Oleh :
Abdul Rahim Sya’ban, SKM., M.Sc
NIDN : 0914068202
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi ……………………………………………… 1
B. Permasalahan ……………………………………………… 3
C. Justifikasi Permasalahan Berdasarkan Prioritas .................................. 3
Daftar Pustaka
LAMPIRAN :
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Lampiran 2. Gambaran IPTEKS Yang Akan Di transfer Ke Mitra
Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah Mitra
Lampiran 4. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra IbM
iii
RINGKASAN
Desa Puupi adalah salah satu dari 31 desa di wilayah Kecamatan Kolono Kabupaten
Konawe Selatan yang terletak 12 km ke arah utara ibukota Kecamatan Kolono dengan luas
desa ± 19,872 km2. Desa Puupi merupakan wilayah pesisir pantai yang terdiri dari 4 dusun
dengan 199 kepala keluarga dan 793 jiwa. Letak desa yang sebelah utara berbatasan
langsung dengan teluk kolono memberi peluang kerja 116 KK masyarakat desa Puupi
yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan sebagian bekerja sebagai penambang
pasir yang memiliki kebiasaan buang air besar di pesisir pantai. Jumlah penduduk yang
berstatus pendidikan sebanyak 486 jiwa dengan mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar
sebanyak 335 Jiwa, hal ini menyebabkan masyarakat desa ini jauh dari pemahaman akan
hidup bersih dan sehat.
Program ini bertujuan untuk membangun pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan menyediakan jamban keluarga yang di
desain sesuai dengan kondisi wilayah pesisir yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara
efisien sehingga masyarakat terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan
pemanfaatan jamban keluarga.
Metode yang kami tawarkan adalah pengelolaan lingkungan melalui pembangunan
jamban keluarga sederhana yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah pesisir dengan
memanfaatkan khasanah lokal yang ada di masyarakat yaitu pemanfaatan pasir yang
berasal dari kelompok masyarakat pekerja penambang pasir di dusun IV dan kelompok
pekerja nelayan yang berada di dusun III Desa Puupi Kecamatan Kolono Kabupaten
Konawe Selatan yang diikuti dengan program peningkatan kapasitas masyarakat melalui
demonstrasi plot dan penyuluhan mengenai pemanfaatan jamban dan penanggulangan
penyakit menular yang diakibatkan oleh kebiasaan buang air besar di sembarang tempat
masyarakat sekitar.
Terlaksananya IbM yang kami gagas diharapkan dapat menggerakkan masyarakat
setempat untuk dapat mereplikasi desain jamban keluarga yang sesuai untuk wilayah
pesisir dan paham akan dampak penyakit yang diakibatkan buang air besar disembarang
tempat sehingga masyarakat dapat membangun perilaku hidup bersih dan sehat.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Desa Puupi adalah salah satu dari 31 desa di wilayah Kecamatan Kolono
Kabupaten Konawe Selatan yang terletak 12 km ke arah utara ibukota Kecamatan
Kolono dengan luas desa ± 19,872 km2. Desa Puupi merupakan wilayah pesisir pantai
yang terdiri dari 4 dusun dengan 199 kepala keluarga dan 793 jiwa. Letak desa yang
sebelah utara berbatasan langsung dengan teluk kolono memberi peluang kerja 116 KK
masyarakat desa Puupi yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan sebagian
bekerja sebagai penambang pasir. Jumlah penduduk yang berstatus pendidikan sebanyak
486 jiwa dengan mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar sebanyak 335 Jiwa, hal ini
menyebabkan masyarakat desa ini jauh dari pemahaman akan hidup bersih dan sehat.
Gambaran status kesehatan masyarakat ditinjau dari jumlah tenaga kesehatan
masih sangat minim tenaga kesehatan yang ada masih bergantung pada tenaga kesehatan
dari puskesmas kecamatan dengan jumlah tenaga kesehatan masyarakat di bidang
lingkungan 1 orang dan 2 orang dokter PTT. Angka kesakitan penduduk berdasarkan
profil Puskesmas Kolono tahun 2013, dari 712 pasien yang berkunjung di Puskesmas
Kolono 117 pasen menderita penyakit diare sekaligus merupakan peringkat 1 dalam 10
penyakit terbesar di wilayah ini. Tingkat pendapatan masyarakat desa Puupi sebagian
besar berpenghasilan < Rp. 500.000,- yaitu sebanyak 43,4% menunjukkan kurangnya
minat masyarakat untuk menerapkan program hidup bersih dan sehat khususnya
mengenai keberadaan dan pemanfaatan jamban keluarga. Selain Pendapatan masyarakat
yang rendah, wilayah pesisir pantai dianggap sebagai sarana praktis untuk melakukan
Buang Air Besar (BAB) masyarakat jika dibandingkan dengan pembuatan jamban
keluarga yang dianggap dianggap pemborosan biaya hidup. Hasil survey cepat yang
kami lakukan dari 83 KK yang kami ceklist mengenai keberadaan jamban keluarga 51
KK tidak memiliki jamban dengan alasan tidak mampu secara ekonomi dan pesisir
pantai merupakan sarana praktis BAB bagi mereka, dari 140 responden yang kami
wawancarai menunjukkan 36 responden (25,71%) yang buang air di kakus/WC
sedangkan yang buang air besar di tempat terbuka mayoritas di pesisir pantai sebesar 104
responden (74,29%).
1
Perilaku masyarakat yang BAB di sembarang tempat tentunya menimbulkan
permasalahan kesehatan. Dilihat dari sisi kesehatan masyarakat masalah pembuangan
kotoran manusia merupakan masalah pokok yang perlu penanganan sedini mungkin.
Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang multikompleks yang
mampu menyebarkan penyakit melalui bermacam cara yaitu melalui makanan, minuman,
air, tanah yang terkontaminasi langsung dengan tubuh manusia sebagai penjamu (host).
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja, jelas akan mempercepat penyebaran
penyakit diantaranya tipus, diare, disentri, kolera dan sebagainya. Mencegah sekurang-
kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, pembuangan kotoran
manusia dapat di kelola dengan baik tentunya perlu adanya contoh jamban yang sehat
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Jamban di pedesaan khususnya di wilayah pesisir yang sehat harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Tidak mengotori permukaan tanah/daratan di sekeliling jamban.
2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak dan binatang-binatang
yang dapat menjadi vektor penyakit.
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan di pelihara
7. Sederhana desainnya, murah, dapat di terima oleh pemakainya.
Persyaratan ini dapat dipenuhi jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebaiknaya jamban tertutup artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan,
serangga dan binatang-binatang lain dan terlindung dari pandangan orang.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat
dan tahan dalam berbagai kondisi.
3. Bangunan jamban sedapat mungkin di tempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau dan mengganggu kenyamanan masyarakat.
4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
2
B. Permasalahan
a. Identifikasi Permasalahan Yang Di Hadapi Mitra
Desa Puupi diambil sebagai lokasi pelaksanaan program IbM berdasarkan
analisis situasi dan banyaknya keluhan masyarakat utamanya kelompok masyarakat
yang bekerja sebagai nelayan dan kelompok masyarakat yang bekerja sebagai
penambang pasir mengenai gangguan penyakit dan Permasalahan yang di hadapi
masyarakat yaitu:
1. Tingginya angka penyakit diare di Desa Puupi
2. Kebiasaan masyarakat buang air besar di sembarang tempat utamanya daerah
pesisir pantai.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat dan penggunaan jamban.
4. Kurangnya pemahaman masyarakat akan keberadaan jamban sederhana yang
ekonomis dengan pemanfaatan khasanah lokal.
b. Justifikasi Permasalahan Berdasarkan Urutan Prioritas
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan jamban dan
penyakit-penyakit yang timbul akibat membuang air besar di sembarang tempat.
2. Melakukan penyuluhan dan demonstrasi plot mengenai pemeliharaan dan
pemanfaatan jamban keluarga.
3. Membangun jamban keluarga percontohan yang sesuai dengan desain wilayah
pesisir.
4. Mengembangkan desain jamban percontohan agar dapat di replikasi masyarakat
sebagai suatu kebutuhan.
3
BAB II
TARGET DAN LUARAN
a. Secara Umum
Target luaran yang dihasilkan dalam program IbM ini adalah tersedia dan
termanfaatkannya jamban keluarga yang sesuai dengan kondisi wilayah pesisir serta
terbangunnya kesadaran masyarakat akan prilaku hidup bersih dan sehat serta
terhindar dari penyakit khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban
keluarga. Permasalahan yang muncul pada masyarakat Desa Puupi dengan kebiasaan
buang air besar disembarang tempat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap
masyarakat terutama penyakit diare, pencemaran lingkungan dan kebiasaan
masyarakat yang kurang sehat. Terlaksananya IbM yang kami gagas diharapkan dapat
menjadi rekomendasi pihak pemerintah khususnya desa setempat untuk
menggerakkan masyarakat agar dapat mereplikasi desain jamban keluarga yang sesuai
untuk wilayah pesisir dan paham akan dampak penyakit yang diakibatkan buang air
besar disembarang tempat sehingga masyarakat dapat mengantisipasi melalui perilaku
hidup bersih dan sehat.
b. Secara Khusus
Luaran yang diharapkan dapat di capai pada saat program IbM berlangsung adalah:
1. Sebanyak 70% anggota kelompok masyarakat sasaran aktif dalam kegiatan Forum
Group Diskusi (FGD) agar penyatuan visi program sesuai dengan keinginan dan
harapan masyarakat.
2. Sebanyak 70% anggota kelompok masyarakat sasaran aktif dalam kegiatan
penyuluhan dan demonstrasi plot pemeliharaan dan pemanfaatan jamban keluarga
yang dilaksanakan.
3. Sebanyak 60% anggota kelompok sasaran aktif dalam pembangunan desain
jamban keluarga yang sesuai dengan wilayah pesisir Desa Puupi.
4. Masyarakat dapat mereplikasi desain jamban keluarga sederhana yang sesuai
dengan wilayah pesisir pantai.
5. Artikel pengabdian masyarakat
4
BAB III
METODE PELAKSANAAN
5
membuka wawasan masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
utamanya yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban keluarga di wilayah pesisir.
6
5. Monitoring dan evaluasi program dengan melibatkan seluruh perangkat desa dan
puskesmas setempat serta steakholder lainnya mengenai program pembangunan dan
pemanfaatan jamban keluarga bagi masyarakat pesisir di Desa Puupi Kecamatan Kolono
Kabupaten Konawe Selatan. Monitoring dan evaluasi dilakukan setelah 2 bulan
pembangunan jamban keluarga dengan indikator adanya masyarakat yang dapat
mereplikasi pembangunan jamban keluarga serta termanfaatkannya secara efisien jamban
keluarga yang telah ada, terpeliharanya kesehatan serta kebersihan jamban merupakan
indikator pemanfaatan jamban keluarga yang telah dicanangkan. Hasil monitoring
menunjukkan perubahan perilaku masyarakat dari sebelum adanya intervensi dan setelah
adanya intervensi program IbM yang dilaksanakan.
7
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
8
Program pengabdian yang dilakukan merupakan program kerjasama STIKES MW dengan
pihak desa dan kelurahan melalui MoU yang dibangun oleh pihak STIKES MW dengan
pihak kelurahan binaan wilayah pesesir yaitu Kelurahan Talia No. 2801.D/STIKES-
MW/XII/2012 dan MoU yang dibangun oleh pihak STIKES MW dengan desa binaan
wilayah pegunungan yaitu Desa Lakomea No. 0062.D/STIKES-MW/I/2013
9
BAB V
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Ringkasan Pembiayaan
Anggaran biaya yang diperlukan dalam pelaksana program IbM ini berjumlah
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) yang terdiri atas komponen gaji/honorarium tim
pelaksana, pembelian bahan dan peralatan yang akan digunakan, biaya transport
pelaksana dan peserta, serta biaya pelaporan. Ringkasan biaya yang diperlukan disusun
sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Anggaran Biaya
No JENIS PEMBIAYAAN JUMLAH (Rp)
1. Honorarium 15.000.000,-
3. Bahan Habis Pakai 8.550.000,-
4. Perjalanan dan Akomodasi 13.500.000,-
5. Lain-lain 12.950.000,-
Jumlah Total 50.000.000,-
10
8. Closet jongkok 2 Bh Rp. 300.000 Rp. 6.00.000
9. Kayu balok 57 1 Kbk Rp 2.000.000 Rp. 2.000.000
10. Papan uk. 3 cm 1 Kbk Rp.2.000.000 Rp 2.000.000
11. Seng 7 6 Lbr Rp 50.000 Rp. 300.000
12. Paku 7 1 Kg Rp. 50.000 Rp. 50.000
13. Paku Seng 1 Kg Rp. 50.000 Rp. 50.000
14. Bata ½ Ret Rp. 500.000 Rp. 500.000
15. Batu Gunung 1 Ret Rp. 700.000 Rp. 700.000
16. Spanduk Penyuluhan 1 Bh Rp. 150.000 Rp. 150.000
Sub Total Rp. 8.550.000
PERJALANAN
No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah (Rp)
. (Rp)
1. Transportasi Pelaksana Pelaksanaan 30 Rp. 150.000 Rp.13.500.000
(3 orang) Kegiatan
Sub Total Rp.13.500.000
LAIN-LAIN
No Kegiatan Jumlah/ Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Satuan
1. Penyuluhan Kesehatan 3 Rp. 3.150.000 Rp. 9.450.000
2. Pemantauan dan evaluasi 5 Rp. 400.000 Rp. 2.000.000
3. Pembuatan Laporan 4 Rp. 250.000 Rp. 1.000.000
4. Monev 1 Rp. 200.000 Rp. 250.000
5. Publikasi 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000
Sub Total Rp.12.950.000
Total Rp.50.000.000
11
B. Jadwal Kegiatan
Waktu (Bulan)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
TAHAP PERSIAPAN
1. Pembentukkan Tim
2. Persiapan Administrasi dan perizinan Kegiatan
3. Survei Awal Lokasi Mitra
4. Pertemuan Koordinasi dengan Ketua kelompok
penambang pasir dan Ketua Kelompok Masyarakat
Nelayan
5. Pembuatan Proposal Kegiatan
TAHAP PELAKSANAAN
1. Diskusi jadwal pelaksanaan
2. Penyuluhan Kesehatan
3. Pembuatan Jamban Percontohan
4. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan
TAHAP AKHIR
1. Pembuatan Laporan Akhir Kegiatan
2. Monev
12
Daftar Pustaka
Azwar, Asrul. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya.
Jakarta.
Soemardi, Joseph. 1989. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah, Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.
Soemirat Juli. 2010. Epidemiologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
13