Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL PENELITIAN

PENANGANAN LOKASI PERMUKIMAN KUMUH PADA KELURAHAN BARU


TENGAH

Mata Kuliah: Metode Penelitian

Dosen Pengampu :

Elin Diyah Syafitri S.T.,M.Sc

Rahmi Yorika, S.Si., M.Sc

Asri Prasaningtyas, S.Hut., M.Sc

Disusun Oleh :
Al-Faridzy Satya Nugraha 08181004
Herica Juliana 08181036
M.Rizky 08181044
Resse Aprilia Katarina 08181066
Revani Dwi Nadya 08181068
Trisna Adji Setyawa 08181080

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. 2

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... 3

DAFTAR TABEL ............................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6

1.3 Tujuan ........................................................................................... 6

1.4 Sasaran .......................................................................................... 6

1.6 Pola Pikir Penelitian....................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10

2.1 Permukiman ...................................................................................... 10

2.2 Permukiman Kumuh ........................................................................... 11

2.3 Permukiman atas Air .......................................................................... 13

2.3.1 Karakteristik Permukiman Pesisir atau Permukiman Atas Air ........ 15

2.3.2 Bentuk dan Struktur Permukiman Atas Air ................................. 16

2.4 Karakteristik Permukiman Kumuh ....................................................... 18

2.5 Permukiman Padat Kawasan Perkotaan ................................................ 22

2.6 Konsep Penanganan Permukiman Kumuh ........................................ 23

2.7 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51

2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kelurahan Baru Tengah Balikpapan Barat ........... 7
Gambar 1. 2 Pola Pikir Penelitian.................................................................... 9

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Diskusi Teori Pengertian Permukiman............................................ 10
Tabel 2. 2 Diskusi Teori Pengertian Permukiman Kumuh................................. 12
Tabel 2. 3 Diskusi Teori Pengertian Permukiman Atas Air................................ 14
Tabel 2. 4 Karakteristik Permukiman Pesisir atau Permukiman Atas Air ............ 15
Tabel 2. 5 Pola Permukiman ........................................................................ 17
Tabel 2. 6 Diskusi Teori Karakteristik Permukiman Kumuh .............................. 19
Tabel 2. 7 Definisi Permukiman Padat Dikawasan Perkotaan ........................... 23
Tabel 2. 8 Sintesa Pustaka .......................................................................... 25
Tabel 2. 9 Penelitian Terdahulu.................................................................... 27

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman, yaitu permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. kawasan permukiman kumuh
adalah lingkungan hunian yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian, ciri-cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai
dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan
yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta
kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan
yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan
penghidupan penghuninya.

Menurut (Budiharjo, 1997), permukiman kumuh adalah lingkungan


hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain berada
pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan
bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit
sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah,
tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan
keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya. Dengan kondisi
kualitas prasarana dan sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan
dan tidak membahayakan penghuni, tingkat keteraturan dan kepadatan
bangunan, kualitas bangunan, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
kurang layak. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman telah mengamanahkan bahwa
penyelenggaraan permukiman layak dilaksanakan pemerintah pusat, pemerintah
daerah atau setiap orang, untuk menjamin hak menempati lingkungan layak,
sehat, aman, serasi dan teratur. Penanganan permasalahan permukiman kumuh
di suatu wilayah seharusnya dapat dilihat secara holistik dan tidak parsial.

4
Kegiatan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh semestinya didukung
oleh seluruh komponen dan anggota masyarakat yang menjadi penyangga
kehidupan di kawasan tersebut.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terus bertambah setiap tahunnya


memberikan dampak pada kebutuhan ruang yang juga terus bertambah, salah satunya
adalah kebutuhan akan kawasan permukiman. Seperti kawasan konservasi,
sekitar sungai, dan laut maupun lahan yang tidak cukup mampu untuk menahan
bangunan yang mana seharusnya diperuntukan sebagai kawasan lindung, bukan
kawasan budidaya. Setiap masyarakat membutuhkan hunian di kawasan
permukiman yang layak, nyaman dan aman. Salah satu permasalahan
permukiman tidak layak huni yaitu terdapatnya permukiman kumuh yang terdapat diatas air
dan merusak lingkungan serta kesehatan masyarakat. Sehingga masalah yang dihadapi
dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan diperkotaan antara lain adalah
minimnya lahan permukiman menyebabkan harga lahan semakin tinggi.
Terbentuk melalui kondisi Ekonomi masyarakat berpengasilan rendah dan Kondisi
Kesehatan yang buruk yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Hal ini
menyebabkan masyarakat tidak mampu membenahi lingkungannya untuk menjadi
lingkungan layak huni.

Pada Kelurahan Baru Tengah di Kecamatan Balikpapan Barat, Kota


Balikpapan. Kelurahan Baru Tengah memiliki koordinat 1,2249 LS; 116, 9631 BT.
Jarak Kelurahan Baru tengah dengan ibukota kecamatan adalah 1,5 Km,
sedangkan jarak ke pusat kota adalah 7 Km. Kelurahan Baru tengah memiliki
luas 77,86 Ha dan berperan sebagai penyangga jasa, perdagangan dan
pendidikan di Kota Balikpapan. Kelurahan Baru Tengah yang terdiri dari daratan
hingga perbukitan dan sebagian lainnya merupakan daerah yang berada di atas
air. Pada Permukiman Atas air di kelurahan Baru Tengah berbatasan langsung dengan Teluk
Balikpapan memiliki potensi perikanan yang besar sehingga masyarakat bermata
pencaharian sebagai nelayan. Kondisi Prasarana yang kurang memadai serta
sarana yang kurang seperti air limbah. Sehinga dijelaskan bahwa rata-rata di Kelurahan
Baru Tengah terdapat Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah belum sesuai dengan
persayaratan yang ada. Sehingga kondisi permukiman di kawasan atas air pun menjadi
kawasan permukiman kumuh. Berdasarkan kondisi tersebut, dibutuhkan identifikasi
Penentuan prioritas lokasi permukiman kumuh pada Kelurahan Baru Tengah.

5
1.2 Rumusan Masalah
Dengan adanya isu - isu yang ada di Kelurahan baru tengah yaitu
Permukiman Kumuh, sehingga kami dapat merumuskan masalah dalam
penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengidentifikasi tingkat Kawasan permukiman kumuh di


Kelurahan Baru Tengah
2. Bagaimana cara mengidentifikasi arahan penanganan pemukiman kumuh
di Kota Balikpapan Kelurahan Baru Tengah

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis hal berikut :

1. Untuk mengetahui Identifikasi Kawasan Kumuh di Kota Balikpapan


Kelurahan Balikpapan Baru Tengah
2. Untuk mengidentifikasi tingkat Kawasan permukiman kumuh di
Kota Balikpapan Kelurahan Baru Tengah
3. Untuk mengidentifikasi arahan penanganan pemukiman kumuh di
Kota Balikpapan Baru Tengah

1.4 Sasaran
Adapun sasaran untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :

1. Mengidentifkasi Karakteristik Kawasan permukiman Kumuh di


Kelurahan Baru Tengah
2. Menganalisis faktor prioritas penyebab kumuh pada kawasan
permukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah
3. Merumuskan arahan penanganan kawasan permukiman kumuh di
Kelurahan Baru tengah

1.5 Ruang Lingkup Perencanaan

1.5.1 Ruang Lingkup wilayah

Ruang lingkup fisik dalam penelitian ini meliputi wilayah dari Kecamatan
Balikpapan Barat, yaitu Kelurahan Baru Tengah. Balikpapan Barat memiliki luas

6
179,95 km², sedangan kan Kelurahan Baru Tengah memiliki luas 0,57 km².
Berikut ini adalah batas-batas wilayah administrasi dari Kelurahan Baru Tengah :

Utara : Kelurahan Margo Mulyo, Kecamatan Balikpapan Barat

Selatan : Teluk Balikpapan

Barat : Kelurahan Baru Ulu, Kecamatan Balikpapan barat

Timur : Kelurahan Baru Ilir, Kecamatan Balikpapan Barat

Untuk gambaran lebih jelas, dapat dilihat pada peta batas Wilayah
Kelurahan Baru Tengah Berikut :

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kelurahan Baru Tengah Balikpapan


Barat

Kota Balikpapan

7
Sumber: Bappeda Kota Balikpapan,2018 dan Survei Primer, 2020

1.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini yaitu membahas


tentang keadaan kawasan Kelurahan Baru Tengah khususnya kawasan
permukiman kumuh yang terdapat di kelurahan tersebut, membahasa tentang
tingkat kawasan permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Baru Tengah, serta
membahas tentang bagaimana arahan dan penangan yang tepat untuk kawasan
di Kelurahan Baru Tengah khususnya untuk kawasan permukiman kumuh.

1.5.2 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi pada penelitian merupakan sasaran


utama dari adanya penelitian ini. Adapun ruang lingkup substansi penelitian ini
yaitu, mengidentifikasi bagaimana jenis dan kondisi saluran air limbah pada
Kelurahan Baru Tengah, mengidentifikasi lokasi, jumlah dan juga kondisi fasilitas
ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non hijau (RTNH) di Kelurahan
Baru Tengah, mengidentifikasi bagaimana intensitas pemanfaatan ruang di
Kelurahan Baru Tengah, mengidentifikasi bagaimana kondisi fisik bangunan yang
ada di Kelurahan Baru tengah, mengidentifikasi jumlah persebaran penduduk di
Kelurahan Balikpapan tengah, serta mengidentifikasi bagaimana Kondisi Sarana
dan prasaran yang ada di Kelurahan Baru tengah.

8
1.6 Pola Pikir Penelitian
Latar Belakang

Setiap masyarakat membutuhkan hunian di kawasan permukiman yang layak, nyaman dan aman.
T
Salah satu permasalahan permukiman tidak layak huni yaitu terdapatnya permukiman kumuh yang terdapat diatas
air dan merusak lingkungan serta kesehatan masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terus bertambah
setiap tahunnya memberikan dampak pada kebutuhan ruang yang juga terus bertambah. Kondisi Prasarana
yang kurang memadai serta sarana yang kurang seperti air limbah. Sehinga dijelaskan bahwa rata-rata di
Kelurahan Baru Tengah terdapat Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah belum sesuai dengan persayaratan yang
ada. Sehingga kondisi permukiman di kawasan atas air pun menjadi kawasan permukiman kumuh.

Rumusan Masalah Tujuan

Bagaimana cara mengidentifikasi kawasan Untuk mengetahui Identifikasi Kawasan


Permukiman Kumuh di Kelurahan Balikpapan Kumuh di Kota Balikpapan Kelurahan
Baru Tengah, dan bagaimana cara Balikpapan Baru Tengah, dan untuk
mengidentifikasi arahan penanganan mengidentifikasi arahan penanganan
pemukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah pemukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah
Kota Balikpapan. Kota Balikpapan.

Sasaran Penelitian

1. Mengidentifkasi Karakteristik Kawasan permukiman Kumuh di Kelurahan Baru


Tengah
2. Menganalisis faktor prioritas penyebab kumuh pada kawasan permukiman
kumuh di Kelurahan Baru Tengah
3. Merumuskan arahan penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan
Baru tengah

ARAHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PADA PERMUKIMAN DI


KELURAHAN BARU TENGAH KOTA BALIKPAPAN

Gambar 1. 2 Pola Pikir Penelitian

Sumber : Analisis Penulis, 2020

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permukiman
Permukiman menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2011 juga menjelaskan bahwa permukiman merupakan bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Hariyanto (2007) menurutnya
permukiman adalah kawasan lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai
tempat tinggal yang dilengkapi oleh sarana dan prasarana lingkungan,
memberikan pelayanan dan kesempatan kerja dimana hal itu semua untuk
mendukung kehidupan manusia.
Dalam memilih lokasi permukiman, ketersediaan sarana dan prasarana juga
ikur menentukan karena permukiman yang ideal adalah permukiman yang
memliki ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Dari teoru yang
dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, Permukiman merupakan
suatu tempat dengan fungsi utama sebagai tempat bermukim dan berlindung
dimana terdapat interaksi antar manusia didalamnya yang didukung dengan
prasarana dan sarana yang layak guna tercapainya permukiman yang berdaya
guna, berhasil guna dan nyaman sebagai tempat bermukim.
Tabel 2. 1 Diskusi Teori Pengertian Permukiman

No. Sumber Pustaka Definisi Permukiman


1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai

10
penunjang kegiatan fungsi lain
di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Dan juga
permukiman merupakan bagian
dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan
2. (Hariyanto, 2007) Permukiman adalah kawasan
lingkungan hunian dengan
fungsi utama sebagai tempat
tinggal yang dilengkapi oleh
sarana dan prasarana
lingkungan, memberikan
pelayanan dan kesempatan
kerja dimana hal itu semua
untuk mendukung kehidupan
manusia.

Sumber : Hasil Pustaka, 2020

2.2 Permukiman Kumuh

Permukiman kumuh menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 adalah


Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
Menurut Winayanti (2012) permukiman kumuh adalah permukiman yang tumbuh
secara alami di perkotaan, memiliki kualitas perumahan di bawah standar

11
minimal, lingkungan yang kurang sehat serta tidak didukung jasa pelayanana
kota seperti sanitasi, drainase, air minum, jalan akses darurat kebakaran,
kurangnya fasilitas kesehatan, pendidikan, memiliki kepadatan yang tinggi serta
status kepemilikan tanahnya yang tidak jelas. Menurut Deputi Bidang
Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat (2012) permukiman
kumuh adalah lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas
baik secara fisik, ekonomi, budaya dan lokasinya tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah/kabupaten.
Permukiman kumuh sering dianggap sebagai suatu kawasan yang identik
dengan kawasan dengan kelebihan penduduk, tidak mencukupi, tidak memadai,
miskin, bobrok, berbahaya, tidak aman, kotor, dibawah standar, tidak sehat dan
masih banyak stigma negatif lainnya (Rahardjo Adisasmita, 2010). Berdasarkan
seluruh definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni dimana
kondisi rumah, sarana dan prasarana dan fasilitas umum tidak memenuhi standar
yang berlaku atau dapat dikatakan tidak layak huni.
Tabel 2. 2 Diskusi Teori Pengertian Permukiman Kumuh

No. Sumber Pustaka Definisi Permukiman Kumuh


1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun Permukiman Kumuh adalah
2011 permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi, dan kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat
2. (Winayanti, 2012) Permukiman kumuh adalah
permukiman yang tumbuh secara
alami di perkotaan, memiliki kualitas
perumahan di bawah standar
minimal, lingkungan yang kurang
sehat serta tidak didukung jasa
pelayanana kota seperti sanitasi,
drainase, air minum, jalan akses

12
darurat kebakaran, kurangnya
fasilitas kesehatan, pendidikan,
memiliki kepadatan yang tinggi serta
status kepemilikan tanahnya yang
tidak jelas.
3. Menurut Deputi Bidang Permukiman kumuh adalah
Pengembangan Kawasan lingkungan permukiman yang telah
Kementerian Perumahan Rakyat mengalami penurunan kualitas baik
Tahun 2012 secara fisik, ekonomi, budaya dan
lokasinya tidak sesuai dengan
rencana tata ruang
wilayah/kabupaten
4. (Rahardjo Adisasmita, 2010) Permukiman kumuh sering dianggap
sebagai suatu kawasan yang identik
dengan kawasan dengan kelebihan
penduduk, tidak mencukupi, tidak
memadai, miskin, bobrok,
berbahaya, tidak aman, kotor,
dibawah standar, tidak sehat dan
masih banyak stigma negatif lainnya
Sumber : Hasil Pustaka, 2020

2.3 Permukiman atas Air


Kawasan Permukiman Pesisir atau sering disebut dengan Permukiman Atas
Air adalah Permukiman yang terdiri dari tempat tinggal atau hunian sebagai
kawasan permukiman beserta sarana dan prasarananya seperti kawasan tempat
bekerja seperti hal nya berupa tempat tinggal nelayan yang bekerja di lautan dan
sebagai sarana buatan untuk melakukan kegiatan mata pencaharian ekonomi
yang dapat menunjang perekonomian masyarakat sekitar Permukiman Atas Air.
Karakteristik umum pada Permukiman pesisir ini secara demografi kawasan
pesisir yang memiliki ciri-ciri imigran yang pada umumnya jumlah pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat, menempati lahan illegal, dan sering kali kurang
memperhatikan kualitas lingkungannya. Lokasi kawasan Permukiman Pesisir atau

13
Permukiman atas Aair ini biasanya berada rentan terhadap konflik kepentingan
berbagau pihak. Lahan pesisir, tepian sungai, muara sungai, dan daerah antara
daratan dan perairan. Pada kebijakan berbagai instansi yang berbeda, dimana
instansi satu dengan lainnya harus bisa diintegrasikan dan saling melengkapi.

Permukiman pesisir merupakan kawasan tempat tinggal yang dapat dihuni


dengan sekelompok masyarakat yang memiliki aktivitas atau kegiatan serupa
yang dipengaruhi oleh alam (Subadi dan Buchori, 2013). Permukiman Pesisir
adalah kawasan tempat tinggal yang dihuni manusia dengan segala isi sarana
dan prasarana penunjang kegiatan dalam kehidupan penduduk yang menjadi
satu pada wilayah daratan yang berbatasan langsung dengan daratan yang
meliputi daerah yang tergenang maupun tidak tergenang air yang masih di
pengaruhi oleh proses laut (Putra dan Pigawati, 2013)

Tabel 2. 3 Diskusi Teori Pengertian Permukiman Atas Air

No Sumber Pustasa Definisi


1 Subadi dan Buchori, 2013 Permukiman pesisir merupakan
kawasan tempat tinggal yang dapat
dihuni dengan sekelompok
masyarakat yang memiliki aktivitas
atau kegiatan serupa yang
dipengaruhi oleh alam
2 Putra dan Pigawati, 2013 Permukiman Pesisir adalah kawasan
tempat tinggal yang dihuni manusia
dengan segala isi sarana dan
prasarana penunjang kegiatan dalam
kehidupan penduduk yang menjadi
satu pada wilayah daratan yang
berbatasan langsung dengan daratan
yang meliputi daerah yang tergenang
maupun tidak tergenang air yang
masih di pengaruhi oleh proses laut
Sumber : Hasil Pustaka, 2020

14
2.3.1 Karakteristik Permukiman Pesisir atau Permukiman Atas Air
Permukiman Pesisir berkaitan dengan kondisi alam, bangunan, dan social
ekonomi masyarakat sekitar (Turner dan Fitcher, 1972). Karakteristik
permukiman pesisir tidak terlepas dengan kondisi bangunan yang memiliki
bermacam ragam dapat dilihat dari kondisi fisik bangunan yang permanen, semi
permanen, dan non permanen dengan dinding yang terbuat dengan kayu atau
papan dan dinding yang terbuat dari bamboo, serta rumah panggung (Putra dan
Handayani, 2013). Kondisi fisik bangunan yang permanen dan semi permanen
memiliki letak permukiman tidak berhadapan langsung dengan laut dan non
permanen yang letak permukimannya berhadapak langsung dengan laut.

Karakteristik Permukiman Pesisir yang berkaitan dengan Sarana dan


Prasarana yang menunjang lingkungan permukiman pesisir yaitu jika pada
prasarana ketersediaan jaringan jalan, jaringan drainase, dan jaringan air bersih
yang memadai lingkungan pada permukiman jika prasarana jaringannya buruk
akan memiliki kualitas permukiman yang rendah (Mintie dan Piggawati).

Tabel 2. 4 Karakteristik Permukiman Pesisir atau Permukiman Atas Air

No Sumber Pustasa Definisi


1 Turner dan Fitcher, 1972 Permukiman Pesisir berkaitan dengan
kondisi alam, bangunan, dan social
ekonomi masyarakat sekitar
2 Putra dan Handayani, 2013 Kondisi fisik bangunan yang
permanen dan semi permanen
memiliki letak permukiman tidak
berhadapan langsung dengan laut dan
non permanen yang letak
permukimannya berhadapan langsung
dengan laut.
3 Mintie dan Piggawati Karakteristik Permukiman Pesisir yang
berkaitan dengan Sarana dan
Prasarana yang menunjang
lingkungan permukiman pesisir yaitu
jika pada prasarana ketersediaan

15
No Sumber Pustasa Definisi
jaringan jalan, jaringan drainase, dan
jaringan air bersih yang memadai
lingkungan pada permukiman jika
prasarana jaringannya buruk akan
memiliki kualitas permukiman yang
rendah
Sumber : Hasil Pustaka, 2020

2.3.2 Bentuk dan Struktur Permukiman Atas Air


Berdasarkan bentuk dan strukturnya ada beberapa konsep tentang
permukiman atas air yang dapat digunakan sebagai analisis pembentukan atau
pertumbuhan ruang kota yang biasanya terbentuk secara alamiah. Berdasarkan
eksistensi historinya, maka pada pola permukiman di atas air dapat dibedakan
menjadi dua yaitu permukiman Tradisional dan Non Tradisional. Ada beberapa
ciri-ciri dari kedua pola permukiman yaitu sebagai berikut :

a. Permukiman Tradisional

Permukiman tradisional di atas air memiliki ciri-ciri antara lain:

1. Homogenitas dalam pola bentuk dan ruang, serta fungsi


rumah/bangunan.
2. Adanya nilai-nilai tradisi khusus yang dianut berkait dengan
huniannya, seperti orientasi, ornamentasi, konstruksi dan lain-
lain.
3. Pola persebaran perumahan cenderung membentuk suatu
cluster berdasarkan kedekatan keluarga atau kekerabatan.

b. Permukiman Non-Tradisional
Permukiman Non Tradisional memiliki ciri-ciri yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Heterogenitas atau keragaman dalam pola bentuk ruang, serta
fungsi rumah/ bangunan.

16
b. Arsitektural bangunan dibuat dengan kaidah tradisional maupun
modern, sesuai dengan latar belakang budaya suku/etnis
masingmasing. Segala hal didasarkan atas kepraktisan dan
kemudahan dan tidak ada nilai-nilai tradisi khusus yang dianut
berkait dengan bangunan.

Tabel 2. 5 Pola Permukiman

No Sumber Pustasa Definisi


1 Suprijanto dalam Laporan Fakta Berdasarkan bentuk dan strukturnya
dan Analisa Permukiman Atas ada beberapa konsep tentang
Air Balikpapan Barat TA 2012 permukiman atas air yang dapat
digunakan sebagai analisis
pembentukan atau pertumbuhan
ruang kota yang biasanya terbentuk
secara alamiah. Berdasarkan
eksistensi historinya, maka pada pola
permukiman di atas air dapat
dibedakan menjadi dua yaitu
permukiman Tradisional dan Non
Tradisional.

17
Sumber : Hasil Pustaka, 2020

2.4 Karakteristik Permukiman Kumuh

Menurut Suparlan (1997) terdapat Karakteristik permukiman kumuh yaitu .

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.


2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya.
4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu
terwujud sebagai:
a. Sebuah komuniti tunggal,berada di tanah milik negara, dan karena itu
dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau
sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT
atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan dan bukan
hunian liar.
5. Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen,
warganya mempunyai matapencaharian dan tingkat kepadatan yang
beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman
kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan
ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

6. Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di


sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor
informil.
Menurut Ditjen Bangda Kemendagri Permukiman kumuh memiliki karakteristik
sebagai berikut :

18
1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah, serta
memiliki sistem sosial yang rentan

2. Sebagaian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sektor informal


Lingkungan permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya di bawah
standarminimal sebagai tempat bermukim, misalnya memiliki: Kepadatan
penduduk yang tinggi >200 jiwa/km2; Kepadatan bangunan >110
bangunan/Ha; Kondisi prasarana buruk (jalan, airbersih, sanitasi, drainase,
dan persampahan); Kondisi fasilitas lingkungan terbatas dan buruk,
terbangun<20% dari luas persampahan; kondisi bangunan rumah tidak
permanen dan tidak memenuhi syarat minimal untuk tempat tinggal;
Permukiman rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan keamanan;
kawasan permukiman dapat atau berpotensi menimbulkan ancaman (fisik
dan non fisik) bagi manusia dan lingkungannya.

Sinulingga (2005) mengatakan bahwa karakteristik permukiman kumuh


terdiri dari, penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa per hektar, jalan-jalan
sempit dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, fasilitas drainase sangat tidak
memadai, fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali, fasilitas
penyediaan air bersih sangat minim sekali, memanfaatkan air sumur dangkal,air
hujan atau membeli secara kalengan, tata bangunan sangat tidak teratur dan
bangunan-bangunan pada umumnya tidak permanen bahkan banyak yang
sangat darurat, serta pemilikan atas lahan sering ilegal.
Tabel 2. 6 Diskusi Teori Karakteristik Permukiman Kumuh

No. Sumber Pustaka Karakteristik Permukiman Kumuh


1. (Suparlan, 1997) Karakteristik permukiman kumuh yaitu sebagai
berikut.

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang


atau tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan permukiman
serta penggunaan ruang-ruangnya
mencerminkan penghuninya yang
kurang mampu atau miskin.

19
No. Sumber Pustaka Karakteristik Permukiman Kumuh
3. Adanya tingkat frekuensi dan
kepadatan volume yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang yang ada di
permukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan
tata ruang dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya.
4. Permukiman kumuh merupakan suatu
satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas
kebudayaan dan sosial yang jelas,
yaitu terwujud sebagai:
a. Sebuah komuniti tunggal,berada di
tanah milik negara, dan karena itu
dapat digolongkan sebagai hunian
liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang
merupakan bagian dari sebuah RT
atau sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal
yang terwujud sebagai sebuah RT
atau RW atau bahkan terwujud
sebagai sebuah Kelurahan dan bukan
hunian liar.
5. Penghuni permukiman kumuh secara
sosial dan ekonomi tidak homogen,
warganya mempunyai
matapencaharian dan tingkat
kepadatan yang beranekaragam,
begitu juga asal muasalnya. Dalam
masyarakat permukiman kumuh juga
dikenal adanya pelapisan sosial

20
No. Sumber Pustaka Karakteristik Permukiman Kumuh
berdasarkan atas kemampuan ekonomi
mereka yang berbeda-beda tersebut.
6. Sebagian besar penghuni permukiman
kumuh adalah mereka yang bekerja di
sektor informal atau mempunyai mata
pencaharian tambahan di sektor
informil.
2. Ditjen Bangda Karakteristik permukiman kumuh yaitu sebagai
Kemendagri Permukiman berikut.
kumuh
1. Sebagian besar penduduknya
berpenghasilan dan berpendidikan
rendah, serta memiliki sistem sosial
yang rentan
2. Sebagaian besar penduduknya
berusaha atau bekerja di sektor
informal Lingkungan permukiman,
rumah, fasilitas dan prasarananya di
bawah standarminimal sebagai tempat
bermukim, misalnya memiliki:
Kepadatan penduduk yang tinggi >200
jiwa/km2; Kepadatan bangunan >110
bangunan/Ha; Kondisi prasarana buruk
(jalan, airbersih, sanitasi, drainase, dan
persampahan); Kondisi fasilitas
lingkungan terbatas dan buruk,
terbangun<20% dari luas
persampahan; kondisi bangunan
rumah tidak permanen dan tidak
memenuhi syarat minimal untuk
tempat tinggal; Permukiman rawan
terhadap banjir, kebakaran, penyakit
dan keamanan; kawasan permukiman

21
No. Sumber Pustaka Karakteristik Permukiman Kumuh
dapat atau berpotensi menimbulkan
ancaman (fisik dan non fisik) bagi
manusia dan lingkungannya

3. (Sinulingga, 2005) Karakteristik permukiman kumuh terdiri dari,


penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa
per hektar, jalan-jalan sempit dapat dilalui
oleh kendaraan roda empat, fasilitas drainase
sangat tidak memadai, fasilitas pembuangan
air kotor/tinja sangat minim sekali, fasilitas
penyediaan air bersih sangat minim sekali,
memanfaatkan air sumur dangkal,air hujan
atau membeli secara kalengan, tata bangunan
sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan
pada umumnya tidak permanen bahkan
banyak yang sangat darurat, serta pemilikan
atas lahan sering ilegal.

Sumber : Hasil Pustaka, 2020


2.5 Permukiman Padat Kawasan Perkotaan
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan. Serta menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 2011
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasaran, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
pedesaan. Sedangkan pengertian permukimat padat sendiri yaitu kawasan
permukiman yang dimana terlalu banyak dihuni oleh penduduk dan terjadi
ketidakseimbangan antara lahan untuk permukiman dengan jumlah bangunan
yang ada di permukiman tersebut. Ciri yang dapat kita lihat dari permukiman

22
padat sendiri adalah kurang tertatanya pola perkemangan pada kawasan
permukiman padat. Faktor-faktor yang pempengaruhi terjadinya permukiman
padat ini bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penduduk dan juga faktor
kebutuhan fasilitas sosial ekonomi.

Tabel 2. 7 Definisi Permukiman Padat Dikawasan Perkotaan

No. Sumber Pustaka Definisi


Kawasan Permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan atau
lingkungan hunian dan tempat
Undang-undang No. 1 Tahun
kegiatan yang mendukung
2011
1. perikehidupan dan penghidupan.
Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman adalah bagian dari
Permukiman
lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan perumahan
yang mempunyai prasaran, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan
pedesaan.
Sumber : Hasil Pustaka, 2020

2.6 Konsep Penanganan Permukiman Kumuh


Pemerintah telah melakukan penanganan terhadap kawasan permukiman
kumuh yang telah diatur sesuai dengan UU No. 1/2011 pasal 97, lingkup
penanganan lingkungan permukiman kumuh adalah untuk peningkatan kualitas
yang mencakup hal-hal sebagi berikut : 1) Pemugaran Pemugaran merupakan
perbaikan dan/ atau pembangunan kembali permukiman menjadi permukiman
layak huni. Secara konseptual, implementasi prinsip pemugaran meliputi :

23
a) Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang
pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan
kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki oleh sebuah kota.

b) Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik


lingkungan permukiman yang mengalami degradasi.

c) Renovasi adalah melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari


komponen pembentukan lingkungan permukiman.

d) Rekontruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman


sedakat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan komponen-
komponen baru maupun lama.

e) Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan pemukiman


dari penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untuk
memelihara komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari proses
penyusutan dini (kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrument : ijin
mendirikan bangunan (IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang : Koefisien
Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, Garis
Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai

2) Peremajaan

Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan


lingkungan perumahan dan pemukiman dan kemudian di tempat yang sama
dibangun prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan pemukiman baru
yang lebih layak dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama
dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang
optimal sesuai dengan potensi lahannya.

3) Pemukiman kembali

Pemukiman kembali adalah memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi


yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan/ atau rawan bencana seta dapat menimbulkan bahaya bagi barang
ataupun orang.

24
Tabel 2. 8 Sintesa Pustaka

No. Sasaran Indikator Variabel

1. Karakteristik Kawasan Kondisi Fisik Kualitas Tanah


Permukiman Kumuh bangunan
Kepemilikan Lahan

Kualitas Bangunan

Kepadatan Bangunan

Pertambahan
Bangunan Kumuh
Jarak antar Bangunan

Kondisi Sarana dan Kualitas Jaringan Jalan


Prasarana Lingkungan
Kualitas Drainase

Kualitas Jaringan air


Minum
Kualitas Persampahan

Kualitas air limbah

Mitigasi Bencana Kategori Bencana

Penanggulangan
Bencana
Kondisi Sosial Kepadatan penduduk
Masyarakat
Pertumbuhan
penduduk
Kegiatan Masyarakat

Tingkat pendidikan

Kondisi Ekonomi Pola Mata Pencaharian


Masyarakat
Tingkat Kepadatan
penduduk
2. Faktor – Faktor Kondisi Fisik Kepemilikan Rumah

25
No. Sasaran Indikator Variabel

Penyebab Bangunan Kualitas Bangunan

Kepadatan Bangunan

Kondisi sarana dan Kualitas sarana dan


prasarana prasarana
Ketersediaan sarana
dan prasarana
3. Arahan Penanganan Pemugaran Fisik dan lingkungan
Kawasan Permukiman
kumuh
Peremajaan Lingkungan

Permukiman kembali Penyediaan sarana dan


prasarana
Sumber : Analisis Penulis, 2020

26
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 9 Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Metode Penelitian Variable Penelitian Analisis Hasil


Penelitian Penelitian
1 Wilko Rahmad Faktor – faktor survey langsung 1. Kualitas analisis regresi Hasil penelitian
Zulkarnain, yang melalui kuesioner ke Bangunan logistik menunjukkan
Elfindri, Delfia mempengaruhi rumah tangga se- 2. Kepadatan faktor-faktor
Tanjung Sari permukiman kota Bukittinggi Bangunan yang
(2019) kumuh di Kota dengan proporsional 3. Pendapatan mempengaruhi
Bukittinggi sampling rumah rumah tangga perkembangan
tangga yang berada 4. Pekerjaan permukiman
di permukiman kepala rumah kumuh
kumuh dan bukan tangga diantaranya
permukiman kumuh 5. Pendidikan Kualitas Hunian,
terakhir kepala Kepadatan
rumah tangga Bangunan,
6. Aksesibilitas Pendidikan dan
jalan Aksesibilitas
7. Legalitas Jalan. Faktor-
pendirian lahan faktor yang

27
dan bangunan mempengaruhi
8. Ketersediaan ini dapat
fasilitas dijadikan sebagai
pendidikan acuan guna
9. Ketersediaan pengentasan
fasilitas permukiman
kesehatan kumuh di Kota
Bukittinggi.
2 Asep Hariyanto Strategi Metode penelitian 1. Komponen Fisik : Analisis Strategi
(2018) Penanganan campuran Penggunaan Lahan pengelolaan penganan
Kawasan Kumuh (Land Use) permukiman Kawasan
Sebagai Upaya Keadaan Permukiman kumuh Permukiman
Menciptakan Kondisi Fisik kumuh
Lingkungan Lingkungan,
Perumahan dan
Permukiman 2. Komponen Sanitasi
yang Sehat Kota Lingkungan:
Pangkal Pinang Kecukupan sumber
air bersih,
Pemanfaatan MCK
oleh Warga

28
Pembuangan air
limbah
Kondisi saluran air
Penumpukan dan
Upaya pengelolaan
sampah
Frekuensi banjir
Kondisi jalan
lingkungan
Kondisi penerangan
dan komunikasi,

3. Komponen Sosial
Kependudukan:
Jumlah penduduk,
komposisi penduduk,
kepadatan penduduk,
Pendidikan
penduduk, Kesehatan
penduduk,

29
4. Komponen Sosial
Budaya:
Kebiasaan penduduk,
Adat istiadat,

5. Komponen Ekonomi :
Tingkat Pendapatan,
Aktivitas ekonomi
atau mata
pencaharian
penduduk
Sarana atau fasilitas
penunjang kegiatan
ekonomi,

3 Muhammad Arahan Penataan metode deskriptif Elemen Keruangan analisis terhadap Arahan penataan
Ahrishar dan Kawasan kualitatif. Kawasan Permukiman penentuan faktor kawasan dan
Haryo Sulistyarso Permukiman Tepi Sungai yang strategi
(2018) Kumuh di Keunikan, Karakter, mempengaruhi
Kelurahan Kuin dan Kekhasan Khusus permasalahan
Utara Kota yang Dimiliki Kawasan permukiman

30
Banjarmasin Kondisi Fisik dan kumuh
sebagai Upaya Lingkungan berdasarkan
Pembentukan Kondisi Sarana dan karakteristik
Identitas Prasarana Permukiman ruangnya dan
Kawasan faktor yang
dapat
membentuk citra
kawasan,
kemudian
mengidentifikasi
faktor yang
membentuk citra
kawasan dan
analisis kondisi
eksisting
permasalahan
permukiman tepi
sungai,
selanjutnya
perumusan
arahan penataan

31
kawasan dalam
upaya
membentuk
identitasnya
4 Endah Harisun, Identifikasi dan metode penelitian a. Tingkat Kondisi analisis deskriptif mengidentifikasi
M. Amrin MS. Penanganan deskriptif Bangunan: kualitatif dan menangani
Conoras, Kawasan Kumuh - Kepadatan kawasan kumuh
Muhammad Pada Kelurahan Bangunan pada Kelurahan
Darwis (2019) Makassar Timur - Kondisi Makassar Timur
Bangunan RT 01/RW 01 di
Temporer kota Ternate
- Jarak Antar
Bangunan

b. Kondisi Prasarana
Sarana
- Kondisi Jalan
- Kondisi Drainase
- Kondisi Air
Limbah
- Kondisi

32
Persampahan
5 Hafsah Fatihul Identifikasi Metode Penelitian  Kondisi Bangunan Analisis prioritas kriteria-
Ilmy dan Yanto Penentuan n AHP (Analytical Gedung penentuan bobot kriteria yang
Budisusanto Prioritas Kriteria Hierarcy Process)  Kondisi Jalan prioritas kriteria- berpengaruh
(2017) Kawasan Lingkungan kriteria yang terhadap
Permukiman  Kondisi Penyedia berpengaruh kawasan
Kumuh Perkotaan Air Minum terhadap permukiman
Menggunakan  Kondisi Drainase kawasan kumuh di
Metode AHP Lingkungan permukiman wilayah
(Analytical  Kondisi kumuh di penelitian
Hierarcy Process) Pengelolaan wilayah
Limbah penelitian
 Kondisi Pengelola
Persampahan
 Kondisi Proteksi
Kebakaran
Sumber : Analisis Penulis, 2020

33
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Garis Besar Penelitian


Pada penelitian Penanganan Lokasi Permukiman Kumuh Di Kelurahan Baru
Tengah Kota Balikpapan, bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kekumuhan pada
kawasan permukiman Kelurahan Baru Tengah dan merumuskan strategi
penanganan permukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah Kota Balikpapan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik yakni pendekatan yang
digunakan dengan jalan memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai
dimensi dan hubungan interaktif antara instrumen dan tujuan penelitian yang
kemudian akan diabstraksi ke dalam model konseptual terkait dengan hubungan
keduanya (Bloom dalam Muhadjir, 2000).

Dijelaskan penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deduktif.


Metode penelitian deduktif merupakan suatu metode penelitian secara teoritik untuk
mendapatkan konfirmasi berdasarkan hipotesis dan observasi yang telah dilakukan
sebelumnya. Suatu hipotesis lahir dari sebuah teori, lalu hipotesis ini diuji dengan
melakukan beberapa observasi. Hasil dari observasi ini akan dapat memberikan
konfirmasi tentang sebuah teori yang semula dipakai untuk menghasilkan hipotesis.
Dengan kata lain metode penelitian deduktif merupakan metode penelitian yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih dari satu kesimpulan. Dari
pengertian tersebut diketahui pada dasarnya metode penelitian deduktif juga
merupakan metodologi penelitian yang merumuskan sebuah teori atau konsep.
Berdasarkan teori atau konsep inilah yang menjadi kata kunci dalam memahami
suatu gejala, sehingga memudahkan dalam perumusan strategi Penanganan
permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Baru Tengah, Kota Balikpapan.

Penelitian ini merupakan penelitian terapan dengan jenis penelitian kualitatif.


Penelitian terapan menekankan pada aktivitas untuk menemukan kebenaran yang
objektif (Masyhuri dan Zainuddin, 2008). Kebenaran tersebut harus didukung

34
dengan data empiris, baik yang bersifat konkret maupun abstrak yang
ditransformasikan menjadi data yang konkret. Penelitian terapan dengan jenis
penelitian kualitatif digunakan karena penelitian ini tidak bersifat menguji hipotesis
dari suatu teori melainkan mengeksplorasi suatu permasalahan yang sedang terjadi
dengan memanfaatkan teori-teori yang telah ada. Selain itu data yang digunakan
merupakan data yang telah ada, bukan merupakan data-data yang didapat secara
eksperimental. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menunjukkan
hubungan antar variabel dengan metode statistik (Sarwono, 2006), khususnya
dalam pengidentifikasian karakteristik permukiman kumuh dan perumusan strategi
penanganan permukiman kumuh pada Kelurahan Baru Tengah, Kota Balikpapan.

3.1.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
pendekatan rasionalistik. Metode pendekatan studi rasionalistik menekankan
pada pemahaman secara holistik yang dilakukan melalui konseptualisasi
teoritik dan studi literatur sebagai tolok ukur pendekatan uji, hasil analisis,
dan pembahasan suatu masalah penelitian untuk menarik kesimpulan dan
pemaknaan (Moleong, 1989: 27) dengan kata lain pendekatan rasionalistik
adalah dasar pendekatan penelitian yang mengacu pada teori-teori yang ada
untuk menghasilkan kesimpulan dengan data yang valid. Oleh karena itu
studi literatur perlu dilakukan sebagai dasar penentuan faktor penyebab
permukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah Kota Balikpapan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis Data


Jenis data dalam penelitian ini merupakan jenis data kualitatif.
Dimana data kualitatif berikut berasal dari sintesa pustaka, dan dokumen
terkait. Adapun jenis data terdapat dua yaitu :

a. Data kualitatif adalah data yang berbentuk bukan angka atau


menjelaskan secara deskriptif tentang lokasi penelitian secara umum. Adapun jenis

35
data kualitatif yang digunakan pada penelitian ini meliputi kondisi lingkungan
permukiman kumuh.

b. Data kuantitatif adalah data yang menjelaskan kondisi lokasi penelitian


dengan tabulasi angka yang dapat dikalkulasikan untuk mengetahui nilai yang
diinginkan. Adapun jenis data kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah
data kondisi fisik wilayah yang mencakup aspek fisik infrastruktur permukiman
kumuh seperti kondisi bangunan gedung, kondisi jalan lingkungan, kondisi
penyediaan air minum, kondisi drainase lingkungan, kondisi pengelolaan air limbah,
kondisi pengelolaan persampahan dan kondisi proteksi kebakaran.

3.2.2 Sumber Data


Menurut sumbernya, data dapat dikategorikan menjadi dua bagian
yaitu data primer dan data sekunder. Berikut merupakan penjelasan terkait
sumber data pada penelitian ini

A. Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang didapatkan langsung


dari kondisi eksisting di lapangan dengan melakukan observasi secara
langsung. Dengan menggunakan metode ini tingkat akurasi data terbilang
tinggi karena diambil melalui proses pengamatan langsung. Observasi dan
survei lapangan dilakukan pada Kelurahan Baru Tengah Kota Balikpapan.
Pengamatan yang dilakukan adalah terkait gambaran awal dari kondisi fisik
permukiman kumuh Kelurahan Baru Tengah Kota Balikpapan termasuk
ketersediaan sarana, prasarana dan utilitas yang terdapat pada permukiman
tersebut

B. Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang didapatkan secara tidak


langsung atau diambil dari. Adapun teknik yang digunakan dalam survei
sekunder adalah survei literatur yang mengkaji dari teori-teori yang sudah
ada maupun dari jurnal penelitian terdahulu sehingga dapat dijadikan acuan

36
dalam pengerjaan penelitian ini. Kemudian juga dilakukan teknik survei
instansional yaitu mendapatkan data dari instansi terkait.

Data sekunder yang dibutuhkan berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP) Kota Balikpapan, Peraturan Daerah (PERDA) Kota
Balikpapan Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.

3.2.3 Metode Analisis Data

Adapun metode analisis yang dilakukan pada penelitian ini dijabarkan


pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Metode Analisis

No. Sasaran Penelitian Metode Alat Analisis Deskripsi


Analisis Data
1.
Mengidentifikasi Kualitatif Deskripsi Mendeskripsik
karakteristik Kualitatif an
permukiman kumuh di karakteristik
Kelurahan Baru Tengah permukiman
kumuh di
Kelurahan
Baru Tengah

37
No. Sasaran Penelitian Metode Alat Analisis Deskripsi
Analisis Data
2.
Menganalisis faktor- Kualitatif Analisis Faktor Bertujuan
faktor penyebab untuk
perkembangan mengidentifik
permukiman kumuh di asi faktor dari
Kelurahan Baru Tengah variabel yang
tidak terukur
sesuai dengan
tinjauan
Pustaka dan
teori
3.
Menyusun arahan Kualitatif Deskriptif -
penanganan Kualitatif
permukiman kumuh di
Kelurahan Baru Tengah

Sumber : Analisis Penulis, 2020

3.2.4 Mengidentifikasi Tingkat Kekumuhan

Untuk menjawab sasaran pertama dalam mengidentifikasi tingkat


kekumuhan menggunakan metode analisis data yaitu teknik analisis deskriptif
kualitatif, karena pada metode ini menjelaskan atau mendeskripsikan suatu
keadaan kondisi eksisting permukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah yang
diukur berdasarkan variabel yang mempengaruhi tingkat kekumuhan, kemudian
variabel diukur dengan menggunakan teknik skoring yang telah ditetapkan oleh

38
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
02/PRT/M/2016 untuk menentukan tingkat kekumuhan.

3.2.5 Arahan Strategi Penangan Permukiman Kumuh

Untuk menjawab sasaran kedua dalam memberikan arahan strategi


penanganan permukiman kumuh menggunakan metode analisis data yaitu teknik
analisis deskriptif kualitatif, metode ini digunakan untuk menginterpretasikan data
dari hasil identifikasi tingkat kekumuhan untuk menjelaskan kondisi variabel-
variabel apa saja yang mempengaruhi tingkat kekumuhan di Kelurahan Baru
Tengah yang perlu dilakukan penanganan.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel Penelitian merupakan instrumen penjelas dari faktor-faktor yang
dihasilkan dari sintesa tinjauan pusataka. Dai faktor-faktor tersebut selanjutnya akan
diturunkan lagi menjadi kumpulan variabel. Variabel memiliki sifat yang dapat diukur
sehingga dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Variabel penelitian inilah yang
akan menjadi gambaran awal dari proses penelitian.

Tabel 3. 2 Variabel Penelitian

NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi


Operasional
1. Karakteristik Kondisi Fisik Kualitas Tanah Berdasarkan jenis
Kawasan bangunan Tanah dan tekstur
Permukiman kesuburan tanah
Kumuh Kepemilikan Lahan Kategori status
Kepemilikan Tanah
Kualitas Bangunan Berdasarkan
material jenis &
kontruksi bangunan

39
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
Kepadatan Bangunan Tingkat kepadatan
bangunan yang
diukur melalui
jumlah bangunan
per Ha
Pertambahan Luas
Bangunan Kumuh perkembangan
permukiman kumuh
(Ha)
Jarak antar Bangunan Jarak antar sisi
bangunan satu
dengan bangunan
lainnya
Kondisi Kualitas Jaringan Jalan Jenis perkerasan &
Sarana dan Lingkungan lebar jalan yang
Prasarana digunakan
Kualitas Drainase Ketersediaan
jaringan drainase di
wilayah di wilayah
penelitian
Kualitas Jaringan air Tingkat pelayanan
Minum (terlayani atau tidak
terlayani)
penggunaan
fasilitas air bersih
yang tidak terlayani
fasilitas air bersih
(PDAM, non PDAM,
dll), dan tingkat

40
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
konsumsi
penggunaaan
jaringan air.
Kualitas Persampahan Jenis sistem
persampahan
berdasarkan pola
pengelolaan
sampah yang mulai
dari awal sampah
dibuang hingga
pembuangan akhir
dan di
proses(dibuang
sembarangan, open
dumping,cotrolled
landfill,dll)
Kualitas air limbah Jumlah MCK
indivisu dan umum
yang tersedia (unit)
Mitigasi Kategori Bencana Berdasarkan kondisi
Bencana eksisting dan jenis
nya
Penanggulangan Upaya yang
Bencana dilakukan meliputi
penetapan
kebijakan
pembangunan dan
kegiatan
pencegahan

41
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
bencana
Kondisi Kepadatan penduduk Tingkatan
Sosial kepadatan
Masyarakat penduduk per Ha
Pertumbuhan Besaran proyeksi
penduduk laju pertumbuhan
penduduk setiap
tahunnya
Kegiatan Masyarakat Aktifitas masyarakat
dalam sehari-hari
Tingkat pendidikan Jenis Pendidikan
yang ditempuh dan
klasifikasinya
2. Faktor – Kondisi Fisik Kepemilikan Rumah Kategori
Faktor Bangunan kepemilikan Rumah
Penyebab Kualitas Bangunan Berdasarkan
material jenis &
kontruksi bangunan
Kepadatan Bangunan Tingkat kepadatan
bangunan yang
diukur melalui
jumlah bangunan
per Ha
Kondisi Kualitas sarana dan
sarana dan prasarana
prasarana Ketersediaan sarana
dan prasarana
3. Arahan Pemugaran Fisik dan lingkungan Kegiatan yang

42
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
Penanganan mengembalikan
Kawasan kondisi fisik sesuai
Permukiman dengan aslinya
kumuh Peremajaan Lingkungan Pembongkaran atas
dasar kepemilikan
tanah dan akan
dibangun dengan
kesesuaian fasilitas
lingkungan
Permukima Penyediaan sarana dan Upaya yang
n kembali prasarana dilakukan untuk
merelokasi
bangunan yang
telah tergusur
termasuk
penyediaan
prasarana dan
sarana
Sumber: Analisis Penulis, 2020

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Prosedur Pengumpulan Data
A. Jenis Data

Pada penelitian ini memiliki jenis data dan berikut merupakan


kebutuhan jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif pada penelitian merupakan data yang
berbentuk angka dan dapat diolah menggunakan metode statistika.
Sedangkan metode kualitatif pada penelitian merupakan data yang
berbentuk bukan angka seperti kata-kata, gambar maupun video

43
(Aedi, 2010). Pada penelitian ini, memiliki jenis- jenis kebutuhan data
dan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3 Jenis Data Penelitian

No. Data Jenis Data


1. Kepemilikan tanah Kualitatif
2. Kualitas bangunan Kualitatif
3. Kepadatan bangunan Kuantitatif
4. Jarak antar bangunan Kuantitatif
5. Kualtias jaringan jalan Kualitatif
6. Kualitas drainase Kualitatif
7. Kualitas air bersih dan air minum Kualitatif
8. Kualitas sistem persampahan Kualitatif
9. Kualitas penanganan air limbah Kualitatif
10. Kepadatan penduduk Kuantitatif
11. Tingkat Pendidikan Kualitatif
12. Mata Pencaharian Kualitatif
13. Tingkat Pendapatan Kuantitatif
Sumber : Analisis Penulis, 2020

B. Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan pada penelitian ini


menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer merupakan data yang menggambarkan kondisi faktual
wilayah studi yang menjadi obyek penelitian, serta data sekunder yang
didapat dari instansi pemerintah terkait, studi pustaka, serta penelitian
ilmiah terkait. Berikut disajikan tabel data sekunder yang dibutuhkan
dalam penelitian.

44
Tabel 3.4 Data Sekunder Survei Instansi

No. Data Sekunder Instansi


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
1. Badan Perencanaan
Balikpapan
Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota
2. Rencana Detail Tata Ruang Kota Balikpapan. Balikpapan & Dinas Cipta
Karya dan Tata Kota

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


3. Perumahan dan Kawasan Permukiman
(RP3KP) Kota Balikpapan.
Dinas Perumahan dan
4. Profil Kawasan Kumuh Kota Balikpapan
Permukiman Kota
Perda No.3 Tahun 2017 Tentang
Balikpapan
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
5.
terhadap Permukiman Kumuh dan
Perumahan Kumuh
Badan Pusat Statistk Kota
6. Data Kependudukan
Balikpapan
Sumber : Analisis Penulis, 2020

C. Teknik Pengumpulan Data


1. Studi Pustaka

Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan


data-data yang mendukung tujuan penelitian terutama kaitannya
dengan hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan akan dihubungkan
dengan permukiman kumuh di Kota Balikpapan Studi pustaka ini
meliputi dasar-dasar, teori-teori, dan konsep yang berupa arahan
penanganan permukiman kumuhKota Balikpapan. Selain itu studi
pustaka ini juga berperan dalam merumuskan strategi pencegahan
permukiman kumuh di Kota Balikpapan dalam perumusan arahan

45
pengembangan ini memerlukan beberapa acuan validasi seperti teori
terkait, penerapan (best practice) di lokasi lain, dan kebijakan terkait.

2. Observasi lapangan

Observasi yang dimaksud dalam pengambilan data pada penelitian


ini adalah observasi langsung ke lapangan dengan melihat kondisi
eksisting dari wilayah studi yakni Kota Balikpapan. Observasi lebih
kearah pengamatan langsung yang menggunakan indera penglihatan
sehingga dapat dikatakan bersifat pasif atau lebih melihat keadaan
daripada mengeksploarasi melalui percakapan. Pengambilan data
melalui observasi dalam penelitian mengenai arahan penanganan
permukiman kumuh di Kota Balikpapan adalah mengetahui jenis,
sebaran, dan kondisi dari beberapa faktor penyebab kumuh dalam
pencegahan permukiman kumuh di Kota Balikpapan.

3. Wawancara

Wawancara merupakan pengambilan data primer yang sifatnya


lebih mengeksplorasi atau memperdalam temuan - temuan yang
didapatkan melalui hasil observasi. Wawancara dilakukan melalui
proses tanya jawab terkait dengan fenomena atau fokus penelitian.
Wawancara dilakukan untuk mengeksplorasi kondisi dan karakteristik
dari indikator - indikator yang bersifat abstrak atau tidak bisa
sekaligus diamati oleh panca indera seperti aspek sosial masyarakat
serta terkait kondsi fisik bangunan kawasan permukiman kumuh.

4. Survei Instansi

Survei instansi Wilayah atau lokasi studi yang menjadi obyek


penelitian pada dasarnya secara langsung atau tidak langsung terikat
dengan peraturan-peraturan atau regulasi tertentu. Oleh karena itu
diperlukan suatu sinkronisasi kebijakan atau regulasi yang dapat
diidentifikasi melalui survei instansi. Selain itu dalam penelitian juga

46
dibutuhkan beberapa data sekunder sebagai masukan (input) dari
salah satu sasaran dalam penelitian. Input tersebut meliputi beberapa
data dalam dokumen rencana serta data inventarisasi yang telah
diperoleh oleh instansi atau lembaga pemerintahan yang mencakup
gambaran umum wilayah penelitian.

3.4.2 Prosedur Analisis


a. Analisis karakteristik kawasan permukiman kumuh di
Kleurahan Baru Tengah Kota Balikpapan
Metode yang di gunakan untuk mencapai sasaran Mengidentifikasi
kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah Kota
Balikpapan, adalah metode statistik deskriptif. Analisis data deskriptif
atau statistik deskriptif yang digunakan bertujuan untuk memberikan
deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel
yang diperoleh (Azwar, 1998). Secara umum hasil disajikan dalam
bentuk persentase, proporsi, atau frekuensi yang divisualisasikan
melalui grafik dan chart. Adapun penyajian dengan cara tersebut
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi subjek
menurut kategori-kategori nilai variabel yang telah dilakukan.

b. Analisis faktor prioritas penyebab kumuh pada kawasan


permukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah .

Metode yang digunakan untuk memperoleh hasil analsis yang


kedua adalah menggunaan pembobotan kriteria pertimbangan yang
diperlukan untuk menentukan kriteria utama dalam memprioritaskan
penyebab kumuh kawasan perumahan perkotaan. Adapun analisis yang
digunakan adalah analisis AHP (analythical Hierarchy Process), yaitu
suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Pendekatan analisis
tersebut berkaitan dengan kriteria keputusan yang bersifat

47
kuantitatif/non-kuantitatif dalam model penentuan keputusan yang
mengandung resolusi konfliktual. Adapun prinsip dari pendekatan ini
berusaha mengakomodasi aspek-aspek kognitif, pengalaman dan
pengetahuan subjektif dari pengambil keputusan sebagai data dasar
yang menentukan dalam proses pengambilan keputusan.

48
Penggunaan metode ini dimulai dengan melakukan pemilihan
keputusan yang kompleks dan kemudian menggolongkan pokok
permasalahannya menjadi suatu elemen-elemen. Proses evaluasi
perbandingan antara elemen dan kriteria mendasarkan pertimbangan
subjektif mengambil suatu keputusan. Skala pembobotan pada proses
analsisi ini mencerminkan tingkat preferensi atau kepentingan suatu
perbandingan elemen keputusan dalam kontribusinya terhadap pencapaian
suatu tujuan pada hiraki yang lebih atas. Analisis faktor prioritas penyebab
kumuh pada kawasan permukiman kumuh di kelurahan Baru Tengah
didasarkan pada tiga stakeholder yang memiliki kepentingan berbeda atas
kawasan permukiman kumuh. masing- masing pihak diwakili oleh beberapa
responden dengan mengakomodasi aspek-aspek kognitif, pengalaman dan
pengetahuan subyektif dari pengambil keputusan, sebagai data dasar yang
menentukan dalam proses pengambilan keputusan.

c. Merumuskan arahan penanganan kawasan


permukiman kumuh di Kelurahan Baru Tengah Kota
Balikpapan

Proses analisis untuk memperoleh sasaran ketiga ini pada


dasarnya menggunakan proses analisis deskriptif kualitatif. Menurut
Sugiyono, analisis deskriptif kualitatif merupakan serangkaian kajian yang
tidak dapat dinyatakan dalam angka - angka dan rumus melainkan
dengan kata-kata dan kalimat menurut data pengambilan kesimpulan
yang bertujuan untuk menghasilkan arahan umum yang relevan tetapi
dapat bersifat lebih spesifik maka diperlukan suatu validasi arahan.
Arahan umum yang relevan divalidasi dengan tiga acuan tidak hanya
berfungsi sebagai alat validasi arahan, akan tetapi juga berfungsi
memperkaya/ memberikan masukan terkait arahan umum yang sudah
dirumuskan sebelumnya. Adapun tiga acuan untuk memvalidasi sekaligus
memberi masukan untuk memperkaya arahan umum dengan adanya
arahan rinci yang relevan di wilayah penelitian antara lain :

49
a) Teori atau peraturan yang berkaitan serta relavan
dengan faktor-faktor berpengaruh terhadap pengembangan di wilayah
penelitian.

b) Penerapan (Best Practice) di lokasi lain terkait


faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pengembangan di wilayah
penelitian.

c) Penerapan kebijakan-kebijakan yang mengatur


terkait pengembangan di wilayah penelitian. Dalam perumusan
arahan penanganan dilakukan penentuan tingkat prioritas yang
diperoleh dari hasil analisa AHP yang telah dilakukan. Penentuan
arahan disesuaikan dengan agenda program permukiman
berkelanjutan 100-0-100 Tahun 2015-2019 oleh Kementrian PU
Direktorat Jendral Cipta Karya. Dimana faktor dan variabel penyebab
kumuh dengan nilai bobot paling besar akan memiliki tingkatan
prioritas utama.

50
DAFTAR PUSTAKA
Zulkarnaini, W. R., Elfindri, E., & Sari, D. T. (2019). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Permukiman Kumuh di Kota Bukittinggi. Jurnal Planologi, 16(2),
169-188.

Hariyanto, A. (2007). Strategi penanganan kawasan kumuh sebagai upaya


menciptakan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat (contoh kasus:
kota Pangkalpinang). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA, 7(2), 11-37.

Ahrishar, M., & Sulistyarso, H. (2019). Arahan Penataan Kawasan Permukiman


Kumuh di Kelurahan Kuin Utara Kota Banjarmasin sebagai Upaya Pembentukan
Identitas Kawasan. Jurnal Teknik ITS, 7(2), C230-C237.

Harisun, E., Conoras, M. A. M., & Darwis, M. (2019). Identifikasi dan Penanganan
Kawasan Kumuh pada Kelurahan Makassar Timur. TECHNO: Jurnal Penelitian,
8(1), 259-270.

Ilmy, H. F., & Budisusanto, Y. (2017). Identifikasi Penentuan Prioritas Kriteria Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarcy
Process). Jurnal Teknik ITS, 6(1), C19-C21.

Subadi, & Buchori, I. 2013. Faktor - Faktor Yang Membedakan Bentuk Mitigasi Rob
Masyarakat di Kawasan Pesisir Semarang. Jurnal Teknik PWK 2(4): 1007 - 1017.

Putra, B. C., & Pigawati, B. 2013. Perubahan Karakteristik Permukiman Pesisir Pada
Kawasan Wisata Pantai Alam Randusanga Indah Kabupaten Brebes. Jurnal
Teknik PWK 2: 444 - 456.

Suprijanto dalam Laporan Fakta dan Analisa Permukiman Atas Air Balikpapan Barat
TA 2012

51
LAMPIRAN

52

Anda mungkin juga menyukai