Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) namun
tidak dapat dipungkiri bahwa kerusakan yang terjadi didalam maupun diluar kawasan hutan
mampu mempengaruhi keseimbangan ekosistem yang berdampak irreversible. Pada saat ini
hutan tidak hanya dilihat dari kacamata ekonomi, namun kini hutan diposisikan sebagai
sumber daya alam yang memiliki nilai konservasi yang harus dijaga sustainabilitasnya. Hal
ini sejalan dengan perhatian Internasional pada deforestasi dan degradasi hutan yang tinggi.
Climate change, global warming, carbon trade, dan REDD+ merupakan isu internasional
yang perlu segera disikapi dan perlu disadari bahwa sektor kehutanan pada saat ini
merupakan sektor yang sedang digaungkan pergerakannya.
Berdasarkan rekonstruksi tata batas yang telah disesuaikan pada peta luas KPH
Kabupaten Kupang adalah ± 208.888,2 Ha atau seluas 40,28% dari luas wilayah
administrasi Kabupaten Kupang, yaitu 5.185,78 km2. Luasan wilayah kelola KPH Kabupaten
Kupang yang disesuaikan dengan rekonstruksi tata batas terdiri dari Hutan Lindung (HL)
seluas ± 104.487,5 Ha (50,02%), Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 43.503,2 Ha
(20,83%) dan Hutan Produksi (HP) seluas ± 60.897,4 (29,15%) Ha yang semuanya terletak
pada 17 Kelompok Hutan (KH) dan terletak di 26 wilayah kecamatan dalam Kabupaten
Kupang, dengan luas areal bukan kawasan hutan yaitu sebesar 59,72% atau seluas 309.690
Ha.
Luas hutan di wilayah KPH Wilayah Kabupaten Kupang yang dominan adalah hutan
produksi maka pengelolaan hutan di wilayah KPH Wilayah Kabupaten Kupang
dikelompokkan dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Dengan
ditetapkannya KPH Wilayah Kabupaten Kupang sebagai unit pengelolaan hutan maka
sinergisitas dan peningkatan kualitas pengelolaan hutan di Kabupaten Kupang baik dari
KPH Wilayah Kabupaten Kupang adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTT juga KPH mempunyai
unit-unit pengelolaan yang lebih kecil di tingkat tapak berupa RPH (Resort Pengelolaan
Hutan) yang terbagi dalam 6 RPH. Yakni RPH 1 meliputi Kecamatan Kupang Tengah,
Kupang Barat, Taebenu, Nekamese dan Amarasi Barat; RPH 2 meliputi Kecamatan Kupang
Timur, Sulamu, Fatuleu Tengah dan Fatuleu Barat ; RPH 3 meliputi Kecamatan Amarasi
Selatan, Amarasi, Amarasi Timur, Amabi Oefeto dan Amabi Oefeto Timur ; RPH 4 meliputi
Kecamatan Fatuleu, Takari, Amfoang Selatan dan Amfoang Tengah; RPH 5 meliputi
Kecamatan Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara dan Amfoang
Timur ; RPH 6 meliputi Kecamatan Semau dan Semau Selatan. Dengan adanya unit
manajemen pengelolaan di tingkat tapak harapannya optimalisasi dan harmonisasi kerja dari
hulu ke hilir dapat dicapai. Upaya perencanaan mutlak diperlukan demi tercapainya hutan
lestari dan masyarakat yang sejahtera. Hal ini harus dimulai dari sistem pengelolaan di
tingkat tapak yaitu di RPH dimulai dengan perencanaan di tingkat terkecil maka diharapkan
akan mampu mengcover hal-hal terkecil baik potensi, kendala maupun kekuatan yang
dimiliki. Harapannya ketajaman perencanaan ketika KPH Wilayah Kabupaten Kupang
merencanakan pengelolaan kawasan hutan dapat mengetahui potret hutan di tapak sehingga
lebih mudah untuk memutuskan bagaimana langkah yang harus ditempuh terkait
pengelolaan, pengawasan, pengendalian, dan produksi.
Sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Provinsi NTT, maka KPH Wilayah Kabupaten Kupang juga melaksanakan salah
satu tugas dinas dalam pengelolaan luar kawasan hutan, yakni berupa pengawasan
pemanfaatan kayu-kayu dari Hutan Hak atau Hutan Milik Masyarakat.
Hasil hutan kayu budidaya yang berada di luar kawasan hutan wilayah Kabupaten
Kupang terdiri dari jenis kayu produksi seperti Jati, Mahoni, Gmelina dan jenis rimba
campuran seperti Cendana, Kayu Merah, kabesak dan juga berupa hasil hutan bukan kayu
yakni asam, kemiri, jambu mete, madu dan lainnya dikelola langsung oleh masyarakat
melalui pengawasan, pengamanan dan pendampingan dari petugas KPH Wilayah Kabupaten
Kupang telah memberikan kontribusi yang penting dalam pembangunan daerah dan
masyarakat antara lain dalam bentuk peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan
tenaga kerja, pemenuhan bahan baku industri dan jasa lingkungan antara lain melalui
kegiatan Pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu dari hutan hak / hutan milik.
Penyelenggaraan patroli penertiban peredaran dan pemilikan hasil hutan kayu dari
hutan hak bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat / pelaku usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu dari hutan hak agar sesuai dengan peraturan yang berlaku
sebagaimana dimaksud dalam peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
No.P.85/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2016, tanggal 04 November 2016 tentang
Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Budidaya Yang Berasal dari Hutan Hak, dan Prosedur
Tetap (Protap) mekanisme pemanfaatan hasil hutan kayu budidaya dari Hutan Rakyat yang
dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur
serta persyaratan pengurusan ijin Tempat Pengumpulan Kayu Rakyat Terdaftar (TPKRT)
yang wajib dimiliki oleh pemilik perusahaan.
1. Masyarakat / Pelaku usaha pemanfaatan hasil hutan kayu budidaya dari hutan hak dapat
mengerti proses pengurusan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu dari hutan hak termasuk
dokumen-dokumen sah nya pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yang wajib dimiliki
pada saat pengolahan dan pengangkutan
2. Perusahaan penampung hasil hutan kayu budidaya dari hutan hak dapat mengetahui
pesyaratan yang wajib dimiliki dalam usaha penampungan kayu-kayu tersebut.
3. Terciptanya hubungan baik dengan masyarakat/ pelaku usaha dengan petugas sebagai
mitra bersama dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan.
D. Pelaksanaan Kegiatan
1. Patroli rutin.
2. Patroli mendadak
Dilaksanakan pada waktu yang tidak ditentukan sebelumnya, yang bersifat mendadak
atas laporan yang diterima.
3. Lacak balak
Dilaksanakan pemeriksaan lacak balak terhadap kayu yang tidak lengkap dokumen
sahnya hasil hutan.
Kegiatan patroli yang telah dilaksanakan yakni patroli penertiban peredaran dan
pemilikan hasil hutan kayu dari hutan hak, di TPKRT, Sawmil , Meubel dan tempat
penampungan lainnya di wilayah Kabupaten Kupang dilaksanakan berdasarkan Surat Tugas
yang dikeluarkan oleh Kepala UPT KPH Wilayah Kabupaten Kupang No:DK.UPT-KPH-
KAB-KPG/879/34/2019 tertanggal 05 Agustus 2019, selama 5 (lima) hari tugas terhitung
tanggal mulai pada tanggal 5 Agustus 2019 dan berakhir pada tanggal 09 Agustus 2019
dengan personil sebagai berikut :
No Nama Jabatan
1 Hanok M.Manesi,SH. (Ketua Tim) Polisi Kehutanan
2 Ronny.A.P.Nguru, S.Hut Polisi Kehutanan
3 Thomas Goncalves,SH Polisi Kehutanan
4 Eferensius Wawa Polisi Kehutanan
5 Idrus Kapitan, S.Sos Polisi Kehutanan
6 Noldison Legifani Polisi Kehutanan
7 Daniel Era Polisi Kehutanan
8 Antonio Doutel Polisi Kehutanan
9 Yulianus Bolly Polisi Kehutanan
10 Samuel Manurung,S.Hut Polisi Kehutanan
11 Rahman Asgara Polisi Kehutanan
4|Laporan Kegiatan Patroli Polhut
12 Daniel Kause Polisi Kehutanan
1. Patroli Rutin
a) Tanggal 05 dan 06 Agustus 2019 kegiatan dilaksanakan di RPH 02, Kecamatan Kupang
Timur Kelurahan Naibonat di perusahaan gergaji kayu milik Sahrony dengan ordinat Zona
51L-591210.00 mE dan 8883409.00 mS. Pada saat pemeriksaan diketaui perusahaan
tersebut belum memiliki ijin TPKRT dan ditemukan 16 tumpukan kayu jati olahan dan 2
tumpukan kayu jati gelondongan ukuran bervariasi (foto terlampir). 16 tumpukan kayu jati
olahan memiliki ukuran bervariasi antara 20 x 20 cm s/d 35x35 cm dengan panjang 2 m
sedangkan kayu jati gelondongan berdiameter dibawah 40 cm, dokumen yang ada saat
diperiksa hanya berupa Surat Keterangan Kepemilikan kayu dari desa dan juga ada beberapa
nota angkutan kayu tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen lainya sebagaimana persyaratan
yang harus dipenuhi saat penebangan dan pengangkutan hasil hutan kayu budidaya dari
Hutan Hak.
Hasil konfirmasi dengan Pemilik perusahaan menyangkut ketidaklengkapan dokumen kayu
tersebut ia menerangkan bahwa, kayu-kayu tersebut merupakan milik orang lain, mereka
memasukan kayu untuk diolah menjadi papan maupun balok yang kemudian akan diangkut
kembali untuk dijual ke meubel-meubel. Selanjutnya atas kelalaian pemilik karena
ketidaktahuannya menyangkut dokumen kelengkapan kayu tersebut, petugas memberikan
pembinaan arahan kepada pemilik tentang terkait
P.85/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2016, tentang Pengangkutan Hasil Hutan Kayu
Budidaya Yang Berasal dari Hutan Hak, dan Prosedur Tetap (Protap) mekanisme
pemanfaatan hasil hutan kayu budidaya dari Hutan Rakyat yang dikeluarkan oleh Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur serta persyaratan
pengurusan ijin Tempat Pengumpulan Kayu Rakyat Terdaftar (TPKRT) yang wajib dimiliki
oleh pemilik perusahaan.
Dari tumpukan kayu tersebut ditemukan 4 tumpukan kayu jati olahan dari Desa Raknamo
dengan pemilik sdr.Okto Bira dan sdr.Adolf Raktano, dimana beberapa hari sebelumnya
petugas telah mendapat informasi adanya pengangkutan kayu jati olahan dari Desa
Raknamo yang diduga berasal dari kawasan hutan dan terhadap temuan tersebut, petugas
melanjutkan lacak balak pada keesokan harinya untuk memeriksa tunggak sisa-sisa
tebangan. (foto dan ordinat terlampir).
Pemeriksaan dilanjutkan ke perusahaan Abon Jaya dengan ordinat Zona 51L-594687.96 mE
dan 8885154.99 mS. Perusahaan ini belum memiliki ijin TPKRT dan saat pemeriksaan
ditemukan 1 tumpukan kayu jati gelondongan atas nama pemilik sdr. Kris asal kayu
Oelamasi dengan kelengkapan Surat Keterangan Kepemilikan dari Desa, selanjutkan ke
tempat gergaji lain dengan nama Jati Jaya pada ordinat Zona 51L-594789.04 mE dan
8885173.96 mS. Perusahaan ini belum memiliki TPKRT dan di temukan 2 tumpukan kayu
jati olahan, dengan dokumen surat keterangan desa dengan pemilik sdr.Marthen Fanggidae,
karena kayu tersebut berasal dari Desa Raknamo, maka dijadwalkan untuk melakukan lacak
balak ke lokasi penebangan.
5|Laporan Kegiatan Patroli Polhut
Pemeriksaan berikut ke tempat gergaji kayu yang belum di ketahui pemiliknya berlokasi di
Kelurahan Tuatuka Kecamatan Kupang Timur RPH 02 , saat pemeriksaan tidak ada
seorangpun di tempat gergaji, dengan ordinat Zona 51L-589854.99 mE dan 8876974.98 mS,
menurut informasi, pemilik tempat gergaji tersebut bertempat tinggal di Oekabiti an. Sdr.
Edi Tampani. Di lokasi tersebut ditemukan sekitar 6 tumpukan kayu jati gelondongan dan
olahan. (foto terlampir)
Selanjutnya pemeriksaan dilanjutkan ke tempat gergaji kayu milik sdr.Hartono di Kelurahan
Naibonat dengan ordinat Zona 51L-590121.98 mE dan 8882877.95 mS. Perusahaan tersebut
juga belum memiliki ijin TPKRT, saat pemeriksaa ditemukan sekitar 15 tumpukan kayu jati
olahan, dengan beberapa memiliki dokumen Nota Angkutan lengkap berita acara
pemeriksaan kayu dari Kabupaten TTS, sedangkan dokumen lainnya berasal dari Kabupaten
Kupang dan hampir semua memiliki Nota Angkutan tetapi tidak dilengkapi dengan Berita
Acara Pemeriksaan dari KPH Kabupaten Kupang, terhadap kelalaian tersebut petugas telah
memberikan pembinaan kepada pemilik sesuai dengan aturan tentang cara pemanfaatan
kayu budidaya dari hutan hak.
b) Tanggal 7 dan 8 Agustus 2019, patroli dilanjutkan ke perusahaan gergaji kayu milik Paman
Anas di Camplong, wilayah RPH 4 Kecamatan Fatuleu. Perusahaan ini sementara
mengajukan permohonan ijin TPKRT ke Dinas Lingkungan hidup dan Kehutanan Provinsi
NTT, dan saat pemeriksaan tidak ditemukan tumpukan kayu. Selanjutnya petugas masuk
dalam kawasan Konservasi TWA Camplong menuju lokasi enclave, dan menemukan 1
perusahaan gergaji kayu an pemilik sdr.Yandry Selan dengan ordinat Zona 51L-602316.98
mE dan 8889584.05 mS dan saat pemeriksaan tidak ditemukan tumpukan kayu.
c) Tanggal 9 Agustus 2019, patroli dilakukan di tempat gergaji kayu an.pemilik sdr. Andre
Lalang yang terletak di Kelurahan Oesao dengan ordinat Zona 51L-588749.99 mE dan
8881139.05 mS, pada saat pemeriksaan terdapat 7 tumpukan kayu jati olahan, dan
semuanya sudah dilengkapi dengan Nota Angkutan dan Berita Acara Pemeriksaan dari
Petugas KPH Wilayah Kabupaten Kupang, selanjutnya pemeriksaan dilakukan ke tempat
gergaji kayu di Kelurahan Tarus RPH 01, an. UD 3 Bersaudara dengan ordinat Zona 51L-
576831.95 mE dan 8878311.02 mS pemilik sdr. Devi Dethan, dimana perusahaan ini belum
memiliki ijin TPKRT dan saat pemeriksaan di temukan 5 tumpukan kayu jati olahan
lengkap dengan dokumen berupa Nota Angkutan dan Berita Acara Pemeriksaan dari KPH
Wilayah Kabupaten Kupang.
2. Patroli mendadak.
tanggal 8 Agustus 2019, saat melintasi jalan timor raya sepanjang Kelurahan Naibonat,
ada informasi dari masyarakat via telepon bahwa, ada 2 truk sementara bergerak dari
naibonat menuju kupang, selang beberapa menit truk itu melintas dan kami lakukan
pengejaran dan berhasil menghentikan kendaraan tersebut di Oesao, dan pada saat
pemeriksaan kedua truk tersebut memiliki dokumen Nota Angkutan dan Berita Acara
Pemeriksaan dari petugas KPH Wilayah Kabupaten Kupang an. Pemilik sdr. Ronny Kadja
dan kayu tersebut akan di turunkan di meubel Penfui-Kota Kupang.
6|Laporan Kegiatan Patroli Polhut
3. Lacak Balak
Tanggal 7 Agustus 2019, patroli dilanjutkan dengan lacak balak ke lokasi penebangan kayu
jati di Desa Raknamo terhadap pemilik kayu sdr.Adolof Raktano, Marthen Fanggidae dan
Okto Bira, dari hasil pemeriksaan diperoleh ordinat tunggak kayu sisa tebangan milik
sdr.Okto Bira dan sdr.Adolof Raktano berada diluar kawasan hutan. (foto, peta dan data
ordinat terlampir). sedangkan lokasi tunggak kayu milik sdr.Marthen Fanggidae belum di
cek, karena yang bersangkutan sementara sakit dan berada di RSU Kupang.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut :
1. Masyarakat pemilik kayu belum sepenuhnya mengerti aturan pemanfaatan kayu milik dari
penebangan sampai pengangkutan.
2. Pemilik Sawmiil dan pemilik Meubeler juga belum mengetahui kelengkapan dokumen
sah nya hasil hutan kayu budidaya yang berasal dari hutan hak / hutan milik.
3. Belum adanya sosialisasi mekanisme ijin pemanfaatan kayu masyarakat kepada pemilik
kayu dan pemilik sawmiil dan meubel sesuai peraturan Menteri No.
P.85/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2016 tentang Pengangkutan Hasil Hutan Kayu
Budidaya Yang Berasal dari Hutan Hak.
4. Belum adanya sosialisasi prosedur tetap (Protap) dari Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Provinsi NTT tentang tata cara pemanfaatan kayu budidaya dari hutan hak
kepada pemilik kayu, pemilik sawmiil dan pemilik Meubel.
5. Belum ada sosialisasi kepada aparat / petugas terkait (polisi / TNI) berkaitan dengan
dokumen sahnya hasil hutan dari hutan hak.
6. Belum adanya sosialisasi dari pihak KPH kepada pemilik Sawmiil terkait kewajiban
memiliki ijin Tempat Penimbunan Kayu Rakyat Terdaftar (TPKRT)
7. Terkait Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang menyertai nota angkutan, tanggal masa
berlakunya tidak jelas, sehingga diyakini BA tersebut digunakan tidak sesuai dengan
lokus kayu dalam nota angkutan.
Berdasarkan hasil kegiatan patroli penertiban yang telah dilaksanakan, setiap pelanggaran
yang ditemui, petugas langsung memberikan pembinaan dan arahan kepada pemilik kayu,
pemilik sawmill dan pemilik meubeler dan respon mereka cukup baik, dimana mereka
berharap ada pertemuan / sosialisasi kepada mereka terkait tata cara pemanfaatan hasil
hutan kayu rakyat dan persyaratan memperoleh ijin TPKRT, agar merekapun dapat
berpartisipasi dalam perolehan PAD bagi Negara.
Mengingat KPH mempunyai kewajiban dalam penerimaan PAD, maka kami berharap,
sosialisasi kepada masyarakat, pemilik sawmil dan pemilik meubeler dapat segera
dilaksanakan, sehingga mereka dapat mengerti dan segera mempersiapkan berkas
berkaitan dengan pengurusan ijin TPKRT.
Terhadap tumpukan kayu yang saat pemeriksaan tidak lengkap dokumennya, kami
mengusulkan agar petugas melakukan lacak balak ke lokasi tebangan, dan apabila lokasi
tebangannya aman berada dilahan milik, maka petugas akan memfasilitasi pemilik kayu
untuk melengkapi dokumen serta menyelesaikan kewajiban-kewajiban lain berkaitan
dengan pemanfaatan kayu budidaya dari hutan hak, tetapi jika lokasi tebangan terbukti
berada dalam kawasan hutan, maka hasil hutan tersebut disita untuk proses hukum
selanjutnya.
Berkaitan dengan lacak balak diatas, kami usulkan agar Dinas LHK maupun KPH dapat
menyediakan dana operasional demi kelancaran tugas, tidak seperti saat kami melakukan
patroli saat ini, dimana pelaksanaannya tanpa dibiayai oleh Dinas LHK maupun KPH dan
untuk diketahui bahwa jumlah personil polisi kehutanan di Kabupaten Kupang sebanyak
12 orang dengan wilayah kerja khusus dalam kawasan hutan seluas 208.888,2 Ha, dan
hanya 1 orang yang memiliki SK Fungsional Polhut dengan menerima tunjangan
Fungsional setiap bulan, sedangkan 11 orang lainnya, diangkat dengan SK Polisi
Kehutanan / Jagawana, namun belum memiliki SK Fungsional, sehingga tidak
memperoleh tunjangan fungsional sebagai Polisi Kehutanan, harapan kami kiranya bapak
dapat mengupayakan kami hingga bisa diangkat dalam jabatan fungsional.
Demikian laporan ini kami sampaikan kepada bapak – bapak pimpinan, semoga menjadi
perhatian dan sebelumnya diucapkan terima kasih.
Hanok M.Manesi,SH
NIP.19680525 199003 1 010
12 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
13 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
3. Meubeler di Perusahaan Abon Jaya
14 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
15 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
4. Lacak Balak
16 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
17 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
I. Data ordinat hasil Lacak Balak
No
No Easting Northing Zone Keterangan
GPS
18 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
Pemilik Kayu : Okto Bira , Desa Raknmo
No
No Easting Northing Zone Keterangan
GPS
19 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t
K. Peta Sebaran Perusahaan Grgaji Kayu (Sawmil) wilayah RPH Kab. Kupang
20 | L a p o r a n K e g i a t a n P a t r o l i P o l h u t