak aktif.