Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN RISIKO BENCANA BANJIR KECAMATAN TANJUNGSARI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Disusun Oleh:

Stavenza Bangsawan 1203000


Yeni Novia Sukma 120300062
Anindya Arum Pramesti 120300066
Makdalena Silaban 120300071
Fachri Numantyo 120300
Litya Christyana Simanjuntak 120300109
John Timothy Simanjuntak 1193000

Dosen Pengampu :
Ayu Libiaty Ahmad, S.Kel., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Tanjung Sari merupakan salah satu bagian dari wilayah
Kabupaten Lampung Selatan yang membawahi 8 desa dengan luas wilayah 62,01
km2 atau 4,9% dari luas daratan Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan
Tanjungsari mencakup 8 desa yaitu desa Sidomukti, Wawasan, Bangunsari,
Mulyosari, Kertosari, Wonodadi, Purwodadi dalam, dan Malangsari.
Bencana banjir merupakan peristiwa terjadinya kenaikan genangan air yang
berlebihan, umumnya terjadi karena hujan deras, tanah yang jenuh air atau
kerusakan pada sistem drainase. Bencana banjir dapat mengakibatkan kerugian
yang besar seperti kerusakan infrastruktur hingga korban jiwa. Seperti yang
terjadi di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari Lampung Selatan, tercatat pada
tahun 2017 terjadi banjir yang diakibatkan oleh kerusakan pada tanggul aliran
sungai Way Galih yang merugikan warga dengan kerusakan properti pribadi dan
infrastruktur lainnya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan tugas besar Mitigasi Bencana,sebagai
berikut :
1. Memberikan panduan yang memadai bagi setiap daerah untuk mengkaji resiko
bencana banjir di Kecamatan Tanjungsari
2. Mengoptimalkan penyelenggaraaan penanggulangan bencana di suatu daerah
dengan berfokus pada beberapa parameter risiko bencana
3. Menyelaraskan arah kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana antara
pemerintahan , provinsi, dan kabupaten/kota
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang terdapat dalam pengkajian risiko bencana ini,meliputi:
1. pengkajian tingkat ancaman
2. pengkajian tingkat kerentanan
3. pengkajian tingkat kapasitas
4. pengkajian tingkat risiko bencana
5. kebijakan penanggulangan bencana berdasarkan hasil kajian dan peta risiko
bencana
1.4. Landasan Hukum

1.5. Pengertian
Untuk memahami kajian resiko bencana banjir di Kecamatan Tanjung
sari, maka disajikan pengertian-pengertian kata dan kelompok kata
sebagai berikut
1. Bencana
Bencana merupakan terjadinya peristiwa yang dapat menganggu,
merugikan hingga mengancam keselamatan seseorang, bencana dapat
terjadi akibat dari faktor alam seperti tsunami, ataupun faktor tangan
manusia seperti polusi lingkungan
2. Rawan bencana
Rawan bencana merujuk pada suatu daerah atau lokasi yang
memiliki tingkat risiko yang tinggi akan terjadinya bencana
3. Risiko bencana
Risiko bencana merupakan potensi kerugian ataupun dampak
negatif yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana
4. Banjir
Banjir merupakan peristiwa terjadinya kenaikan genangan air
yang berlebihan, umumnya terjadi karena hujan deras, tanah yang
jenuh air atau kerusakan pada sistem drainase.
5. Mitigasi
Sebuah upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi atau
mencegah dampak buruk atau kerugian yang berlebih dari sebuah
bencana
6. Penyelenggaraan penanggulangan rencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana melibatkan berbagai
tahapan, termasuk perencanaan, pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, dan pemulihan. Penanggulangan bencana bertujuan untuk
melindungi nyawa, harta benda, dan lingkungan.
7. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah
lembaga pemerintah Indonesia yang bertanggung jawab untuk
merumuskan kebijakan dan koordinasi penanggulangan bencana di
tingkat nasional.
8. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah memiliki suatu
tanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengkoordinasikan kegiatan penanggulanggan bencana di tingkat
daerah.
1.6 Sistematika Penulis
Adapun sistematika penulisan dalam laporan pengkajian risiko
bencana banjir di kecamatan Tanjungsari yaitu meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini sebuah menguraikan tentang gambaran umum dari isi laporan
yaitu latar belakang, ruang lingkup, landasan hukum, pengertian, serta
sistematika penulis.
BAB II KONDISI KEBENCANAAN
Dalam bab ini akan diuraikan sebuah kondisi dimana kebencanaan
yang terjadi di lokasi studi kasus yaitu gambaran wilayah lokasi
kebencanaan,sejarah kejadian bencana,serta potensi bencana.
BAB III PENGKAJIAN RESIKO BENCANA
Bab ini memaparkan tentang pengkajian risiko bencana yang terdiri
dari metodologi digunakan dalam mendapatkan data, jenis data yang
dihasilkan seperti indeks risiko bencana, peta risiko bencana, dan
potensi bencana.
BAB IV REKOMENDASI DAN KEBIJAKAN
Bab ini tentu menguraikan sebuah tentang rekomendasi kebijakan
akan terbagi menjadi rekomendasi kebijakan administratif dan
rekomendasi kebijakan teknis.
BAB V PENUTUP
Bab ini mencakup dari kesimpulan dan saran mengenai risiko
bencana terutama banjir di wilayah Kecamatan Tanjungsari,
Kabupaten Lampung Selatan.
BAB II
KONDISI KEBENCANAAN
2.1. Gambaran Wilayah

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Tanjungsari


2.2. Sejarah Kejadian Bencana
Banjir di defenisikan sebagai suatu bentuk bencana alam yang terjadi yang
disebabkan oleh beberapa faktor yakni akibat pembuangan sampah, curah hujan
yang tinggi, atau masalah lainnya yang mengakibatkan air tidak dapat diserap
dengan cepat oleh tanah atau tidak dapat dialirkan. Salah satu lokasi yang
mengalami banjir yakni berada di desa Kertosari, Kecamatan Tanjungsari. Pada
tahun 2013, Desa Kertosari dilanda oleh banjir yang disebabkan oleh tanggul yang
jebol akibat curah hujan yang tinggi. Salah satu ketua RT 03 atas nama Supardi
mengatakan bahwa banjir terjadi akibat luapan air Sungai dari pintu air karena
debit air Sungai yang sangat tinggi. Bahkan air hampir rata dengan ketinggian
tanggul. Sedangkan, beberapa tanggul-tanggul Sungai yang berada di desa
kertosari sudah mulai retak akibat terjangan banjir. Kemudian, salah satu warga
dari Desa Kertosari atas nama Bambang mengatakan bahwa banjir disebabkan
karena proyek tanggul hanya dilakukan disisi Timur sedangkan tanggul Sungai di
sebelah barat belum dibuat sehingga penduduk masih mengalami kebanjiran.
2.3. Potensi Bencana
Pada tahun 2013, bancana banjir yang di Desa Kertosari ini mengalami
berbagai potensi bencana yakni beberapa rumah tergenang yang berada di Dusun
I RT 05 sebanyak 20 jiwa, rusaknya lahan persawahan yang berada Dusun I,
Dusun II, dan Dusun II seluas 35 ha, dan Rusaknya Infrastruktur yakni pondasi
penyangga retak dan anjlok di buah jembatan way tulang reng, jembatan gantung
di Dusun I TR 06 yang hanyut terbawa arus air, dan jalan Onderlag yang rusak
sepanjang 200m.
Kemudian, banjir juga terjadi pada tahun 2014 di desa Kertosari, Kecamatan
Tanjungsari. Banjir ini juga disebabkan oleh tanggul yang bocor akibat curah
hujan yang tinggi. Akibat dari bencana ini, sehingga menyebabkan rumah yang
tergenang di Dusun I RT 05 sebanyak 18 jiwa dan di Dusun II RT 01 sebanyak 1
jiwa, rusaknya lahan persawahan yang berada di Dusun I dan Dusun II seluas 11
Ha, dan rusaknya infrastruktur jalan Onderlag sepanjang 200m.
Kemudian, pada tahun 2017 juga dilanda banjir di Desa Kertosari dengan
penyebab yang sama, sehingga menyebabkan rumah tergenang dan masyarakat
yang terdampak di Dusun I RT 04 dan RT 05 sebanyak 102 jiwa dan Dusun I RT
001 sebanyak 137 jiwa. Lahan persawahan yang rusak berada di Dusun II dan
Dusun III seluas 27 Ha, dan infrastruktur yang rusak yakni Jembatan Gantung
yang berada di Dusun II, hanyut terbawa arus air sepanjang 25m dan jalan
onderlag yang rusak sepanjang 500m.
BAB III
PENGKAJIAN RESIKO BENCANA
3.1. Metodologi
Dalam metodologi untuk mengkaji risiko bencana banjir di kecamatan
Tanjungsari disesuaikan dengan PERKA BNPB Nomor 2 Tahun 2012 yang
tersusun dari pembuatan Peta Risiko Bencana dan Tingkat Risiko Bencana. Peta
Risiko Bencana dibagi menjadi empat indeks yakni:
1. Indeks Ancaman
2. Indeks Keugian
3. Indeks Penduduk Terpapar
4. Indeks Kapasitas
Dalam keempat indeks tersebut kemudian dilakukan perekapan data untuk
mengkaji ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang diperoleh dari data
sekunder yang didapatkan.
3.2. Indeks Risiko Bencana
Indeks Risiko Bencana merupakan suatu pengkajian yang digunakan untuk
mengukur kapasitas daerah untuk menanggulangi bencana. Kapasitas penilaian
yang diukur diperoleh dari olahan data dan analisis data lapangan. Dasar
pengolahan data indeks risiko bencana dijadikan untuk memetakan tingkat
kerentanan, tingkat bahaya, dan tingkat kapasitas suatu bencana.Ketiga indeks ini
dibagi menjadi tig akelas yakni, rendah, sedang, dan tinggi.
3.2.1. Analisis Tingkat Kerentanan
Analisis kerentanan diperoleh dari komponen sosial, fisik, ekonomi, dan
lingkungan. Keempat komponen tersebut sebagai alat ukur untuk menentukan komponen
sosial adalah kepadatan penduduk dan kelompok masyarakat rentan (kemiskinan, cacat
dan umur rentan). Komponen lain untuk menentukan kerentanan adalah komponen fisik,
ekonomi, dan lingkungan. Penghitungan komponen fisik didasarkan pada parameter
jumlah rumah, fasilitas umum, dan fasilitas kritis.
A. Kerentanan Sosial
Indikator yang digunakan untuk kerentanan sosial adalah kepadatan penduduk, rasio
jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur. Indeks
kerentanan sosial diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok
rentan (40%) yang terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio
orang cacat (10%) dan kelompok umur (10%). Pengkajian komponen kerentanan sosial
menggunakan parameter sebagai berikut
Kelas
Paremeter Kerentanan Sosial Bobot
Rendah Sedang Tinggi
Kepadatan Penduduk 60 <5 jiwa/ha 5-10 jiwa/ha >10 jiwa/ha
Kelompok Rentan
Rasio Jenis Kelamin (10%) >40% 20%-40% <20%
Rasio Kelompok Umur Rentan (10%)
40
Rasio Penduduk Miskin (10%) <20% 20%-40% >40%
Rasio Penduduk Cacat (10%)
Gambar 3.1. Bobot Variabel Perka BNPB No.2
a. Kepadatan Penduduk
Untuk memeproleh nilai kepadatan penduduk didapat dari
pembagian jumlah penduduk tiap desa yang dibagi dengan luas
wilayah tiap desa. Kecamatan Tanjungsari terdapat 8
desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk sebanyak 4215
jiwa dengan tingkat kepadatannya berada di kelas tingkat tinggi.
Tabel 3.1. Perhitungan Kepadatan Penduduk.
No Desa/Kelurahan Persentase penduduk Kepadatan Penduduk Kelas
1 Sidomukti 7,09 383 Rendah
2 Wawasan 10,1 528 Sedang
3 Bangunsari 6,76 356 Rendah
4 Mulyosari 11,31 624 Sedang
5 Kertosari 27,94 810 Sedang
6 wonodadi 13,5 405 Rendah
7 purwodadi dalam 14,5 723 Sedang
8 malangsari 8,8 386 Rendah
Total 100 4215 Tinggi
Sumber: BPS Kecamatan Tanjungsari 2023
b. Rasio Kelompok Umur
Rasio kelompok umur digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan anak-anak
dan penduduk usia lanjut ketika terjadi bencana. Anak-anak dan penduduk usia lanjut
merupakan kelompok masyarakat yang rentan terhadap bencana. Kelompok tersebut
membutuhkan bantuan orang lain ketika terjadi bencana. Perhitungan rasio kelompok
umur rentan merupakan penjumlahan antara Penduduk Usia Balita (0–4 tahun) dan
Penduduk Usia Tua (>60 tahun) dibagi dengan jumlah penduduk total masing-masing
desa. Dari 8 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Tanjungsari rata-rata jenis
kelamin penduduk sebesar 33439 jiwa.
Tabel 3.2. Rasio Kelompok Umur Rentan
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Total
0-4 1084 1037 2121
5-9 1560 1398 2958
10-14 1674 1547 3221
15-19 1112 1134 2246
20-24 1326 1212 2538
25-29 1366 1258 2624
30-34 1327 1267 2594
35-39 1376 1384 2760
40-44 1466 1338 2804
45-49 1128 1174 2302
50-54 985 924 1909
55-59 741 818 1559
60-64 700 685 1385
65-69 505 463 968
70-74 302 300 602
75+ 417 431 848
Total Kecamatan Tanjung Sari 17069 16370 33439
Sumber: BPS Kecamatan Tanjungsari 2023
Tabel 3.3. Perhitungan Kerentanan Umur
Tabel Parameter Rasio Kelompok Umur Rentan
Rasio Kelompok Umur Rentan (%) Kelas Skor Bobot
Kecamatan Tanjungsari
14% Rendah 0,33 0,033
Sumber:Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan rasio kelompok umur di Kecamatan
Tanjungsari dikategorikan kedalam kelas rendah dikarenakan
persentase kelompok umur rentan memperoleh persentase <20%
yakni 14%.

c. Rasio Jenis Kelamin


Tabel 3.4. Perhitungan Rasio Jenis Kelamin
Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Kelas
Sidomukti 1,220 1,152 2372 Tinggi
Wawasan 1,664 1,712 3376 Tinggi
Bangunsari 1,169 1,092 2261 Tinggi
Mulyosari 1,920 1,862 3782 Tinggi
Kertosari 4,800 4,543 9343 Tinggi
wonodadi 2,307 2,208 4515 Tinggi
purwodadi dalam 2,483 2,364 4847 Tinggi
malangsari 1,506 1,437 2943 Tinggi
Total 17,069 16,370 33439 Tinggi
Sumber : Hasil Perhitungan
d. Rasio Penduduk Miskin
e. Rasio Penduduk Cacat
Tabel 3.5. Penduduk Disabilitas
No Desa/Kelurahan Disabilitas Kelas
1 Sidomukti 0 Rendah
2 Wawasan 0 Rendah
3 Bangunsari 0 Rendah
4 Mulyosari 0 Rendah
5 Kertosari 0 Rendah
6 wonodadi 0 Rendah
7 purwodadi dalam 0 Rendah
8 malangsari 0 Rendah
Kecamatan Tanjungsari 0 Rendah
Sumber : Hasil Analisis
Data di atas di dapatkan dari Bappeda Lampung Selatan, Kecamatan
Tanjungsari yang tidak memiliki penduduk disabilitas. Maka, dapat disimpulkan
bahwa kelas dari Penduduk Disabilitas yang berada di Kecamatan Tanjungsari
adalah Rendah.
f. Total Kerentanan Sosial
Tabel 3.6. Total Kerentanan Sosial
Tabel Kerentanan Sosial
Kerentanan Kelas
Kecamatan Tanjungsari
0,34 Sedang
Hasil Perhitungan yang diperoleh dari kerentanan sosial di Kecamatan
Tanjungsari berada di kelas sedang.

B. Kerentanan Ekonomi
Indikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan produktif
dalam rupiah (sawah, perkebunan, dll) dan PDRB. Luas lahan produktif dapat diperoleh
BPS Kecamatan Tanjungsari dalam hektare dan dijadikan ke dalam rupiah, sedangkan
PDRB diperoleh dari pendekatan dengan menggunakan rumus luas daerah Kecamatan
Tanjungsari di kali dengan PDRB Atas Dasar Hak Berlaku (ADHB) Kabupaten Lampung
Selatan, setelah itu dibagi dengan total luas lahan Kabupaten Lampung Selatan, sehingga
didapatkan hasil dari PDRB Kecamatan Tanjungsari dengan tingkat kerentanan ekonomi
adalah sedang.
a. Lahan Produktif
Kelaas
Parameter Bobot
Rendah Sedang Tinggi SKOR
Lahan Produktif 60 <50 JT 50-200 JT >200 JT
Kelas/ Nilai Max Kelas
PDRB 40 <100JT 100-300 JT >300 JT
Sumber : Peraturan Kepala BNPB No 2 Tahun 2012
Pada umumnya lahan produktif dimanfaatkan masyarakat untuk ditanami
tanaman yang bernilai ekonomi. Adapun jika terjadinya banjir maka tanaman tersebut
akan mengalami gagal panen, hal tersebut sangat rentan terhadap ekonomi masyarakat
ketika banjir tersebut terjadi. Teknik analisis yang dilakukan adalah metode skoring
sesuai dengan acuan PERKA BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pengkajian Risiko Bencana.
Tabel
Tabel Luas Lahan Produktif
Komoditas Luas Lahan (ha) Harga
Durian 195 IDR 2340000000,0,
Jeruk Siam 275520 IDR 3306240000000,0,
Mangga 989 IDR 11868000000,0,
Pepaya 1689 IDR 20268000000,0,
Pisang 68350 IDR 820200000000,0,
Salak 744 IDR 8928000000,0,
Nangka 1940 IDR 23280000000,0,
Sawo 1139 IDR 13668000000,0,
Bayam 24 IDR 288000000,0,
Kangkung 24 IDR 288000000,0,
Terong 5 IDR 60000000,0,
Cabai Rawit 2 IDR 24000000,0,
Total 350621 IDR 4207452000000,0,
Berdasarkan NJOP Lampung, harga jual 1200 Rp/m2
Tabel
Tabel Parameter Lahan Produktif

Lahan Produktif (Miliar


Kelas Skor Bobot
Kecamatan Tanjungsari Rupiah)

IDR 4207,452,0 Tinggi 0,67 0,402


Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kerentanan lahan produktif
didapatkan melalui perhitungan luas lahan dan dikonversikan kedalam satuan rupiah
dengan kelas tinggi.
b. PDRB
PDRB per sektoral adalah output (produk) yang merupakan hasil dari pengolahan
alam maupun non alam, serta hasil dari aktivitas perekonomian penduduk pada suatu
wilayah. Apabila terjadinya bencana banjir maka seluruh aktivitas perekonomian suatu
wilayah/daerah akan terhambat yang dapat menimbulkan kerugian pada wilayah tersebut.
Teknik analisis yang dilakukan adalah metode skoring sesuai dengan acuan PERKA
BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengkajian Risiko Bencana.
Tabel PDRB Tahun 2021
PDRB Kab. Lampung Selatan (Rupiah) 43310000 Tabel Parameter PDRB
Luas Kab. Lampung Selatan (ha) 210974 PDRB (Rupiah) Kelas Skor Bobot
Luas Kec. Tanjungsari (ha) 103,32 IDR 21210,145 Rendah 0,33 0,132

Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kerentanan PDRB


Kecamatan Tanjungsari termasuk ke dalam kelas rendah.
c. Total Kerentanan Ekonomi
Tabel Total Kerentanan Ekonomi
Tabel Kerentanan Ekonomi
Kerentanan Ekonomi Kelas
Kecamatan Tanjungsari
1,402 Tinggi
Berdasarkan perhitungan diatas nilai kerentanan yang diperoleh yaitu 1,402 dan
dapat disimpulkan bahwa kerentanan ekonomi dari Kecamatan Tanjungsari termasuk
kelas tinggi.
C. Kerentanan Fisik
Indikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah jumlah rumah
(permanen, semi-permanen dan non permanen), fasilitas umum dan fasilitas
kritis.Terdapat beberapa data jumlah bangunan dan fasilitas yang berada di Tanjungsari
yang diperoleh dari data BPS (Badan Pusat Statistik) yakni dapat dilihat dari tabel:
Negeri Swasta Jumlah/Total
Jenis Bangunan 2021/2 2022- 2021/2 2022- 2021/2 2022-
022 2023 022 2023 022 2023
Rumah -
Taman Kanak-kanak - - 20 - 20 -
Raudaful Athfal - - 13 13 13 13
Sekolah Dasar 181 186 - - 181 186
Madrasah Ibtidayah - - 7 8 7 8
Sekolah Menengah
Pertama 69 66 10 9 79 75
Madrasah Sanawiyah - - 38 43 38 43
Sekolah Menengah
Atas 16 16 34 32 50 48
Sekolah Menengah
Kejurunan 55 62 - - 55 62
Madrasah Alliyah - - 19 17 19 17
Rumah Sakit - - - - - -
Rumah Sakit Bersalin - - - - - -
Poliklinik/Balai
Pengobatan 2 2 2 2 2 2
Puskesmas 1 1 1 1 1 1
Puskesmas Pembantu 4 4 4 4 4 4
Apotek 1 1 1 1 1 1

Tabel Jumlah Data dan Bangunan


Jumla
Jenis Bangunan Harga Total
h
IDR
IDR 150,000,000
Rumah Rumah 8558 1,283,700,000,000
Sekolah Dasar 15 IDR 750,000,000 IDR 11,250,000,000
Madrasah
IDR 700,000,000
Ibtidayah 1 IDR 700,000,000
IDR
SMP 5 1,000,000,000 IDR 5,000,000,000
Fasilitas IDR 900,000,000
MTs 3 IDR 2,700,000,000
Umum
IDR
SMA 4 3,200,000,000 IDR 12,800,000,000
IDR
SMK 1 3,100,000,000 IDR 3,100,000,000
IDR
MA 2 3,000,000,000 IDR 6,000,000,000
IDR
Puskesmas 1 50,000,000,000 IDR 50,000,000,000
Fasilitas Kritis
IDR IDR
Puskesdes 4 30,000,000,000 120,000,000,000

Tabel Parameter Rumah

Rumah (Miliar Rupiah) Kelas Skor Bobot


Kecamatan Tanjungsari
1283,7 Tinggi 0,67 0,268

Tabel Parameter Fasilitas Umum

Rumah (Miliar Rupiah) Kelas Skor Bobot


Kecamatan Tanjungsari
IDR 416 Tinggi 0,67 0,201

Tabel Parameter Fasilitas Kritis

Rumah (Miliar Rupiah) Kelas Skor Bobot


Kecamatan Tanjungsari
IDR 170,0,000 Tinggi 0,67 0,201

Tabel Total Kerentanan Fisik


Tabel Kerentanan Fisik
Kerentanan Fisik Kelas
Kecamatan Tanjungsari
0,67 Tinggi

D. Kerentanan Lingkungan
Indikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan yaitu penutupan lahan
(hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, rawa dan semak belukar).
Pengkajian komponen kerentanan lingkungan menggunakan parameter sebagai
berikut:
Tabel Parameter Lingkungan
Lingkungan Luas (ha) Kelas Skor Bobot
Hutan Lindung 0 Rendah 0,33 0,099
Hutan Alam 0 Rendah 0,33 0,099
Hutan Bakau 0 Rendah 0,33 0,066
Semak Belukar 0 Rendah 0,33 0,033
Rawa 0 Rendah 0,33 0,033

Tabel Kerentanan Lingkungan

Kerentanan Lingkungan Kelas


Kecamatan Tanjungsari
0,33 Rendah

3.2.2. Analisis Kerentanan


Analisis kerentanan diperoleh dari komponen sosial, fisik, ekonomi, dan
lingkungan. Keempat komponen tersebut sebagai alat ukur untuk menentukan
komponen sosial adalah kepadatan penduduk dan kelompok masyarakat rentan
(kemiskinan, cacat dan umur rentan). Komponen lain untuk menentukan kerentanan
adalah komponen fisik, ekonomi, dan lingkungan. Penghitungan komponen fisik
didasarkan pada parameter jumlah rumah, fasilitas umum, dan fasilitas kritis.Dari
pengolahan data didapatkan hasil kerentanan di Kecamatan Tanjungsari sebagai

berikut:
Dari hasil kerentanan total, maka dapat disimpulkan bahwa daerah Kecamatan
Tanjungsari memiliki kerentanan total dengan bobot nilai 0,3695 dengan kategori
kerentanan sedang. Hal ini dipengaruhi dari segala aspek kerentanan sosial, ekonomi,
fisik dan lingkungan.

3.2.3. Analisis Kapasitas


Analisis kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana banjir dilakukan
dengan analisis penskoran dari kuisioner dan wawancara. Kuisioner dilakukan untuk
memperoleh data kapasitas yang dinilai oleh masyarakat. Pengisian kuisioner dapat
diisi oleh perangkat kecamatan, perangkat pemerintahan, tokoh masyarakat, dll.
Summary Kapasitas
Prioritas Skor Kelas
Prioritas 1 0,3636 Sedang
Prioritas 2 0,6364 Sedang
Prioritas 3 0,4545 Sedang
Prioritas 4 0,5758 Sedang
Prioritas 5 0,5758 Sedang
Skor Kapasitas 0,521212 Sedang
Dari kuisioner yang diisi diperoleh skor dari masing-masing prioritas, dan
diperoleh skor untuk kapasitas pada Kecamatan Tanjungsari masih tergolong kedalam
kelas sedang dengan nilai 0,52.
Indeks Kapasitas
Bencana Parameter Skor Kelas
Bobot Kelas
Aturan dan kelembagaan
penanggulangan bencana
0,363636 Sedang

Peringatan dini dan kajian


risiko bencana
0,636364 Sedang
Banjir 0,4667 Sedang
Pendidikan kebencanaan 0,454545 Sedang
Pengurangan faktor risiko dasar 0,30303 Rendah
Pembangunan kesiapsiagaan
pada seluruh lini
0,575758 Sedang
Dari kuisioner yang diisi terdapat 5 parameter yang dijadikan metode untuk mengetahui
Indeks kapasitas terkait penanggulangan, peringatan terhadap bencana, dan kesiapsiagaan
Masyarakat terhadap bencana, sehingga indeks kapasitas dalam parameter ini tergolong
kedalam kelas sedang dengan bobot 0,46.
3.2.4. Analisis Ancaman
Parameter yang dilakukan dalam menganalisis ancaman bencana banjir ini yaitu akibat
faktor hujan harian dalam 5 tahun terakhir yaitu di tahun 2017 dengan luas banjir yakni
32 ha.
Ketinggian Banjir Indeks Ancaman
Kecamatan Luas Banjir (ha)
(m) Kelas Bobot
Tanjungsari
32 1 Sedang 0,67

3.2.5. Analisis Resiko


Indeks Kerentanan Kapasitas Indeks Tingkat
Kecamatan Ancaman Daerah Daerah Risiko Risiko
Tanjungsari
0,67 0,3695 0,46 0,511322 Sedang

Anda mungkin juga menyukai