Oleh:
Dosen Pengampu:
DAFTAR ISI............................................................................................... i
DAFTAR TABEL......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... ...1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Sasaran....................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 2
1.4.1 Ruang Lingkup Materi............................................................ 2
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah.......................................................... 2
1.5 Metodologi Penelitian.................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan.................................................................... 3
BAB 2 DASAR TEORI.....................................................................................4
2.1 Definisi Rumah, Perumahan, dan Permukiman....................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Perumahan................................................................... 5
2.2.1 Menurut Legalitas................................................................ 5
2.2.2 Menurut Kelas Ekonomi......................................................... 5
2.2.3 Menurut Bentuk dan Fungsi..................................................... 6
2.3 Definisi dan Kriteria Perumahan Layak Huni.......................................... 7
2.4 Definisi dan Kriteria Perumahan Kumuh............................................... 8
2.5 Definisi Rumah Sehat dan Rumah Sehat Sederhana.................................. 9
BAB 3 HASIL TEMUAN STUDI.........................................................................10
3.1 Gambaran Lingkungan Kawasan Permukima.......................................... 10
3.1.1 Jumlah Penduduk di Kelurahan/RW........................................... 10
3.1.2 Peta Batas Kelurahan/RW....................................................... 10
3.1.3 Peta Guna Lahan Kelurahan/RW............................................. 11
3.1.4 Luas Kelurahan/RW............................................................... 11
3.1.5 Alasan Memilih Lokasi Penelitian............................................... 11
3.2 Identifikasi Karakteristik Fisik Lingkungan............................................ 12
3.3 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi.............................................. 17
3.4 Penilaian Tingkat Kelayakhunian Kawasan............................................ 18
BAB 4 KESIMPULAN................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... iv
LAMPIRAN............................................................................................... v
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan topik penelitian secara
umum, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
1
1.3 Tujuan dan Sasaran
2
1.5 Metodologi Penelitian
Ada 2 jenis data yang digunakan dalam metode pengumpulan data ini,
yaitu:
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Metoda analisis data yang dipakai pada penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang
bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis suatu
objek penelitian yang diteliti memalui sampel atau data yang telah terkumpul,
sehingga dapat ditarik kesimpulan yang jelas dan bermakna.
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang dasar-dasar teori tentang
perumahan dan permukiman, standar fasilitas yang ada pada rumah tinggal, serta
peraturan yang mendasari perumahan dan pemukiman.
Pada bab ini, penulis akan memaparkan gambaran umum wilayah studi,
kondisi fisik dan lingkungan perumahan yang diteliti, kondisi sosial budaya
perumahan yang diteliti, dan menganalisis tingkat kelayakhunian rumah yang
diteliti.
Bab IV Penutup
3
BAB 2
DASAR TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai definisi rumah, perumahan, dan
permukiman, jenis-jenis perumahan, serta definisi dan kriteria perumahan layak huni dan
perumahan kumuh.
4
2.2 Jenis-Jenis Perumahan
5
2.2.2.3 Rumah Sederhana
6
2.3 Definisi dan Kriteria Perumahan Layak Huni
Adapun kebutuhan luas lantai minimum hunian per-orang bagi dewasa dan
anak menurut SNI-03-1733-2004, dapat dihitung dengan rumus:
Kriteria rumah layak huni menurut Habitat for Humanity Indonesia dan SNI-
03-1733-2004 adalah
1. Berdasarkan desain, luas rumah minimal 9,6 m /orang. Selain itu, struktur
2
konstruksi atap, lantai, dan dinding yang memenuhi persyaratan keselamatan dan
kenyamanan yaitu kokoh (tidak terbuat dari bahan yang mudah lapuk atau rusak)
dan tidak retak-retak. Lokasi rumah terletak di lokasi yang aman, resiko dari
bencana alam diupayakan seminimal mungkin, dan bukan wilayah yang mudah
terjangkit penyakit menular.
3. Berdasarkan kepemilikan tanah, yaitu hak kepemilikan tanah dan bangunan yang
sah dari pemerintah berupa Sertifikat Tanah atau Surat Keterangan Hak Milik dari
pemerintah setempat.
7
bersih dari PDAM atau sumber air bersih lainnya yang berfungsi. Public Water Point
cukup dekat dengan rumah sebagai suplai minum kebutuhan keluarga (minimal 15
L/hari, jarak maksimum Public Water Point adalah 500 meter, dan waktu
mengantri tidak melebihi 30 menit).
5. Berdasarkan sanitasi, memiliki jumlah toilet yang cukup dan berjarak dekat.
Letak toilet setidaknya 10 meter dari maksimum 20 orang/toilet, serta harus
dipisahkan antara pria dan wanita. Sedangkan drainase rumah memiliki lingkungan
yang aman dari gangguan kesehatan karena erosi dan genangan air, termasuk
semburan air, banjir, dan air kotor rumah tangga, serta berfungsi dengan baik.
Penyediaan septic tank atau tempat pembuangan sanitasi yang berfungsi dengan
baik dan aman dan tidak mencemari lingkungan.
5. Pengelolaan air limbah; sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan
standar teknis yang berlaku dan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak
memenuhi persyaratan teknis.
8
2.5 Definisi Rumah Sehat dan Rumah Sehat Sederhana
a. Bahan Bangunan, tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang
dapat membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150
µg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang
dari 300 mg/kg bahan. Selain itu, tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi
tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan Penataan Ruang, lantai kedap air dan mudah dibersihkan,
dinding rumah memiliki ventilasi, kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan, langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan, bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir, ruang ditata
sesuai dengan fungsi dan peruntukannya, dan dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap.
c. Pencahayaan, yang berasal dari alam atau buatan yang menerangi langsung
maupun tidak langsung seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal
60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas Udara, suhu udara nyaman antara 18-30 derajat celcius, kelembaban
udara 40–70%, gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam, pertukaran udara 5 kaki3
/menit/penghuni, gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam, gas formaldehid kurang
dari 120 mg/m3 .
e. Ventilasi, dengan luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas
lantai.
f. Vektor Penyakit, tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam
rumah.
g. Penyediaan air, tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal
60 liter/orang/hari; kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih dan/atau air minum menurut Permenkes no. 416 tahun 1990 dan
Kepmenkes no. 907 tahun 2002.
h. Pembuangan limbah, limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari
sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. 2)
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang tidur.
9
BAB 3
HASIL TEMUAN STUDI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran lingkungan kawasan permukiman,
identifikasi karakteristik fisik lingkungan, identifikasi karakteristik sosial ekonomi, dan
penilaian tingkat kekumuhan dan kelakhunian kawasan.
10
3.1.3 Peta Guna Lahan Kelurahan/RW
11
3.2 Identifikasi Karakteristik Fisik Lingkungan
Rumah 1 adalah rumah Ibu Sri yang bekerja sebagai pegawai Laundry
Asrama Sangkuriang ITB. Rumah 1 terdiri dari 4 KK dengan jumlah anggota keluarga
16 orang, namun karena faktor pekerjaan ada 5 orang yang tidak menetap di rumah
tersebut. Luas lantai rumah 1 adalah 54 m2. Berikut gambar denah rumah 1
12
Kondisi Ideal Kondisi Foto
Eksisting
Drainase Berfungsi dengan baik, Sedikit
tidak ada genangan air, sampah,
banjir, atau air kotor kurang lancar
rumah tangga
Selanjutnya, rumah 2 adalah rumah Ibu Lian Wilyanti yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Rumah 2 terdiri dari 4 KK dengan jumlah anggota keluarga 13
orang. Luas lantai rumah 1 adalah 30 m2. Berikut denah rumah 2 yang ditunjukkan
melalui gambar dibawah
13
TABEL 3.2 KARAKTERISTIK FISIK LINGKUNGAN RUMAH 2
14
Kondisi Ideal Kondisi Eksisting Foto
Siklus luas lubang ventilasi dan jendela
Udara permanen minimal sebagai sirkulasi
(ventilasi) 10% luas lantai udara
Sumber: Hasil observasi, 2019
Selanjutnya rumah 3 adalah rumah Ibu Ani Hayati, yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Rumah 3 terdiri dari 3 KK dengan jumlah anggota keluarga 10 orang.
Luas lantai rumah 1 adalah 45 m2 di lantai 1 dan 25 m2 di lantai 2.Berikut denah
rumah 3 yang ditunjukkan melalui gambar dibawah
15
Kondisi Ideal Kondisi Eksisting Foto
untuk kebutuhan
sehari-hari penghuni
Jalan Jalan sudah diberi Tidak rata atau
lingkunga aspal, bukan dari berlubang dan
n tanah, dan tidak berbentuk jenjang -
bergelombang atau
berlubang
Drainase Berfungsi dengan Sedikit sampah,
baik, tidak ada kurang lancar
genangan air, banjir,
atau air kotor rumah
tangga
16
3.3 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi
17
3.4 Penilaian Tingkat Kelayakhunian Kawasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota serta UU Nomor 1
Tahun 2011 Pasal 24 Huruf a, rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi
persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta
kesehatan penghuninya.
Untuk menentukan tingkat kelayakhunian, ditentukan berdasarkan 3
komponen yaitu keselamatan bangunan, kecukupan luas minimum bangunan, dan
kesehatan penghuninya. Untuk komponen keselamatan bangunan, penentuan
variabel berpedoman pada Habitat for Humanity Indonesia dalam buku laporan
tahunan 2016 dan Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999. Untuk komponen
kecukupan luas minimum bangunan berpedoman pada peraturan SNI-03-1733-2004
tentang besaran dan luas hunian tidak bertingkat. Untuk komponen kesehatan
penghuni berpedoman pada Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999.
Berikut tabel variabel yang akan digunakan dalam penentuan tingkat
kelayakhunian bangunan
18
Komponen Variabel Kondisi Ideal
menerangi langsung atau tidak langsung seluruh
ruangan, serta tidak menyilaukan mata
Persampahan Limbah padat harus dikelola dengan baik agar
tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
Vektor Penyakit Tidak ada lalat, tikus, ataupun banyaknya
nyamuk yang bersarang didalam rumah
Sumber: Hasil wawancara, 2019
Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumah 1 tidak layak huni karena hanya
memenuhi 4 dari 15 variabel kategori rumah layak huni. Sementara rumah 2 kurang
layak huni karena hanya memenuhi 8 dari 15 variabel. Namun dibandingkan dengan
rumah lainnya, rumah 2 adalah yang paling baik atau memenuhi variabel rumah
layak huni paling banyak. Rumah 3 termasuk kategori rumah tidak layak huni
karena hanya memenuhi 6 dari 15 variabel. Ketiga rumah tersebut tidak memiliki
SHM (Sertifikat Hak Milik) rumah serta mendirikan rumah di Tanah ITB. Jadi, rumah
tersebut berada pada kawasan perumahan informal dan termasuk kategori squatter
dengan klasifikasi Unauthorized development.
19
BAB 4
KESIMPULAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simpulan dari hasil observasi dan temuan
studi, serta rekomendasi dan saran secara studi.
4.1 Kesimpulan
1. Kondisi fisik dan lingkungan kampung pelangi 200 tidak memenuhi kriteria layak
huni. Ketiga rumah belum memenuhi standar minimum luas bangunan; jalan
lingkungan berbentuk tangga, berlubang, dan sempit; rumah terletak pada tanah
yang kelerengannya cukup tinggi; serta tidak ada tempat sampah komunal atau
sistem pengangkutan sampah yang berlaku.
2. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat mayoritas memiliki pendapatan yang
hampir setara dengan pengeluaran dan masyarakat menempati hunian yang
informal (tanpa SHM) dengan mendirikan rumah diatas tanah ITB atau dikategorikan
squatter dengan klasifikasi unauthorized development.
3. Tingkat kelayakhunian wilayah delineasi tergolong ke dalam tingkat tidak layak
huni sampai kurang layak huni yang berada pada rentang 27% - 53%.
4.2.2 Rekomendasi
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Perundangan
(undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan sebagainya)
Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota
Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2 Tahun 2016
tentang Kriteria Perumahan Kumuh
Republik Indonesia. (2016). Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Kriteria
Perumahan Kumuh
Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
2. Sumber Lainnya
(standar nasional/SNI, data statistic, publikasi terbatas, naskah pidato/orasi guru
besar/professor, artikel dari website umum atau dari website pemerintah)
Badan Standarisasi Nasional. (2004). SNI-03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Bandung: Badan Standarisasi Nasional
Habitat for Humanity Indonesia. (2018). 5 Standar Rumah Layak Huni. Diakses pada 12
Maret 2019. https://habitatindonesia.org/kegiatan-kami/5-standar-rumah-layak-huni/.
iv