Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

TUGAS STUDI KASUS DRAINASE

PERENCANAAN OUTLINE PLAN KAWASAN DRAINASE


LINGKUNGAN DI KELURAHAN SUNGAI TUHA JAYA KECAMATAN
MARTAPURA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

Arief Setiawan
Arif Hardiansyah
Debby Widiastuty
Deni Panduwinoto
Didit Trianto
Dony Rizky P.

PENGAJAR
Widya Aprilia Kurnia, ST, MT

PENYELENGGARAAN DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN


BALAI TEKNOLOGI SANITASI - SURABAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Studi Kasus Drainase terkait Perencanaan

Outline Plan Kawasan Drainase Lingkungan di Perencanaan Outline Plan Kawasan


Drainase Lingkungan Di Kelurahan Sungai Tuha Jaya Kecamatan Martapura Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur sebagai rangkaian kurikulum Bimbingan Teknis Penyelenggaraan
Drainase Lingkungan Permukiman yang dilaksanakan oleh Balai Teknologi Sanitasi.
Tujuan pelaksanaan penyusunan laporan ini meningkatkan pengetahuan peserta agar
memiliki pola pikir yang lebih profesional dalam hal memberikan pelayanan publik, berinovasi
serta berkolaborasi yang kedepannya dapat diterapkan di institusi masing-masing peserta setelah
mengikuti kegiatan bimbingan tekhnis ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan unsur-unsur terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Seluruh Jajaran Penyelenggara Kegiatan Bimbingan Teknis Drainase Lingkungan
Permukiman Balai Teknologi Sanitasi;
2. Ibu Widya Aprilia Kurnias, ST, MT selaku narasumber yang memberikan tugas penyusunan
laporan ini;
3. Bapak dan Ibu narasumber dalam Kegiatan Bimbingan Teknis Drainase Lingkungan
Permukiman Balai Teknologi Sanitasi;
4. Seluruh jajaran kepanitiaan Kegiatan Bimbingan Teknis Drainase Lingkungan Permukiman
Balai Teknologi Sanitasi;
5. Semua pihak yang telah membantu memberikan data, informasi, petunjuk dan bimbingan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan
penyusunan laporan ini. Demikianlah kami sampaikan, semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, November 2020


Peserta
KELOMPOK II
DAFTAR ISI

JUDUL

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................8
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................8
1.3 Tujuan..................................................................................................................8
1.4 Manfaat................................................................................................................8

BAB II. LANDASAN TEORI..............................................................................................8


2.2 Konsep Drainase Berwawasan Lingkungan.........................................................8
2.2 Drainase Pengantusan...................................................................................8
2.2 Drainase Ramah Lingkungan (Ecodrain).....................................................8

BAB III. FOKUS PERMASALAHAN................................................................................8


3.1. .............................................................................................................................8
3.2 .............................................................................................................................8

BAB IV. PEMBAHASAN...................................................................................................8


4.1 ..............................................................................................................................8
4.2 .............................................................................................................................8

BAB V KESIMPULAN........................................................................................................8
5.1. Kesimpulan .........................................................................................................8
5.2 Rekomendasi........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur merupakan kabupaten pemekaran dari

pemerintahan Kabupaten Ogan Komering Ulu yang terletak di Propinsi Sumatera

Selatan. Wilayah ini memiliki topografi yang berada pada kisaran 35- 67 m diatas

permukaan laut. Keadaan tanah di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

dapat digolongkan kedalam wilayah datar (Peneplain Zone), bergelombang (Piedmont

Zone) dan berbukit (Hilly Zone). Dimana wilayah ini menyebar pada 22 (dua puluh

dua) wilayah Kecamatan di lingkup Pemerintahan Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur.

Kecamatan Martapura yang merupakan ibukota dari Kabupaten OKU Timur

termasuk daerah bergelombang yang dilintasi oleh Sungai Komering yang merupakan

salah satu dari sembilan sungai besar yang ada di Propinsi Sumatera Selatan.

Kondisi Hidrologi dan tata air yang terdapat di wilayah Kabupaten OKU Timur

ini ditentukan oleh keadaan batuan geologi, proses geomorfologi dan klimatologi,

dimana ketiga faktor tersebut menyebabkan terjadinya pola aliran sungai maupun

terbentuknya danau dan telaga.

Iklim tropis menaungi langit dibumi sebiduk sehaluan dan cenderung kering

dengan temperatur harian bervariasi antara 22oC sampai dengan 31oC, dimana curah

wilayah ini termasuk daerah yang bercurah hujan tinggi. Curah hujan tertinggi antara

bulan November sampai bulan Mei dan terendah pada Bulan Juli sampai dengan Bulan

September.

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan

tekanan terhadap ruang dan Lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan


industri/jasa dan fasilitas pendukungnya, yang selanjutnya mengubah lahan terbuka

dan/atau lahan basah menjadi lahan terbangun.Perkembangan kawasan terbangun yang

sangat pesat sering tidak terkendali dan tidak sesuai lagi dengan tata ruang maupun

konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan

rendah yang semula berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara (retarding

pond) dan bantaran sungai berubah menjadi tempat hunian penduduk.

Hal tersebut di atas membawa dampak pada rendahnya kemampuan drainase

lingkungan dan kapasitas sarana serta prasarana pengendali banjir (sungai, kolam

tampungan, pompa banjir, pintu pengatur) untuk mengeringkan kawasan terbangun dan

mengalirkan air ke pembuangan akhir yaitu ke sungai ataupun ruang terbuka seperti

areal persawahan yang berada di lingkungan permukiman.

Adapun kondisi yang membutuhkan perhatian pemerintah saat ini meskipun

tidak berdampak langsung bagi perekonomian wilayah akan tetapi mengakibatkan

tingkat kualitas air tanah yang ada disuatu wilayah menjadi semakin memprihatin.

Wilayah permukiman ini terletak di Kelurahan Sungai Tuha Jaya Kecamatan

Martapura,pada lingkup wilayah permukiman yang tidak terlalu luas hanya terdiri dari

lebih kurang 10 KK, dimana daerah ini belum memiliki fasilitas drainase di tambah lagi

adanya usaha produksi tahu rumah tangga yang dijalankan oleh salah satu warga. Saat

ini wilayah permukiman ini mengalihkan limbah rumah tangga (greywater) kedalam

bak-bak ataupun kolam penampungan yang ada dipekarangan masing-masing. Ada

beberapa kepala keluarga yang memanfaatkan kolam penampungan tersebut dengan

melepas bibit ataupun ikan dengan tujuan mengurai limbah tersebut, akan tetapi untuk

masyarakat ataupun kepala keluarga dengan kategori masyrakat berpenghasilan rendah

(MBR) hanya membuat kolam-kolam kecil sebagai saluran pembuangan limbah rumah

tangga sementara. Dengan kondisi seperti ini serta di tambah pula dengan adanya usaha
pengolahan tahu yang membuang limbahnya tanpa melalui pengolahan sebelumnya

memperburuk kualitas air dan udara yang ada di wilayah hunian ini.

Tanpa adanya perencanaan dalam pembangunan drainase diwilayah ini

mengakibatkan air yang dikonsumsi melalui sumur bor ataupun sumur gali

mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat yang ada di permukiman ini

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, adapun rumusan

permasalahan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Perencanaan Outline Plan Kawasan Drainase Lingkungan Hunian di

Kelurahan Sungai Tuja Jaya, Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering

Ulu Timur Propinsi Sumatera Selatan sehingga dalam pembangunannya dapat

berfungsi secara optimal;

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut dapat mendukung pembangunan

drainase yang berwawasan lingkungan (ecodrain)

1.3. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

a. Tersedianya data primer permasalahan/ kondisi sisntem drainase berdasarkan

aspek hidrologi dan hidrolika;

b. Tersedianya rencana peningkaan kinerja sistem drainase eksisting di Kelurahan

Sungai Tuha Jaya dalam penanggulangan permasalahan limbah rumah tangga

(grey water) secara tuntas dan menyeluruh

1.4. MANFAAT
Manfaat dalam kegiatan ini adalah dapat menjadi acuan dan pedoman dalam

perencanaan pembangunan drainase lebih lanjut sehingga permasalahan yang

melingkupi wilayah permukiman ini pada khususnya dapat diselesaikan dengan baik,

efektif dan effisien.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Drainase Berwawasan Lingkungan

2.1.1. Drainase Pengatusan

Konsep drainase yang dulu dipakai di Indonesia (paradigma lama) adalah

drainase pengatusan yaitu mengatuskan air kelebihan (utamanya air hujan) ke badan

air terdekat dikutip dari paparan kegiatan Kebijakan Penyelenggaraan Drainase

Lingkungan (2020). Air kelebihan secepatnya dialirkan ke saluran drainase,

kemudian ke sungai dan akhirnya ke laut, sehinggga tidak menimbulkan genangan

atau banjir. Konsep pengatusan ini masih dipraktekkan masyarakat sampai sekarang.

Pada setiap proyek drainase, dilakukan upaya untuk membuat alur-alur saluran

pembuang dari titik genangan ke arah sungai dengan kemiringan yang cukup untuk

membuang sesegera mungkin air genangan tersebut. Drainase pengatusan semacam

ini adalah drainase yang lahir sebelum pola pikir komprehensif berkembang, dimana

masalah genangan, banjir, kekeringan dan kerusakan lingkungan masih dipandang

sebagai masalah lokal dan sektoral yang bisa diselesaikan secara lokal dan sektoral

pula tanpa melihat kondisi sumber daya air dan lingkungan di hulu, tengah dan hilir

secara komprehensif.

2.1.2. Drainase Ramah Lingkungan (Ecodrainase)

Konsep drainase ramah lingkungan ini merupakan suatu konsep yang ke depan

sangat diperlukan dan erat kaitannya dengan perubahan iklim. Perubahan iklim

ditandai dengan kenaikan muka air laut, kenaikan temperatur udara, perubahan durasi

dan intensitas hujan, perubahan arah angin dan perubahan kelembaban udara. Dampak
perubahan iklim bisa diantisipasi dengan pembangunan drainase yang berwawasan

lingkungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa reformasi drainase yang diperlukan adalah

membalikkan pola pikir masyarakat dan pengambil keputusan serta akademisi, bahwa

apa yang dilakukan masyarakat, pemerintah termasuk para akademisi yang

mengembangkan drainase pengatusan, justru sebenarnya bersifat destruktif, yaitu:

meningkatkan banjir di hilir, kekeringan di hulu dan tengah dan penurunan muka air

tanah serta dampak ikutan lainnya. Hal ini pada akhirnya justru akan meningkatkan

perubahan iklim global.

Oleh karena itu perlu dikampanyekan drainase ramah lingkungan, yaitu

drainase yang mengelola air kelebihan (air hujan) dengan berbagai metode

diantaranya dengan menampung melalui bak tandon air untuk langsung bisa

digunakan, menampung dalam tampungan buatan atau badan air alamiah, meresapkan

dan mengalirkan ke sungai terdekat tanpa menambah beban pada sungai yang

bersangkutan (Q = 0) serta senantiasa memelihara sistem tersebut sehingga berdaya

guna secara berkelanjutan.

Konsep drainase konvensional (paradigma lama) adalah upaya membuang atau

mengalirkan air kelebihan secepatnya ke sungai terdekat. Dalam konsep drainase

konvensional, seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah, harus secepatnya dibuang

ke sungai dan seterusnya ke laut. Dampak dari konsep ini adalah kekeringan yang

terjadi di mana-mana, banjir, dan juga longsor. Dampak selanjutnya adalah kerusakan

ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro serta tanah longsor di berbagai tempat

yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah pada musim kering dan musim

basah yang sangat tinggi.

Konsep drainase baru (paradigma baru) yang biasa disebut drainase ramah

Lingkungan atau eko-drainase atau drainase berwawasan lingkungan yang sekarang


ini sedang menjadi konsep utama di dunia internasional dan merupakan implementasi

pemahaman baru konsep eko-hidrolik dalam bidang drainase.

Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air

kelebihan dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara

alamiah atau mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai

sebelumnya.

Dalam drainase ramah Lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan

harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun

diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk

cadangan pada musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis

dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrim seperti di Indonesia.

Ada beberapa metode drainase ramah Lingkungan yang dapat dipakai di

Indonesia, diantaranya adalah metode kolam konservasi, metode sumur resapan,

metode river side polder dan metode pengembangan areal perlindungan air tanah

(ground water protection area).

Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam-kolam air baik di

LINGKUNGAN, permukiman, pertanian atau perkebunan.Kolam konservasi ini

dibuat untuk menampung air hujan terlebih dahulu, diresapkan dan sisanya dapat

dialirkan ke sungai secara perlahan-lahan.Kolam konservasi dapat dibuat dengan

memanfaatkan daerah dengan topografi rendah, daerah bekas galian pasir atau galian

material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan menggali suatu areal atau bagian

tertentu.

Metode sumur resapan merupakan metode praktis dengan cara membuat

sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan atau

kawasan tertentu.Sumur resapan ini juga dapat dikembangkan pada areal olahraga dan
wisata. Konstruksi dan kedalaman sumur resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan

tanah setempat. Perlu dicatat bahwa sumur resapan ini hanya dikhususkan untuk air

hujan, sehingga masyarakat harus mendapatkan pemahaman mendetail untuk tidak

memasukkan air limbah rumah tangga ke sumur resapan tersebut.

Metode river side polder adalah metode menahan aliran air dengan

mengelola/menahan air kelebihan (hujan) di sepanjang bantaran sungai. Pembuatan

polder pinggir sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai

tempat secara selektif di sepanjang sungai.Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin

polder yang dikembangkan mendekati kondisi alamiah, dalam arti bukan polder

dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal.

Pada saat muka air naik (banjir), sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar

jika banjir reda, sehingga banjir di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air

terjaga.

Metode areal perlindungan air tanah dilakukan dengan cara menetapkan

kawasan lindung untuk air tanah, dimana di kawasan tersebut tidak boleh dibangun

bangunan apapun. Areal tersebut dikhususkan untuk meresapkan air hujan ke dalam

tanah. Di berbagai kawasan perlu sesegara mungkin dicari tempat yang cocok secara

geologi dan ekologi sebagai areal untuk recharge dan perlindungan air tanah

sekaligus sebagai bagian penting dari komponen drainase lingkungan.

BAB III
FOKUS PEMBAHASAN

BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Materi Paparan Narasumber Kegiatan Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Drainase
Lingkungan Permukiman

PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran Air;

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016;

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 10 Tahun 1991;

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 14 Tahun 1997;

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013;

SNI 03-2847-1992 Tentang Tata Cara Pemasangan Bata Pada Bangunan;

SNI 03-2847-1992 Tentang Tata Cara Perhitungan Beton Pada Bangunan Gedung;

RSNI Pd T002-2004-C Tentang Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan


Air Limbah Rumah Tangga dengan Tangki Biofilter.

Anda mungkin juga menyukai