1.1 LatarBelakang
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraaan
Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa bencana merupakan peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam seperti faktor manusia yang
dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, korban jiwa manusia, kerugian harta benda
dan dampak psikologis. Di seluruh Indonesia, terdapat sungai induk sebanyak 5590 sungai
dan 600 di antaranya berpotensi menimbulkan banjir (Bappenas, 2008). Keberadaan
sungai-sungai disamping membawa dampak positif, bencana hidrologi seperti banjir adalah
salah satu dampak negatif dari keberadaan sungai-sungai tersebut.
Kabupaten Probolinggo terdapat kurang lebih 32 sungai besar dan kecil, diantaranya
Sungai terpanjang adalah Sungai Rondoningo (95,2 km), sedangkan sungai terpendek
adalah Sungai Afaur Bujel (2 km). Sungai-sungai di Kabupeten Probolinggo umumnya
bermuara di Selat Madura.Sungai Akibat keberadaan sungai-sungai di Kabupaten
Probolinggo dengan kondisi yang bermasalah, maka wilayah Kabupaten Probolinggo
termasuk salah satu area rawan terhadap bencana banjir.
Penyebab banjir diantaranya adalah penataan ruang yang berakibat pada perubahan
alam, curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, degradasi
lingkungan yang berakibat pada gundulnya lahan, pendangkalan sungai akibat sedimentasi,
penyempitan alur sungai, pengaruh aktivitas gunung api dan lain sebagainya. Kabupaten
Probolinggo termasuk salah satu area yang rawan terhadap bencana banjir akibat curah
hujan yang cukup tinggi, penggundulan hutan di daerah hulu dan kondisi penampang
sungai yang berpotensi menyebabkan banjir. Berdasarkan bahaya banjir akibat keberadaan
sungai-sungai yang berpotensi menimbulkan banjir, menjadi pelajaran bagi Pemerintah
Kabupaten Probolinggo melalui UPT Puskesmas Sumberasih untuk berupaya memberikan
perlindungan kepada masyarakat di sekitar sungai yang rawan terhadap banjir tersebut.
Rencana kontinjensi merupakan salah satu bentuk perlindungan kepada masyarakat
terpapar bahaya banjir. Rencana kontinjensi merupakan perencanaan untuk menghadapi
kondisi pada masa tanggap darurat agar berjalan efektif, efisien dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kerangka dasar penanggulangan bencana dengan paradigma
pengurangan risiko bencana digunakan sebagai pedoman pada saat darurat bencana bagi
semua pelaku penanggulangan bencana. Sumber daya yang ada di Kabupaten
Probolinggo melalui rencana kontinjensi dapat dimobilisasikan secara efektif dan efisien
2.1 Geografi
UPT Puskesmas sumberasih terletak 30,25 ha dan 1.78 %. Kecamatan Sumberasih
terdiri dari 13 Desa dengan 64.469 jiwa.
Wilayah kerja Puskesmas Sumberasih terdiri dari 13 Desa di Kecamatan Sumberasih,
yaitu :
1. Desa Muneng kidul
2. Desa Muneng
3. Desa Laweyan
4. Desa Pohsangitleres
5. Desa Sumurmati
6. Desa Jangur
7. Desa Mentor
8. Desa Ambulu
9. Desa Lemah kembar
10.Desa Pesisir
11.Desa Sumberbendo
12.Desa Banjarsari
13.Desa Giliketapang
Seluruh wilayah dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua dan atau roda
empat walaupun dalam keadaan hujan. Wilayah kerja desa pesisir rawan terkena banjir
yaitu Desa Pesisir Dusun Melati RW 02, dusun Kenongo RW 03 dan Desa Banjarsari
Dusun Banjar utara RW 03,Dusun Beji RW 02 Untuk rujukan ke rumah sakit, jarak
tempuh dari Desa Binaan Sumberasih ke rumah sakit rujukan terdekat adalah sebagai
berikut :
a. RSUD Tongas : 20 menit dengan jalur lancar mengunakan kendaraan umum
b. RSU Wonolangan: 35 menit dengan jalur lancar mengunakan kendaraan umum
b) Peta Wilayah
2.3 Iklim
Ditinjau dari ketinggian di atas permukaan air laut, Kecamatan Sumberasih berada
pada ketinggian 10-50 meter yakni dari daratan rendah dan sebagian dataran tinggi. Iklim di
kawasan kecamatan Sumberasih sebagaimana kecamatan lain di Kabupaten Probolinggo.
Kecamatan Sumberasih beriklim Tropis yang berbagi menjadi dua musim yakni musim
penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada bulan Oktober sampai April
dan musim kemarau pada bulan April sampai Oktober. Sedangkan iklim umumnya ditinjau
dengan indikator curah hujan adalah sebagai berikut:
> Curah hujan terbesar 276 mm
> Curah hujan terkecil 13 mm
BAB III
PENILAIAN RISIKO, PENENTUAN KEJADIAN DAN PENGEMBANGAN SKENARIO
No Jenis bahaya P D
1 Gempa bumi 1 5
2 Tsunami 1 5
3 Banjir 4 3
4 Angin puting beliung 3 2
5 Wabah penyakit 2 2
Berdasarkan hasil dari penilaian ancaman terdapat 2 jenis bencana yang memiliki bobot
tertinggi yaitu banjir dan angina puting beliung. Dengan mempertimbangkan kapasitas
respon yang dimiliki maka tim penyusun menyepakati ancaman yang terpilih adalah
ancaman banjir. Dalam penyusunan rencana kontijensi ini para pemangku kepentingan
sepakat untuk memilih ancaman yang tinggi sehingga dalam pengembangan scenario
juga akan menggunakan scenario yang tinggi.
Tabel penduduk yang beresiko terkena dampak banjir pada aspek fasilitas
Jumlah Dampak Kerusakan
Nama
No Terancam Keterangan
Fasilitas/Aset Ringan Sedang Berat
(Unit)
Rusak berat di dusun
1 Rumah penduduk 115 93 15 7
banjar utara
2 Polindes 1 0 1 1 Polindes banjarsari
4.1. Kebijakan
1. Setiap penduduk terdampak harus mendapatkan pelayanan kesehatan dan
memprioritaskan kelompok rentan
2. Mengaktifkan Pos Klaster Kesehatan / HEOC (Health Emergency Operation Center)
3. Keluar Masuk Data Melalui 1 pintu
4. Korban Luka Berat mendapatkan prioritas perawatan di rumah sakit
5. Memprioritaskan kelompok rentan agar asupan gizi terpenuhi
6. Mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar bidang kesehatan lingkungan bagi
pengungsi
7. Pemenuhan Logistik bidang kesehatan Di setiap faskes terdampak
8. Memobilisasi seluruh tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Probolinggo ke faskes
di wilayah terdampak
9. Pengendalian Faktor resiko kesehatan di lokasi terdampak
10. Membebaskan biaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah terdampak di
seluruh pusat kesehatan (pos kesehatan, puskesmas dan rumah sakit) di kabupaten
probolinggo
11. Perlindungan terhadap kelompok rentan merupakan salah satu prioritas penanganan
pada sektor kesehatan
4.2. Strategi
1. Melakukan kaji cepat pada lokasi bencana untuk mengetahui dampak bencana dan
kebutuhan kesehatan di lokasi bencana
2. Memobilisasi petugas dari puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendukung
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan terdampak.
3. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan bidang kesehatan yang timbul akibat
bencana banjir
4. Menyiapkan sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi korban yang membutuhkan
5. Melakukan upaya surveilans penyakit dalam rangka mengantisipasi timbulnya KLB
6. Melakukan upaya pengendalian vektor di lokasi terdampak
7. Mendirikan pos kesehatan level 1di lokasi terdampak
8. Mengkoordinasikan keamanan di daerah bencana, tempat-temapt pengungsian ,
gudang logistik an jalur distribusi
9. Memberikan informasi yang jelas kepada pihak yang membutuhkan dengan menunjuk 1
jubir yaitu sekretaris dinas kesehatan kabupaten probolinggo.
10. Melakukan pendataan korban dan pengungsi selama tanggap darurat, dan updating
data terutama kelompok rentan
11. Melakukan pengelolaan bantuan dari pemerintah pusat, daerah, ataupun masyarakat
dan lembaga kemasyarakatan lainnya dan berkoordinasi dengan pemerintah pusat
terkait bantuan international
12. Memenuhi kebutuhan Gizi yang aman kepada penduduk terdampak, diprioritaskan
terhadap penduduk risiko tinggi
13. Menyediakan pos-pos pelayanan logistic di beberapa titik pengungsian agar penyaluran
logistik tepat guna tepat sasaran tepat waktu
14. Mengidentifikasi dan mendata kondisi logistic obat dan BMHP serta alkes yang masih
bisa dimanfaatkan
15. Screening Kesehatan Bayi, Balita, Bumil, Buteki untuk kebutuhan Gizi
16. Pemenuhan kebutuhan logistik bidang kesehatan
17. Melaksanakan upaya penyehatan lingkungan
18. Membangun kerjasama dengan dinas terkait serta melibatkan Rumah Sakit pemerintah
maupun swasta, TNI dan POLRI
19. Membangun kemitraan antar stakeholder / pihak-pihak terkait dalam penanggulangan
bencana ( kerjasama dengan PJB UP Paiton, PMI, dll)
20. Setiap bantuan bidang kesehatan wajib melalui verifikasi dan persetujuan dari Dinas
kesehatan
21. Memastikan komunikasi terhubung
BAB V
PERENCANAAN KLASTER KESEHATAN
4 - Pertolongan medis
PMI
4 - Evakuasi medis
No Instansi Peran
1 Puskesmas Koordinator tim kesehatan kecamatan
2 RS /BP swasta Membantu pelayanan kesehatan
5.2.2 Kegiatan
a. Memobilisasi Tim EMT Mobile
b. Memastikan kebutuhan SDM sub kluster yankes tercukupi
c. Mobilisasi ambulance
d. Memastikan sarana dan prasarana RS berjalan secara optimal/ Alur rujukan
sesuai kondisi korban
5.2.3 Rujukan Tingkat 1
a. Puskesmas Sumberasih
Tim kesehatan yang digerakkan bertugas selama 12 jam di lokasi pengungsian
Tim kesehatan terdiri dari 1 orang dokter, 2 orang perawat, 1 orang bidan, 1
orang asisten apoteker dan 1 orang supir ambulans
Pelayanan dilaksanakan di Pos kesehatan
b. Pustu Lemah Kembar
Tim kesehatan yang digerakkan bertugas selama 12 jam di lokasi
pengungsian
Tim kesehatan terdiri dari 1 orang dokter, 2 orang perawat, 1 orang bidan, 1
orang asisten apoteker dan 1 orang supir ambulans
Pelayanan dilaksanakan di Pos kesehatan
c. Pelayanan Kesehatan Rujukan
Rumah Sakit rujukan yang disiagakan adalah RSUD Tongas dan RS
Wonolangan
Tim rumah sakit yang terdiri dari tim IGD: 1 orang dokter bedah, 1 orang
dökter anastesi, 1 orang dokter penyakit dalam, 1 orang dokter anak, 1 orang
dokter obgyn, 2 orang dokter umum, perawat 4 orang, perawat OK 2 orang
tenaga farmasi 1 orang, 1 orang supir dan 1unit ambulans emergency
IGD yang disiagakan memiliki 10 tempat tidur
Kebutuhan pelayanan rujukan
a) Untuk korban Trauma sebanyak 35 orang
b) Untuk korban ibu hamil sebanyak 17 orang
c) Untuk korban anak-anak sebanyak 13 orang
d) Untuk korban dewasa lainnya sebanyak 10 orang
Ketersediaa Ket
No Uraian Kebutuhan Kekurangan
n
Kordinasi dengan Sub
1 4 orang
TIM EMT 3 orang 1 orang Klaster Pelayanan
1 petugas
Kesehatan
6 dokter Kordinasi dg sub
Memastikan SDM 4 dokter
12 perawat klaster
2 sub kluster yankes 10 perawat
12 bidan -
2 mencukupi 10 bidan
4 driver
kebutuhan 2 driver
5 Koordinasi dengan
3 Mobilisasi 2
ambulance - klaster kesehatan
3 ambulance ambulance
Kordinasi dengan sub
Memastikan sarana
4 40 TT klaster pelayanan
dan prasarana RS 75 TT 35 TT
4 kesehatan lainnya/RS
secara optimal
terdekat
Kordinasi dengan sub
5 Alur rujukan sesuai
40 TT klaster pelayanan
5 kondisi korban 75 TT 35 TT
kesehatan lainnya/RS
5
terdekat
Jumlah
Uraian Kebutuh Ketersediaa Satuan Estimasi Biaya Keterangan
Gap
an n
Dokter Rp 150.000x 6 org = 2 shift 14 hari
Rp 900.000x14 hr
-
6 4 orang =Rp 12.600.000
-
TOTAL Rp 91.700.000,-
5.3 Sub Klaster Pengendalian Penyakit
5.3.1 Sasaran
a. Semua masyarakat terdampak berhak mendapatkan air bersih Tercemarnya
sumber air bersih yang diakibatkan oleh banjir bisa menyebabkan atau berpotensi
menimbulkan KLB/wabah.
b. Masyarakat bebas DBD
Dalam situasi bencana/di lokasi pengungsian banyaknya genangan air dan
sampah yang berserakan akibat banjir berpotensi menjadi tempat berkembangnya
nyamuk aedes aegypti yang mengakibatkan penyakit demam berdarah
c. Terjadinya kerumunan di tempat Pengungsian
Dalam kondisi bencana dan pengungsian berpotensi terjadinya kerumunan yang
bisa berpotensi dalam menimbulkan penyakit ISPA dan COVID 19
d. Melakukan kewaspadaan dan pemeriksaaan dini untuk mendeteksi leptospirosis.
Genangan air yang dan banyaknya tikus yang terifeksi bakteri lepto masuk ke
lingkungan masyarakat.
5.3.2 Kegiatan
a. tenaga surveilans yang tergabung dalam tim gerak cepat
b. Dinas Kesehatan mengirimkan 2 orang petugas surveilans untuk melakukan
pendampingan
c. Spraying desinfectan dan fogging dilaksanakan di seluruh daerah terdampak,
tenaga yang dilibatkan sebanyak 6 orang
d. Penyemprotan dilaksanakan maksimal 3 titik fokus/hari (3 mesin)
e. Pendistribusian kelambu anti nyamuk di lokasi pengungsian
Proyeksi Kebutuhan
Jumlah
No Kegiatan Pelaksana Estimasi Biaya
Tenaga
Tenaga
Sub klaster pengendalian 8 orang x
surveilans yang 4Orang
penyakit, sub klaster 150.000x 14 Hari
1 tergabung dalam (Kesling,
penyehatan lingkungan, = Rp.16.800.000
tim gerak cepat DLH) BPBD
BPBD, DLH
Sub klaster pengendalian
3 orang x
Masyarakat bebas penyakit, sub klaster 3 orang
2 150.000x14 hari
DBD penyehatan lingkungan, (p2,promkes)
= Rp 6.300.000
Tim Promkes
6 Orang
Terjadinya Tim Logistik
(Promkes) 6 orang x 150.000
kerumunan di Tim Promkes
3 15 Orang x 14 hari =
tempat Sub Klaster Yankes
Swaber Rp. 12.600.000
Pengungsian
Melakukan
Sub Klaster Yankes 2Orang
kewaspadaan dan 4 x 150.000 x 14
Sub Klaster Pengendalian (Yankes,
4 pemeriksaaan dini hari = Rp.
Penyakit Survailans)
untuk mendeteksi 8.400.000
leptospirosis
TOTAL Rp. 44.100.000
Proyeksi Kebutuhan
Terlaksananya
penanganan gizi
bagi kelompok
rentan dan
korban
terdampak
- petugas gizi
- peralatan 6 orang 6xRp150.000x14=
masak Rp12.600.000
- bahan
makanan 100 paket Rp. 50.000.000
- tabung gas
18 buah 18 buahxRp 20.000=
Rp 360.000
TOTAL Rp 109.160.000,-
o Salbutamol tablet 2 mg 80 cm
Berkoordinasi
LS+ LP
TOTAL Rp 91.700.000,-
Jumlah
Uraian Kebutuh Ketersediaa Satuan Estimasi Biaya Keterangan
Gap
an n
Penyuluhan Rp 150.000x 4 org =
- Rp 600.000
4 1 orang
-
TOTAL Rp 600.000,-
BAB VII
PENUTUP
Dokumen rencana kontinjensi bidang kesehatan ini merupakan suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari perencanaan penanggulangan bencana yang bersifat
kewilayahan, evaluasi dan penyempurnaan dokumen ini mutlak diperlukan agar upaya
tanggap darurat yang dilaksanakan dalam kerangka rencana operasi dapat terlaksana
dengan baik.
1. Rencana kontinjensi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Banjir di
UPT Puskesmas Sumberasih disusun berdasarkan kesepakatan bersama dengan
lintas sector dan lintas program.
2. Rencana kontinjensi ini disetujui dan ditanda tangani serta menjadi komitmen
bersama oleh setiap unsur yang terlibat dalam penyusunan.
3. Rencana kontinjensi ini diaktivasi menjadi rencana operasi pada saat terjadi
bencana setelah dilakukan penilaian awal secara cepat dan penyesuaian
komponen kebutuhan sesuai kondisi dan intensitas bencana.
4. Koordinasi secara berkala apabila diperlukan untuk memperbarui dokumen
rencana kontinjensi ini bila terjadi bencana banjir untuk disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan termasuk updating data ketersediaan sumber daya.
5. Studi dan pemetaan daerah rawan bencana perlu dilakukan sebagai acuan.
6. Inventarisasi persediaan (buffer stock) untuk pemenuhan kebutuhan darurat perlu
diselenggarakan dengan manajemen logistik yang baik.
7. Perlu upaya semua pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana
yang mungkin terjadi melalui beberapa kegiatan antara lain sebagai berikut :
a. Penyuluhan, pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana pada masyarakat
di wilayah rawan bencana.
b. Melengkapi peralatan bencana termasuk menyiapkan jalur evakuasi pada
wilayah rawan bencana.
8. Untuk mengukur kemampuan kontijensi plan dalam kesiapsiagaan darurat bencana
maka harus dilakukan gladi lapangan dan simulasi