Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PROGRAM PERLINDUNGAN DAN


KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
KEGIATAN PANTAI LAUT LESTARI
(PENANAMAN MANGROVE)
TAHUN 2019
BIDANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SERUYAN


DINAS L I N G K U N G A N H I D U P
Jl. M. HATTA NO. KUALA PEMBUANG II
KECEMATAN SERUYAN HILIR
E-mail : dlhseruyan@ymail.com

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Penyusunan Laporan Pantai dan
Laut Lestari (Penanaman Mangrove) Tahun 2019 Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan di Kabupaten Seruyan ini dapat terselesaikan.

Laporan Pantai danLaut Lestari (Penanaman Mangrove) Tahun 2019 Bidang


Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Kabupaten Seruyan ini dibuat sebagai
laporan dalam rangka menyediakan data, informasi dan dokumentasi lingkungan
hidup sebagai sarana publik untuk melakukan pengawasan dan penilaian
pelaksanaan Tata Pengelolaan Lingkungan (Good Environmental Governance)
di daerah. Disamping itu kegiatan Pantai danLaut Lestari (Penanaman Mangrove)
disusun dalam upaya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pada semua
tingkat dengan memperhatikan aspek daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup daerah. Dengan disusunnya Laporan kegiatan Pantai danLaut Lestari
(Penanaman Mangrove) ini akan dapat diketahui penyebab, dampak dan langkah-
langkah penanggulangan serta rekomendasi dari adanya kerusakan ekosistem
mangrove di Kabupaten Seruyan.

Laporan ini kiranya masih belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan adanya saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan
laporan ini pada masa mendatang.

Kuala Pembuang, Januari 2020

KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP


KABUPATEN SERUYAN

Ir. H. PRIYO WIDAGDO, MM


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19620115 199103 1 004

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 4
1.2. Kondisi Umum Wilayah...................................................... 5
1.3. Wilayah Administratip ....................................................... 5
1.4. Geografi ............................................................................ 8
1.5. Topografi .......................................................................... 8
1.6. Geologi............................................................................... 8
1.7. Klimatologi........................................................................ 9
1.8. Hidrologi ............................................................................. 9
1.9. Demografi.......................................................................... 9

BAB II KEADAAN UMUM MANGROVE KABUPATEN SERUYAN

2.1. Kriteria Mangrove Rusak Penutupan Biomassa 0 - 49%...... 10


2.2. Kriteria Mangrove Sedang Penutupan Biomassa 50-74%.... 10
2.3. Kriteria Mangrove Padat Penutupan Biomassa 75 - 100%... 10
2.4. Luas Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan 10
Hilir Timur Tahun 2005………………………………………….
2.5. Luas Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan 11
Hilir Timur Tahun 2015…………………………………………..
2.6. Kerusakan Mangrove dari Tahun 2006 – 2016………………. 12

BAB III KEGIATAN PENANAMAN


3.1. Jumlah Personil Yang Melakukan Pembibitan Mangrove 13
3.2. Penanaman …....................... 13

BAB IV PENUTUP
5.1.Kesimpulan ............................................................................ 15
5.2.Saran .................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup merupakan perangkat hukum yang digunakan untuk melindungi
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup. Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah, antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi
dan pemerintah daerah kabupaten/kota, menyebutkan bahwa peranan dan
tanggung jawab pemerintah daerah dalam upaya pelestarian dan pengelolaan
lingkungan hidup semakin menonjol dan sangat penting. Oleh karena itu,
perlindungan dan pengelolaan lingkungan bukan saja menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Hutan mangrove merupakan adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan
pohon mangrove baik monokotil maupun dikotil yang khas, terdapat di sepanjang
pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air. Hutan mangrove
ini sering juga disebut sebagai hutan pantai atau hutan pasut. Hutan mangrove
umumnya tumbuh berbatasan dengan darat pada jangkauan air pasang tertinggi,
sehingga ekosistem ini merupakan daerah transisi yang eksistensinya juga
dipengaruhi oleh faktor–faktor darat dan laut. Hutan mangrove mempunyai
fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara
keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Fungsi fisik hutan mangrove yaitu
menjaga keseimbangan ekosistem perairan pantai, melindungi pantai dan tebing
sungai terhadap pengikisan atau erosi pantai, menahan dan mengendapkan lumpur
serta menyaring bahan tercemar. Fungsi lainnya adalah sebagai penghasil bahan
organik yang merupakan sumber makanan biota, tempat berlindung dan
memijah berbagai jenis udang, ikan, dan berbagai biota lainnya
Hutan mangrove di Provinsi Kalimantan Tengah tersebar secara merata di tujuh
kabupaten yang mempunyai pesisir yaitu Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau,
Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan dan Sukamara dengan
luas ± 58.617 Ha (Suradi, dkk, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013, hutan mangrove di Kalimantan Tengah
mempunyai laju kerusakan antara 2,5 – 18,1 % dari luasan hutan mangrove yang
ada.
Hutan mangrove di pesisir Seruyan memiliki penyebaran yang terbatas hanya

4
pada satu kecamatan yaitu Kecamatan Seruyan Hilir (sekarang dimekarkan
menjadi dua kecamatan yaitu : Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur). Kepadatan
hutan mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir ini berdasarkan interpretasi citra
satelit diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu: Kepadatan sangat padat dengan
luas 165,69 Ha, kerapatan sedang seluas 1.084,72 Ha dan kerapatan jarang
dengan luasan sebesar 5.716,57 Ha. Pantai di sebelah barat Sungai Seruyan
sampai Sungai Sagintung Luar didominasi hutan mangrove, demikian pula di
sebelah timur Sungai Seruyan hingga ke Sungai Bakau. Pada pesisir Seruyan
ekosistem mangrove terdapat di sebelah barat dan timur Sungai Seruyan
didominasi oleh Avicennia marina dan Rhizopora mucronata. (Konsorsium Mitra
Bahari, 2010).

1.2. KONDISI UMUM WILAYAH


Kabupaten Seruyan merupakan salah satu dari 8 (delapan) kabupaten
Pemekaran di Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan UU No.5 Tahun 2002,
dengan Kuala Pembuang sebagai ibukotanya.
1.3. Wilayah Administratif
Pada awal pembentukan Kabupaten Seruyan terdiri dari 5 (lima) Kecamatan
Seruyan Hulu, Kecamatan Seruyan Tengah, Kecamatan Danau Sembuluh ,
Kecamatan Hanau, dan Kecamatan Seruyan Hilir, dan terdiri dari 88 Desa serta 3
Kelurahan. Dan sampai dengan tahun 2015 ini Kabupaten Seruyan mengalami
pemekaran menjadi 10 (sepuluh) Kecamatan yang terdiri dari 5 (lima) Kecamatan
induk seperti yang tersebut diatas dan 5 (lima) Kecamatan pemekaran yaitu :
Kecamatan Seruyan Hilir Timur, Kecamatan Seruyan Raya, Kecamatan Danau
Seluluk, Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Suling Tambun. Secara
keseluruhan sampai dengan tahun 2019 jumlah desa yang ada di Kabupaten
Seruyan sebanyak 97 dan jumlah kelurahan sebanyak 3 (tiga).
Tabel 1. Data Wilayah Administratif Kabupaten Seruyan
Jumlah
No Kecamatan Luas (km2)
Desa Kelurahan
1 Seruyan Hilir 4.659 8 2
2 Danau Sembuluh 1.555 8 -
3 Hanau 549 7 -
4 Seruyan Tengah 1.343,32 19 1
5 Seruyan Hulu 3.262 20 -
6 Seruyan Hilir Timur 1.428 6 -

5
7 Seruyan Raya 869 5 -
8 Danau Seluluk 586 6 -
9 Batu Ampar 668,68 9 -
10 Suling Tambun 1.484 9 -
JUMLAH 16.404 97 3
Sumber : Seruyan Dalam Angka 2019
Batas Wilayah Kabupaten Seruyan, yaitu :
 Sebelah Utara dengan Kabupaten Melawi (Provinsi Kalimantan Barat)
 Sebelah Selatan dengan Laut Jawa
 Sebelah Timur dengan Kabupaten Katingan dan Kabupaten Kotawaringin
Timur
 Sebelah Barat dengan Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Kotawaringin
Barat

6
Gambar 1.1 Peta Administratif Kabupaten Seruyan

7
1.4. Geografi
Lokasi Kabupaten Seruyan terletak antara 111o 49’ Bujur Timur (batas utara)
dan 112o 84’ Bujur Timur (batas timur), 0o 77’ Lintang Selatan (batas selatan) dan
3o 56’ Lintang Selatan (batas barat).

1.5. TopografI
Wilayah Kabupaten Seruyan memiliki kondisi topografi bervariasi yang
membujur secara agak vertikal dari selatan ke utara.
Wilayah bagian selatan dan tengah meliputi kawasan pantai dan dataran
rendah yang bersifat datar, melandai dari selatan ke tengah dengan kemiringan
antara 0% - 1%, terletak antara 0 – 4 m dari permukaan laut. Sedangkan wilayah
bagian tengah sampai ke utara merupakan dataran tinggi yang berbukit – bukit.
Daerah timur merupakan daerah rawa-rawa yang terdiri dari rawa pasang
surut dan rawa lebak serta ditumbuhi vegetasi berupa bakau dan kayu rawa. Pada
daerah timur ini terapat air terjun mini dan danau burung yang sangat indah serta
pantai Sungai Bakau yang khas memiliki pemandian air tawar bersumber dari air
sungai. Keterpautan antara air asin dan air tawar dapat ditemukan di wilayah ini.
Daerah bagian barat merupakan daerah rawa-rawa yang terdiri dari rawa
pasang surut dan rawa lebak yang mempunyai vegetasi hutan mangrove dan kayu
rawa. Di daerah ini terdapat Taman Nasional Tanjung Puting yang menyimpan
kekayaan hayati yang luar biasa baik flora maupun fauna.
Daerah bagian utara, merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian
diatas 150 m dpl dan kemiringan 15 – 40 yang ditumbuhi hutan lebat, yang
berfungsi sebagai penyangga (buffer) bagi daerah Hilir (bagian Selatan). Di daerah
ini banyak terdapat riam yang bisa digunakan sebagai pusat listrik tenaga air dan
olah raga arung jeram. Di samping itu, daerah ini mempunyai air terjun dan danau
yang luas sehingga cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata tirta
atau air.
Daerah bagian selatan merupakan daerah dataran rendah yang terdiri atas
lahan rawa dan pantai dengan ketinggian dan kemiringan 0 – 50 m dpl dan 0 – 8 m
dpl, daerah ini kaya akan perikanan laut dan darat.

1.6. Geologi
Dataran Alluvium dari campuran bahan endapan yang berasal dari daerah
Tufvulkanis intermidier di sebelah selatan sungai dan pantai dan endapan

8
bergambut di bagian barat dan di bagian timur. Dengan demikian sifat batuannya
adalah antara intermedier sampai agak basis.
Pada dasarnya jenis tanah di sebagian besar Kabupaten Seruyan terdiri dari
jenis tanah podsolik merah kuning. Secara keseluruhan jenis tanah di Kabupaten
Seruyan terdiri dari organosol, laterit, regosol, alluvial, potsol, lithosol, dan lathosol.

1.7. Klimatologi
Wilayah Kabupaten Seruyan termasuk daerah yang beriklim tropis dengan
suhu udara rata-rata 29˚C. Tipe iklim adalah tropis lembab dan panas, curah hujan
rata-rata pertahun 2060,3 mm dengan rata-rata hujan pertahun 95 hari. Musim
Penghujan akan terjadi antara Bulan Oktober – April, sedangkan Kemarau antara
Mei – September.

1.8. Hidrologi
Kabupaten Seruyan yang terletak di pesisir pantai Laut Jawa, dibelah oleh
Sungai Seruyan yang mengalir dari utara ke selatan dan bermuara ke Laut Jawa
dengan panjang 350 km (yang dapat dilalui kapal sepanjang 300 km), lebar sungai
300 m dan kedalaman rata-rata 6 m dimana di sepanjang sungai Seruyan terapat 6
anak sungai; Anak Sungai Danau Sembuluh di sebelah barat, dengan panjang 76
km, Anak Sungai Kalui yang bermuara di Sungai Seruyan, dengan panjang 30 km,
Anak Sungai Manjul di sebelah timur dan bermuara ke sungai Seruyan dengan
panjang 50 km, Anak Sungai Kalua Besar dengan panjang 65 km, Anak Sungai
Pukun dengan panjang 30 km, dan Anak Sungai Salau dengan panjang 30 km
yang bermuara di sungai Manjul. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai
drainase alam yang bermuara di Laut Jawa.

1.9. Demografi
Kondisi Demografi Kependudukan Kabupaten Seruyan dengan luas 16.404
km2 mempunyai jumlah penduduk sebesar 167.621 jiwa (2018) dan kepadatan
penduduk 10,22 jiwa per km2. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 90.134 jiwa
(2018) sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 77.487 jiwa (2018)
sehingga Sex Rasio secara keseluruhan (2018) adalah 116,32 (2015,.

9
BAB. II
KEADAAN UMUM MANGROVE KABUPATEN SERUYAN

2.1. Kriteria Mangrove Rusak Penutupan Biomassa 0 - 49%

Kriteria Mangrove Rusak Penutupan Biomassa 0 - 49% didapatkan jumlah batang


mangrove tiap hektar hanya berkisar antara 367 - 689 batang/Ha, sehingga dapat
dikriteriakan sebagai wilayah mangrove rusak jarang. Jenis yang dominan pada
areal ini adalah jenis Api-api dan bakau.

2.2. Kriteria Mangrove Sedang Penutupan Biomassa 50 - 74%

Kriteria Mangrove sedang Penutupan Biomassa 50 - 74% didapatkan jumlah


batang mangrove tiap hektar berkisar antara 1.211 – 1.512 batang/Ha dengan jenis
yang sama dengan diatas yaitu Buta-buta, Api-api dan bakau. Hal ini pada standar
yang dikeluarkan oleh Kepmen LH No. 201 Tahun 2014 juga disebutkan Kriteria
Baku Kerusakan Mangrove bahwa Mangrove sedang mempunyai kerapatan antara
≥ 1000 - < 1500 yaitu baik sedang.

2.3. Kriteria Mangrove Padat Penutupan Biomassa 75 - 100%

Kriteria Mangrove Padat Penutupan Biomassa 75 - 100% didapatkan jumlah


batang mangrove tiap hektar berkisar antara 1.500 – 1.911 batang/Ha juga dengan
jenis Bakau, Api-api dan Nipah. Keadaan lapangan ini berada sedikit diatas standar
yang dikeluarkan oleh Kepmen LH No. 201 Tahun 2014 juga disebutkan Kriteria
Baku Kerusakan Mangrove bahwa Mangrove padat mempunyai kerapatan antara ≥
1500 pohon/ha, sehingga dapat dikriteriakan sebagai wilayah mangrove baik padat.

2.4. Luas Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur
Tahun 2005

Dari hasil analisis terlihat bahwa di Tahun 2006 di Kecamatan Seruyan Hilir dan
Seruyan Hilir Timur terdapat lebih dari 43% Mangrove yang dikategorikan rusak
sedangkan Mangrove yang dikategorikan baik di kecamatan Seruyan Hilir Timur
dan Seruyan Hilir terdapat sekitar 35% (Tabel 4.3). Peta Kerusakan Mangrove di
Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan Tahun 2005
ditampilkan pada Lampiran 1.

10
Tabel 2.1. Luas dan Kerusakan Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan
Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan Tahun 2005

Luas dalam Kecamatan (Ha)


Kriteria Kerusakan
Seruyan Hilir Total %
Mangrove Seruyan Hilir
Timur
Mangrove
3.458 5.405 8.864 43,8
Rusak/Jarang
Mangrove
2.502 4.599 7.101 35,1
Baik/Padat
No Data 1.089 3.179 4.268 21,1
Grand Total 7.049 13.184 20.233 100
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016
2.4.1 Luas Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur
Tahun 2015
Keberadaan hutan mangrove di Tahun 2016 di Kecamatan Seruyan Hilir dan
Seruyan Hilir Timur terdapat peningkatan kualitas mangrove Mangrove yang baik
dari 35% di tahun 2005 menjadi lebih dari 60% di Tahun 2016. Mangrove yang
dikategorikan rusak mempunyai luas lebih dari 7.235 Ha atau 35,6% dari luasan
kawasan mangrove di dua kecamatan ini (Tabel 4.4). Kerusakan Mangrove di
Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan Tahun 2016
ditampilkan pada Lampiran 2.
Tabel 2.2. Luas dan Kerusakan Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan
Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan Tahun 2016

Luas dalam Kecamatan (Ha)


Kriteria Kerusakan
Seruyan Seruyan Hilir Total %
Mangrove
Hilir Timur
Mangrove Baik/Padat 1.292 4.181 5.473 27,0
Mangrove Baik/Sedang 1.613 5.242 6.856 33,9
Mangrove Rusak/Jarang 3.532 3.703 7.235 35,8
No Data 502 167 669 3,3
Grand Total 6.939 13.294 20.233 100,0
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

11
2.4.2. Kerusakan Mangrove dari Tahun 2006 - 2016

Hasil analisis keruangan dengan menggunakan ArcGIS 10.1 menunjukan bahwa


telah terjadi penurunan kualitas dari hutan mangrove baik berupa deforestasi
maupun degradasi hutan. Kerusakan mangrove yang berupa deforestasi hutan
yang terjadi antara tahun 2006 – 2016 cukup banyak terjadi. Di Kecamatan
Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur deforestasi berkisar lebih dari 1.000 – 1.100
Ha, sedangkan degradasi hutan mangrove lebih banyak terjadi di wilayah Seruyan
Hilir Timur dengan angka ± 1.783 Ha. Hasil analisis menunjukan di Kecamatan ini
degradasi dan deforestasi terjadi seluas ± 4.614 Ha atau 22,8% dari luasan
kawasan mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur. (Tabel
4.5).

Tabel 2.3. Degradasi dan Deforestasi Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir


dan Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan Tahun 2006 - 2016

Luas dalam Kecamatan (Ha)


Degradasi dab
Seruyan Seruyan Hilir Total %
Deforestasi
Hilir Timur
Deforestasi 1.181 1.013 2.194 10,8
Degradasi 636 1.783 2.420 12,0
Regenerasi/Tidak Berubah 3.570 7.106 10.676 52,8
No Data 1.714 3.229 4.943 24,4
Grand Total 7.101 13.132 20.233 100,0
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

12
BAB III
KEGIATAN PENANAMAN

3.1. Jumlah Personil Yang Melakukan Pembibitan Mangrove


Jumlah personil yang melakukan pembibitan mangrove di Areal Tambak
Sungai Tatah adalah sebanyak 3 orang.

Gambar. 3.1. Kegiatan Pengisian Polybag Untuk Menanam Bibit Mangrove

Gambar.3.2. Bibit Mangrove Yang Siap Tanam

3.2. Penanaman
Jumlah bibit yang sudah tertanam untuk tahun 2019 ± 50.000 bibit, dengan
jarak tanam 1x3 m, luas lahan 15 Ha.

Gambar. 3.3. Kegiatan Pengangkutan Bibit Ke Lokasi Penanaman

13
Gambar.3.4. Pemasangan Ajir dan Pendistribusian Bibit Untuk Persiapan
Penanaman

Gambar.3.5. Penanaman dengan Melibatkan SOPD Kab. Seruyan dan Forum


Koordinasi Pemerintah Daerah

Tabel 3.1. Luas Lokasi yang Sudah di lakukan Penanaman Mangrove


No. Tahun Luas (Ha) Lokasi
Tanam
1. 2016 1 Ha Pantai Sei Bakau
2. 2017 1 Ha Pantai Siamuk
3. 2018 2 Ha Tambak Sungai Tatah
4. 2019 15 Ha Tambak Sungai Tatah
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Seruyan Tahun 2019

14
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Kawasan Mangrove dengan di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir


Timur Kabupaten Seruyan didominansi oleh Vegetasi Api-Api (Avicenia
sp), Nipah (Nypa fruticans), Bakau (Rhizopora mocrunata) dan Buta-buta
2. Kawasan Mangrove di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur
Kabupaten Seruyan mempunyai luas ± 20.233 Ha dengan rincian
± 7.055 Ha berada di Kecamatan Seruyan Hilir dan ± 13.178 Ha di
Kecamatan Seruyan Hilir Timur.
3. Degradasi dan deforestasi paling banyak di Kecamatan Seruyan Hilir,
karena hutan mangrove banyak dibuka oleh mansyarakat untuk areal
tambak.

4.2. Saran

1. Perlu adanya koordinasi dari semua pihak yang berkompetan seperti


Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Tengah, BAPPEDAS Kahayan , Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Seruyan dan Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC)
Kalaweit Kalimantan Tengah untuk menjaga dan mengamankan kawasan
mangrove yang masih dalam kondisi baik.
2. Perlu adanya pemasangan papan informasi himbauan/larangan
pembukaan kawasan hutan mangrove.

15
16

Anda mungkin juga menyukai