Anda di halaman 1dari 28

SISTEM SOSIAL MASYARAKAT PESISIR DI

KECAMATAN PERCUT, SEI TUAN

DOSEN PENGAMPU: NEILA SUSANTI, S.sos,.M.Si

KELOMPOK 3

DISUSUN OLEH :

1. Rizky Salim Silalahi (0604183053)


2. Ilham Assaukhan (0604182042)
3. Harun Arrasyd (0604183044)
4. Ridha Amalia Desky (0604183048)
5. Sri WulanDari (0604181001)

PRODI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

TP /2021- 2022
KATA PENGANTAR

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang tidak diperkaya dengan riset dan
hasil riset yang akan terasa lesu dan tidak berkembang, sementara pembelajaran yang
diperkaya dengan penelitian/riset dan hasil riset yang akan terasa berseri dan inovatif.
Artinya, riset merupakan pendekatan penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Oleh sebab itu, pengintegrasian pembelajaran dengan riset merupakan suatu keniscayaan.

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman / pengujian suatu cabang ilmu pengetahuan.

Pembelajaran berbasis riset adalah pembelajaran yang memadukan riset dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran berbasis riset (PBR) adalah sistem pengajaran yang bersifat
otentik problem solving dengan sudut pandang formulasi permasalahan, penyelesaian
masalah, mengkomunikasikan, manfaat hasil penelitian. Mini Riset adalah karya tulis
ilmiah hasil karya mahasiswa sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah. Tujuannya agar mahasiswa mampu menuangkan ide-ide kreatif dalam
memecahkan suatu pokok permasalahan kedalam bentuk karya tulis ilmiah. Untuk
membantu mahasiswa agar terampil dalam melakukan mini riset, diperlukan paduan, maka
paduan ini berfungsi untuk membantu, membimbing dan mengarakan mahasiswa, dalam
melaksanakan Mini riset. Panduan ini, dimulai dari pendahuluan. Selanjutnya, berturut-
turut membahas persiapan riset mini, sistematika laporan, dan penulisan bagian isi riset.
Pada akhirnya panduan mini riset ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ide-ide
kreatifnya kedalam suatu bentuk karya tulis sehingga kedepannya akan dapat membantu
mahasiswa tersebut dalam melakukan riset sebenarnya.

Medan, 13 desember 2021

( )
DAFTAR ISI

COVER ........................................................ i
KATA PENGANTAR .........................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................iii
ABSTRAK .........................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................v
a. Latar Belakang Masalah ..........................................................1
b. Rumusan Masalah ..........................................................2
c. Tujuan Masalah` ..........................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................vi
a. Sistem Sosial Masyarakat Pesisir ..........................................................3
b. Karakteristik Masyarakat Pesisir ..........................................................3
c. Peranan Perempuan Nelayan ..........................................................4
BAB III METODE PELAKSANAAN ............................................................vii
a. Jenis Penelitian & Lokasi Penelitian ..........................................................5
b. Pendekatan Penelitian ..........................................................5
c. Observasi ..........................................................5
d. Wawancara Mendalam ..........................................................6
e. Sumber Data ..........................................................6
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................viii
a. Gambaran Umum & Lokasi Penelitian ..........................................................7
b. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat ...........................................................8
Wilayah Dusun Bagan Desa Percut Sei
Tuan
BAB V PENUTUP .............................................................ix
a. Kesimpulan ............................................................9
b. Saran ............................................................9
LAMPIRAN FOTO/DOKUMENTASI .............................................................x
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................xi
ABSTRAK

Bagan Deli Percut merupakan desa yang berada di ujung Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Mata pencarian masyarakat desa Bagan Deli Percut kebanyakan
menjadi seorang nelayan.
Permasalahan yang dihadapi masyarakat yaitu adanya pemetaan terhadap suatu sistem
sosial masyarakat pesisir yang berada di Bagan Deli Percut Sei Tuan. Adanya
pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi di suatu Mata pencaharian masyarakat
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Bagan Kecamatan Percut Sei Tuan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi.

Dari hasil penelitian ini kondisi kehidupan sosial masyarakat nelayan di Percut Sei Tuan
merupakan masyarakat yang mayoritas penghasilannya sehari-hari dari hasil laut, mereka
itu adalah para nelayan. Kemudian faktor yang mempengaruhi kondisi kehidupan sosial
masyarakat nelayan di Bagan Deli Percut Sei Tuan mecangkup masalah keterbatasan
kualitas sumberdaya manusia, keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi
penangkapan dan hubungan kerja Patron-Klien dalam organisasi penangkapan yang
dianggap kurang menguntungkan Klien. Sehingga upaya masyarakat nelayan untuk
meningkatkan sumber ekonomi kehidupan masyarakat nelayan di Bagan Deli Percut Sei
Tuan yaitu dengan memberinya alat tangkap yang modern (lebih canggih dari yang
sekarang dipakai) sehingga akan tercipta kesejahteraan nelayan yang selama ini terkenal
dengan kemiskinannya.

Kata Kunci : Nelayan, Sosial Ekonomi, Patro-Klien.

Bagan Deli Percut is a village located at the end of Percut Sei Tuan District, Deli Serdang
Regency. The livelihood of the people of Bagan Deli Percut village is mostly being a
fisherman.

The problem faced by the community is that there is a mapping of a social system for
coastal communities in Bagan Deli Percut Sei Tuan. The existence of the use of natural
resources which become a community livelihood to improve the economy of the
community in Bagan, Percut Sei Tuan District.
Methods of data collection in this study through observation, interviews and
documentation.

From the results of this study, the social conditions of the fishing community in Percut
Sei Tuan are people whose daily income is from marine products, they are fishermen.
Then the factors that affect the social life conditions of the fishing communities in Bagan
Deli Percut Sei Tuan include the problem of the quality of human resources, the limited
ability of business capital and fishing technology and the Patron-Client working
relationship in organizations that are considered less profitable for the Client. So that the
fishing community's efforts to improve the economic resources of the fishing community
in Bagan Deli Percut Sei Tuan are by providing modern fishing gear (more sophisticated
than those currently used) so that the welfare of fishermen who are known for their
poverty will be created.

Keywords: Fishermen, Socio-Economic, Patro-Client.


BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan


jumlah pulau mencapai lebih kurang 17500 buah dan dikenal sebagai salah satu negara yang
memiliki keanekaragaman hayati terbesar, dengan kekayaan ragam flora dan faunanya.
Sehingga memungkinkan masyarakat yang berada di pesisir berprofesi sebagai nelayan.
Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluralistik tapi
masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat pesisir rata-rata
merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan perdesaan. Karena, struktur
masyarakat pesisir sangat plurar, sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang
merupakan akulturasi budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur
masyarakat. Secara sosiologis, karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakteristik
Masyarakat agraris karena perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Masyarakat
agraris yang direpresentasikan oleh kaum petani menghadapi sumber daya yang terkontrol,
yakni pengolahan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan hasil yang relatif bisa
diprediksi. Karakteristik tersebut berbeda sama sekali dengan nelayan. Nelayan menghadapi
sumber daya yang hingga saat ini masih bersifat akses terbuka. Karakteristik sumber daya
seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil
maksimal, yang demikian elemen risiko menjadi sangat tinggi kondisi sumber daya yang
beresiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka.
Sumber daya pesisir dan kelautan adalah aset yang penting bagi Indonesia. Dengan luas laut
3,2 juta KM2, Indonesia sesungguhnya memiliki sumber daya perikanan laut yang besar
dan beragam. Potensi Lestari sumber daya perikanan laut di Indonesia adalah 6,7 juta ton
per tahun dari berbagai jenis ikan, dengan demikian Sumatera Utara adalah salah satu
provinsi yang terletak di Indonesia bagian barat, potensi Kelautan dan Perikanan Sumatera
Utara terdiri dari Potensi perikanan tangkap dan Perikanan budidaya. produksi ikan tangkap
yang berasal dari berbagai kabupaten atau kotaSeperti : Medan, Sibolga, Asahan, Tanjung
Balai, Langkat, batubara, dan Serdang Bedagai. semua hasil tangkap nelayan pesisir
tersebut berbagai macam jam seperti adanya sistem pukat harimau, menjaring, memancing,
dan lain-lain. Mata pencaharian merupakan cara atau alat memperoleh nafkah guna
mempertahankan hidup manusia, bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa dengan adanya
mata pencaharian manusia dapat meningkatkan kesejahteraan dalam hidupnya, seperti yang
terdapat pada penduduk kecamatan Percut Sei Tuan yang di mana setiap orang memiliki
peran dan kedudukannya masing-masing untuk mensejahterakan hidupnya. Terlebih lagi
akan diuraikan pada pembahasan berikutnya mengenai suatu sistem sosial masyarakat
pesisir serta karakteristik masyarakat pesisir yang berada di Bagan Kecamatan Percut Sei
Tuan.

A. Latar belakang masalah


Mengenai latar belakang masalah seperti yang diuraikan di awal pendahuluan dalam
tulisan Ini, yaitu itu Mencari serta mendalami suatu sistem sosial masyarakat pesisir
yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan. Mulai dari sistem kekerabatan terhadap
individu dengan kelompok, sistem mata pencaharian, serta sistem keagamaan dan
kebudayaan yang berada di Percut Sei Tuan.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang menjadi problem awal dalam Mini riset tersebut, adanya
pemetaan terhadap suatu sistem sosial masyarakat pesisir yang berada di Percut Sei
Tuan. Ditambah lagi adanya pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi di suatu
Mata pencaharian masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di
Bagan Kecamatan Percut Sei Tuan. Serta peranan perempuan dalam memenuhi
kebutuhan hidup.
C. Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam Mini riset ini yaitu melihat suatu pemenuhan
kebutuhan hidup terhadap mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
Percut Sei Tuan. Ditambah lagi dengan adanya tinjauan yang mendalam pada suatu
sistem nilai agama serta budaya. Selain itu melihat suatu implikasi sosial masyarakat
dalam kodrat gender khususnya perempuan yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya. Serta melihat suatu stratifikasi masyarakat pesisir.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem sosial Masyarakat Pesisir


Mengenai pembahasan sistem sosial menyebutkan bahwa konsep serta
pengertian sistem sosial lebih menekankan pada hubungan hubungan yang
berlangsung antara manusia dan manusia, manusia dan masyarakat, masyarakat dan
masyarakat, yang hampir selalu atau bahkan selalu dalam kerangka suatu satuan atau
organisasi, sebagai kesatuan bersistem yang senantiasa berinteraksi, yakni interaksi
sosial sehingga disampaikan bahwa setiap satuan masyarakat adalah bersistem, yang
kemudian dikenal dengan sistem sosial yaitu satuan masyarakat yang bersistem.
Sistem sosial dapat dipahami sebagai suatu sistem atau pengolahan dari hubungan-
hubungan sosial yang terdapat dan berkembang dalam masyarakat tertentu, sebagai
Wahana fungsional dalam masyarakat tersebut. Dalam pengertian hukum umum
demikian, suatu masyarakat atau organisasi sosial atau kelompok, di mana dan kapan
pun ia berada, merupakan suatu sistem sosial. Yang di mana Indonesia dikenal luas
sebagai bangsa dengan realitas sosial budaya yang begitu majemuk. Hubungan sosial
budaya antar masyarakat di Indonesia merupakan produk sejarah yang panjang, yang
dari zaman ke zaman mengalami perkenalan dan pergaulan dengan bangsa bangsa,
agama-agama, dan kebudayaan kebudayaan dunia.

B. Karakteristik Masyarakat Pesisir


Beberapa sifat dan karakteristik usaha-usaha masyarakat pesisir diuraikan sebagai
berikut :
a. Ketergantungan pada kondisi lingkungan
Salah satu sifat usaha perikanan yang sangat menonjol adalah bahwa keberlanjutan
atau keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung pada kondisi lingkungan,
khususnya air. Keadaan ini mempunyai implikasi yang sangat penting bagi Kondisi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir menjadi
sangat tergantung pada kondisi lingkungan itu dan sangat rentan terhadap kerusakan
lingkungan, khususnya pencemaran, karena limbah industri maupun tumpahan
minyak, misalnya dapat mengguncang sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat pesisir.
b. Ketergantungan pada musim
Khususnya masyarakat nelayan adalah mereka memiliki ketergantungan terhadap
musim. Ketergantungan pada musim ini semakin besar bagi para nelayan kecil, yang
di mana dengan melihat suatu kondisi Apakah mempunyai relatif sangat besar dapat
melaut atau tidak.
c. Ketergantungan pada pasar
Karakteristik lain dari usaha perikanan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir ini
adalah ketergantungan pada pasar. Tidak seperti petani padi, para nelayan dan para
petani tambak ini sangat tergantung pada keadaan pasar. Hal ini disebabkan karena
komoditas yang dihasilkan oleh mereka itu harus dijual baru bisa digunakan untuk
memenuhi keperluan hidup, jika petani padi yang bersifat tradisional bisa hidup tanpa
menjual produknya atau hanya menjual sedikit saja, maka nelayan dan petani tambak
harus menjual sebagian besar hasilnya. Karakteristik ini mempunyai implikasi yang
sangat penting yakni perikanan sangat peka terhadap harga. Perubahan harga produk
perikanan sangat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat perikanan.
Ditambah lagi khususnya terhadap masyarakat pesisir tidak hanya berprofesi sebagai
nelayan. Akan tetapi profesi yang dimiliki masyarakat pesisir bermacam-macam,
salah satunya dalam masyarakat pesisir juga ada suatu masyarakat agraris. Yang di
mana masyarakat memanfaatkan suatu lahan apa yang layak untuk dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan Mini riset terhadap masyarakat
pesisir di kecamatan Percut Sei Tuan tepatnya di Bagan. yang di mana memiliki
Suatu profesi yang berbeda-beda , salah satunya seperti nelayan, pedagang,
pemanfaatan alam dalam pembuatan wisata, serta masyarakat agraris dengan adanya
suatu perkebunan untuk manfaat memanfaatkan lahan pada sekitar Pesisir.

C. Peranan perempuan nelayan


Aspirasi perempuan diwujudkan salah satunya dengan mereka bekerja.
Dengan mereka bekerja secara otomatis akan memberikan peran ganda bagi para
perempuan, terutama kepada beberapa perempuan yang berdomisili tempat tinggal
dalam suatu perdesaan, yang mempunyai peranan penting dalam ikut menopang
perekonomian keluarga, kebanyakan mereka Justru harus lebih gigih dalam mencari
kebutuhan keluarganya dengan bekerja, serta dituntut untuk lebih Mandiri dalam
melakukan suatu pekerjaan guna untuk menopang perekonomian keluarga salah
satunya dengan cara ikut bekerja sebagai nelayan.
Menurut Hidayat (2006) keterlibatan perempuan dalam ekonomi mau tidak mau
diakui, walaupun pada kenyataannya ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam kegiatan pekerjaan. Perempuan yang bekerja dapat membantu suami dalam
mendukung perekonomian keluarga. Untuk membantu ekonomi keluarga para
perempuan yang bekerja sangat dibutuhkan terutama dalam hal membantu menambah
penghasilan keluarga. Mereka bersedia menyumbang tenaga untuk menghasilkan
upah atau gaji.
Ada beberapa motif perempuan bekerja antara lain yaitu untuk kebutuhan finansial,
kebutuhan sosial relasional dan kebutuhan aktualisasi diri. Perempuan miskin di desa
maupun di kota merupakan kelompok terbesar yang terus-menerus mencari peluang
kerja demi memenuhi kebutuhan dasar .
Menurut Soetrisno dalam derman (2016), mengemukakan bahwa perempuan
Indonesia khususnya yang tinggal di perdesaan, peran ganda bukanlah merupakan hal
yang baru. Peran ganda telah diturunkan oleh orang tua mereka sejak mereka berusia
muda. Keadaan ini terus mereka lakukan setelah mereka berumah tangga. Mereka
bekerja baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai break Winner di samping
suaminya. Bagi perempuan dari golongan ini peran ganda seorang perempuan telah
mereka terima sebagai kodrat perempuan. Karena tanpa bantuan mereka jelas suami
tidak dapat menghidupi keluarganya, kemiskinan yang melanda mereka menyebabkan
perempuan dari golongan ini tidak dapat begitu saja menyerahkan kelangsungan
hidup keluarga suami. Sehingga penempatan perempuan pada suatu pekerjaan di luar
rumah ah sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja dikarenakan faktor dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Jenis penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif bertujuan
untuk memberikan gambaran yang lebih detail yaitu menggambarkan secara jelas
lokasi dan objek penelitian, sistematis, faktual dan akurat mengenai masalah-masalah
yang di bahas sesuai data yang ditemukan di lapangan. Menurut Surakmad metode
deskriptif adalah bertujuan untuk mengambarkan sifat sesuatu yang sedang
berlangsung. Sedangkan metode kualitatif adalah penelitian tentang data yang
dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun
dalam kalimat hasil wawancara dengan informan.

2. Lokasi penelitian
Penelitian ini di lakukan di desa percut sei tuan tepatnya di bagan percut syarakat
yang berfropersi sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sekaligus
tinggal di pinggiran laut percut sei tuan.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pedekatan sosial hal ini di lakukan
untuk mengetahui kehidupan para nelayan menghidupi keluarga dan sekaligus
stratifikasi sosial di desa percut sei tuan pada nelayan. Pendekatan juga di lakukan
dengan beritraksi dengan masyarakat agar mendapatkan informasi warga penduduk
yang berfropersi sebagai nelayan.

C. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Oberservasi
adalahkemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja
penginderamata serta dibantu dengan pancaindera lainnya (Bungin, 2007:118).
Dengan menggunakanmetode observasi ini penelitian dapat mengamati masyarakat
yang melakukan aktivitaswisata, ada beberpa aktivitas wisata yang di Desa Bagan
Percut seperti nelayan, tempatpelelangan ikan dan masyarakat yang bekerja sebagai
tukang parkir serta pelayan dan juru.

D. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memproleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dan
informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewancara dan informasi terlibat
dalam kehidupan sosial yang relatif lama(Bungin 2007: 111). adapun aspek-aspek
yang ingin di wawncarai untuk mengetahui mata pencarian masyarakat peisir
kemudian adakah wanita yang ikut berlayar kelaut kemudia kehidupan stratifikasi
masyarakat pesisir.
E. Sumber Data
Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini di proleh dengan lasung
dari lapangan atau tempat penelitian dengan mengamati dan mewancarai lamgsung
warga yang berprofersi sebagai nelayan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Letak Geografis Dan Deskripsi Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Secara geografis Kecamatan Percut Sei Tuan berada di Kabupaten Deli Serdang danbatas
administratif wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan berbatasan dengan beberapakecamatan
yang ada di Kota Medan dan berbatasan juga dengan Kecamatan Labuhan Delidan
Kecamatan Batang Kuis. Adapun mengenai batas administrasi Kecamatan Percut SeiTuan
adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan selat malaka, sebelah selatan
berbatasan dengan kota medan, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan batang kuis dan
kecamatan labur sebelah barat berbatas dengan kota medan dan kecamatan labuhan deli.
Luas wilayah kecamatan percut sei tuan adalah 190,79 km2 yang terdiri dari 18 desa, 2
kelurahan, 230 dusun, dan 24 lingkungan dengan ibu kota kecamatan adalah desa tembung.
Desa bagan berada di desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang.

Menurut sejarah nama Percut diambil dari nama panggilan untukwanita Aceh.
Dimana wilayah ini pada masa penjajahan kolonial Belanda terjadiperlawanan rakyat Percut
untuk mengusir penjajah yang dipimpin seorang wanitabersuku Aceh yang dipanggil “cut”.
Maka nama Percut sendiri merupakan singkatandari kalimat “perjuangan cut” yang
bertujuan untuk mengenang dan menggambarkanbetapa gigihnya perjuangan seorang cut
untuk membebaskan wilayah ini dari penjajahanBelanda Kecamatan Percut Sei Tuan ini
mempunyai luas 190,79 Km² yang terdiri dari 18
desa dan 2 kelurahan. Lima desa dari wilayah kecamatan merupakan desa pantaidengan
ketinggian dari permukaan air laut dengan berkisar dari 10-20 m dengan curah hujan rata-
rata 24 persen. Salah satunya adalah desa percut yang terletak dengan jarak dari desa ke ibu
kota kecamatan percut sei tuan(tembung) adalah 15 km jarak ke ibu kota kabupaten deli
serdang.
B. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DUSUN
BAGAN DESA PERCUT

4.1 Kehidupan Sosial Ekonomi

Masyarakat dusun Bagan ini 90% bermata pencaharian sebagai nelayan. Adapun
yang dimaksud dengan nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang
kehidupannya bergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan
penangkapan ataupun budidaya, mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai.
Sesungguhnya nelayan bukanlah suatu golongan tunggal, mereka terdiri dari beberapa
kelompok, termasuk juga di dusun Bagan ini, nelayan dapat dibedakan dalam tiga
kelompok yaitu:
a. Nelayan buruh, yaitu nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Yang
nantinya hasil tangkapan akan dibagi dua dengan pemilik sesuai dengan kesepakatan
yang dilakukan sebelumnya.
b. Nelayan perorangan, yaitu nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan dalam
pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.
c. Nelayan juragan, yaitu nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh
orang lain. Yang nantinya hasil tangkapan akan dibagi dua dengan pemilik sesuai
dengan kesepakatan yang dilakukan sebelumnya. Biasanya kesepakatan yang
dilakukan melalui bagi hasil, 40% untuk pemilik dan 60% untuk buruh. Tetapi
biasanya kesepakatan ini dilakukan apabila penangkapan ikan dilakukan dengan
menggunakan pukat, karena nelayan yang melaut lebih dari satu orang.
Adapun bahasa sehari-hari yang digunakan untuk komunikasi oleh penduduk dusun
Bagan adalah bahasa Melayu pesisir. Mereka menggunakan bahasa tersebut kepada
setiap warga tanpa memandang apakah seseorang itu etnis Melayu atau tidak, karena
bagaimanapun para pendatang tersebut sudah berbaur dengan penduduk asli yaitu
etnis Melayu. Hubungan sosial yang terbangun pada masyarakat Bagan tampaknya
tidak terlepas dari budaya gotong royong dan saling membantu yang menjadi ciri khas
masyarakat Indonesia secara umum Hubungan sosial lainnya yang dapat dilihat dari
masyarakat Bagan ini adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh para laki-laki atau
suami ketika mereka tidak pergi ke laut yaitu memperbaiki secara bersama-sama
kapal atau boat yang digunakan untuk mencari ikan, membersihkan peralatan
penangkapan ikan, membersihkan boat, atau duduk-duduk di kedai kopi dan
membicarakan apa saja yang mereka anggap menarik yang sedang hangat-hangatnya
dibicarakan.Adapun bahan pembicaraan yang biasanya dibahas mengenai bagaimana
pengalaman saat di laut, perbincangan dengan dunia politik, kondisi perekonomian
dan lain
sebagainya yang dianggap mereka menarik untuk diperbincangkan. hal ini terlihat
ketika tim kelompok 5 mengunjungi suatu tempat rumah makan nasi yang biasa orang
menyebutnya dengan rumah makan terapung, banyak wisata yang singgah di rumah
makan terapung yang di lengkapi dengan alunan musik yang membuat suasana
menjadi sangat ramai dan kami mencoba bersosialisasi dengan menyumbang kan
sebuah lagu yang di bawakan oleh teman satu kelompok sekaligus mengawali mini
riset mengenai masayarakat pesisir.

4.2 Hubungan Patron-Klien (Tauke-Anak Buah)


Tauke adalah sebutan untuk para pengumpul hasil laut (tangkapan) nelayan. Pada
umumnya tauke memiliki modal dan pemilik materi, ia tidak terlibat langsung dalam kegiatan
melaut yangberperan sebagai patron.Golongan komunitas nelayan yang tidak memiliki modal
ekonomitetapi memiliki modal lain diantaranya yaitu tenaga dan keahlian mereka disebut
dengan buruhatau anak buah yang berperan sebagai klienPola pekerjaan nelayan merupakan
pekerjaan yang penuh akan resiko dan tingkat
penghasilan yang tidak menentu jumlahnyasalah satu narasumber yang bernama pak aren
sebagai nelayan menyebutkan bahwa nelayan yang pergi ke laut hasil tangkapan nya jika di
jual ke tempat penampungan maka hasil nya bisa untuk membeli emas tetapi tidak bisa untuk
membeli beras artinya adalah hasil tangkapan hanya cukup untuk keperluan sekali saja tetapi
tidak cukup bila untuk keperluan pokok di karena kan hasil tangkapan yang tidak menentu di
tambah masayrakat pesisir bisa dibilang sangat boros di lihat dari padangan pak aren.
Hubungan patron-klien ini merupakan hubungan majikan dengan buruh nelayan, secara tidak
langsung dalam hubungan patron-klien ini telah terjadi eksploitasiterhadap buruh, dimana
pendapatan patron yang cukup tinggi sedangkan buruh rendah. Meskipun sudah cukup
banyak hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa hubungan kelembagaan
patron-klienini bersifat ekspolitatif, namun kelembagaan ini masih tetap bertahan, hal ini
membuktikan bahwa patron ini menurut sebagian nelayan sangat dapat membantu nelayan.
Apabila nelayan ini bekerja dengan taukeyang berarti adanya hubungan patron-klien,maka di
saat musim pasang mati yang pada saat musim ini maka hasil laut akan sangat sedikit dan di
sinilah peran tauke untuk membantu nelayan yang selalu siap memberi pinjaman terhadap
buruh yang menjadi anggotanya.Hubungan patron-klien merupakan hubungan timbal
baliksikap patron (tauke) yang peduli dengan kehidupan buruhnya juga harus didukung
dengan sikapburuh nelayan yang berusaha menyenangkan majikannya. Adanya sifat jujur,
setia, kemauan untuk bekerja akan membuat tauke perhatian dan mau membantu
buruhnya.Meskipun tidak semua nelayan bekerja dengan sistem hubungan patron-klien,
namunnelayan tradisionalmasih tetap terkait dalam hubungan patron-klien dalam hal menjual
hasil penangkapan ikan. Meskipun di dusun Bagan ini terdapat daerah Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) tetapi sebagian nelayan tradisional tidak menjualnya ke TPI melainkan ke
patron/tauke dengan alasan adanya jaminan peminjaman yang akan diberikan oleh tauke
kepada nelayan saat musimpaceklik tiba, atau pada saat nelayan tidak bisa melaut baik itu
akibat gangguan cuaca, sakit atausebagainya. Selain itu tauke akan membantu saat nelayan
membutuhkan uang untuk membeli peralatan menangkap ikan seperti untuk membeli jaring
atau jala. Menurut narasumber saat berlayar waktu jika pergi hari ini maka pulang besok hari
ada juga yang berlayar sampai 2 hari sampai 4 hari tergantung dengan cuacah. Menurut pak
aren hasil tangkapan bisa di setel dengan sesuai ikan yang di inginkan pak aren menyebutkan
jenis ikan tangkapan bisa diatur tergantung jaring yang di gunakan dan yang mahal nilai
jualan nya menurut pak aren adalah ikan gembung.
4.3. Kebutuhan Keluarga Nelayan
Kebutuhan ekonomi nelayan dusun Bagan ini mengarah pada kebutuhan yang
bersifatprimer (makan, minum, pakaian dan rumah) dan juga kebutuhan yang bersifat
sekunder alat-alat(kendaraan, alat tangkap ikan) dan perabot (lemari, kursi, televisi). Selain
kebutuhan ekonomitersebut masyarakat Bagan ini juga memiliki kebutuhan yang lebih
penting yaitu kebutuhan nelayan dalam menangkap ikan yang berupa perahu, jaring dan
kebutuhan lain yangberhubungan dengan perlengkapan untuk menangkap ikan. Kebutuhan
ekonomi nelayan sangatbergantung pada pendapatan yang mereka peroleh yang
penghasilannya juga tergantung padasedikit banyaknya hasil tangkapan yang mereka
peroleh.Kebutuhan dalam keluarga juga harus diperhitungkan mulai dari biaya pendidikan
anak,listrik, peralatan mandi (sabun, sikat gigi, odol), serta kebutuhan dalam membeli
peralatan rumahtangga. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut isteri dan anak nelayan
akan ikut membantu meningkatkan ekonomi keluarga, karena mereka sadar dengan hanya
menjadi seorang nelayan tidak akan mampu mengatasi kebutuhan-kebutuhan tersebut tanpa
dibantu anggota keluarga lainnya. Selain itu, kebutuhan ekonomi nelayan juga mencakup
pada kebutuhan untuk membelijaring, perahu bahkan pukat apabila alat tersebut sudah tidak
dapat digunakan lagi. Jika nelayantidak mampu membeli, mereka dapat meminjam uang
dengan tauke, dan di sinilah peran taukesangat membantu nelayan. Bagi rumah tangga
nelayan, terutama nelayan buruh yang terpenting adalah makan setiap hari dengan lauk pauk
yang sederhana. Lauk pauk yang umum adalah ikan laut sepanjang masih bisa diperoleh oleh
nelayan. Menurut pak aren harga untuk satu kapal nelayan bisa di bandrol dengan harga 25
juta sampai dengan 35 juta tergantung dengan besar kapal yang di gunakan kebetulan untuk
kapal pak aren milik peribadi. Pak aren juga menejelaskan untuk menjadi penelayan tidak ada
syarat tertulis yang penting ada kapal yang bisa pergi untuk berlayar dan memeiliki tekat dan
niat yang kuat karena resiko untuk jadi penelayan bisa di bilang sangat beresiko karena
berhadapan dengan alam yang tidak menentu secara langsung. Untuk berlayar harus pandai
menganalisis musim cuaca karena dari bulan ke bulan musim cuaca yang bisa berubah-ubah.
kondisi cuacasangat mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan, pengetahuan
tentang cuaca merupakan hal yang mutlak harus diketahui oleh nelayan, karena dengan alat
tangkap yang sederhana mereka turun ke laut tidak ada gunanya. Nelayan Bagan membagi
musim ke dalam tiga musim. Musim yang pertama ada yang dimaksud dengan musim Barat
yang terjadi pada bulan September, Oktober, November, Desember dan Januari. Yang mana
pada musim ini frekuensi angin Barat Daya dan Barat serta curah hujan sangat tinggi, musim
ini juga ditandai dengan ombak besar dan angin kencang yang menyebabkan nelayan
mengalami kendala dalam melaut. Namun walaupun demikian, menurut nelayan Bagan
musim Barat merupakan musim yang banyak memberikan pendapatan hasil bagi mereka. Hal
ini disebabkan karena curah hujan yang tinggi akan menambah volume ketinggian air sampai
ke tepi pantai dan hutan desa dimanakondisi ini sering dimanfaatkan oleh ikan dan udang
untuk bertelur di hutan bakau, hal inimembuat banyak nelayan yang melakukan operasi
penangkapan di sekitar tepi pantai dan hutan desa setelah masuknya musim Timur.
4.4. Penggunaan Pukat Dalam Menangkap Ikan
Di Indonesia penggunaan atau lebih tepat disebut uji coba penggunaan pukat
harimau,pertama kali pada tahun 1907/1908 oleh A.M Von Rosendal dan W.C.A Vink
berkebangsaanBelanda di kawasan Laut Jawa, Laut Cina Selatan dan Selat Makassar, yang
namanya percobaanawal maka hasilnya kurang memuaskan. Berkali-kali dilakukan
percobaan pada tahun 1940 olehRr. Westenberg, tahun 1950 oleh E. Schol. Dan mencapai
hasil yang memuaskan pada tahun1957 oleh DR T.H Butler seorang ahli dari FAO, sebuah
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB,dimana pada waktu itu dilakukan uji coba dikawasan
Balikpapan dan Kota Baru dan dilakukan 36 kali uji coba dalam kurun waktu 1 bulan dengan
hasil akhir 100kg udang dalam waktu 1 jam. Di samping pelarangan penggunaan pukat
harimau, pemerintah membuat sebuahkebijakan yaitu dikeluarkannya kapal Kepres 39.
Tetapi ternyata pelarangan penggunaan pukat harimau ini tidak sepenuhnya dilaksanakan
oleh nelayan. Banyak nelayan yang tetap mengoperasikan pukat, nelayan ini merupakan
nelayan Pelabuhan/Belawan.Walaupun penggunaan Trawl sudah jelas dilarang tapi nelayan
Pelabuhan masih dengan bebas bisa mengoperasikannya, menurut wawancara dari informan
hal ini bisa berjalan karena adanya dukungan secara tersembunyi dari Angkatan Laut,
Kapolda untuk nelayan Pelabuhan. Hal ini dibuktikan dengan datangnya segerombolan polisi
ketika malam hari untuk menculik nelayan, yang sebelum kejadian itu telah terjadinya
konflik antara nelayan Bagan dan nelayan Pelabuhan Belawan, sehingga hal ini memperkuat
memang adanya dukungan secara tersembunyi bagi nelayan Pelabuhan Belawan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan oleh penulis pada masyarakat nelayan di
Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan maka penulis dapat
menyimpulkan beberapa kesimpulan yaitu:

1.Bahwa Kondisi kehidupan sosial masyarakat nelayan di kelurahan Bagan Deli


Kecamatan Medan Belawan merupakan masyarakat yang mayoritas penghasilannya
sehari-hari dari hasil laut, mereka itu adalah para nelayan. Aktivitas sehari-hari
masyarakat Kelurahan Bagan Deli adalah menangkap ikan dan mengumpulkan hasil
laut seperti kepiting, rumput laut, kerang, tiram, ikan dan sebagainya. Umumnya
hidup di kawasan pesisir laut seperti di Kelurahan Bagan Deli sangat dipengaruhi oleh
kondisi alam yang tidak menentu, terutama terjadinya angin, gelombang laut dan
pasang suruh air laut, sehingga aktivitas melaut terganggu dan tidak terjadi sepanjang
masa. Secara otomatis penghasilan masyarakat pesisir akan menurun dan membuat
mereka dikatakan dengan kemiskinannya.

2.Faktor yang mempengaruhi kondisi kehidupan sosial masyarakat nelayan di Kelurahan


Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan adalah Faktor-faktor yang dapat
dikategorikan kedalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mecangkup
masalah keterbatasan kualitas sumberdaya manusia, keterbatasan kemampuan modal
usaha dan teknologi penangkapandan hubungan kerja Patron-Klien dalam organisasi
penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan Klien. Faktor-faktor yang
bersifat eksternal mencangkup masalah rendahnya kualitas sumber daya dan
rendahnya tingkat pendidikan nelayan.

3.Upaya masyarakat nelayan untuk meningkatkan sumber ekonomi kehidupan


masyarakat nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yaitu
dengan memberinya alat tangkap yang modern (lebih canggih dari yang sekarang
dipakai) sehingga akan tercipta kesejahteraan nelayan yang selama ini terkenal
dengan kemiskinannya. Tentunya hal ini merupakan cita-cita mulia yang harus
didukung sepenuhnya dan sekuat tenaga. Tetapi pengalaman sudah cukup memberi
pelajaran, bahwa kecanggihan teknologi juga dapat menghancurkan peradaban,
sebagai mana mekanisme pasar juga dapat menciptakan kemelaratan dan
ketidakadilan.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas setelah melakukan penelitian secara langsung ke


Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dan melihat bagaimana kondisi
yang dialami oleh masyarakat nelayan tradisional maka penulis memiliki saran yang
penulis harapkan dapat bermanfaat dan membangun, adapun saran-saran penulis
sebagai berikut:

1.Dibentuknya pekerja yang kelompok yang ada di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan Kota Medan, dengan tujuan agar terjalinnyasolidaritas para nelayan
dan meningkatkan sumber ekonomi masyarakat nelayan.

2.Bagi Pemerintah Perikanan yang Menangani Perikanan dan Kelautan yang ada di
Kelurahan Bagan Deli, sebaiknya lebih memperhatikan masyarakat nelayan yang
masih tergolong kecil atau miskin dan juga lebih memperhatikan keadaan kehidupan
para nelayan yang membutuhkan uluran tangan Pemerintah.

3.Dibentuknya koperasi simpan pinjam khusus bagi para nelayan tradisional di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan, untuk membantu para nelayan
tradisional dalam mengembangkan perahu dan alat tangkap yang digunakan dan dapat
membantu meningkatkan sumber ekonomi kahidupan masyarakat nelayan tradisional
Kelurahan Bagan Deli.

4.Bagi para nelayan tradisional agar mampu lebih lagi meningkatkan kualitas

tangkapan dan mampu mengelolah perekonomian rumah tangga para nelayan. Dan juga
lebih lagi meningkatkan tingkat pendidikan para nelayan yang ada di Kelurahan
Bagan Deli terutama anak-anak nelayan agar tidak menjadi ketertinggalan dan
keterbelakangan dari segi pendidikan dan ekonomi

5.Bagi anak-anak para nelayan tardisional yang ada di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan Kota Medan yang masih menjalani pendidikan agar tetap
memperjuangkan pendidikannya dengan sungguh-sungguh agar bisa membantu orang
tua yang bekerja sebagai nelayan tradisional dalam mengelolah hasil tangkapan dan
sumber ekonomi keluarga.

6.Kepada seluruh masyarakat luas, untuk tidak terlalu mengintimidasi masyarakat


nelayan tradisional yang masih tergolong dengan kemiskinannya. Namun tetap
memandang sama rata bahwa manusia sama tanpa ada golongan apapun.

7.Bagi masyarakat Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan
terkhusunya, agar tetap mejaga kebersihan lingkungan dan menjaga fasilitas yang
disediakan Pemerintah agar kebersihan lingkungan Kelurahan Bagan Deli tetap
terjaga dan masyarakat yang ada disana merasa nyaman dalam bertempat tinggal dan
melakukan aktivitas lainnya.
LAMPIRAN FOTO / DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Arif Satria, Pengantar sosiologi masyarakat pesisir, yayasan pustaka obor Indonesia,
2015
Mhd, Sofyan sari, peran perempuan nelayan memenuhi kebutuhan hidup keluarga
nelayan
Nurdien,H, Kistanto, Sistem sosial budaya di indonesia, jurnal kajian kebudayaan,2008
Wulansari, puji, 2011, peran ganda perempuan dalam keluarga nelayan. Semarang :
Universitas Negri Semarang
Yudi Wahyudi, sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat pesisir, 2013,12,15

Anda mungkin juga menyukai