Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Al-Faridzy Satya Nugraha 08181004
Herica Juliana 08181036
M.Rizky 08181044
Resse Aprilia Katarina 08181066
Revani Dwi Nadya 08181068
Trisna Adji Setyawa 08181080
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kelurahan Baru Tengah Balikpapan Barat ........... 7
Gambar 1. 2 Pola Pikir Penelitian.................................................................... 9
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Diskusi Teori Pengertian Permukiman............................................ 10
Tabel 2. 2 Diskusi Teori Pengertian Permukiman Kumuh................................. 12
Tabel 2. 3 Diskusi Teori Pengertian Permukiman Atas Air................................ 14
Tabel 2. 4 Karakteristik Permukiman Pesisir atau Permukiman Atas Air ............ 15
Tabel 2. 5 Pola Permukiman ........................................................................ 17
Tabel 2. 6 Diskusi Teori Karakteristik Permukiman Kumuh .............................. 19
Tabel 2. 7 Definisi Permukiman Padat Dikawasan Perkotaan ........................... 23
Tabel 2. 8 Sintesa Pustaka .......................................................................... 25
Tabel 2. 9 Penelitian Terdahulu.................................................................... 27
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Kegiatan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh semestinya didukung
oleh seluruh komponen dan anggota masyarakat yang menjadi penyangga
kehidupan di kawasan tersebut.
5
1.2 Rumusan Masalah
Dengan adanya isu - isu yang ada di Kelurahan baru tengah yaitu
Permukiman Kumuh, sehingga kami dapat merumuskan masalah dalam
penelitian yaitu sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis hal berikut :
1.4 Sasaran
Adapun sasaran untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
Ruang lingkup fisik dalam penelitian ini meliputi wilayah dari Kecamatan
Balikpapan Barat, yaitu Kelurahan Baru Tengah. Balikpapan Barat memiliki luas
6
179,95 km², sedangan kan Kelurahan Baru Tengah memiliki luas 0,57 km².
Berikut ini adalah batas-batas wilayah administrasi dari Kelurahan Baru Tengah :
Untuk gambaran lebih jelas, dapat dilihat pada peta batas Wilayah
Kelurahan Baru Tengah Berikut :
Kota Balikpapan
7
Sumber: Bappeda Kota Balikpapan,2018 dan Survei Primer, 2020
8
1.6 Pola Pikir Penelitian
Latar Belakang
Setiap masyarakat membutuhkan hunian di kawasan permukiman yang layak, nyaman dan aman.
T
Salah satu permasalahan permukiman tidak layak huni yaitu terdapatnya permukiman kumuh yang terdapat diatas
air dan merusak lingkungan serta kesehatan masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terus bertambah
setiap tahunnya memberikan dampak pada kebutuhan ruang yang juga terus bertambah. Kondisi Prasarana
yang kurang memadai serta sarana yang kurang seperti air limbah. Sehinga dijelaskan bahwa rata-rata di
Kelurahan Baru Tengah terdapat Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah belum sesuai dengan persayaratan yang
ada. Sehingga kondisi permukiman di kawasan atas air pun menjadi kawasan permukiman kumuh.
Sasaran Penelitian
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permukiman
Permukiman menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2011 juga menjelaskan bahwa permukiman merupakan bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Hariyanto (2007) menurutnya
permukiman adalah kawasan lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai
tempat tinggal yang dilengkapi oleh sarana dan prasarana lingkungan,
memberikan pelayanan dan kesempatan kerja dimana hal itu semua untuk
mendukung kehidupan manusia.
Dalam memilih lokasi permukiman, ketersediaan sarana dan prasarana juga
ikur menentukan karena permukiman yang ideal adalah permukiman yang
memliki ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Dari teoru yang
dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, Permukiman merupakan
suatu tempat dengan fungsi utama sebagai tempat bermukim dan berlindung
dimana terdapat interaksi antar manusia didalamnya yang didukung dengan
prasarana dan sarana yang layak guna tercapainya permukiman yang berdaya
guna, berhasil guna dan nyaman sebagai tempat bermukim.
Tabel 2. 1 Diskusi Teori Pengertian Permukiman
10
penunjang kegiatan fungsi lain
di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Dan juga
permukiman merupakan bagian
dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan
2. (Hariyanto, 2007) Permukiman adalah kawasan
lingkungan hunian dengan
fungsi utama sebagai tempat
tinggal yang dilengkapi oleh
sarana dan prasarana
lingkungan, memberikan
pelayanan dan kesempatan
kerja dimana hal itu semua
untuk mendukung kehidupan
manusia.
11
minimal, lingkungan yang kurang sehat serta tidak didukung jasa pelayanana
kota seperti sanitasi, drainase, air minum, jalan akses darurat kebakaran,
kurangnya fasilitas kesehatan, pendidikan, memiliki kepadatan yang tinggi serta
status kepemilikan tanahnya yang tidak jelas. Menurut Deputi Bidang
Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat (2012) permukiman
kumuh adalah lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas
baik secara fisik, ekonomi, budaya dan lokasinya tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah/kabupaten.
Permukiman kumuh sering dianggap sebagai suatu kawasan yang identik
dengan kawasan dengan kelebihan penduduk, tidak mencukupi, tidak memadai,
miskin, bobrok, berbahaya, tidak aman, kotor, dibawah standar, tidak sehat dan
masih banyak stigma negatif lainnya (Rahardjo Adisasmita, 2010). Berdasarkan
seluruh definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni dimana
kondisi rumah, sarana dan prasarana dan fasilitas umum tidak memenuhi standar
yang berlaku atau dapat dikatakan tidak layak huni.
Tabel 2. 2 Diskusi Teori Pengertian Permukiman Kumuh
12
darurat kebakaran, kurangnya
fasilitas kesehatan, pendidikan,
memiliki kepadatan yang tinggi serta
status kepemilikan tanahnya yang
tidak jelas.
3. Menurut Deputi Bidang Permukiman kumuh adalah
Pengembangan Kawasan lingkungan permukiman yang telah
Kementerian Perumahan Rakyat mengalami penurunan kualitas baik
Tahun 2012 secara fisik, ekonomi, budaya dan
lokasinya tidak sesuai dengan
rencana tata ruang
wilayah/kabupaten
4. (Rahardjo Adisasmita, 2010) Permukiman kumuh sering dianggap
sebagai suatu kawasan yang identik
dengan kawasan dengan kelebihan
penduduk, tidak mencukupi, tidak
memadai, miskin, bobrok,
berbahaya, tidak aman, kotor,
dibawah standar, tidak sehat dan
masih banyak stigma negatif lainnya
Sumber : Hasil Pustaka, 2020
13
Permukiman atas Aair ini biasanya berada rentan terhadap konflik kepentingan
berbagau pihak. Lahan pesisir, tepian sungai, muara sungai, dan daerah antara
daratan dan perairan. Pada kebijakan berbagai instansi yang berbeda, dimana
instansi satu dengan lainnya harus bisa diintegrasikan dan saling melengkapi.
14
2.3.1 Karakteristik Permukiman Pesisir atau Permukiman Atas Air
Permukiman Pesisir berkaitan dengan kondisi alam, bangunan, dan social
ekonomi masyarakat sekitar (Turner dan Fitcher, 1972). Karakteristik
permukiman pesisir tidak terlepas dengan kondisi bangunan yang memiliki
bermacam ragam dapat dilihat dari kondisi fisik bangunan yang permanen, semi
permanen, dan non permanen dengan dinding yang terbuat dengan kayu atau
papan dan dinding yang terbuat dari bamboo, serta rumah panggung (Putra dan
Handayani, 2013). Kondisi fisik bangunan yang permanen dan semi permanen
memiliki letak permukiman tidak berhadapan langsung dengan laut dan non
permanen yang letak permukimannya berhadapak langsung dengan laut.
15
No Sumber Pustasa Definisi
jaringan jalan, jaringan drainase, dan
jaringan air bersih yang memadai
lingkungan pada permukiman jika
prasarana jaringannya buruk akan
memiliki kualitas permukiman yang
rendah
Sumber : Hasil Pustaka, 2020
a. Permukiman Tradisional
b. Permukiman Non-Tradisional
Permukiman Non Tradisional memiliki ciri-ciri yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Heterogenitas atau keragaman dalam pola bentuk ruang, serta
fungsi rumah/ bangunan.
16
b. Arsitektural bangunan dibuat dengan kaidah tradisional maupun
modern, sesuai dengan latar belakang budaya suku/etnis
masingmasing. Segala hal didasarkan atas kepraktisan dan
kemudahan dan tidak ada nilai-nilai tradisi khusus yang dianut
berkait dengan bangunan.
17
Sumber : Hasil Pustaka, 2020
18
1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah, serta
memiliki sistem sosial yang rentan
19
No. Sumber Pustaka Karakteristik Permukiman Kumuh
3. Adanya tingkat frekuensi dan
kepadatan volume yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang yang ada di
permukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan
tata ruang dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya.
4. Permukiman kumuh merupakan suatu
satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas
kebudayaan dan sosial yang jelas,
yaitu terwujud sebagai:
a. Sebuah komuniti tunggal,berada di
tanah milik negara, dan karena itu
dapat digolongkan sebagai hunian
liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang
merupakan bagian dari sebuah RT
atau sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal
yang terwujud sebagai sebuah RT
atau RW atau bahkan terwujud
sebagai sebuah Kelurahan dan bukan
hunian liar.
5. Penghuni permukiman kumuh secara
sosial dan ekonomi tidak homogen,
warganya mempunyai
matapencaharian dan tingkat
kepadatan yang beranekaragam,
begitu juga asal muasalnya. Dalam
masyarakat permukiman kumuh juga
dikenal adanya pelapisan sosial
20
No. Sumber Pustaka Karakteristik Permukiman Kumuh
berdasarkan atas kemampuan ekonomi
mereka yang berbeda-beda tersebut.
6. Sebagian besar penghuni permukiman
kumuh adalah mereka yang bekerja di
sektor informal atau mempunyai mata
pencaharian tambahan di sektor
informil.
2. Ditjen Bangda Karakteristik permukiman kumuh yaitu sebagai
Kemendagri Permukiman berikut.
kumuh
1. Sebagian besar penduduknya
berpenghasilan dan berpendidikan
rendah, serta memiliki sistem sosial
yang rentan
2. Sebagaian besar penduduknya
berusaha atau bekerja di sektor
informal Lingkungan permukiman,
rumah, fasilitas dan prasarananya di
bawah standarminimal sebagai tempat
bermukim, misalnya memiliki:
Kepadatan penduduk yang tinggi >200
jiwa/km2; Kepadatan bangunan >110
bangunan/Ha; Kondisi prasarana buruk
(jalan, airbersih, sanitasi, drainase, dan
persampahan); Kondisi fasilitas
lingkungan terbatas dan buruk,
terbangun<20% dari luas
persampahan; kondisi bangunan
rumah tidak permanen dan tidak
memenuhi syarat minimal untuk
tempat tinggal; Permukiman rawan
terhadap banjir, kebakaran, penyakit
dan keamanan; kawasan permukiman
21
No. Sumber Pustaka Karakteristik Permukiman Kumuh
dapat atau berpotensi menimbulkan
ancaman (fisik dan non fisik) bagi
manusia dan lingkungannya
22
padat sendiri adalah kurang tertatanya pola perkemangan pada kawasan
permukiman padat. Faktor-faktor yang pempengaruhi terjadinya permukiman
padat ini bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penduduk dan juga faktor
kebutuhan fasilitas sosial ekonomi.
23
a) Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang
pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan
kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki oleh sebuah kota.
2) Peremajaan
3) Pemukiman kembali
24
Tabel 2. 8 Sintesa Pustaka
Kualitas Bangunan
Kepadatan Bangunan
Pertambahan
Bangunan Kumuh
Jarak antar Bangunan
Penanggulangan
Bencana
Kondisi Sosial Kepadatan penduduk
Masyarakat
Pertumbuhan
penduduk
Kegiatan Masyarakat
Tingkat pendidikan
25
No. Sasaran Indikator Variabel
Kepadatan Bangunan
26
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 9 Penelitian Terdahulu
27
dan bangunan mempengaruhi
8. Ketersediaan ini dapat
fasilitas dijadikan sebagai
pendidikan acuan guna
9. Ketersediaan pengentasan
fasilitas permukiman
kesehatan kumuh di Kota
Bukittinggi.
2 Asep Hariyanto Strategi Metode penelitian 1. Komponen Fisik : Analisis Strategi
(2018) Penanganan campuran Penggunaan Lahan pengelolaan penganan
Kawasan Kumuh (Land Use) permukiman Kawasan
Sebagai Upaya Keadaan Permukiman kumuh Permukiman
Menciptakan Kondisi Fisik kumuh
Lingkungan Lingkungan,
Perumahan dan
Permukiman 2. Komponen Sanitasi
yang Sehat Kota Lingkungan:
Pangkal Pinang Kecukupan sumber
air bersih,
Pemanfaatan MCK
oleh Warga
28
Pembuangan air
limbah
Kondisi saluran air
Penumpukan dan
Upaya pengelolaan
sampah
Frekuensi banjir
Kondisi jalan
lingkungan
Kondisi penerangan
dan komunikasi,
3. Komponen Sosial
Kependudukan:
Jumlah penduduk,
komposisi penduduk,
kepadatan penduduk,
Pendidikan
penduduk, Kesehatan
penduduk,
29
4. Komponen Sosial
Budaya:
Kebiasaan penduduk,
Adat istiadat,
5. Komponen Ekonomi :
Tingkat Pendapatan,
Aktivitas ekonomi
atau mata
pencaharian
penduduk
Sarana atau fasilitas
penunjang kegiatan
ekonomi,
3 Muhammad Arahan Penataan metode deskriptif Elemen Keruangan analisis terhadap Arahan penataan
Ahrishar dan Kawasan kualitatif. Kawasan Permukiman penentuan faktor kawasan dan
Haryo Sulistyarso Permukiman Tepi Sungai yang strategi
(2018) Kumuh di Keunikan, Karakter, mempengaruhi
Kelurahan Kuin dan Kekhasan Khusus permasalahan
Utara Kota yang Dimiliki Kawasan permukiman
30
Banjarmasin Kondisi Fisik dan kumuh
sebagai Upaya Lingkungan berdasarkan
Pembentukan Kondisi Sarana dan karakteristik
Identitas Prasarana Permukiman ruangnya dan
Kawasan faktor yang
dapat
membentuk citra
kawasan,
kemudian
mengidentifikasi
faktor yang
membentuk citra
kawasan dan
analisis kondisi
eksisting
permasalahan
permukiman tepi
sungai,
selanjutnya
perumusan
arahan penataan
31
kawasan dalam
upaya
membentuk
identitasnya
4 Endah Harisun, Identifikasi dan metode penelitian a. Tingkat Kondisi analisis deskriptif mengidentifikasi
M. Amrin MS. Penanganan deskriptif Bangunan: kualitatif dan menangani
Conoras, Kawasan Kumuh - Kepadatan kawasan kumuh
Muhammad Pada Kelurahan Bangunan pada Kelurahan
Darwis (2019) Makassar Timur - Kondisi Makassar Timur
Bangunan RT 01/RW 01 di
Temporer kota Ternate
- Jarak Antar
Bangunan
b. Kondisi Prasarana
Sarana
- Kondisi Jalan
- Kondisi Drainase
- Kondisi Air
Limbah
- Kondisi
32
Persampahan
5 Hafsah Fatihul Identifikasi Metode Penelitian Kondisi Bangunan Analisis prioritas kriteria-
Ilmy dan Yanto Penentuan n AHP (Analytical Gedung penentuan bobot kriteria yang
Budisusanto Prioritas Kriteria Hierarcy Process) Kondisi Jalan prioritas kriteria- berpengaruh
(2017) Kawasan Lingkungan kriteria yang terhadap
Permukiman Kondisi Penyedia berpengaruh kawasan
Kumuh Perkotaan Air Minum terhadap permukiman
Menggunakan Kondisi Drainase kawasan kumuh di
Metode AHP Lingkungan permukiman wilayah
(Analytical Kondisi kumuh di penelitian
Hierarcy Process) Pengelolaan wilayah
Limbah penelitian
Kondisi Pengelola
Persampahan
Kondisi Proteksi
Kebakaran
Sumber : Analisis Penulis, 2020
33
BAB III
METODE PENELITIAN
34
dengan data empiris, baik yang bersifat konkret maupun abstrak yang
ditransformasikan menjadi data yang konkret. Penelitian terapan dengan jenis
penelitian kualitatif digunakan karena penelitian ini tidak bersifat menguji hipotesis
dari suatu teori melainkan mengeksplorasi suatu permasalahan yang sedang terjadi
dengan memanfaatkan teori-teori yang telah ada. Selain itu data yang digunakan
merupakan data yang telah ada, bukan merupakan data-data yang didapat secara
eksperimental. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menunjukkan
hubungan antar variabel dengan metode statistik (Sarwono, 2006), khususnya
dalam pengidentifikasian karakteristik permukiman kumuh dan perumusan strategi
penanganan permukiman kumuh pada Kelurahan Baru Tengah, Kota Balikpapan.
35
data kualitatif yang digunakan pada penelitian ini meliputi kondisi lingkungan
permukiman kumuh.
A. Primer
B. Sekunder
36
dalam pengerjaan penelitian ini. Kemudian juga dilakukan teknik survei
instansional yaitu mendapatkan data dari instansi terkait.
Data sekunder yang dibutuhkan berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP) Kota Balikpapan, Peraturan Daerah (PERDA) Kota
Balikpapan Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.
37
No. Sasaran Penelitian Metode Alat Analisis Deskripsi
Analisis Data
2.
Menganalisis faktor- Kualitatif Analisis Faktor Bertujuan
faktor penyebab untuk
perkembangan mengidentifik
permukiman kumuh di asi faktor dari
Kelurahan Baru Tengah variabel yang
tidak terukur
sesuai dengan
tinjauan
Pustaka dan
teori
3.
Menyusun arahan Kualitatif Deskriptif -
penanganan Kualitatif
permukiman kumuh di
Kelurahan Baru Tengah
38
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
02/PRT/M/2016 untuk menentukan tingkat kekumuhan.
39
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
Kepadatan Bangunan Tingkat kepadatan
bangunan yang
diukur melalui
jumlah bangunan
per Ha
Pertambahan Luas
Bangunan Kumuh perkembangan
permukiman kumuh
(Ha)
Jarak antar Bangunan Jarak antar sisi
bangunan satu
dengan bangunan
lainnya
Kondisi Kualitas Jaringan Jalan Jenis perkerasan &
Sarana dan Lingkungan lebar jalan yang
Prasarana digunakan
Kualitas Drainase Ketersediaan
jaringan drainase di
wilayah di wilayah
penelitian
Kualitas Jaringan air Tingkat pelayanan
Minum (terlayani atau tidak
terlayani)
penggunaan
fasilitas air bersih
yang tidak terlayani
fasilitas air bersih
(PDAM, non PDAM,
dll), dan tingkat
40
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
konsumsi
penggunaaan
jaringan air.
Kualitas Persampahan Jenis sistem
persampahan
berdasarkan pola
pengelolaan
sampah yang mulai
dari awal sampah
dibuang hingga
pembuangan akhir
dan di
proses(dibuang
sembarangan, open
dumping,cotrolled
landfill,dll)
Kualitas air limbah Jumlah MCK
indivisu dan umum
yang tersedia (unit)
Mitigasi Kategori Bencana Berdasarkan kondisi
Bencana eksisting dan jenis
nya
Penanggulangan Upaya yang
Bencana dilakukan meliputi
penetapan
kebijakan
pembangunan dan
kegiatan
pencegahan
41
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
bencana
Kondisi Kepadatan penduduk Tingkatan
Sosial kepadatan
Masyarakat penduduk per Ha
Pertumbuhan Besaran proyeksi
penduduk laju pertumbuhan
penduduk setiap
tahunnya
Kegiatan Masyarakat Aktifitas masyarakat
dalam sehari-hari
Tingkat pendidikan Jenis Pendidikan
yang ditempuh dan
klasifikasinya
2. Faktor – Kondisi Fisik Kepemilikan Rumah Kategori
Faktor Bangunan kepemilikan Rumah
Penyebab Kualitas Bangunan Berdasarkan
material jenis &
kontruksi bangunan
Kepadatan Bangunan Tingkat kepadatan
bangunan yang
diukur melalui
jumlah bangunan
per Ha
Kondisi Kualitas sarana dan
sarana dan prasarana
prasarana Ketersediaan sarana
dan prasarana
3. Arahan Pemugaran Fisik dan lingkungan Kegiatan yang
42
NO. Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional
Penanganan mengembalikan
Kawasan kondisi fisik sesuai
Permukiman dengan aslinya
kumuh Peremajaan Lingkungan Pembongkaran atas
dasar kepemilikan
tanah dan akan
dibangun dengan
kesesuaian fasilitas
lingkungan
Permukima Penyediaan sarana dan Upaya yang
n kembali prasarana dilakukan untuk
merelokasi
bangunan yang
telah tergusur
termasuk
penyediaan
prasarana dan
sarana
Sumber: Analisis Penulis, 2020
43
(Aedi, 2010). Pada penelitian ini, memiliki jenis- jenis kebutuhan data
dan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
B. Sumber Data
44
Tabel 3.4 Data Sekunder Survei Instansi
45
pengembangan ini memerlukan beberapa acuan validasi seperti teori
terkait, penerapan (best practice) di lokasi lain, dan kebijakan terkait.
2. Observasi lapangan
3. Wawancara
4. Survei Instansi
46
dibutuhkan beberapa data sekunder sebagai masukan (input) dari
salah satu sasaran dalam penelitian. Input tersebut meliputi beberapa
data dalam dokumen rencana serta data inventarisasi yang telah
diperoleh oleh instansi atau lembaga pemerintahan yang mencakup
gambaran umum wilayah penelitian.
47
kuantitatif/non-kuantitatif dalam model penentuan keputusan yang
mengandung resolusi konfliktual. Adapun prinsip dari pendekatan ini
berusaha mengakomodasi aspek-aspek kognitif, pengalaman dan
pengetahuan subjektif dari pengambil keputusan sebagai data dasar
yang menentukan dalam proses pengambilan keputusan.
48
Penggunaan metode ini dimulai dengan melakukan pemilihan
keputusan yang kompleks dan kemudian menggolongkan pokok
permasalahannya menjadi suatu elemen-elemen. Proses evaluasi
perbandingan antara elemen dan kriteria mendasarkan pertimbangan
subjektif mengambil suatu keputusan. Skala pembobotan pada proses
analsisi ini mencerminkan tingkat preferensi atau kepentingan suatu
perbandingan elemen keputusan dalam kontribusinya terhadap pencapaian
suatu tujuan pada hiraki yang lebih atas. Analisis faktor prioritas penyebab
kumuh pada kawasan permukiman kumuh di kelurahan Baru Tengah
didasarkan pada tiga stakeholder yang memiliki kepentingan berbeda atas
kawasan permukiman kumuh. masing- masing pihak diwakili oleh beberapa
responden dengan mengakomodasi aspek-aspek kognitif, pengalaman dan
pengetahuan subyektif dari pengambil keputusan, sebagai data dasar yang
menentukan dalam proses pengambilan keputusan.
49
a) Teori atau peraturan yang berkaitan serta relavan
dengan faktor-faktor berpengaruh terhadap pengembangan di wilayah
penelitian.
50
DAFTAR PUSTAKA
Zulkarnaini, W. R., Elfindri, E., & Sari, D. T. (2019). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Permukiman Kumuh di Kota Bukittinggi. Jurnal Planologi, 16(2),
169-188.
Harisun, E., Conoras, M. A. M., & Darwis, M. (2019). Identifikasi dan Penanganan
Kawasan Kumuh pada Kelurahan Makassar Timur. TECHNO: Jurnal Penelitian,
8(1), 259-270.
Ilmy, H. F., & Budisusanto, Y. (2017). Identifikasi Penentuan Prioritas Kriteria Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarcy
Process). Jurnal Teknik ITS, 6(1), C19-C21.
Subadi, & Buchori, I. 2013. Faktor - Faktor Yang Membedakan Bentuk Mitigasi Rob
Masyarakat di Kawasan Pesisir Semarang. Jurnal Teknik PWK 2(4): 1007 - 1017.
Putra, B. C., & Pigawati, B. 2013. Perubahan Karakteristik Permukiman Pesisir Pada
Kawasan Wisata Pantai Alam Randusanga Indah Kabupaten Brebes. Jurnal
Teknik PWK 2: 444 - 456.
Suprijanto dalam Laporan Fakta dan Analisa Permukiman Atas Air Balikpapan Barat
TA 2012
51
LAMPIRAN
52