Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS TANRI ABENG

MITIGASI DAN PENANGGULANGAN BANJIR


KAB. SAMBAS KAL-BAR
KECAMATAN SELAKAU

Oleh Kelompok 4:
Desy Widyastuti 09022031
Rachmat Rayadi 09022032
Yosua Nitosi Anugrah P.P.L 09022022

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Management Kebencanaan
Jakarta – 2023
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN...................................................................................................................................2
a. Latar Belakang.............................................................................................................................................
b. Tujuan..........................................................................................................................................................
c. Ruang Lingkup............................................................................................................................................
2. PEMBAHASAN......................................................................................................................................3
a. Kondisi Fisik...............................................................................................................................................
b. Gambaran Umum Wilayah..........................................................................................................................
c. Kebijakan Penanggjawab Bencana..............................................................................................................
3. PENILAIAN RESIKO BENCANA.......................................................................................................7
4. PENANGGULANGAN BENCANA......................................................................................................8
a. Pra Bencana.................................................................................................................................................
b. Saat Tanggap Darurat..................................................................................................................................
c. Pasca Bencana.............................................................................................................................................
5. MEKANISME PENANGGULANGAN BENCANA..........................................................................10
a. Pra Bencana...............................................................................................................................................
b. Saat Tanggap Darurat................................................................................................................................
c. Pasca Bencana...........................................................................................................................................
6. PENUTUP.............................................................................................................................................12
a. Kesimpulan................................................................................................................................................
b. Saran..........................................................................................................................................................
c. Daftar Pustaka............................................................................................................................................

1
1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan kerugian harta, benda dan nyawa sekalipun. Kejadian banjir tidak dapat
dicegah, namun dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu
dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Sebagai tugas mahasiswa teknik
sipil yang berhubungan dengan mengelola wilayah sungai adalah melaksanakan
pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas
tersebut yang diperlukan.

b. Tujuan

Makalah ini dimaksudkan sebagai acuan kami sebagai mahasiswa yang mengelola wilayah
sungai dan instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan mitigasi banjir agar dapat
dilaksanakan secara cepat, tepat, dan berhasil guna sesuai dengan pola pengelolaan wilayah
sungai. makalah ini digunakan bersama pedoman lain yang terkait dengan maksud saling
melengkapi.Tujuan makalah ini adalah terselenggaranya mitigasi penanggulangan bencana
banjir di daerah Tanah Jawa yang menyeluruh dan terpadu dalam sistem wilayah sungai,
sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta benda dan/atau kerusakan lingkungan
sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak air dapat dicegah dan dihindari, atau
diusahakan menjadi seminimal mungkin.

c. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup pedoman ini mencakup pengendalian banjir dan penanggulangan bencana
banjir, terdiri dari pokok bahasan yang menyangkut pengertian, kelembagaan, mitigasi,
pendanaan, dan koordinasi menjadi seminimal mungkin.

2
2. PEMBAHASAN

a. Kondisi Fisik

Kodisi fisik yang terjadi akibat adanya bencana banjir yang melanda daerah Kabupaten
Sambas, mengakibatkan Fasilitas Kesehatan dan Fasilitas Pendidikan dan Tempat
ibadah Lumpuh, dari pernyataan diatas dapat dilihat di Gambar 2.1 dan Gambar 2.2

Gambar 2.1 Fasilitas Pendidikan yang terdampak banjir

Gambar 2.2 Tempat Ibadah & Fasilitas Kesehatan yang terdampak banjir

3
b. Gambaran Umum Wilayah

Secara geografis Kabupaten Sambas terletak di bagian paling utara Provinsi


Kalimantan Barat atau diantara 2°08' Lintang Utara serta 0°33' Lintang Utara dan
108°39' Bujur Timur serta 110°04' Bujur Timur. Luas Kabupaten Sambas adalah
6.395,70 km2 atau sekitar 4,36 persendari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat.

Kecamatan Selakau merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten


Sambas, dimana Kecamatan Selakau terbentuk secara resmi pada tanggal 17 Agustus
1956 yang merupakan pemisahan .

Kabupaten Sambas bukan termasuk di dalam lintasan garis khatulistiwa, namun


iklim makronya serupa dengan wilayah lainnya di Kalimantan Barat. Suhu wilayah
Kabupaten Sambas berkisar antara 23,46ºC sampai 31,73ºC. Suhu udara maksimum
terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 33,70ºC, sedangkan suhu minimum terjadi pada
bulan Februari sebesar 22,70ºC. Curah hujan rata-rata tahunan sekitar 3.019 mm atau
rata-rata 251 mm per bulan di Kecamatan Selakau sedangkan curah hujan terendah di
Kecamatan Jawai dengan rata-rata 110 mm per bulan

Kacamatan Selakau termasuk salah satu Kecamatan di Kabupaten Sambas, yang


hampir setiap tahunnya di hadapkan dengan masalah banjir dan genangan,sehingga jelas
sangat merugikan warga yang tinggal di daerah tersebut. Dimana kondisi wilayahnya di
pengaruhi pasang surut air laut dan intensitas Curah hujan yang cukup tinggi, serta
termasuk daerah rawa. Keadaan ini bertambah buruk jika turunnya hujan bersamaan
dengan pasang surut air laut, sehingga mengakibatkan lupan dan genangan air semakin
luas dan dalam antara Kecamatan Singkawang yang pada waktu itu merupakan wilayah
pengembangan B untuk Kabupaten Sambas.

Secara administratif Kecamatan Selakau merupakan bagian dari 17 kecamatan yang


tersebar di wilayah Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat dengan batas
wilayahnya sebagai berikut: - Utara adalah Kecamatan Pemangkat, - Selatan adalah
Kecamatan Singkawang Utara, - Barat adalah Laut Natuna, - Timur adalah Kecamatan
Selakau Timur. Luas wilayah Kecamatan Selakau adalah 192,54 km2 , atau sekitar
2.02% dari luas wilayah Kabupaten Sambas.

4
Gambar 2.3. Peta Kecamatan Selakau

Sungai Selakau mempunyai potensi sumber air yang baik dimana sepanjang tahun
tidak pernah kering dan pada waktu musim hujan air terbuang masuk ke laut, belum
adanya konsep perencanaan terpadu dan belum dimanfaatkan dengan baik sehingga
menimbulkan banyak kerusakan/kerugian setiap tahun.

c. Kebijakan Penanggjawab Bencana

Kebijakan yang seharusanya diambil dari banjir yang melanda daerah Sungai
Selakau adalah,harus di ambil langkah-langkah yang tentunya sudah pasti ditetapkan
oleh pemerintah Peraturan Kepala BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana,yang berbunyi :
1. Kegiatan rehabilitasi merupakan tanggungjawab Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah yang terkena bencana.

2. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah dan


instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BPBD.

3. Dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi, Pemerintah Kabupaten/Kota wajib


menggunakan dana penanggulangan bencana dari APBD Kabupaten/Kota.

4. Dalam hal APBD Kabupaten/Kota tidak memadai, Pemerintah Kabupaten/Kota


dapat meminta bantuan dana kepada Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah.

5. Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota meminta bantuan kepada Pemerintah,


permintaan tersebut harus melalui Pemerintah Provinsi yang bersangkutan.

5
6. Selain permintaan dana, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan
tenaga ahli, peralatan dan/atau pembangunan prasarana kepada Pemerintah Provinsi
dan/atau Pemerintah.

7. Terhadap usul permintaan bantuan dari Pemerintah Daerah dilakukan verifikasi


oleh tim antar departemen/lembaga Pemerintah Non Departemen yang
dikoordinasikan oleh Kepala BNPB.

8. Verifikasi menentukan besaran bantuan yang akan diberikan Pemerintah kepada


Pemerintah Daerah secara proporsional.

9. Terhadap penggunaan bantuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada


Pemerintah Daerah dilakukan pemantauan dan evaluasi oleh tim antar
departemen/lembaga Pemerintah Nondepartemen dengan melibatkan BPBD yang
dikoordinasikan oleh Kepala BNPB.

10. Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar yang digunakan adalah
sebagai berikut :

- Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban bencana, namun juga


sebagai pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi.

- Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan


terintegrasi dengan kegiatan prabencana, tanggap darurat dan pemulihan
dini serta kegiatan rekonstruksi.

- “Early recovery” dilakukan oleh “Rapid Assessment Team” segera setelah


terjadi bencana.

- Program Rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap darurat (sesuai


dengan Perpres tentang Penetapan Status dan Tingkatan Bencana) dan
diakhiri setelah tujuan utama rehabilitasi tercapai.

6
3. PENILAIAN RESIKO BENCANA

Kebanyakan negara rentan terhadap beberapa kombinasi dari berbagai bahaya dan
semua menghadapi kemungkinan bencana-bencana teknologi sebagai akibat kemajuan
pembangunan industri. Pengaruh dari bahaya-bahaya yang mungkin muncul dan kerusakan
yang mungkin diakibatkan tergantung pada apa yang ada di daerah infrastruktur

Pemahaman dari bahaya-bahaya alam dan proses-proses yang menyebabkan bahaya-


bahaya itu adalah tanggung jawab dari para ahli seismologi, vulkanologi, klimatologi,
hidrologi dan para ilmuwan lainnya. Pengaruh-pengaruh dari bahaya-bahaya alam terhadap
bangunan-bangunan dan lingkungan buatan manusia adalah merupakan bahan kajian dari
insinyur dan para ahli resiko. Setidaknya pehaman itu penting bagi penduduk tentang
ancaman bahaya dalam sebuah bencana.

Faktor kerentanan yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah sebagai berikut:


 Prediksi yang kurang akurat mengenai volume banjir.
 Rendahnya kemampuan sistem pembuangan air.
 Turunnya kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan
pemeliharaan dan operasional.
 Deforestasi.
 Turunnya permukaan tanah akibat turunnya muka air tanah (land subsidance).
 Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
Kesadaran dan pemahaman mengenai hal ini, nampaknya kurang bahkan hampir tidak
pernah disosialisasikan kepada masyarakat. Akibatnya, di lingkungan masayarakat terbentuk
persepsi yang over ekspektasi terhadap penanganan banjir yang telah dilaksanakan
pemerintah, yaitu menganggap bahwa dengan terbangunnya infrastruktur pengendali banjir,
maka suatu wilayah akan terbebas dari banjir sampai kapanpun juga.
Curah hujan yang banyak di daerah-daerah perkotaan atau gagalnya drainase bisa
mengakibatkan banjir di kota-kota ketika permukaan-permukaan yang keras di daerah
perkotaan semakin meningkatkan beban hanyutan air bagian atas. Genangan air dan aliran

7
air dengan tekanan-tekanan mekanis air yang mengalir secara cepat. Arus air yang bergerak
atau air yag bergejolak dapat meruntuhkan dan menghanyutkan orang-orang dan binatang di
ke dalaman air yang relatif dangkal saja. Membuang sampah yang tidak pada tempatnya,
serta sungai dan selokan yang tertumpat oleh sampah-sampah tersebut dapat memungkinkan
bencana banjir akan datang.

4. PENANGGULANGAN BENCANA

Penanggulangan bencana banjir adalah berbagai upaya yang dapat dilakukan baik oleh
pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder) dalam rangka
menanggulangi bencana banjir baik yang dilakukan sebelum terjadinya banjir, pada saat
terjadi maupun setelah terjadi banjir.

a. Pra Bencana
Mitigasi banjir adalah semua tindakan/upaya untuk mengurangi dampak dari suatu
bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya ditujukan untuk jangka waktu yang
panjang. Secara umum jenis-jenis mitigasi dapat dikelompokkan kedalam mitigasi
struktural dan mitigasi non struktural.
- Mitigasi Struktural
Upaya-upaya mitigasi struktural banjir yang dilakukan oleh pemerintah antara lain
adalah:
- Perbaikan dan peningkatan sistem drainase.
- Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa: pengerukan, sudetan.
- Relokasi pemukiman di bantaran sungai.
- Pengembangan bangunan pengontrol tinggi muka air/hidrograf banjir berupa:
tanggul, pintu, pompa, wadukdan sistem polder.
- Perbaikan kondisi DaerahAliran Sungai (DAS).
Sementara mitigasi struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di kawasan rawan
banjir antara lain:
- Membantu upaya peningkatan kapasitas resapan air di wilayahnya baik dengan
menanam lebih banyak pohon maupun membuat sumur resapan.
- Membantu penyusunan peta zonasi/risiko banjir.
- Membangun rumah sesuai dengan peraturan tata guna lahan.
- Membuat rumah lebih tinggi dari muka air banjir

8
b. Saat Tanggap Darurat

Pada saat banjir, upaya upaya yang dilakukan pemerintah berupa:


 Pengerahan Tim Reaksi Cepat.
 Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan penampungan sementara.
 Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi di tempat pengungsi/
penampungan sementara.
 Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan di tempat pengungsi/
penampungan sementara.
 Pengerahan sarana transportasi untuk menjangkau daerah pengungsi.

Sementara tindakan tindakan pada saat banjir yang harus dilakukan masyarakat adalah:
 Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi atau ke tempat pengungsian
yang sudah ditetapkan di wilayahnya.
 Membawa perlengkapan darurat (Survival Kid).
 Menyelamatkan dokumen dan barang-barang berharga sehingga tidak rusak
atau hilang terbawa banjir.
 Jika dalam keadaan tertentu tidak dapat meninggalkan rumah, usahakan berada
di tempat yang tinggi di rumah.
 Matikan peralatan listrik/sumber listrik dari meterannya. Jangan menyentuh
peralatan listrik jika kita dalam keadaan basah atau berdiri di air.
 Tutup lubang sanitasi.
 Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah.

c. Pasca Bencana

Setelah terjadi bencana, kita melakukan upaya pemulihan yaitu segala upaya yang
dilakukan agar kondisi kembali kepada keadaan sebelum terjadi bencana atau kondisi
yang lebih baik. Dalam rangka memulihkan kondisi, upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah adalah:
 Evaluasi penanganan darurat dan pernyataan tanggap darurat selesai.

9
 Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana. sumberdaya air,
kerusakan lingkungan, korban jiwa dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan.
 Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa: rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air.
 Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana
banjir.
 Evaluasi karakteristik banjir untuk menyesuaikan prediksi banjir dimasa datang.

Sementara tindakan tindakan yang harus dilakukan masyarakat setelah terjadi banjir
adalah:
 Kembali ke rumah dari tempat pengungsi setelah ada pengumuman dari
pemerintah bahwa daerah kita telah aman dari banjir.
 Membersihkan rumah dan lingkungan dengan menggunakan desinfektan.
 Mengecek sistem kelistrikan rumah sebelum menyalakan listrik rumah.
 Buka pintu dan jendela agar udara dalam rumah tidak pengap.
 Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air bersih atau desinfektan, sebelum
makan atau menyiapkan makanan, setelah menggunakan wc, setelah
membersihkan lingkungan yang terkena banjir dan setelah memindahkan
perabotan yang terendam air.

5. MEKANISME PENANGGULANGAN BENCANA

Mekanisme penanggulan bencana adalah sebagai kehidupan manusia adalah sangat


bergantung dengan kemampuan manusia dalam mengatur dan mengendalikan dan raga
manusia itu sendiri, justru yang terjadi pada bumi alam semesta raya ini selalu
memperbaharui dirinya dengan wajah dan penampilan barunya

a. Pra Bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu:
- Dalam situasi tidak terjadi bencana.
- Dalam situasi terdapat potensi bencana

10
 Situasi Tidak Terjadi Bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan
analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi
ancaman bencana yang nyata.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana
meliputi:
- Perencanaan penanggulangan bencana;
- pengurangan risiko bencana;
- pencegahan;
- pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
- persyaratan analisis risiko bencana;
- pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
- pendidikan dan pelatihan; dan
- persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

 Situasi Terdapat Potensi Bencana

Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiap siagaan, peringatan


dini dan mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana.
 Kesiapsiagaan
 Peringatan Dini
 Mitigasi Bencana
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sektor dan multi
stakeholder,oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi koordinasi.

b. Saat Tanggap Darurat

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:


 Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;

11
 Penentuan status keadaan darurat bencana;
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
 Pemenuhan kebutuhan dasar;
 Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
 Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

c. Pasca Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:


 rehabilitasi; dan
 rekonstruksi.

6. PENUTUP
a. Kesimpulan

 Banjir adalah tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena
volume air yang meningkat.
 Faktor-faktor penyebab banjir, antara lain:
 Faktor alam: curah hujan yang tinggi yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.
 Faktor campur tangan manusia: tata letak kota yang mengabaikan keseimbangan
alam, kurangnya lahan resapan air, kegagalan system drainase dan kurangnya
kesadaran masyarakat akan lingkungan.
 Pembangunan struktural dan non-struktural harus berjalan dengan seimbang.
Pemerintah dan masyarakat harus bersama membuat perubahan. Diawali dengan
mengubah perilaku dan menumbuhkan kesadaran diri akan kebersihan. Dilanjutkan
dengan pembangunan struktural yang melingkupi:
 Pembuatan Biopori (pemerintah dan masyarakat).
 Pembuatan sumur resapan (pemerintah dan masyarakat)
 Pembenahan sistem drainase (pemerintah)
 Pembuatan kolam retensi dan penerapan pompa potomatis (pemerintah).

b. Saran
 Perencana harus memperhatikan kontur-kontur tanah dan daerah aliran sungai
sebelum merencanakan sistem drainase.

12
 Perencana harus memperhatikan keseimbangan alam ketika merencanakan suatu
pembangunan sistem drainase. Sehingga tidak akan memberikan dampak yang negatif
di kemudian hari.
 Perencana harus memperhatikan curah hujan ketika merencana volume saluran,
sumur resapan dan kolam retensi.

13
c. Daftar Pustaka

 https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS/article/view/4148/4179

14

Anda mungkin juga menyukai