Anda di halaman 1dari 29

yyy

PETUNJUK TEKNIS
TERTIB PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU
DI WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Dasar Hukum................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Ruang Lingkup.............................................................................................3
E. Sistematika Petunjuk Teknis.......................................................................3
F. Pengertian.....................................................................................................3
BAB II. KETENTUAN POKOK......................................................................................6
A. Tujuan Peneriban Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu.................................6
B. Obyek Penertiban.........................................................................................7
C. Sasaran Penertiban......................................................................................7
D. Peran Serta Para Pihak................................................................................9
BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN..........................................................................10
A. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal dari Kawasan Hutan
Negara............................................................................................................10
B. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal dari Areal Penggunaan
Lain................................................................................................................11
C. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal dari Hutan Hak.............11
D. Pengangkutan Kayu Hasil Budidaya..........................................................14
BAB IV. PEDOMAN PERALIHAN.................................................................................15
BAB V. PENUTUP............................................................................................................16
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................................17

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Surat Pernyataan............................................................................18


Lampiran 2. Format Berita Acara Inventarisasi.............................................................19
Lampiran 3. Format Lampiran Berita Acara Hasil Inventarisasi.................................20
Lampiran 4. Format Berita Acara Penebangan..............................................................21
Lampiran 5. Format Lampiran Berita Acara Penebangan............................................22
Lampiran 6. Format Surat Angkutan Kayu Rakyat (SAKR)........................................23

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki keaneka-ragaman hayati dengan sebaran


yang cukup merata di seluruh wilayah daratan. Luas daratan Provinsi Nusa Tenggara
Barat sekitar 2.015.315 Ha berada pada 2 pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa. Dari luas wilayah tersebut, 53,18% atau 1.071.722,83 Ha adalah kawasan
hutan, dan telah terbagi berdasarkan fungsinya yaitu Hutan Konservasi seluas
173.636,40 Ha, Hutan Lindung seluas 447.272,86 Ha, dan Hutan Produksi seluas
450.813,57 Ha. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan
tanah. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Keunikan jenis flora mulai jenis tanaman bawah sampai
tanaman tinggi yang juga sering menjadi sumber obat tradisional masyarakat.
Sedangkan jenis fauna yang cukup menonjol adalah jenis burung/unggas, mamalia,
dan/atau reptilia dan saat ini mulai menurun populasinya.
Kawasan hutan Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai potensi yang sangat
beragam dari pantai sampai pegunungan. Berbagai potensi jenis Hasil Hutan Kayu
yang terbagi dalam kelompok kayu; Rimba Campuran, Indah, Meranti, Jati dan
kelompok Rimba Campur lainnya. Berdasarkan potensi jenis yang paling menonjol
adalah jenis Rajumas (Duabanga molluccana), Jati, Sono dan lain-lain yang dalam
melakukan eksploitasinya belum memperhitungkan tingkat kelestarian sumber daya
yang berakibat rusaknya ekosistem kawasan hutan dan sumber daya di dalamnya
mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga Provinsi Nusa Tenggara Barat patut
dikatakan pada taraf Darurat Illegal Logging, untuk dapat memutus rantai peredaran
hasil hutan kayu yang peredaran masih dianggap terus berlanjut seiring dengan
dampaknya kerusakan sumber daya hutan yang berimplikasi pada kejadian banjir,
tanah longsor, kekeringan, erosi dan lain-lain di berbagai daerah. Sehingga kondisi
seperti ini, menyadarkan kita bahwa meningkatnya peredaran Hasil Hutan Kayu
merupakan salah satu penyebab pengrusakan sumber daya hutan.
Eksploitasi Hasil Hutan Kayu (HHK) terus meningkat akibat terbukanya akses
transportasi yang sudah terbangun pada wilayah dengan potensi kayu. Permintaan
pasar dari pulau Jawa dan Bali secara signifikan terus meningkat melalui transportasi
darat yang dipasok oleh perorangan maupun perusahaan lokal. Pada pelaksanaan
peredaran kayu sering dijumpai upaya pelanggaran yang dilakukan oleh perorangan

1
maupun pengusaha dengan indikasi dokumen angkutan yang tidak lengkap sesuai
ketentuan.
Untuk dapat mengatasi permasalahan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di
Provinsi NTB diperlukan penyusunan Petunjuk Teknis untuk memberikan pedoman
dan arahan dalam pelaksanaan Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor
660/11/Kum/Tahun 2021 tentang Tertib Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah
Provinsi NTB.

B. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan tertib pemanfaatan hasil hutan kayu di wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan;
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 jo. Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2009 tentang Perlindungan Hutan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021
tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, Serta Penggunaan Kawasan Hutan;
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi;
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9 Tahun 2021
tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial;
14. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-II/2003 tentang Tata
Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa
Liar;
15. Surat Edaran Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 520/980/PHKSDAE-
DISLHK/2020 tentang Peredaran Hasil Hutan Kayu;
16. Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 188.4.5-75/Kum Tahun 2020
tentang Moratorium Penebangan dan Peredaran Hasil Hutan Kayu di Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat;

2
17. Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 660/11/Kum/Tahun 2021
tanggal 21 Desember 2021 tentang Tertib Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

C. Tujuan
Tujuan petunjuk teknis ini adalah sebagai panduan melaksanakan Tertib
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini mencakup tata cara pengawasan dan
pemeriksaan serta pembinaan para pihak yang melakukan pemanfaatan hasil hutan
kayu di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan pengaturan lebih
lanjut dari Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 660/11/Kum/Tahun 2021
tanggal 21 Desember 2021 tentang Tertib Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat pada diktum KESATU.

E. Sistematika Petunjuk Teknis


Petunjuk Teknis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. BAB I : Pendahuluan
2. BAB II : Ketentuan Pokok
3. BAB III : Pelaksanaan Kegiatan
4. BAB IV : Aturan Peralihan
5. BAB V : Penutup

F. Pengertian
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai Hutan tetap.
3. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah.
4. Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
5. Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat HHK adalah benda-benda hayati
yang berupa hasil hutan kayu yang berasal hutan berupa hasil hutan kayu yang
tumbuh alami (hutan alam) dan/atau hasil hutan kayu hasil budidaya tanaman
(hutan tanaman) pada Hutan Produksi.
6. Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan yang selanjutnya disingkat PBPH adalah
Perizinan Berusaha yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan
menjalankan usaha dan/atau kegiatan Pemanfaatan Hutan.
7. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat PHHK adalah kegiatan
untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak
merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.

3
8. Kayu Bulat Besar yang selanjutnya disingkat KBB adalah bagian dari pohon yang
ditebang dan dipotong menjadi satu atau beberapa bagian dengan ukuran diameter
50 (lima puluh) cm atau lebih.
9. Kayu Bulat Sedang yang selanjutnya disingkat KBS adalah bagian dari pohon yang
ditebang dan dipotong menjadi satu atau beberapa bagian dengan ukuran diameter
30 cm sampai dengan 49 cm.
10. Kayu Bulat Kecil yang selanjutnya disingkat KBK adalah pengelompokkan kayu
yang terdiri dari bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong menjadi satu atau
beberapa bagian dengan ukuran diameter kurang dari 30 cm atau kayu dengan
diameter 30 cm atau lebih yang direduksi karena memiliki cacat berupa busuk hati
dan/atau gerowong lebih dari 40%, serta kayu bakau, kayu bakar, cerucuk, tiang
jermal, tunggak jati dan/atau tunggak ulin.
11. Kayu Olahan yang selanjutnya disingkat KO adalah produk hasil pengolahan kayu
bulat, bahan baku serpih dan/atau kayu bahan baku setengah jadi, dengan ragam
produk berupa kayu gergajian termasuk ragam produk turunannya, veneer termasuk
ragam produk turunan panel kayu lainnya, dan serpih kayu (wood chips) termasuk
ragam produk turunannya.
12. Kayu pacakan yang selanjutnya disingkat KP adalah kayu berbentuk persegi yang
diolah di hutan yang merupakan hasil perubahan bentuk dari 1 (satu) batang
KBB/KBS/KBK menjadi 1 (satu) bentuk kayu persegi, bukan dalam bentuk kayu
olahan gergajian (balok, papan, reng, dan kaso).
13. Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan yang selanjutnya disingkat PBPH adalah
Perizinan Berusaha yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan
menjalankan usaha dan/atau kegiatan Pemanfaatan Hutan.
14. Perizinan Berusaha Pengolahan Hasil Hutan yang selanjutnya disingkat PBPHH
adalah Perizinan Berusaha yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan
menjalankan usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil Hutan.
15. Pengolahan Hasil Hutan Kayu adalah kegiatan pengolahan kayu bulat, kayu bahan
baku serpih, dan/atau biomassa kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
16. Inventarisasi adalah kegiatan pengukuran, pengamatan dan pencatatan terhadap
pohon yang direncanakan akan ditebang, pohon inti, pohon yang dilindungi,
permudaan, data lapangan lainnya, untuk mengetahui jenis, jumlah, diameter,
tinggi pohon, serta informasi tentang keadaan lapangan/lingkungan, yang
dilaksanakan dengan intensitas tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
17. Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan adalah kegiatan untuk menetapkan jumlah,
jenis, dan volume/berat, serta untuk mengetahui mutu (kualitas) hasil Hutan.
18. Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut GANISPH adalah
setiap orang yang memiliki kompetensi kerja di bidang pengelolaan Hutan.
19. Tempat Penimbunan Kayu Hutan yang selanjutnya disingkat TPK Hutan adalah
tempat milik pemegang PBPH/persetujuan pemerintah yang berfungsi untuk
menimbun Kayu Bulat hasil penebangan, yang lokasinya berada dalam areal
perizinan/persetujuan yang bersangkutan.

4
20. Tempat Penimbunan Kayu Antara yang selanjutnya disingkat TPK Antara adalah
tempat milik pemegang PBPH/persetujuan pemerintah yang berfungsi untuk
menimbun Kayu Bulat hasil penebangan, yang lokasinya berada di luar areal
perizinan/persetujuan yang bersangkutan.
21. Tempat Penampungan Terdaftar Kayu Bulat yang selanjutnya disingkat TPT-KB
adalah tempat untuk menampung Kayu Bulat, milik perusahaan yang bergerak
dalam bidang Kehutanan atau perkayuan.
22. Laporan Hasil Produksi yang selanjutnya disingkat LHP adalah dokumen yang
memuat data produksi hasil Hutan baik kayu maupun bukan kayu.
23. Laporan Hasil Produksi Kayu yang selanjutnya disebut LHP-Kayu adalah dokumen
yang memuat data produksi hasil Hutan berupa kayu.
24. Laporan Hasil Produksi Bukan Kayu yang selanjutnya disebut LHP-Bukan Kayu
adalah dokumen yang memuat data hasil pemanenan/pemungutan atau
pengumpulan hasil hutan bukan kayu.
25. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat SKSHHK
adalah dokumen angkutan Hasil Hutan Kayu yang diterbitkan melalui SIPUHH.
26. Nota Angkutan adalah dokumen angkutan yang digunakan untuk menyertai
pengangkutan khusus dan/atau hasil Hutan tertentu.
27. Surat Angkutan Kayu Rakyat yang selanjutnya disingkat SAKR adalah dokumen
angkutan kayu yang berfungsi sebagai surat keterangan asal usul untuk menyertai
pengangkutan kayu hasil budidaya yang berasal dari hutan hak.
28. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah
pengelolaan Hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dikelola secara
efisien, efektif, dan lestari.

5
BAB II
KETENTUAN POKOK

A. Tujuan Penertiban Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu


Untuk mengantisipasi peredaran Hasil Hutan Kayu yang dianggap semakin
meningkat (hasil pemantauan di lapangan), kegiatan perladangan liar, kebakaran hutan
akibat pembalakan liar dianggap sebagai penyebab terjadinya tindakan perusakan
hutan serta, dan patut dikatakan pada taraf Darurat Illegal Logging, diperlukan
pengaturan terhadap pemanfaatan Hasil Hutan Kayu :
1. Mengatur penebangan atau pemanfaatan kayu di dalam kawasan hutan, antara lain :
a. Penebangan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat oleh PBPH
(HA/HTI/HTR/PS) dan telah disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
peraturan)
b. pemanfatan pada hutan alam dan hutan tanaman pada hutan produksi wajib
dilakukan Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH)
c. Pengolahan Hasil Hutan Kayu dengan ragam product olahan berupa kayu
gergajian, veneer dan serpih hanya dapat dilakukan di PBPHH
d. pemanfaatan kayu yang tumbuh alami sebagai dasar untuk menebang kayu
sebagai akibat dari adanya penyiapan lahan penanaman dan kegiatan non
kehutanan berupa kayu dari hasil Kegiatan Pemanfaatan Kayu Kegiatan Non
Kehutanan (PKKNK) menggunakan mekanisme pemanfaatan dan
penatausahaan PBPH Alam.

2. Mengatur seluruh kegiatan penebangan oleh pemegang izin dan/atau pengelola


pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari hutan hak/tanah milik :
a. Beberapa peraturan yang wajib dilaksanakan dalam hal penebangan oleh
pengelola antara lain :
a.1. Kayu bulat hasil penebangan dilakukan pengukuran dan pengujian oleh
GANISPH, dan dicatat pada buku ukur sebagai dasar pembuatan LHP-
kayu.
a.2. Setelah selesai langkah di atas, dilakukan penandaan pada bontos
dan/atau badan kayu.
a.3. Dalam hal pengukuran pengujian KBK selain pengukuran batang
perbatang dapat dilakukan menggunakan staple meter (SM), dan hasil
pengukuran dikonversi ke dalam satuan Meter Kubik (M3).
a.4. Angka konversi hasil pengukuran Stapel Meter pada poin a.3. ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari.

6
b. Beberapa peraturan yang wajib dilaksanakan dalam hal penebangan yang
berasal dari Hutan Hak/Tanah Milik, antara lain :
b.1. Pemanfaatan kayu tumbuh alami di hutan hak disamakan dengan
penatausahaan hasil hutan Alam
b.2. Pencatatan rencana produksi/permohonan berdasarkan hasil inventarisasi
pohon/ inventarisasi yang direncanakan akan ditebang dan dilakukan
oleh GANISPH atau tenaga teknis di bidang kehutanan.

B. Obyek Penertiban
Obyek penertiban adalah para pihak yang melaksanakan Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, meliputi Pelaksanaan
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu di dalam
Kawasan Hutan Negara, APL dan Hutan Hak :
1. Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan negara
a. Pemegang PBPH (HA/HTI/HTR);
b. Pemegang Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial;
c. Pemegang Persetujuan Hutan Desa;
d. Pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH).
2. Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari Areal Penggunaan Lain;
3. Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari Hutan Hak.
a. Tumbuh alami;
b. Budidaya.

C. Sasaran Penertiban
Sasaran penertiban pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari hutan
adalah berupa dokumen yang sah yang telah memenuhi persyaratan teknis dan
administrasi. Pelaku pemanfaatan hasil hutan kayu wajib melaksanakan
Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH) berupa kelengkapan dokumen pemanfaatan hasil
hutan kayu beserta dokumen peredarannya yang sah adalah dengan melakukan
pencatatan dan pelaporan :
1. Rencana Produksi;
2. Realisasi produksi yang meliputi pemanenan/penebangan, penyaradan,
pengukuran, pengujian, penandaan;
3. Pengangkutan atau peredaran Hasil Hutan; dan
4. Pengolahan dan Pemasaran
Seluruh kayu hasil penebangan, dilakukan pengukuran dan pengujian oleh
GANISPH pengujian kayu bulat sesuai kompetensinya. Jika LHP-Kayu berasal dari 2
(dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota, maka LHP-Kayu dibuat untuk masing-
masing kabupaten/kota. LHP-kayu yang Sah memenuhi persyaratan tersebut di atas,
menjadi dasar pembayaran PNBP sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7
Pencatatan pengangkutan atau peredaran Hasil Hutan Kayu wajib dilengkapi
bersama dokumen angkutan berupa :
1. Dokumen Pengangkutan Kayu dari Hutan Negara
a. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH)
a.1.SKSHH digunakan untuk menyertai pengangkutan :
Kayu bulat dari TPH Hutan, TPK Antara, TPT-KB, dan Tempat Pengolahan
Hasil Hutan atau Kayu olahan berupa kayu gergajian, veneer dan serpih, dari
dan/atau tempat Pengolahan Hasil Hutan.
a.2. SKSHH hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pengangkutan dengan 1 (satu)
tujuan dan diterbitkan setelah dipenuhi kewajiban PNBP atas pelayanan
dokumen angkutan hasil hutan, dan diterbitkan oleh penerbit SKSHH yang
merupakan karyawan pemegang Perzinan Berusaha/TPT-KB/perizinan
lainnya yang memiliki kualifikasi GANISPH sesuai kompetensinya.
a.3. Apabila SKSHH telah habis masa berlakunya dalam perjalanan, wajib
dilengkapi dengan surat keterangan bermaterai cukup yang dibuat oleh
nahkoda kapal/pengemudi, yang berisi penjelasan mengenai penyebab
terjadinya keterlambatan pengangkutan.
b. Nota Angkutan, diterbitkan oleh karyawan pemegang perizinan berusaha/TPT-
KB/perizinan lainnya dilampiri SKSHH. Nota Angkutan, digunakan untuk
pengangkutan :
b.1. Kayu transit dari Pelabuhan ke TPK PBPHH sebagai lansiran SKSHH
b.2. Kayu impor dari pelabuhan ke tempat pengolahan kayu;
b.3. Bertahap kayu bulat/kayu olahan dari lokasi penerbitan SKSHH ke pelabuhan
muat dan/atau dari pelabuhan bongkar ke tujuan akhir; dan/atau
b.4. Lanjutan kayu hasil lelang atas dasar Surat Angkutan Lelang (SAL) dengan
dilampiri salinan SAL yang dilegalisir oleh penerbit SAL.
c. Nota Perusahaan, digunakan dalam pengangkutan Kayu Olahan, dan diterbitkan
oleh Industri Pengolahan Kayu (PBPHH) yang mengolah kayu dengan bahan
baku berasal dari Kayu Budidaya.
d. Surat Angkutan Lelang (SAL), digunakan untuk pengangkutan hasil hutan kayu
lelang yang diterbitkan oleh GANISPH sesuai kompetensinya pada lingkup Dinas
LHK Provinsi NTB
2. Pengangkutan Kayu Budidaya dari Hutan Hak.
Tahapan dalam Pemanfaatan kayu dari hutan hak, sehingga hasil pemanfaatan dapat
dilakukan pengangkutan sesuai dokumen yang sah, yaitu :
a. Pemanfatan :
a.1. Pemanfaatannya dapat dilakukan oleh pemilik hutan hak (tidak memerlukan
izin penebangan)
a.2. Pemilik hutan hak melakukan penetapan jenis, pengukuran volume/berat, dan
penghitungan jumlah oleh pemilik hutan hak.
a.3. Kayu bulat dari hutan hak dapat langsung diolah menjadi kayu olahan rakyat di
tempat penebangan.

8
b. Pengangkutan Kayu Hasil Budidaya :
b.1. Pengangkutan kayu bulat atau kayu olahan rakyat dari lokasi penebangan ke
TPT-KB dilengkapi Surat Angkutan Kayu Rakyat ( SAKR )
b.2. SAKR diterbitkan oleh pemilik kayu budidaya dari hutan hak dan berlaku
sebagai deklarasi hasil hutan (contoh dokumen terlampir).
b.3. Kayu bulat atau kayu olahan rakyat dari TPT-KB dilengkapi SAKR dengan
mencantumkan nomor SAKR sebelumnya (asal kayu).
b.4. Penggunaan SAKR hanya untuk kayu budidaya dari hutan hak dengan bukti
hak atas tanah di lokasi penebangan berupa sertifikat atau bukti penguasaan
lain yang diakui BPN sesuai ketentuan perundang-undangan pada kementerian
yang membidangi urusan agraria dan tata ruang/pertanahan Negara.
b.5. Penggunaan SAKR berlaku juga untuk kayu budidaya yang masuk dalam
daftar Appendix Convension on Internasional Trade in Endangered Species
dari lokasi penebangan ke TPT Izin Edar.
b.6. Setiap penerbitan dokumen SAKR lembar arsip wajib disampaikan kepada
Dinas LHK Provinsi NTB dan Balai KPH setempat berstempel basah.

D. Peran Serta Para Pihak


Pengawasan peredaran hasil hutan kayu menyesuaikan pada ketentuan sektor
masing-masing.

9
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal dari Kawasan Hutan Negara

Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan negara berasal
dari :
1. PBPH pemanfaatan hasil hutan kayu;
2. PBPH pemungutan hasil hutan kayu;
3. Perhutanan Sosial pada Hutan Produksi;
4. Pemanfaatan Kayu Kegiatan Non Kehutanan (PKKNK) pada Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan dan Pelepasan Kawasan Hutan

Pelaksanaan pemanfaatan hasil hutan kayu pada kawasan hutan negara


mempedomani Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan serta
peraturan pelaksanaan lainnya yang tidak bertentangan.
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di dalam kawasan hutan dapat dilakukan
dengan satu atau lebih Sistem Silvikultur sesuai dengan karakteristik sumber daya
hutan dan lingkungannya, berdasarkan :
1. Daur/Umur tegakan; dan
2. Sistem pemanenan hutan.

Pemegang PBPH menerapkan teknik pemanenan berdampak rendah atau


Reduced Impact Logging dalam pelaksanaan kegiatan usaha pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu yang tumbuh alami (hutan alam). Pedoman penerapan Reduced Impact Logging
pada PBPH sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021.
Dalam Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 660/11/Kum/Tahun
2021 tanggal 21 Desember 2021 tentang Tertib Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat pada DIKTUM PERTAMA khusus untuk
Appendix II yang berada pada PBPH hutan alam diameter yang dapat dilakukan
pemanfaatan minimal 40 cm.
Tanaman yang dapat diusahakan dalam areal PBPH diarahkan untuk
penyediaan bahan baku industri, wajib terintegrasi dengan industri Pengolahan Hasil
Hutan dan/atau melakukan kerja sama penyediaan bahan baku.
Pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan kayu Perhutanan Sosial pada Hutan
Produksi hanya dilaksanakan pada blok/ruang pemanfaatan. Pemanfaatan dan
pemungutan hasil hutan kayu tersebut meliputi kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu
yang berasal dari:

1
a. tanaman sendiri; dan
b. tanaman yang dihibahkan.

Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) berlaku sebagai persetujuan


pemanfaatan kayu. Berdasarkan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, Pemegang
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dapat melakukan penebangan pohon dalam
rangka pembukaan lahan dengan membayar PSDH dan/atau DR sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemanfaatan kayu kegiatan non Kehutanan pada Persetujuan Pelepasan
Kawasan Hutan dilakukan setelah mendapat persetujuan pemanfaatan kayu kegiatan
non Kehutanan yang diterbitkan oleh pejabat penerbit PKKNK yang ditugaskan oleh
Gubernur sebagaimana diatur dalam Lampiran XVII Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021. Pemanfaatan kayu tersebut wajib
membayar PSDH dan/atau DR, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

B. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal dari Areal Penggunaan Lain
Pemanfaatan kayu yang berasal dari Areal Penggunaan Lain yang merupakan
kewenangan pemerintah daerah/ Gubernur yaitu pada areal APL yang telah dibebani
izin peruntukan sesuai dengan yang diatur dalam Lampiran XVII Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021 yang mengatur tentang
pemanfaatan kayu kegiatan non kehutanan (PKKNK).
Sebagaimana Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor
660/11/Kum/Tahun 2021 tanggal 21 Desember 2021 tentang Tertib Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat diktum KESATU,
Gubernur tidak akan menerbitkan izin untuk PKKNK pada APL sebagaimana di atas.

C. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Hak


Pelaksanaan pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari Hutan Hak
meliputi:
1. Verifikasi jenis kayu Jati dan Rimba Lainnya diluar Appendix II
2. Verifikasi jenis Kayu yang masuk dalam Appendix II
Kegiatan verifikasi atas hasil hutan hak untuk menjamin ketelusuran asal usul
hasil hutan berupa kayu dari hutan hak diatur sebagai berikut :

1
1. Verifikasi Jenis kayu Jati dan Rimba Lainnya diluar Appendix II
Adapun tata caranya sebagai berikut :
1. Permohonan dengan melengkapi :
a. Copy Identitas pemohon (pemilik lahan)
b. Copy Surat legalitas kepemilikan lahan yang diakui oleh agraria.
c. Surat Keterangan Kepala Desa Setempat yang menerangkan status kepemilikan
lahan.
d. Surat Pernyataan kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai ketentuan
bermaterai 10.000,- (format terlampir)

2. Pelaksanaan Inventarisasi Kayu


a. Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan memberikan nomor pada setiap
pohon yang akan ditebang.
b. Potensi kayu yang akan dimanfaatkan harus dilakukan penghitungan
(inventarisasi) oleh unsur teknis yaitu Unsur Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dituangkan
dalam berita acara hasil inventarisasi.
c. Potensi kayu yang dapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Inventarisasi
adalah : Kayu yang memiliki diameter (DBH) minimal 40 cm untuk jenis kayu
Rimba Campuran dan diameter minimal 30 cm (DBH) untuk jenis Jati serta
khusus untuk Apenddix II diameter minimal 15 cm.
d. Potensi kayu pada kelerengan dan atau berada pada wilayah strategis
masyarakat seperti : lereng disekitar jalan umum, lereng, jembatan ataupun
permukiman wajib menyisakan tegakan sebanyak 20 % walaupun memenuhi
ketentuan diameter.
e. Potensi kayu yang berada pada radius 200 meter dari sumber mata air tidak
diperkanankan untuk melakukan penebangan.

3. Pelaksanaan Penebangan
1. Kegiatan penebangan harus dilakukan penomoran batang sesuai nomor pohon
hasil inventarisasi. Contoh : 1 (satu) nomor pohon, a : potongan batang maka
penomoran 1a.dan seterusnya menyesuaikan jumlah potongan batang dalam
satu pohon.
2. Kegiatan pemanfaatan kayu dalam bentuk penebangan harus dilaporkan dan
dilakukan verifikasi oleh Unsur Dinas LHK, Kepolisian, TNI yang dituangkan
dalam berita acara hasil penebangan. (Format terlampir)
3. Pemanfaatan kayu untuk kepentingan pribadi maksimal 1 m3, inventarisasi
cukup dilaksanakan oleh Unsur Dinas LHK dan pemilik yang dituangkan
dalam berita acara serta disahkan oleh Unsur Dinas LHK dan pemilik. (Format
terlampir).
4. Pengangkutan kayu bulat atau kayu olahan rakyat dari lokasi penebangan ke
TPT-KB dilengkapi Surat Angkutan Kayu Rakyat ( SAKR )

1
5. Sebelum dilakukan penebangan, pemohon wajib menyiapkan bibit pohon yang
akan ditanam 2 (dua) kali jumlah pohon yang ditebang serta kemudian
menanam dan memeliharanya serta dapat ditanam di luar lahannya atau di luar
areal penebangan.

2. Verifikasi Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal dari Tanah Milik
Khusus Jenis-Jenis Appendix II Cites
Pelaksanaan pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari tanah milik untuk
jenis Appendix II Cites (Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-II/2003)
hanya dapat diverifikasi pada pemohon yang telah memiliki izin edar, dengan tata cara
sebagai berikut:
1. Permohonan dengan melengkapi :
a. Copy identitas pemohon
b. Copy identitas pemilik lahan yang akan dikelola.
c. Copy Surat legalitas kepemilikan lahan (SHM, Letter C, Girik, Pipil Garuda,
atau Surat Keterangan dari BPN)
d. Surat Keterangan Kepala Desa Setempat yang menerangkan status kepemilikan
lahan.
e. Copy Surat Ijin Edar.
f. Surat keterangan dari BKSDA setempat yang menerangkan masih memiliki
potensi dan ijin edar.
g. Surat Pernyataan kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai ketentuan
bermaterai 10.000,- (format terlampir)
2. Pelaksanaan Inventarisasi Kayu
a. Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan memberikan nomor pada setiap
pohon yang akan ditebang.
b. Potensi kayu yang akan dimanfaatkan harus dilakukan penghitungan
(inventarisasi) oleh unsur teknis yaitu Unsur Dinas LHK, Kepolisian, Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan unsur BKSDA yang dituangkan dalam berita
acara hasil inventarisasi.
c. Potensi kayu yang dapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Inventarisasi
adalah : Kayu yang memiliki diameter (DBH) minimal 15 cm untuk jenis kayu
Appendix II.
d. Potensi kayu pada kelerengan dan atau berada pada wilayah strategis
masyarakat seperti : Lereng disekitar jalan umum, lereng, jembatan ataupun
permukiman wajib menyisakan tegakan sebanyak 20% walaupun memenuhi
ketentuan diameter.
e. Potensi kayu yang berada pada radius 200 meter dari sumber mata air tidak
diperkanankan untuk melakukan penebangan.

1
3. Pelaksanaan Penebangan
a. Kegiatan penebangan harus dilakukan penomoran batang sesuai nomor pohon
hasil inventarisasi. Contoh : 1 (satu) nomor pohon, a : potongan batang maka
penomoran 1a. dan seterusnya menyesuaikan jumlah potongan batang dalam
satu pohon.
b. Kegiatan penebangan harus dilakukan penomoran batang sesuai nomor pohon
hasil inventarisasi.
c. Kegiatan pemanfaatan kayu dalam bentuk penebangan harus dilaporkan dan
dilakukan verifikasi oleh Unsur Dinas LHK, Kepolisian, TNI dan BKSDA
yang dituangkan dalam berita acara hasil penebangan. (Format terlampir).
d. Sebelum dilakukan penebangan, pemohon wajib menyiapkan bibit pohon yang
akan ditanam 2 (dua) kali jumlah pohon yang ditebang serta kemudian
menanam dan memeliharanya serta dapat ditanam di luar lahannya atau di luar
areal penebangan.

D. Pengangkutan Kayu Hasil Budidaya :

1. SAKR diterbitkan oleh pemilik kayu budidaya dari hutan hak dan berlaku
sebagai deklarasi hasil hutan (contoh dokumen terlampir).
2. Kayu bulat atau kayu olahan rakyat dari TPT dilengkapi SAKR dengan
mencantumkan nomor SAKR sebelumnya (asal kayu).
3. Penggunaan SAKR hanya untuk kayu budidaya dari hutan hak dengan bukti
hak atas tanah di lokasi penebangan berupa sertifikat atau bukti penguasaan lain
yang diakui BPN sesuai ketentuan perundang-undangan pada kementerian yang
membidangi urusan agraria dan tata ruang/pertanahan Negara.
4. Penggunaan SAKR berlaku juga untuk kayu budidaya yang masuk dalam
daftar Appendix Convension on Internasional Trade in Endangered Species
dari lokasi penebangan ke TPT Izin Edar.
5. Setiap penerbitan dokumen SAKR lembar arsip wajib disampaikan kepada
Dinas LHK Provinsi NTB dan Balai KPH setempat berstempel basah.
6. Untuk kayu budidaya yang masuk dalam daftar Appendix Convension on
Internasional Trade in Endangered Species selain SAKR dilampiri bukti
pelunasan pada kas daerah melalui Bendahara Penerima pada Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB sebelum diterbitkan SAT-
DN.
7. Penerbitan Berita Acara Hasil Verifikasi Penebangan Jenis Kayu Non
Appendix Convension on Internasional Trade in Endangered Species
dilaksanakan setelah dilakukan pelunasan kewajiban-kewajiban sebagai bagian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada bendahara penerima di masing-masing
Balai KPH.

1
BAB IV
PEDOMAN PERALIHAN

a. Setiap pemegang ijin edar akan dilakukan evaluasi potensi sebelum dilakukan
pelayanan.
b. Kayu yang masih berada di gudang pemegang izin edar dan/atau gudang pemilik lahan
sebelum berlakunya Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 188.4.5-75/Kum
Tahun 2020 Tentang Moratorium Penebangan dan Peredaran Hasil Hutan Kayu di
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat :
b.1. Pemeriksaan administrasi dokumen dengan melibatkan 2 unsur (DLHK dan
BKSDA) yang dituangkan dalam BAP.
b.2. Hasil pemeriksaan menjadi dasar penerbitan BAP Stock opname dan penerbitan
SAT-DN serta dokumen angkutan sah lainnya.
c. Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Teknis ini mempedomani ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Ketentuan dalam Petunjuk Teknis menjadi pedoman pelaksanaan pada saat mulai
diberlakukannya.

1
LAMPIRAN – LAMPIRAN

1
Lampiran 1 . Format Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini secara sungguh-sungguh akan memenuhi
ketentuan dan kewajiban pemanfaatan kayu pada tanah milik :
1. Melakukan penebangan atau pemanfaatan kayu sesuai hasil inventarisasi yang
dilaksanakan oleh unsur terkait.
2. Melaksanakan penanaman kembali pada lahan yang dilakukan penebangan sebanyak 2
(dua) kali jumlah pohon yang ditebang.
3. Melaksanakan penebangan sesuai areal/lahan yang dimohon.
4. Mentaati semua ketentuan dalam pemanfaatan hasil hutan kayu dari tanah milik sesuai
ketentuan.
5. Apabila terjadi pelanggaran, saya bersedia ditindak sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat tanpa paksaan untuk maklum sebagaimana
mestinya.

Mengetahui, ……………….,…………..2022
Kepala Desa………….. Pemohon,

Materai 10.000,-

(………………………………) (………………………………)

1
Lampiran 2. Format Berita Acara Inventarisasi

BERITA ACARA INVENTARISASI

Pada hari……..tanggal…….bulan………….tahun…………., sesuai surat tugas pada


masing-masing instansi, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
2. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
3. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
4. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
5. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………

Telah melaksanakan inventarisasi pada lokasi sesuai permohonan dan dituangkan dalam
daftar tabel hasil inventarisasi.
Demikian berita acara ini, kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Nama Nama Nama

NIP/NRP NIP/NRP NIP/NRP


Instansi Instansi Instansi

Nama Nama Nama

NIP/NRP NIP/NRP NIP/NRP


Instansi Instansi Instansi

Keterangan :
 Jumlah personil menyesuaikan dengan kebutuhan lapangan
 Untuk jenis appendix ditambah unsur BKSDA

1
Lampiran 3. Format Lampiran Berita Acara Hasil Inventarisasi

DAFTAR UKURAN POHON HASIL INVENTARISASI


Lampiran BA tanggal….Bulan…..Tahun…………….
An…………………
Lokasi……………………….

Tinggi Bebas
Diameter Volume
No. Jenis Cabang Keterangan
(cm) (m) (m3)
Kelerengan:
Jarak Mata Air :

………………..,…………..2022
Pelaksana, (sesuai surat tugas)

1. Nama tanda tangan


2. Nama tanda tangan
3. Nama tanda tangan
4. Nama tanda tangan
5. Nama tanda tangan

2
Lampiran 4. Format Berita Acara Penebangan

BERITA ACARA PENEBANGAN

Pada hari……..tanggal…….bulan………….tahun…………., sesuai surat tugas pada


masing-masing instansi, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
2. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
3. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
4. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
5. Nama : ……………………
NIP/NRP : ……………………
Instansi : ……………………

Telah melaksanakan Verifikasi Hasil Penebangan inventarisasi pada lokasi sesuai


permohonan dan dituangkan dalam daftar tabel Pengukuran Kayu.
Demikian berita acara ini, kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Nama Nama Nama

NIP/NRP NIP/NRP NIP/NRP


Instansi Instansi Instansi

Nama Nama Nama

NIP/NRP NIP/NRP NIP/NRP


Instansi Instansi Instansi

Keterangan :
 Jumlah personil menyesuaikan dengan kebutuhan lapangan
 Untuk jenis appendix ditambah unsur BKSDA

2
Lampiran 5. Format Lampiran Berita Acara Hasil Penebangan

DAFTAR UKURAN POHON HASIL PENEBANGAN


Lampiran BA tanggal….Bulan…..Tahun…………….
An…………………
Lokasi……………………….

Asal No Diameter Panjang Volume


No. Jenis Keterangan
Pohon (cm) (Cm) (m3)
Jumlah Bibit
Siap Tanam:

………………..,…………..2022
Pelaksana, (sesuai surat tugas)

1. Nama tanda tangan


2. Nama tanda tangan
3. Nama tanda tangan
4. Nama tanda tangan
5. Nama tanda tangan

2
Lampiran 6. Format Surat Angkutan Kayu Rakyat (SAKR)

SURAT ANGKUTAN KAYU RAKYAT


(berlaku sebagai Deklarasi Hasil Hutan)
Nomor :

Desa : ........................... Kabupaten/Kota : .........................


Kecamatan : ........................... Provinsi : .........................

ASAL KAYU TUJUAN PENGANGKUTAN


Bukti kepemilikan*) : ........................... Penerima : .........................
No. Bukti kepemilikan: ........................... Alamat penerima : .........................
Nama Pengirim : ...........................
NIK Pengirim : ...........................
Alamat pengirim : ........................... MASA BERLAKU
Tempat muat : ........................... selama : .... (...............) hari
Jenis dan identitas dari tanggal : .........................
alat angkut : …........................ sampai tanggal : .........................

Jenis Jumlah Volume


Nomor Keterangan
Kayu (batang/keping/ikat) (m3)
1 2 3 4 5

JUMLAH

Catatan :
*) diisi bukti pemilikan / penguasaan sesuai ketentuan
Kementerian ATR/BPN .................., ............... 2022
**) untuk pengangkutan lanjutan diisi nomor dan tanggal
SAKR sebelumnya Penerbit SAKR,

.................................

Anda mungkin juga menyukai