Anda di halaman 1dari 31

USULAN PROGRAM

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM Desa Puupi Permasalahan Jamban Keluarga di Wilayah Pesisir

Oleh :
Abdul Rahim Sya’ban, SKM., M.Sc
NIDN : 0914068202

Muhammad Idrus, SKM., M.Kes


NIDN : 1920025001

Marlina Iko, SKM


NIDN : 0923037803

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA


(STIKES-MW) KENDARI
2014

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………... i


HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii
RINGKASAN ....................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi ……………………………………………… 1
B. Permasalahan ……………………………………………… 3
C. Justifikasi Permasalahan Berdasarkan Prioritas .................................. 3

BAB II TARGET DAN LUARAN


A. Target Umum ........................................................................ 4
B. Target Khusus ……………………………………………… 4

BAB III METODE PELAKSANAAN


A. Metode Pendekatan Yang di Tawarkan .............................................. 5
B. Rencana Pelaksanaan Kegiatan ............................................... 5

BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI


A. Kinerja LPPM STIKES Mandala Waluya Kendari ........................... 8
B. Jenis Kepakaran Yang Di Perlukan ............................................... 9

BAB V BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


A. Anggaran Biaya ........................................................................ 10
B. Jadwal Kegiatan ........................................................................ 12

Daftar Pustaka

LAMPIRAN :
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Lampiran 2. Gambaran IPTEKS Yang Akan Di transfer Ke Mitra
Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah Mitra
Lampiran 4. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra IbM

iii
RINGKASAN

Desa Puupi adalah salah satu dari 31 desa di wilayah Kecamatan Kolono Kabupaten
Konawe Selatan yang terletak 12 km ke arah utara ibukota Kecamatan Kolono dengan luas
desa ± 19,872 km2. Desa Puupi merupakan wilayah pesisir pantai yang terdiri dari 4 dusun
dengan 199 kepala keluarga dan 793 jiwa. Letak desa yang sebelah utara berbatasan
langsung dengan teluk kolono memberi peluang kerja 116 KK masyarakat desa Puupi
yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan sebagian bekerja sebagai penambang
pasir yang memiliki kebiasaan buang air besar di pesisir pantai. Jumlah penduduk yang
berstatus pendidikan sebanyak 486 jiwa dengan mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar
sebanyak 335 Jiwa, hal ini menyebabkan masyarakat desa ini jauh dari pemahaman akan
hidup bersih dan sehat.
Program ini bertujuan untuk membangun pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan menyediakan jamban keluarga yang di
desain sesuai dengan kondisi wilayah pesisir yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara
efisien sehingga masyarakat terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan
pemanfaatan jamban keluarga.
Metode yang kami tawarkan adalah pengelolaan lingkungan melalui pembangunan
jamban keluarga sederhana yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah pesisir dengan
memanfaatkan khasanah lokal yang ada di masyarakat yaitu pemanfaatan pasir yang
berasal dari kelompok masyarakat pekerja penambang pasir di dusun IV dan kelompok
pekerja nelayan yang berada di dusun III Desa Puupi Kecamatan Kolono Kabupaten
Konawe Selatan yang diikuti dengan program peningkatan kapasitas masyarakat melalui
demonstrasi plot dan penyuluhan mengenai pemanfaatan jamban dan penanggulangan
penyakit menular yang diakibatkan oleh kebiasaan buang air besar di sembarang tempat
masyarakat sekitar.
Terlaksananya IbM yang kami gagas diharapkan dapat menggerakkan masyarakat
setempat untuk dapat mereplikasi desain jamban keluarga yang sesuai untuk wilayah
pesisir dan paham akan dampak penyakit yang diakibatkan buang air besar disembarang
tempat sehingga masyarakat dapat membangun perilaku hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci : Jamban Keluarga, Perilaku Masyarakat, Penyakit Akibat BAB di


sembarang tempat, Khasanah Lokal

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi
Desa Puupi adalah salah satu dari 31 desa di wilayah Kecamatan Kolono
Kabupaten Konawe Selatan yang terletak 12 km ke arah utara ibukota Kecamatan
Kolono dengan luas desa ± 19,872 km2. Desa Puupi merupakan wilayah pesisir pantai
yang terdiri dari 4 dusun dengan 199 kepala keluarga dan 793 jiwa. Letak desa yang
sebelah utara berbatasan langsung dengan teluk kolono memberi peluang kerja 116 KK
masyarakat desa Puupi yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan sebagian
bekerja sebagai penambang pasir. Jumlah penduduk yang berstatus pendidikan sebanyak
486 jiwa dengan mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar sebanyak 335 Jiwa, hal ini
menyebabkan masyarakat desa ini jauh dari pemahaman akan hidup bersih dan sehat.
Gambaran status kesehatan masyarakat ditinjau dari jumlah tenaga kesehatan
masih sangat minim tenaga kesehatan yang ada masih bergantung pada tenaga kesehatan
dari puskesmas kecamatan dengan jumlah tenaga kesehatan masyarakat di bidang
lingkungan 1 orang dan 2 orang dokter PTT. Angka kesakitan penduduk berdasarkan
profil Puskesmas Kolono tahun 2013, dari 712 pasien yang berkunjung di Puskesmas
Kolono 117 pasen menderita penyakit diare sekaligus merupakan peringkat 1 dalam 10
penyakit terbesar di wilayah ini. Tingkat pendapatan masyarakat desa Puupi sebagian
besar berpenghasilan < Rp. 500.000,- yaitu sebanyak 43,4% menunjukkan kurangnya
minat masyarakat untuk menerapkan program hidup bersih dan sehat khususnya
mengenai keberadaan dan pemanfaatan jamban keluarga. Selain Pendapatan masyarakat
yang rendah, wilayah pesisir pantai dianggap sebagai sarana praktis untuk melakukan
Buang Air Besar (BAB) masyarakat jika dibandingkan dengan pembuatan jamban
keluarga yang dianggap dianggap pemborosan biaya hidup. Hasil survey cepat yang
kami lakukan dari 83 KK yang kami ceklist mengenai keberadaan jamban keluarga 51
KK tidak memiliki jamban dengan alasan tidak mampu secara ekonomi dan pesisir
pantai merupakan sarana praktis BAB bagi mereka, dari 140 responden yang kami
wawancarai menunjukkan 36 responden (25,71%) yang buang air di kakus/WC
sedangkan yang buang air besar di tempat terbuka mayoritas di pesisir pantai sebesar 104
responden (74,29%).

1
Perilaku masyarakat yang BAB di sembarang tempat tentunya menimbulkan
permasalahan kesehatan. Dilihat dari sisi kesehatan masyarakat masalah pembuangan
kotoran manusia merupakan masalah pokok yang perlu penanganan sedini mungkin.
Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang multikompleks yang
mampu menyebarkan penyakit melalui bermacam cara yaitu melalui makanan, minuman,
air, tanah yang terkontaminasi langsung dengan tubuh manusia sebagai penjamu (host).
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja, jelas akan mempercepat penyebaran
penyakit diantaranya tipus, diare, disentri, kolera dan sebagainya. Mencegah sekurang-
kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, pembuangan kotoran
manusia dapat di kelola dengan baik tentunya perlu adanya contoh jamban yang sehat
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Jamban di pedesaan khususnya di wilayah pesisir yang sehat harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Tidak mengotori permukaan tanah/daratan di sekeliling jamban.
2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak dan binatang-binatang
yang dapat menjadi vektor penyakit.
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan di pelihara
7. Sederhana desainnya, murah, dapat di terima oleh pemakainya.
Persyaratan ini dapat dipenuhi jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebaiknaya jamban tertutup artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan,
serangga dan binatang-binatang lain dan terlindung dari pandangan orang.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat
dan tahan dalam berbagai kondisi.
3. Bangunan jamban sedapat mungkin di tempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau dan mengganggu kenyamanan masyarakat.
4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

2
B. Permasalahan
a. Identifikasi Permasalahan Yang Di Hadapi Mitra
Desa Puupi diambil sebagai lokasi pelaksanaan program IbM berdasarkan
analisis situasi dan banyaknya keluhan masyarakat utamanya kelompok masyarakat
yang bekerja sebagai nelayan dan kelompok masyarakat yang bekerja sebagai
penambang pasir mengenai gangguan penyakit dan Permasalahan yang di hadapi
masyarakat yaitu:
1. Tingginya angka penyakit diare di Desa Puupi
2. Kebiasaan masyarakat buang air besar di sembarang tempat utamanya daerah
pesisir pantai.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat dan penggunaan jamban.
4. Kurangnya pemahaman masyarakat akan keberadaan jamban sederhana yang
ekonomis dengan pemanfaatan khasanah lokal.
b. Justifikasi Permasalahan Berdasarkan Urutan Prioritas
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan jamban dan
penyakit-penyakit yang timbul akibat membuang air besar di sembarang tempat.
2. Melakukan penyuluhan dan demonstrasi plot mengenai pemeliharaan dan
pemanfaatan jamban keluarga.
3. Membangun jamban keluarga percontohan yang sesuai dengan desain wilayah
pesisir.
4. Mengembangkan desain jamban percontohan agar dapat di replikasi masyarakat
sebagai suatu kebutuhan.

3
BAB II
TARGET DAN LUARAN

a. Secara Umum
Target luaran yang dihasilkan dalam program IbM ini adalah tersedia dan
termanfaatkannya jamban keluarga yang sesuai dengan kondisi wilayah pesisir serta
terbangunnya kesadaran masyarakat akan prilaku hidup bersih dan sehat serta
terhindar dari penyakit khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban
keluarga. Permasalahan yang muncul pada masyarakat Desa Puupi dengan kebiasaan
buang air besar disembarang tempat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap
masyarakat terutama penyakit diare, pencemaran lingkungan dan kebiasaan
masyarakat yang kurang sehat. Terlaksananya IbM yang kami gagas diharapkan dapat
menjadi rekomendasi pihak pemerintah khususnya desa setempat untuk
menggerakkan masyarakat agar dapat mereplikasi desain jamban keluarga yang sesuai
untuk wilayah pesisir dan paham akan dampak penyakit yang diakibatkan buang air
besar disembarang tempat sehingga masyarakat dapat mengantisipasi melalui perilaku
hidup bersih dan sehat.

b. Secara Khusus
Luaran yang diharapkan dapat di capai pada saat program IbM berlangsung adalah:
1. Sebanyak 70% anggota kelompok masyarakat sasaran aktif dalam kegiatan Forum
Group Diskusi (FGD) agar penyatuan visi program sesuai dengan keinginan dan
harapan masyarakat.
2. Sebanyak 70% anggota kelompok masyarakat sasaran aktif dalam kegiatan
penyuluhan dan demonstrasi plot pemeliharaan dan pemanfaatan jamban keluarga
yang dilaksanakan.
3. Sebanyak 60% anggota kelompok sasaran aktif dalam pembangunan desain
jamban keluarga yang sesuai dengan wilayah pesisir Desa Puupi.
4. Masyarakat dapat mereplikasi desain jamban keluarga sederhana yang sesuai
dengan wilayah pesisir pantai.
5. Artikel pengabdian masyarakat

4
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Metode Pendekatan Yang Di Tawarkan


Program yang kami tawarkan adalah pengelolaan lingkungan melalui pembangunan
jamban sederhana yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah pesisir dengan memanfaatkan
khasanah lokal yang ada di masyarakat yaitu pemanfaatan pasir yang berasal dari kelompok
masyarakat pekerja penambang pasir di dusun IV dan kelompok pekerja nelayan yang berada
di dusun III Desa Puupi Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe Selatan yang diikuti dengan
program peningkatan kapasitas masyarakat melalui demonstrasi plot dan penyuluhan
mengenai pemanfaatan jamban dan penanggulangan penyakit menular yang diakibatkan oleh
kebiasaan buang air besar di sembarang tempat masyarakat sekitar.

B. Rencana Pelaksanaan Kegiatan


Dengan program yang direncanakan diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dan
memelihara jamban keluarga yang tersedia sehari-hari. Pelaksanaan program IbM yang akan
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Program awal yang akan dilakukan adalah melakukan koordinasi Perguruan Tinggi
STIKES Mandala Waluya dengan pihak Desa Puupi sebagai mitra dan kelompok
masyarakat sasaran dalam rangka identifikasi pihak-pihak dan tokoh masyarakat
setempat yang berperan aktif dalam pelaksanaan program. Kegiatan ini berlangsung
melalui pendekatan pada perangkat desa dengan memberikan pemahaman mengenai
bentuk program yang akan dilaksanakan termasuk koordinasi hubungan ke masyarakat
setempat terutama yang berhubungan dengan hal teknis dan peran aktif masyarakat
dalam program yang akan dilaksanakan.
2. Melakukan program Forum Group Discussion (FGD) dalam rangka meningkatkan
partisipasi masyarakat dan memberikan informasi mengenai permasalahan yang mereka
hadapi serta mencari solusi dari permasalahan kesehatan yang ada secara bersama-sama.
Kegiatan ini melahirkan rekomendasi dan mandat masyarakat bagi programer mengenai
program yang akan kami laksanakan terutama yang berhubungan dengan hal-hal yang
mereka hadapi terkait permasalahan BAB dan Jamban keluarga. mengapa masyarakat
belum memiliki jamban saat ini? Tahukah mereka akan pentingnya jamban keluarga?
Pemahaman masyarakat akan penyakit akibat BAB di sembarang tempat? sehingga peran
fasilitator dalam memberikan masukan dan solusi berdasarkan program tepat sasaran dan

5
membuka wawasan masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
utamanya yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban keluarga di wilayah pesisir.

3. Melakukan penyuluhan dan demonstrasi plot pemanfaatan, pemeliharaan serta


peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat khususnya yang berhubungan
dengan keberadaan jamban kelurga percontohan yang tersedia. Kegiatan penyuluhan
dilakukan sebagai langkah aplikatif fasilitator dalam membangun kesadaran masyarakat
akan akibat yang ditimbulkan oleh perilaku buang air besar masyarakat di sembarang
tempat. Penyuluhan menitik beratkan pada materi gambaran umum penyakit yang akan
muncul akibat tidak memiliki jamban, pencemaran lingkungan yang terjadi dan
pentingnya jamban keluarga. Demonstrasi plot dilakukan dengan memberikan
demonstrasi langsung mengenai cara penggunaan jamban dan pemanfaatannya serta
memberikan gambaran langsung kepada masyarakat tata cara perawatan dan
membersihkan jamban keluarga.
4. Membangun jamban percontohan sederhana yang ekonomis di dua dusun yaitu dusun III
dan dusun IV bagi masyarakat dengan memanfaatkan khasanah lokal yaitu pasir hasil
penambangan masyarakat sekitar dan pembangunan jamban percontohan masyarakat
yang memadai dibantu kelompok masyarakat nelayan. Jamban yang akan di bangun
sebagai jamban percontohan 2 unit di masing-masing dusun yaitu dusun III dan dusun IV
Desa Puupi Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe Selatan dengan desain sebagai
berikut :

6
5. Monitoring dan evaluasi program dengan melibatkan seluruh perangkat desa dan
puskesmas setempat serta steakholder lainnya mengenai program pembangunan dan
pemanfaatan jamban keluarga bagi masyarakat pesisir di Desa Puupi Kecamatan Kolono
Kabupaten Konawe Selatan. Monitoring dan evaluasi dilakukan setelah 2 bulan
pembangunan jamban keluarga dengan indikator adanya masyarakat yang dapat
mereplikasi pembangunan jamban keluarga serta termanfaatkannya secara efisien jamban
keluarga yang telah ada, terpeliharanya kesehatan serta kebersihan jamban merupakan
indikator pemanfaatan jamban keluarga yang telah dicanangkan. Hasil monitoring
menunjukkan perubahan perilaku masyarakat dari sebelum adanya intervensi dan setelah
adanya intervensi program IbM yang dilaksanakan.

7
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

A. Kinerja LPPM STIKES Mandala Waluya Kendari


Sektor pendidikan merupakan sentral yang berperan penting sebagai ujung tombak
perubahan masyarakat dengan slogan “agent of change” sektor pendidikan diharapkan
mampu melaksanakan perannya tidak hanya melakukan program pengajaran formal didalam
kampus namun mampu membawa perubahan didalam masyarakat melalui peran penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan tesebut STIKES Mandala Waluya
Kendari melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) STIKES
Mandala Waluya melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara rutin di dua
lokasi binaan yaitu kelurahan Talia yang mewakili wilayah pesisir pantai dan Desa Lakomea
yang mewakili wilayah pegunungan dalam bentuk :

Tabel 1. Kegiatan LPPM STIKES Mandala Waluya Kendari


Jenis Kegiatan
No Kompetensi Mitra Sumber Dana Tahun Nilai
Terprogram
1. Survey PHBS di Dana DIPA
Masyarakat 2013 20 Jt
Kelurahan Talia STIKES MW
2. Survey PHBS di Dana DIPA
Masyarakat 2013 20 Jt
Desa Lakomea STIKES MW
Penyuluhan Door to
3. Door Mengenai Dana DIPA
Masyarakat 2013 15 Jt
PHBS Kelurahan STIKES MW
Talia
Penyuluhan Door to
4. Door Mengenai Dana DIPA
Masyarakat 2013 15 Jt
PHBS di Desa STIKES MW
Lakomea
Penyuluhan Terpadu
10 paket mengenai
5. Dana DIPA
pemberantasan Masyarakat 2013 25 Jt
STIKES MW
penyakit di
Kelurahan Talia
Penyuluhan Terpadu
10 paket mengenai
6. Dana DIPA
pemberantasan Masyarakat 2013 25 Jt
STIKES MW
penyakit di Desa
Lakomea

8
Program pengabdian yang dilakukan merupakan program kerjasama STIKES MW dengan
pihak desa dan kelurahan melalui MoU yang dibangun oleh pihak STIKES MW dengan
pihak kelurahan binaan wilayah pesesir yaitu Kelurahan Talia No. 2801.D/STIKES-
MW/XII/2012 dan MoU yang dibangun oleh pihak STIKES MW dengan desa binaan
wilayah pegunungan yaitu Desa Lakomea No. 0062.D/STIKES-MW/I/2013

B. Jenis Kepakaran Yang Di Perlukan


Untuk melaksanakan program-program yang berhubungan dengan pengembangan
kesehatan masyarakat khususnya pada tema kami yaitu IbM Desa Puupi yang menghadapi
permasalahan jamban di wilayah pesisir unsur kepakaran yang di butuhkan yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2. Jenis Kepakaran Yang Di Perlukan
Permasalahan yang akan
Bidang
No. Nama dan Posisi dalam Tim ditangani dalam program
Keahlian
IbM
1. Abdul Rahim Sya’ban, SKM., M.Sc Kesehatan Kerja 1. Rancangan Desain
Jamban Yang Sesuai
Untuk Para pekerja di
Wilayah Pesisir.
2. Demonstrasi Plot
Pemeliharaan Jamban di
Wilayah Pesisir
2. Sjaifuddin, SKM., M.Kes Promosi 1. Sosialisasi Pelaksanaan
Kesehatan Program Melalui
gerakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Khususnya Mengenai
Pemanfaatan Jamban
2. Melakukan Forum
Group Discusion dan
menemukan
permasalahan dan
mandat masyarakat
mengenai pelaksanaan
program
3. Titi Saparina, SKM., M.Kes Epidemiologi 1. Penyuluhan mengenai
dampak penyakit akibat
BAB di sembarang
tempat dan dampak
lingkungan yang di
hadapi

9
BAB V
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Ringkasan Pembiayaan
Anggaran biaya yang diperlukan dalam pelaksana program IbM ini berjumlah
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) yang terdiri atas komponen gaji/honorarium tim
pelaksana, pembelian bahan dan peralatan yang akan digunakan, biaya transport
pelaksana dan peserta, serta biaya pelaporan. Ringkasan biaya yang diperlukan disusun
sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Anggaran Biaya
No JENIS PEMBIAYAAN JUMLAH (Rp)
1. Honorarium 15.000.000,-
3. Bahan Habis Pakai 8.550.000,-
4. Perjalanan dan Akomodasi 13.500.000,-
5. Lain-lain 12.950.000,-
Jumlah Total 50.000.000,-

Justifikasi Anggaran Pembiayaan

HONOR TIM PELAKSANA


Waktu
Honor/Jam
No Honor Jam/Mingg Minggu Jumlah (Rp)
(Rp)
u
1. Ketua 12 15.000,- 32 Rp. 5.760.000,-
2. Anggota 1 10 12.500,- 32 Rp. 4.000.000,-
3. Anggota 2 10 12.500,- 32 Rp. 4.000.000,-
4. Pelaksana Program 1 8 7.750,- 20 Rp. 1.240.000,-
Sub Total Rp. 15.000.000
BAHAN DAN ALAT
No Alat dan Bahan Justifikasi Jumlah/ Harga Satuan Jumlah (Rp)
. Satuan (Rp)
1. Pipa PVC ½ Inc Pembuatan 7 Bh Rp. 35.000 Rp. 245.000,-
2. Pipa L Jamban 10 Bh Rp. 5.000 Rp. 50.000,-
3. Pasir Percontohan ½ Ret Rp. 400.000 Rp. 400.000,-
4. Lem Pipa 1 Btl Rp. 15.000 Rp. 15.000,-
5. Kerikil ½ Ret Rp. 350.000 Rp. 350.000,-
6. Semen Tonasa 4 Sak Rp. 85.000 Rp. 340.000,-
7. Drum Milenium150 L 2 Bh Rp. 400.000 Rp. 800.000,-

10
8. Closet jongkok 2 Bh Rp. 300.000 Rp. 6.00.000
9. Kayu balok 57 1 Kbk Rp 2.000.000 Rp. 2.000.000
10. Papan uk. 3 cm 1 Kbk Rp.2.000.000 Rp 2.000.000
11. Seng 7 6 Lbr Rp 50.000 Rp. 300.000
12. Paku 7 1 Kg Rp. 50.000 Rp. 50.000
13. Paku Seng 1 Kg Rp. 50.000 Rp. 50.000
14. Bata ½ Ret Rp. 500.000 Rp. 500.000
15. Batu Gunung 1 Ret Rp. 700.000 Rp. 700.000
16. Spanduk Penyuluhan 1 Bh Rp. 150.000 Rp. 150.000
Sub Total Rp. 8.550.000
PERJALANAN
No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah (Rp)
. (Rp)
1. Transportasi Pelaksana Pelaksanaan 30 Rp. 150.000 Rp.13.500.000
(3 orang) Kegiatan
Sub Total Rp.13.500.000
LAIN-LAIN
No Kegiatan Jumlah/ Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Satuan
1. Penyuluhan Kesehatan 3 Rp. 3.150.000 Rp. 9.450.000
2. Pemantauan dan evaluasi 5 Rp. 400.000 Rp. 2.000.000
3. Pembuatan Laporan 4 Rp. 250.000 Rp. 1.000.000
4. Monev 1 Rp. 200.000 Rp. 250.000
5. Publikasi 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000
Sub Total Rp.12.950.000
Total Rp.50.000.000

11
B. Jadwal Kegiatan

Waktu (Bulan)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
TAHAP PERSIAPAN
1. Pembentukkan Tim
2. Persiapan Administrasi dan perizinan Kegiatan
3. Survei Awal Lokasi Mitra
4. Pertemuan Koordinasi dengan Ketua kelompok
penambang pasir dan Ketua Kelompok Masyarakat
Nelayan
5. Pembuatan Proposal Kegiatan
TAHAP PELAKSANAAN
1. Diskusi jadwal pelaksanaan
2. Penyuluhan Kesehatan
3. Pembuatan Jamban Percontohan
4. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan
TAHAP AKHIR
1. Pembuatan Laporan Akhir Kegiatan
2. Monev

12
Daftar Pustaka

Azwar, Asrul. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya.
Jakarta.

Alamsyah. 2006. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Di


Wilayah Kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Selayar. Tesis Yang Di
Publikasikan. Universitas Hasanuddin Makassar.

Kusnoputranto, Haryanto. 2005. Kesehatan Lingkungan, Departemen P dan K, FKM


Universitas Indonesia. Jakarta.

Nadhiro. 2009. Penyebab dan Gejala Diare. www.nadhiro.blog.unair.ac.id .diakses 19 April


2014.

Soemardi, Joseph. 1989. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah, Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.

Soemirat Juli. 2010. Epidemiologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Warman. 2007. Penyakit Diare di Indonesia. http://www.lkpk.org. diakses 19 April 2014

Winarno Bambang. 2000. Pemanfaatan dan Pemberdayaan Dalam Upaya Penanggulangan


Diare. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai