Anda di halaman 1dari 43

KARYA ILMIAH

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD)


DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR
DI KABUPATEN ALOR

Di susun oleh :

Nama : Aulia Putri Nurmayadhin

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA


2022
ABSTRAK

Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam


Penanggulangan Bencana Banjir di Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemerintah daerah
dalam penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
Pemerintah Kabupaten Alor sudah mengeluarkan Perda No 02 Tahun 2010
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana
daerah (2). Pencegahan bencana, langkah yang dilakukan pemerintah daerah
adalah penguatan tebing dan pemasangan beronjong (3). Tanggap darurat,
pemerintah daerah telah mendirikan posko pengungsian dan dapur umum (4).
Rehabilitasi dan Rekontruksi, pemulihan yang berupa perbaikan sarana dan
prasarana akan tetapi belum terpenuhi secara keseluruhan berhubung dana yang
dimiliki terbatas. Kata kunci: Peran pemerintah, penanggulanagan bencana banjir
di Kabupaten Alor.

The role of the Regional Disaster Management Agency (BPBD) in Flood


Disaster Management in Alor Regency, East Nusa Tenggara. The purpose of this
study was to determine the role of local governments in flood disaster
management in Alor Regency, East Nusa Tenggara. The Alor Regency
Government has issued Regional Regulation No. 02 of 2010 concerning the
Establishment of the Organization and Work Procedure of the Regional Disaster
Management Agency (2). For disaster prevention, the steps taken by the local
government are to strengthen cliffs and install ronjong (3). In response to the
emergency, the local government has established evacuation posts and public
kitchens (4). Rehabilitation and Reconstruction, recovery in the form of repairing
facilities and infrastructure but has not been fulfilled in its entirety due to limited
funds. Keywords: The role of government, flood disaster management in Alor
Regency.
KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu”

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya Ilmiah yang
berjudul “Peran Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam
Penanggulangan Bencana Banjir di Kelurahan Kalabahi Timur Kecamatan Teluk
Mutiara Kabupaten Alor” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari
bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis selalu mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak terutama Pihak Kantor Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Alor , Dinas Sosial Kabupaten Alor, dan Lurah
Kalabahi Timur.

Dengan segala keterbatasan dan demi kesempurnaan Karya Ilmiah


ini, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Semoga karya ilmiah ini bermanfaan dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 01 September 2022

Aulia Putri Nurmayadhin


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi jika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Banjir merupakan suatu masalah yang sampai
sekarang ini masih perlu adanya penanganan dan perhatian khusus dari
pemerintah maupun masyarakat. Banjir akan menimbulkan dampak yang
merugikan di berbagai kehidupan masyarakat. Banjir kembali melanda
beberapa titik di Kabupaten Alor tepatnya di Kelurahan Kalabahi Timur,
sehubungan dengan kejadian bencana banjir bandang yang terjadi pada hari
senin malam tanggal 29 April 2019 di Kadelang dimana penyebab terjadinya
banjir bandang tersebut adalah hujan deras kurang lebih 2 hari berturut-turut
yang mengakibatkan jembatan yang berada di samping perumahan warga
Kadelang hingga mengakibatkan perumahan Kadelang terendam air dan
semua warga yang berada di perumahan tersebut dievakuasi dan mengungsi
ke tempat yang lebih aman. Proses evakuasi harus memprioritaskan bayi dan
lansia sebagian warga yang sudah berhasil dievakuasi sebelum banjir bandang
datang. Semua korban banjir bandang mendapatkan bantuan, baik itu
kebutuhan makanan maupun kesehatan. 2 Berdasarkan informasi dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor penyebab
terjadinya bencana banjir lantaran hujan sedang hingga deras tanpa henti yang
menguyur wilayah Kabupaten Alor selama beberapa hari terakhir, hal itu
mengakibatkan sungai meluap dan merendam rumah serta lahan warga.
Adapun penyebab lainnya seperti penebangan pohon sembarangan di hutan,
Faktor utamanya tentu hujan lebat yang mengakibatkan meluapnya sungai
sehingga tanggul tak mampu menahan debit air. Indonesia memiliki letak
wilayah yang rawan terhadap bencana alam karna berlokasi di cincin api
pasifik, Indonesia selama ini sering menghadapi tsunami, gempa bumi dan
letusan gunung merapi. pada 20 tahun terakhir bencana alam yang dialaminya
menghancurkan ekonomi dan daratan Indonesia. Disamping itu Indonesia
pada akhir-akhir ini selalu di guyur hujan yang begitu lebat tepatnya berada di
daerah Kabupaten Alor, hujan telah mengguyur beberapa tempat di kabupaten
Alor yang mendampakkan akan adanya banjir kecil atau banjir bandang , oleh
karna itu didalam suatu bencana alam pasti adanya sebab kenapa bencana itu
terjadi. Banjir dan tanah longsor terjadi di banyak wilayah di Indonesia dan
bisa menyebabkan jatuhnya ratusan korban, hancurnya rumah-rumah dan
infrastuktur lain, dan kerugian bagi bisnis-bisnis lokal. Jika tidak mau terjadi
bencana ala mini manusia harus sadar dengan diri masing-masing 3 dan tidak
ada lagi yang membuang sampah atau mengotori alam dengan sengaja atau
kebiasaan. Penanggulangan bencana adalah segalah upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
rehabilitasi, rekontruksi dan tanggap darurat.dalam Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007. Hal ini berarti bahwa komunitas dalam penanggulangan
bencana didalam masyarakat memerlukan perhatian khusus dari pemerintah
ketika terjadi bencana setiap kelompok masyarakat mempunyai kemampuan
dan cara untuk menghadapi lingkungan demi kelangsungan hidupnya. Tujuan
dari penanggulangan bencana adalah memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari acaman bencana, melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang sudah ada, menjamin terlaksananya penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai budaya
lokal, membangun partisipasi dan kemitraan publik dan swasta, mendorong
semangat gotong royong, kesetiakawanan, kedermawaan dan menciptakan
perdamaian dalam kehidupan benrsyarakat, bangsa dan negarah. Pemerintah
Daerah bertanggung jawab melindungi dan mensejahterakan setiap warga
yang berada di wilayah kerjanya secara demokratis.
1. Ada semangat untuk pengembangan potensi sumber daya daerah yang
terkait dengan upaya penanggulangan bencana daerah.
2. Merupakan amanat untuk mengimplementasikan kegiatan Pengurangan
Resiko Bencana hengga ke pemerintah daerah.
3. Merupakan kewajiban meningkatkan kinerja pemerintah Daerah dalam
memberikan pelayan publik sesuai standar pelayanan minimal.
4. Merupakan amanat dari Undang-Undang untuk memastikan
penyelenggaraan penanggulang bencana dimasukkan ke dalam program
pembangunan daerah termasuk pengalokasian dana.
5. Merupakan kewajiban Pemerintah Daerah memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam dalam kerangka kerja penanggulangan bencana yang
diselenggarakan olehnya.
6. Bahwa penyelenggaraan penanggulagan bencana merupakan
perlindungan
terhadap kehidupan serta penghidupan yang merupakan tanggungjawab
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
7. Bahwa untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana secara cepat,
tanggap, sistematis, terpadu dan terkoordinasi diperlukan suatu lembaga
yang secara khusus melaksanakan tugas da fungsi di bidang
penanggulangan bencana.
Adapun Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi:
1. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional.
2. Penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah.
3. Perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi
sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana.
4. Pembentukan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsurunsur
kebijakan penanggulangan bencana.
5. Penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan
negara lain, badan-badan, atau pihak-pihak internasional lain.
6. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang
berskala nasional.
7. Perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya
alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan.
Berdasarkan ketentuan diatas, untuk menaggulangi masalah banjir di
Kabupaten Alor, maka dibentuklah Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Alor berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Alor Nomor 02 Tahun 2010 tentang pembentukan, organisasi, dan tata
kerja BPBD. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaga Negara Republik
Indonesia Nomor 4389); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggarann Penanggulangan Bencana (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42. Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia No 4829); Peraturan Daerah 6 Kabupaten Alor Nomor
02 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Alor.
BPBD Kabupaten Alor telah menyusun program untuk mengurangi risiko
bencana. Antara lain melanjutkan pembentukan kelompok masyarakat
penanggulangan bencana di desa-desa, dan melanjutkan program
pembentukan desa tangguh bencana. Selain itu, sosialisasi-sosialisasi
masih dilakukan di sekolah-sekolah lanjutan tingkat atas dengan
membentuk sekolah siaga bencana. Adapun yang dilakukan Badan
Penanggulanagan Bencana Daerah dalam penanggulangan bencana (Banjir
Bandang) di Kabupaten Alor yaitu melakukan pelayanan kepada
masyarakat yang terdambak bencana, menyiapkan tempat atau posko
tanggap darurat, mendirikan dapur umum, memberikan kebutuhan dasar
bagi masyarakat. Selain itu pemerintah daerah juga melakukan perbaikan
sarana dan prasarana seperti perbaikan jalan dan rumah warga yang
mengalami rusak berat serta penguatan tebing dan pemasangan beronjong.
Itu menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penanganan bencana
sangat besar dan serius demi menjaga dan melindungi warganya. Dalam
mengatasi banjir yang terjadi di Kabupaten Alor khususnya di Perumahan
Kadelang, telah dilakukan berbagai upaya penanggulangan. Upaya
penanggulangan banjir tersebut dimulai dari melakukan pengerukan dan
pemasangan buronjong setinggi satu setengah meter dengan panjang 500
meter, selesai musim hujan maka akan direncanakan bangunan untuk yang
permanen menahan air sungai. Pemerintah mesti mengacu pada peta
bahaya atau peta risiko bencana. Sehingga mitigasi dan peningkatan
kesiapsiagaan akan tepat sasaran. Melalui kolaborasi dua sistem
koordinasi ini, jika dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan
memiliki rasa saling membutuhkan, maka akan tercipta keharmonisan
dalam memanajemen bencana. Dari permasalahan penanggulangan
bencana banjir diatas penulis ingin membahas mengenai penanggulangan
bencana banjir di Kota Alor pada tahan situasi terhadap potensi bencana.
Adapun judul yang penulis angkat yaitu “Peran Pemerintah Dalam
Penanggulangan Bencana Banjir Di Kabupaten Alor Nusa Tenggara
Timur”
B. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian supaya dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya
maka peneliti harus merumuskan masalah dengan singkat, sehingga jelas dari
mana akan mulai, kemana harus pergi serta bagaimana. Perumusan masalah
diperlukan agar mempermudah menginterprestasikan data dan fakta yang
dibutuhkan dalam suatu penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
menentukan rumusan masalah yaitu: Bagaimana Peran BPBD Dalam
Penanggulanagan Bencana Banjir Di Kabupaten Alor.
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki
tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan atau
stategmen mengenai apa yang ingin kita cari atau yang ingin kita tentukan.
Dalam hal ini yang menjadi tujuan penelitian penulis adalah: Untuk
mengetahui Peran BPBD Dalam Penanggulanagan Bencana Banjir Di
Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama pemerintah dan
masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana banjir sudah baik,
sebagaimana diketahui masyarakat ikut berpartisipasi dalam penyuluhan
/sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) ataupun instansi/dinas terkait lainnya, masyarakat juga ikut
dalam menjaga beronjong yang telah dibangun sebaga penopang tebing
sungai agar tidak terjadi pengikisan yang dapat menyebabkan terjadi erosi.
Masyarakat juga selalu tanggap dalam menyikapi himbauan dari pemerintah
seperti peringatan prabencana dan keikut sertaan dalam pengadaan logistik
dan bahan pembuatan beronjong. Jurnal Barus (2013) yang berjudul “Peranan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Penanggulangan
Bencana Banjir Di Kota Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BPBD Kota Medan belum memiliki Sistem Operasi Prosedur (SOP)
tersendiri, sehingga apabila terjadi bencana, BPBD Kota Medan berpedoman
pada prosedur tanggap darurat dalam serangkaian peraturan dan undang-
undang yang ditetapkan Pemerintah Kota Medan yang berkaitan bencana.
SOP khusus BPBD Kota Medan akan segerah disusun 10 secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan kondisi dan perjalanan waktu berdasarkan peraturan
perundang-undang diatasnya. Skripsi Kusumajati (2016) yang berjudul
“Peranan BPBD Dalam Penanggulangan Bencana Alam di Desa Windurejo
Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peranan BPBD dalam penanggulangan bencana alam di Desa
Windurejo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalolongan meliputi: keberadaan
BPBD sebagai pelaku utama dalam penanggulangan bencana di Desa
Windurejo sudah diketahui oleh masyarakat. Selama ini peran BPBD dalam
penanggulangan bencana dimulai dari sebelum terjadi bencana, saat tanggap
darurat (saat bencana) dan paska bencana.Peranan BPBD dalam
penanggulangan bencana ini berkaitan dengan peranannya sebagai
koordinator.Semua koordinasi dalam penanggulangan bencana dilakukan
oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sehingga semua
berjalan dengan baik.
B. Pengertian Organisasi
Organisasi adalah suatu kelompok orang yang saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan.Adapun pengertian secara terperinci organisasi merupakan
suatu tempat atau wadah untuk berkumpul dan bekerja sama secara rasional
dan sistematis, terkendali, terpimpin, terencana dalam memanfaatkan sumber
daya baik uang, lingkungan, metode, material dan sarana prasarana, data
yang digunakan secara efisen dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
11 Adapun pengertian organisasi menurut Weber yang dikutip oleh Thoha
dalam bukunya “Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya”
(2014:113) bahwa: Organisasi adalah suatu batasan-batasan yang dilakukan
secara tertentu (bounderies), dengan demikian seseorang melakukan
hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Maka dari itu
mereka dibatasi dengan aturan-aturan tertentu.
1. Ciri – Ciri Organisasi Handayaningrat (1981:43), adapun ciri-ciri
organisasi antara lain sebagai berikut:
a. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
b. Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya ataupun
tenaganya.
c. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal.
d. Adanya kegiatan yang berbeda-beda tapi mempunyai hubungan yang
saling berkaitan.
e. Adanya suatu tujuan.
2. Unsur-unsur Organisasi Agar suatu organisasi berjalan dengan baik,
maka dibutuhkan unsur penting di dalamnya. Berikut ini adalah unsur-
unsur organisasi menurut Wursanto (2003:54) yaitu:
a. Man (orang-orang), dalam suatu organisasi sering disebut dengan
istilah pegawai atau personil.
b. Kerja sama, merupakan suatu perbuatan dalam hal bantu
membantu atau suatu perbuatan yang dilakukan secara
bersamasama untuk mencapai tujuan bersama.
c. Tujuan bersama, merupakan suatu arah atau sasaran yang ingin
dicapai dan menggambarkan apa yang ingin dicapai melalui
program, pola (network), kebijaksanaan (policy), prosedur,
anggaran, strategi, dan peraturan-peraturan (regulation) yang
sebelumnya telah ditetapkan.
d. Peralatan (equipment), terdiri dari semua sarana yang berupa
materi, uang, mesin- mesin, dan barang modal lainnya (gedung/
tanah/bangunan/kantor).
e. Lingkungan (environment)
f. Kekayaan alam.
g. Kerangka atau konstruksi mental organisasi, berupa prinsipprinsip
organisasi.
3. Prinsip Organisasi Sebagaimana dikutip oleh Huse dan Bowditch
(1977), Fayol mengemukakan 14 prinsip organisasi yaitu:
a. Pembagian kerja (division of work)
b. Wewenang dan tanggungjawab (authority and responsibility)
c. Kesatuan perintah (unity of command)
d. Disiplin (discipline)
e. Kesatuan arah (unity of direction) 13
f. Kepentingan yang bersifat individu dibawah kepentingan umum
(subordination of individual interest to general interest)
g. Gaji pegawai (remuneration of personel)
h. Sentralisasi (centralization)
i. Saluran jenjang (scalar chain)
j. Ketertiban (order)
k. Keadilan (equity)
l. Kestabilan masa kerja pegawai (stability of tenure of personnel)
m. Inisiatif ( initiative)
n. Kesatuan jiwa korps (esprit de corp).
C. Pengertian Peran
Pemerintah Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Ketika seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya berdasarkan dengan kedudukannya,
dapat dikatakan bahwa orang tersebut menjalankan suatu peranan-peranan
dan kedudukan saling tergantung satu sama lain. Tidak ada peranan tanpa
kedudukan, demikian pula tidak ada kedudukan tanpa peranan. Menurut
Soekanto (2002:243) peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status)
apabila seseoarang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Menurut Merton (dalam
Raho 2007:67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola
tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status
tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan
demikian peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan
peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.
Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 55) teori
peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di
dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola
penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan”. Menurut
Thoha (2002) peran merupakan serangkaian perilaku yang dilakukan
seseorang berdasarkan dengan karakternya. Kondisi tersebut bisa dilatar
belakangi oleh psikologi seseorang dalam melakukan tindakan yang
diinginkan, sesuai dengan hatinya.
1. Konsep Peran Menurut Komarudin (1994; 768) dalam buku
“ensiklopedia manajemen” sebagai berikut:
a. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik
yang ada padanya
b. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
c. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat
d. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
e. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
2. Aspek-aspek peran Biddle dan Thomas membagi beberapa istilah
dalam teori peran yaitu:
a. Kedudukan orang- orang dalam perilaku.
b. Orang- orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
c. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.
3. Jenis-Jenis Peran Peran dapat dibagi menjadi tiga jenis. Menurut
Soekanto (2002), adapun diantaranya sebagai berikut:
a. Peran Aktif Peran aktif merupakan suatu peran seseorang
seutuhnya
yang selalu aktif dalam tindakannya pada suatu organisasi. Hal
tersebut bisa diukur dari kehadirannya serta juga kontribusinya
terhadap suatu organisasi.
b. Peran Partisipasif Merupakan suatu peran yang dikerjakan
seseorang dengan berdasarkan kebutuhan dan hanya dilakukan
pada saat tertentu saja.
c. Peran Pasif Merupakan suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh
individu atau perorangan.maksudnya, peran pasif ini hanya
diartikan sebagai simbol dalam situasi tertentu di dalam kehidupan
masyarakat.
4. Konsep Peran Pemerintah Pemerintah Daerah menurut Tjandra adalah
“Pemerintah (government) dilihat dari pengertiannya adalah
pengarahan atau administrasi yang berwenang terhadap kegiatan
masyarakat dalam sebuah Negara, kota dll. Pemerintahan juga dapat
diartikan sebagai lembaga atau badan yang menyelenggarakan
pemerintahan Negara, Negara bagian, atau kota dll. Pengertian
pemerintah dilihat dari sifatnya yaitu pemerintah dalam arti luas
meliputi seluruh kekuasaan yaitu kekuasaan eksekutif, kekuasaan
yudikatif, dan kekuasaan legislatif.Sedangkan dalam arti sempit
pemerintah hanya meliputi cabang kekuasaan eksekutif saja.” Dalam
UU No 24 Tahun 2007, Pemerintah Daerah mempunyai tanggung
jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana diantaranya:
a. Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko
bencana dengan program pembangunan.
b. Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memadai.
c. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum. Perlindungan
masyarakat dari dampak bencana. Selain tanggung jawab, Pemerintah
Daerah juga mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, meliputi:
a. Pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana
denga provinsi dan atau kabupaten atau kota lain.
b. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya
selaras dengan kebijakan pembangunan daerah.
c. Perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan
sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada
wilayahnya.
d. Pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana
denga provinsi dan atau kabupaten atau kota lain.
e. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang
yang berskala provinsi, kabupaten atau kota.
f. Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber
ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya.
D. Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana merupakan upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, serta kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi dan
rekontruksi.Kegiatan pencegahan bencana yang dimaksud adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi ancaman bencana,
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007. Peraturan Bupati Alor Nomor 32
Tahun 2016 tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi, dan tata kerja BPBD
Kabupaten Alor.Yang memiliki tugas menetapkan pedoman dan pengaruh 18
terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan
bencana, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekontruksi secara adil dan
setara. Menetapkan kebutuhan penyelenggara PB berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Serta memiliki fungsi perumusan dan penetapan
kebijakan PB dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat,
efektif dan efisien.
1. Penanggulangan Bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, penanggulangan bencana
memiliki tujuan yaitu:
a. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
b. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
c. Mendorong semangat gotong royong, kesetia kawanan dan
kedermawanan. d. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
e. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
f. Menghargai budaya lokal. Membangun partisipasi dan kemitraan
publik serta swasta.
2. Bencana
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip
Wijayanto (2012), Bencana merupakan suatu gangguan serius yang
dirasakan baik oleh masyarakat yang menimbulkan kerugian secara
meluas terhadap berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak
yang terjadi melebihi kemampuan manusia dalam mengatasinya dengan
sumber daya yang ada. Menurut Parker (1992) yang dikutip Dian
Wijayanto dalam bukunya “pengantar manajemen” (2012), bencana adalah
sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi diakibatkan oleh alam maupun
ulah manusia, salah satunya merupakan imbas dari kesalahan teknologi
yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu serta
lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas. Sedangkan
Haryanto (2001: 35) Mengemukakan : Bencana adalah Terjadinya
kerusakan pada pola kehidupan normal, yang bersifat merugikan
kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan
masyarakat. Adapun jenis bencana sebagai berikut:
a. Bencana Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam
seperti gempabumi, banjir, tsunami, kekeringan, gunung meletus,
longsor dan angin topan.
b. Bencana non-Alam
Bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam seperti diantaranya berupa epidemi, gagal teknologi, gagal
modernisasi, serta wabah penyakit.
c. Bencana Sosial
Bencana yang diakibatkan oleh manusiaseperti konflik sosial
antarkelompok atau antar komunitas masyarakat.
3. Banjir
Banjir dapat diartikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat
meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah
dan menimbulkankerugian ekonomi, sosial dan fisik. (Rahayu dkk, 2009).
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi ketika meluapnya tubuh air
dari saluran yang ada sehingga menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir
merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering menjadi
tergenang air, hal ini disebabkan karenacurah hujan yang cenderung
tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga
cekung. Selain itu, terjadinya banjir juga dapat disebabkan oleh limpasan
air permukaan yang meluap sehingga volumenya melebihi kapasitas
pengaliran sistem drainase atau sistem aliran sungai. Adapun penyebab
tanah tidak mampu lagi menyerap air karena rendahnya kemampuan
infiltrasi tanah sehingga terjadinya bencana banjir. Banjir juga dapat
terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas
normal, tanggul/bendungan yang bobol, perubahan suhu, terhambatnya
aliran air di tempat lain (Ligal, 2008). Menurut Kodoatie dan Sugiyanto
(2002), faktor penyebab terjadinya bencana banjir dapat diklarifikasikan
dalam dua kategori, yang pertama banjir alami, kedua banjir tindakan
manusia. Banjir alami diakibatkan oleh curah hujan, erosi, fisiografi dan
sedimentasi. Sedangkan banjir akibat manusia disebabkan karena aktifitas
atau ulah manusia yang menyebabkan perubahan terhadap lingkungan
seperti perubahan pada kondisi daerah aliran sungai (DAS). E. Kerangka
Pikir Menurut Soekanto (2002) peran merupakan aspek dinamis
kedudukan (status) apabila seseoarang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
peranan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemberi pelayanan
kepada masyarakat khususnya pada pelayanan kebencanaan, maka
pemerintah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk
melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana.Peran dari BPBD dalam
penanggulangan bencana yaitu serangkaian upaya yang membatasi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko adanya bencana,
tanggap darurat, kegiatan pencegahan bencana, rehabilitasi dan
rekontruksi (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007). Harapannya
adalah bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Alor
dapat melaksanakan peran-peran tersebut.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 November 2020 s/d 14 Januari
2021. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Alor Nusa Tenggara
Timur.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
Penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui peran Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) dalam penanggulangan bencana banjir di
Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
2. Tipe Penelitian Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu
penelitian dengan tujuan memberikan gambaran dan penjelasan berbagai
macam data yang telah dikumpulkan dari objek penelitian yang berkaitan
dengan Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam
Penanggulangan Bencana Banjir di Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ada 2 yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer Dalam penelitian ini sumber data primer yaitu untuk mencari
data yang akurat dari kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Alor dan masyarakat Kelurahan Kalabahi Timur.
2. Data sekunder Sumber data sekunder yang di gunakan dalam penelitian
ini, diperoleh dari buku-buku tentang bencana banjir dan undang-undang
yang mengatur tentang Penanggulangan Bencana Daerah di Kabupaten
Alor. Informan Penelitian Informan merupakan sasaran objek peneliti
yang akan menjadi sumber informasi dalam pengumpulan data-data
primer melalui observasi dan wawancara lapangan. Target peneliti yang
akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah benar-benar warga
yang terlibat langsung dalam kejadian bencana.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai
berikut:
1. Observasi Observasi adalah pengamatan langsung di lokasi penelitian
untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal
yang diteliti. Observasi dilakukan secara langsung di Kantor Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dan di Kabupaten Alor tentang
permasalahan yang berhubungan dengan penelitian dan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis atau hasil observasi.
2. Wawancara Metode ini digunakan karena dapat mengetahui secara
langsung informasi masalah yang ingin diketahui dari mulut informan
untuk memberikan informasi yang lebih jelas. Wawancara langsung
merupakan pembicaraan dua arah yang di lakukan melalui tatap muka
maupun menggunakan telepon. Wawancara dalam penelitian ini
difokuskan kepada Kepala Pelaksana, Kepala Bidang, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Alor, staf Dinas Sosial,
Lurah Kalabahi Timur, dan masyarakat yang terdambak bencana banjir di
Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
3. Dokumentasi Dokunentasi adalah bukti yang mendukung penelitian,
dokumentasi dalam bentuk foto, rekaman, maupun catatan hasil
wawancara pada saat melakukan penelitian dengan pihak-pihak yang
terkait.
E. Teknik Analisis Data
Analisia data adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis data
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan
data dan memilih mana yang penting serta mana yang perlu dipelajari untuk
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2017). Adapun
langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Pengumpulan data yaitu langkah yang paling utama
dalam penelitian karena tujuan dari penelitian adalah memperoleh data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak
mendapatkan data sesuai standar yang ditetapkan.
2. Reduksi Data Mereduksi data ialah komponen utama analisis data yang
mempertegas, mempersingkat, membuat fokus membuang hal yang tidak
penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga peneliti dapat
mengambil kesimpulan.
3. Sajian Data Penyajian data merupakan suatu rangkaian informasi yang
memungkinkan kesimpulan secara singkat dapat menjadi cerita sistematis
dan logis makna peristiwanya menjadi dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah
harus mulai memperhatikan akan hal-hal dan apa arti yang ditemui
dengan mencatat peraturat-peraturan sebab akibat dalam berbagai
proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.
F. Teknik Pengabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi. Trianggulasi
bermakna yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang
ditimbulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.
Sugiyono (2017) menjelaskan ada 3 macam trianggulasi:
1. Trianggulasi sumber yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh
sebelumnya.
2. Trianggulasi teknik yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari satu
sumber dengan menggunakan bermacam-macam cara atau teknik tertentu
untuk diuji keakuratan dan ketidak akuratannya.
3. Trianggulasi waktu yaitu berkenaan dengan waktu pengambilan data yang
berbeda agar data yang diperoleh lebih akurat dan kredibel dari setiap
hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani dan nelayan. Hal ini
disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa masyarakat adalah
petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak
punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi
buruh tani dan nelayan.

B. Visi kelurahan
“Mewujudkan Kelurahan Kalabahi Timur Menjadi Kelurahan Argo Industry
Melalui Bidang Pertanian Dan Industri Kecil”
a. Nilai-nilai yang melandasi:
 Selama bertahun-tahun kelurahan Kalabahi Timur menyandang gelar
sebagai kelurahan kategori kelurahan Merah atau Miskin. Sebuah
sebutan yang tidak membanggakan padahal sumber daya yang ada
cukup memadai, hanya saja penanganannya kurang maksimal.
 Sebagian besar petani dan buruh tani juga ada yang memelihara
hewan ternak meski dalam skala kecil, biasanya hanya digunakan
untuk investasi jangka pendek.
b. Makna yang terkandung:
 Terwujudnya: terkandung didalamnya peran pemerintah dalam
mewujudkan kelurahan Kalabahi Timur yang mandiri secara ekonomi
Kelurahan Kalabahi Timur: adalah satu kesatuan masyarakat hukum
dengan segala potensinya dalam sistem pemerintahan di wilayah
Kelurahan Kalabahi Timur
 Mandiri: adalah suatu kondisi kehidupan yang kreatif, inovatif,
produktif dan partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhan
sendiri Pertanian: bahwa sektor pangan adalah hal utama dalam
perekonomian sehingga tidak akan terjadi rawan pangan di kelurahan
Kalabahi Timur.
C. Misi kelurahan
a. Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk meningkatkan SDM melalui pendidikan formal maupum informal
b. Bekerja sama dengan petugas penyuluh lapangan untuk meningkatkan
hasil pertanian
c. Meningkatkan usaha pertanian
d. Meningkatkan dan mengelolah pendapatan asli kelurahan
e. Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melalui pelaksanaan
Otonomi Daerah
D. Deskripsi Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Alor
1. Tugas pokok Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Alor
a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat,
rehabilitas serta rekontruksi secara adil dan setara
b. Menetapkan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdasarkan peraturan perundang-undangan
c. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana
e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Bupati setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana
f. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan
perundangundangan
2. Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencanadan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan
efisien
b. Pengkoordinasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh
c. Melaksanakan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
penanggulangan bencana daerah sesuai petunjuk dan arahan Bupati
Alor
E. Visi & Misi BPBD Alor
Visi : Dengan mengacu pada visi Kabupaten Alor, maka visi BPBD 2019-
2023 Kabupaten Alor adalah “Ketangguhan Masyarakat Menghadapi
Bencana Menuju Alor Maju, Aman, Sejahtera, Berkelanjutan Dan
Religius” visi tersebut mengandung makna bahwa badan
penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kabupaten Alor memiliki
peran dan tanggung jawab mengoptimalkan koordinasi
penanggulangan bencana dengan mendorong upaya keterlibatan
masyarakan dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan
membangun kesadaran masyarakat dalam upaya pengurangan resiko
bencana.
Misi : Berdasarkan Visi tersebut diatas maka, Misi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Alor diantaranya: a. Menyelenggarakan
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh b.
Menumbuhkan semangat kepedulian masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana c. Memperkuat kelembagaan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor.
F. Sumber Daya Manusia
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Alor Potensi sumber
daya manusia di kabupaten Alor, khusunya Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Alor terdapat 14 orang dengan status pegawai
negeri sipil dan didukung dengan 40 orang tenaga sukarela yang tergabung
dan bertugas membantu administrasi dan sebagai relawan bencana yang
tergabung dalam Tim Reaksi Cepat BPBD Kabupaten Alor. Secara
Organisasi BPBD dipimpin oleh Kepala Pelaksana, dibantu seorang
sekretaris dan 3 orang Kasubag ( kasubag umum kepegawaian, kasubag
perencanaan dan kasubag keuangan ), 3 orang kepala bidang yang masing-
masing dibantu oleh 2 orang seksi yakni:
a. Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan dibantu oleh 2 seksi, yakni seksi
pencegahan dan seksi kesiapsiagaan.
b. Bidang kedaruratan dan logistik, dibantu oleh 2 seksi yakni seksi
kedaruratan dan seksi logistik.
c. Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Bencana, dibantu oleh 2 seksi
yakni seksi Rehabilitasi dan Rekontruksi.
G. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Karakteristik informan Pembahasan ini penulis akan membahas data-data
yang diperoleh dari lokasi penelitian dilapangan yang terdiri dari
beberapa pernyataan informan yang dihasilkan setelah melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang akan dibahas secara
berurut. Pada bagian pertama penulis membahas mengenai karakteristik
atau identitas dari informan yang masing-masing informan diantaranya
yaitu : Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Alor, Kepala Bidang BPBD Kabupaten Alor, Staf
Dinas Sosial, Kabupaten Alor, Lurah Kalabahi Timur, serta masyarakat
yang terkena dampak bencana banjir. dilanjutkan penulis akan membahas
tentang Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam
penanggulangan bencana banjir di Kelurahan Kalabahi Timur Kecamatan
Teluk Mutiara Kabupaten Alor. Penelitian ini yang menjadi informan
terdiri dari delapan orang diantaranya: 1) AB adalah seorang kepala
pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Alor, beragama islam, Pendidikan terakhir adalah S2 Pendidikan. AB
juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Alor. 2) US adalah seorang
kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Alor, beragama islam, Pendidikan terakhir adalah S2
Pendidikan. US juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Alor. 3) UR
adalah salah satu staf Dinas Sosial di Kabupaten Alor. Beragama islam,
Pendidikan terakhir adalah S1 pendidikan. UR juga Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Kabupaten Alor. 4) DRadalah seorang Lurah di Kelurahan
Kalabahi Timur. Beragama islamPendidikan terakhir adalah S2
pendidikan. DR juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Alor. 5) AM
adalah masyarakat kelurahan Kalabahi Timur yang menjadi korban
bencana banjir 6) NS adalah seorang ibu rumah tangga beragama islam
yang menjadi korban bencana banjir di perumahan kukku kelurahan
Kalabahi Timur 7) SS adalah salah satu tokoh pemuda di Kelurahan
Kalabahi Timur, beragama islam, pendidikan terakhir adalah SMA . 8)
RA adalah salah satu tokoh masyarakat yang ada di Kelurahan Kalabahi
Timur, beragama islam, pendidikan terakhir SMA, dan sedang
melanjutkan pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota
Makassar.
2. Bencana Banjir Yang Terjadi Di Kelurahan Kalabahi Timur Tahun 2019
Dan 2020 Tabel 4.4 Data Bencana banjir di Kelurahan Kalabahi Timur
Tahun 2019-2020 No Tahun kejadian Jenis Bencana Lokasi Kab/Kota
Jumlah pengungsi Korban jiwa penyebab 1. 29/04/2019 Banjir bandang
Perumahan kukku Alor 130 KK 0 Hujan deras intensitas tinggi 2.
20/01/2020 Banjir bandang Kelurahan Kalabahi Timur Alor 320 KK 0
Hujan deras intensitas tinggi Sumber: kabid kedaruratan dan logistic
BPBD KabupatenAlor, Tahun 2020 Dari kejadian bencana banjir di atas
dampak kerusakan yang ditimbulkan yaitu 2 unit rumah warga di
perumahan kukku rusak berat serta talud pengaman permandian alam
Kalabahi Timur sepanjang 95 meter ambruk begitu juga talud pada
jembatan penghubung ke kompleks perumahan ambruk sementara itu
lahan pertanian sekitar kurang lebih 15 hektar rusak dan gagal panen.
Jaringan instalasi pipa transmisi air bersih milik PDAM dari Desa Ranga
rusak akibat diterjang banjir selain itu 5 ekor ternak sapi hilang hanyut
terbawa arus banjir dan 1 unit Kantor Kelurahan Kalabahi Timur beserta
isinya ikut terendam banjir
3. PeranBadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Dalam
Penanggulangan Bencana Banjir Di Kelurahan Kalabahi Timur
Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor
a. Penetapan kebijakan Penyelenggaraan penanggulangan bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.Adapun kebijakan yang
dapat merujuk pada proses pembuatan keputusann-keputusan penting
organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas
program atau pengeluaran dan pemilihannya berdasarkan dampaknya.
Badan penanggulangan bencana daerah Kabupaten Alor dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Alor Nomor 02
Tahun 2010 yang berlandaskan dasar hukum. Undang-Undang Nomor
24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, Permendegri Nomor
46 tahun 2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja BPBD,
Perda Kabupaten Alor Nomor 02 tahun 2010 tentang pembentukan
BPBD Kabupaten Alor. Wawancara dengan kepala pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor sebagai
berikut: “Sebagai kepala pelaksana saya tentunya harus tahu lebih
dahulu mengenai kebijakan serta prinsip organisasi yang saya pimpin,
seperti bagaimana pelayanan kepada masyarakat dengan melihat dan
mengetahui kebutuhan masyarakat.” (Hasil wawancara dengan AB,
tanggal 18 November 2020) Dari pernyataan informan diatas dapat
diklasifikasi bahwa posisinya sebagai Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana 45 Daerah (BPBD) Kabupaten Alor serta
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sebelum
mengambil peran dan bertindak telah sepatutnya mengetahui
kekurangan dan kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Wawancara
dengan kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Alor sebagai berikut: “Pada prinsipnya tujuan
utama kita melakukan pelayanan kepada masyarakat, untuk sementara
pelayanan yang kita lakukan ketika terjadi bencana terlebih dahulu
kita menurunkan personil untuk melihat kondisi seperti apa yang
terjadi di lapangan.” (Hasil wawancara dengan AB, tanggal 18
November 2020) Wawancara dengan Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor tersebut
menjelaskan tentang bagaimana prinsipPemerintah Daerah dalam
menetapkan kebijakan yaitu mengambil sikap dan tindakan dengan
memberikan pelayanan ketika terjadi bencana, pemerintah terlebih
dahulu mensurvei lokasi yang terkena dampak bencana banjir untuk
mengecek kondisi yang terjadi dilapangan. Wawancara dengan
Kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Alor sebagai berikut: “Masalah Perda, Pemerintah
Kabupaten Alor sudah mengeluarkan perda Nomor 02 Tahun 2010
Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.” (Hasil wawancara dengan US,
Tanggal 18 November 2020) Dari pernyataaan Kepala Bidang Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bahwa khusus di daerah
Kabupaten Alor sendiri tentang Perda yang mengatur hak dan
wewenang serta tata kerja Badan 46 Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) sudah ada, sehingga BPBD Kabupaten Alor dalam
menjalankan fungsi tata kerjanya sudah efektif. Ini tentunya
menunjukan pemerintah Alor serius dalam mempersiapkan diri dalam
hal menangani resiko bencana dengan membuat aturan yang dapat
memberikan keuntungan bagi masyarakat itu sendiri dan tentunya
meningkatkan antisipasi bagi pemerintah daerah. Wawancara dengan
staf Dinas Sosial Kabupaten Alor sebagai berikut: “Dengan adanya
Perda Nomor 02 Tahun 2010, yang sudah di bentuk oleh pemerintah
setempat menjadi acuan kita dalam melaksanakan hak, kewenangan
dan fungsi tata kerja organisasi.” (Hasil wawancara dengan UR,
Tanggal 18 November 2020) Dari penjelasan di atas Pemerintah
Daerah Kabupaen Alor telah membuat Perda tentang bagaimana hak,
kewenangan dan fungsi tata kerja organisasi tersebut. Dengan adanya
Perda kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam
penanganan bencana menjadi terarah, karena kita mengingat setiap
daerah yang ada di Indonesia berbeda-beda sehingga segala bentuk
bencana alam yang terjadi juga dapat berpariatif, ini tentunya
membutuhkan penanganan yang khusus seperti di Kabupaten Alor
sendiri. Wawancara dengan Lurah Kalabahi Timur Kecamatan Teluk
Mutiara sebagai berikut: “Kemarin pada saat banjir yang terjadi di
Perumahan Kukku, langkah yang ditempuh Pemerintah, menyiapkan
tempat atau posko tanggap darurat, mendirikan dapur umum,
memberikan kebutuhan dasar bagi masyarakat atau korban yang
terdampak banjir.” (Hasil wawancara dengan DR, Tanggal 23
November 2020) 47 Dari penuturan Lurah Kalabahi Timur
Kecamatan Teluk Mutiara diatas mengemukakan bahwa kebijakan
yang di terapkan Pemerintah di Kelurahan Kalabahi Timur adalah
mendirikan posko tanggap darurat, dapur umum dan kebutuhan
masyarakatnya, ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam
penanganan bencana sangat besar dan serius demi menjaga dan
melindungi warganya sehingga langkah penanganan darurat perlu di
ambil dalam penanganan bencana. Wawancara dengan masyarakat
yang terdampak bencana banjir di Kelurahan Kalabahi Timur sebagai
berikut: “Didaerah kita sudah banyak terdapat penebangan pohon
secara liar seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab, dan masyarakat juga sudah banyak yang
membuka lahan untuk bertani sehingga jika terjadi hujan tidak ada
lagi tempat resapan.Penebangan itu susah ditangani karena terkait
oleh masalah perut jadi tidak bisa di hentikan secara paksa karena
kasian juga keluarga-keluarga mereka.” (Hasil wawancara dengan
AM, 23 November 2020) Informan tersebut menjelaskan bahwa di
Kelurahan Kalabahi Timur, sudah sedikit daerah resapan air, sehingga
potensi kerusakan hutan sangat besar yang dapat menyebabkan
bencana banjir dan tanah longsor. Pemerintah daerah juga tidak bisa
bertindak semena-mena karena jika para pelaku penebangan pohon
secara liar dilarang secara paksa maka otomatis akanmenghilangkan
mata pencaharian masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa dibalik
kerusakan hutan karena eksplotasi manusia, di sisi lain juga terdapat
kehidupan bagi sekelompok masyarakat tertentu. Sehingga dalam
pengambilan keputusan pemerintah 48 perlu berpikir lebih lanjut
untuk menghindari terjadinya penyimpangan sosial. Wawancara
dengan Kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Alor sebagai berikut: “Untuk menghindari
jatuhnya korban maka kami dari BPBD menghimbau kepada
masyarakat agar tidak membangun rumah di pinggir sungai bantaran
sungai juga selalu menjaga kebersihan lingkungannya”. (Hasil
wawancara dengan US, 18 November 2020) Dari pernyataan Kepala
Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah diatas disimpulkan
bahwa Untuk menghindari segala kemungkinan yang akan timbul
yang diakibatkan oleh banjir pemerintah selalu menghimbau kepada
masyarakat yang ada di Kelurahan Kalabahi Timur untuk selalu
waspada. Wawancara dengan salah satu masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Kalabahi Timur sebagai berikut: “Kami disini selalu
dibekali pengetahuan dan juga peringatan ketika akan memasuki
musim hujan, kami diminta untuk selalu waspada khususnya yang
tinggal didekat sungai.” (Hasil wawancara dengan RA, 25 November
2020) Dari pernyataan Masyarakat diatas mengungkapkan kebijakan
pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dalam mengantisipasi
dan mencegah terjadinya kerugian akibat banjir, sehingga dalam
mengantisipasi semuanya telah dilakukan sosialisai prabencana.
Pemerintah telah melaksanakan fungsi kontrol dan fungsi antisipasi,
merupakan salah satu prinsip dari penanggulangan bencana yaitu
Legistimasi. Dari hasil wawancana beberapa informan diatas penulis
menyimpulkan bahwa peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Alor pada Penetapan kebijakan penanggulangan
bencana banjir di Kelurahan Kalabahi Timur Kecamatan Teluk
Mutiara Kabupaten Alor sudah berjalan dengan baik hal ini
dibuktikan dengan terlaksananya seluruh tahapan kegiatan dalam
Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi
Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
b. Pencegahan Bencana Pencegahan bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan resiko
bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana.Ketika terjadi bencana
tentunya dibutuhkan penanggulangan,yang dibutuhkan adalahdana
untuk penanggulangan bencana, serta dalam mengatasi kesulitan
masyarakat. Wawancara dengan salah satu masyarakatdi Kelurahan
Kalabahi Timur sebagai berikut: “Saya sangat bersyukur karena kita
sudah mengantisipasi meski ketika terjadi bencana alam ada
himbauan dari pemerintah setempat, akan tetapi masyarakat sudah
tahu apa yang dilakukan dari bekal yang mereka dapatkan
sebelumnya.” (Hasil wawancara dengan NS, tanggal 23 November
2020) Dari penuturan salah satu masyarakat mengungkapkan bahwa
masyarakat telah ikut berpartisipasi dengan baik dalam
mengantisipasi bencana tanpa menunggu intruksi dari pemerintah
ketika terjadi darurat 50 sehingga masyarakat tidak tergesa-gesa
karena sudah ada bekal sebelumnya.Sehingga pemerintah dapat
dikatakan telah berhasil dalam memberdayakan masyarakat, seperti
pencegahan bencana yang meliputi. Pengkajian secara cepat dan tepat
terhadap lokasi, kerusakan, kerugian dan sumber daya, penyelamatan
dan evakuasi masyarakat terkena banjir. Wawancara dengan salah
satu masyarakat Kelurahan Kalabahi Timur sebagai berikut: “Upaya
penanganan bencana banjir yang dilakukan adalah penguatan tebing
dan pemasangan beronjong berupa beton.Kita juga harus membuatkan
perencanan dulu dan kesiapsiagaan untuk penanganan sementara bila
terjadi bencana” (Hasil wawancara dengan RA, 25 November 2020)
Penuturan diatas memberikan pernyataan bahwa untuk memperbaiki
daerah yang terkena banjir, yaitu khusus di daerah sungai. Langkah
yang diambil adalah penguatan tebing dan memasang beronjong
berupa beton, beronjong merupakan bangunan panjang yang
menyerupai pondasi bangunan rumah, akan tetapi beronjong
berfungsi sebagai penahan erosi tanah sepanjang tepi sungai. Bahan
dari beronjong sendiri adalah pasir, semen, batu sungai, dan kawat
sebagai lapisan luar agar pondasipondasi ini tidak cepat rusak dan
jatuh ke sungai sehingga tidak menimbung sungai. Wawancara
dengan salah satu tokoh masyarakat yang terdampak banjir sebagai
berikut: “Jadi setelah di bangun beronjong dan penguatan tebing,
masyarakat mengawasi sendiri yang kemudian mengontrol dan
merawat bangunan tersebut agar tetap terjaga dan berfungsi
sebagaimana semestinya, masyarakat juga menjaga kebersihan 51
sekitar lingkungannya, tidak membuang sampah yang dapat
menghambat aliran sungai, setiap hari Jumat di adakan Jumat Bersih.”
(Hasil wawancara dengan AM, tanggal 23 November 2020) Penulis
menarik kesimpulan dari pernyataan informan tersebut yang
menjelaskan tentang tugas masyarakat yang melakukan pemeliharaan
agar dapat meminimalisir resiko terjadinya bencana yaitu berfungsi
untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, antisipasi
yang dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana.Hal
tersebut bisa dijadikan sebagai alternatif perencanaan partisipatif
penanggulangan bencana kedepannya. Wawancara dengan Kepala
Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Alor
sebagai berikut: “Anggaran yang dikeluarkan dalam pembuatan
beronjong, anggarannya di kelola sendiri oleh pemerintah daerah di
bidang sekertariat keuangan daerah, disini campur tangan Lurah
sekedar mengetahui saja tapi tidak terlibat dalam pembangunan.”
(Hasil wawancara dengan AB, 18 November 2020) Dari pernayataan
informan diatas memberikan gambaran terhadap peneliti bahwa
bagaimana pengelolaan anggaran dikelola, yaitu dalam tahap
pengelolaan dana di kelola sendiri oleh sekertariat daerah bidang
keuangan sehingga fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Alor, adalah pelaksana lapangan saja tidak diberikan
wewenang dalam pengelolaan dana. Sehingga dalam hal ini pihak
pemerintah mempunyai membagi fungsinya masing-masing.
Tentunya dalam pelaksanaan program instansi yang satu dengan yang
lain fokus 52 pada kewajibannya sehingga dalam program
penanggulangan bencana tidak terpecah karena mempunyai jobnya
tersendiri. Wawancara dengan Lurah Kalabahi Timur Kecamatan
Teluk Mutiara Kabupaten Alor sebagai berikut: “Faktor
pendukungnya yaitu sarana dan prasarana cukup memadai untuk
menangani masalah banjir sedangkan faktor penghambatnya yaitu
karna karena sungai ini dangkal sehingga harus dinormalisasi untuk
mengatasi peluapan air disungai Mata Allo.” (Hasil wawancara
dengan DR, 23November 2020) Berdasarkan pernyataan informan
diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam pencegahan
bencana cukup memadai sedangkan faktor penghambatnya berada
pada sungai Mata Allo yang sudah dangkal sehingga pemerintah
daerah harus melakukan penanganan secepat mungkin. Sarana adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan sedangkan prasarana adalah sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,
pembangunan, proyek). Dari hasil wawancara beberapa informan
diatas penulis menyimpulkan bahwa peran Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor dalam pencegahan bencana
dapat dikatakan baik hal ini dibuktikan dengan terlaksananya
langkah-langkah untuk memperbaiki Kelurahan Kalabahi Timur yang
terkena banjir seperti penguatan tebing dan pemasangan beronjong
berupa beton yang berfungsi sebagai penahan erosi tanah sepanjang
sungai. 53
c. Tanggap Darurat Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, perlindungan, penyelamatan,
pengungsian, pemenuhan kebutuhan dasar, harta benda serta
pemulihan sarana dan prasarana. Sebagaimana yang di ungkapkan
Kepala Bidang BPBD Kabupaten Alor sebagai berikut: “Setelah di
lapangan kami dengan instansi atau dinas yang terkait seperti, Dinsos,
PU, Dinkes dan seluruh instansi yang terkait langsung menjalankan
tugas masing-masing sesuatu dengan perencanaan, dalam mensuplai
logistic berupa sandang pangan dan papan.” (Hasil wawancara
dengan US, Tanggal 18 November 2020) Dari pernyataan salah satu
Kepala Bidang Badan Penanggulanagan Bencana Daerah (BPBD)
diatas memberikan keterangan bahwa ketika berada dilokasi
pemerintah saling bekerjasama dengan instansi/dinas terkait untuk
membantu proses rehabilitasi para korban yang terkena dampak
bencana agar mereka langsung diberikan bantuan. Penulis
berpendapat bahwa dalam melaksanakan tugas kemanusiaan memang
dibutuhkan kerjasama pemerintah itu sendiri seperti kerjasama antar
instansi/dinas terkait agar semua permasalahan yang ada di
masyarakat dapat terselesaikan sesuai harapan. Wawancara dengan
Lurah Kalabahi Timur Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor
sebagai berikut: “Penanganan sementara bila terjadi bencana banjir
itu, kita dilokasi melihat kondisinya seperti apa, sehingga kita dapat
menghubungi instansi/dinas yang terkait untuk ikut berpartisipasi
dalam penanggulangan bencanana tersebut.” (Hasil wawancara
dengan DR, Tanggal 23 November 2020) Dari pernyataan Lurah
Kalabahi Timur diatas bahwa penanganan bencana sementara perlu
dilakukan sehingga anggota bisa mendata dan mengevaluasi
kebutuhan yang diperlukan setelah diketahui maka selanjutnya adalah
menghubungi instansi atau dinas terkait untuk membantu dalam
penanganan korban karna untuk masalah besar seperti banjir tentu
tidak bisa dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) sendiri sehingga dibutuhkan instansi/dinas yang lain untuk
terlibat dan membantu menangani bencana yang ada. Wawancara
dengan masyarakat yang tedampak bencana banjir Kelurahan
Kalabahi Timur sebagai berikut: “Saya selaku masyarakat membantu
pemerintah tidak banyak hanya berusaha dengan menjalankan
program yang pemerintah berikan.” (Hasil wawancara dengan NS,
tanggal 23 November 2020) Hasil wawancara dengan NS penulis
menyimpulkan bahwa masyarakat ikut serta berperan dalam
melakukan tanggap darurat bencana banjir, Sebagaimana diketahui
bahwa antisipasi bencana banjir dengan melakukan pembuatan
tanggul dan penanaman tanaman di area yang rawan bencana yang
dapat mencegah bencana banjir masyarakat telah berhasil membantu
mengsukseskan salah satu program pemerintah yaitu penghijauan, dan
dengan informasi yang diberikan oleh masyarakat secara langsung
kepada pihak pemerintah daerah dapat memberikan gambaran kepada
pemerintah daerah dan lapisan masyarakat yang terkait dalam
mengambil tindakan mengenai cara penanganan bencana secara baik
yang terjadi maupun yang belum terjadi. “Pada saat terjadi banjir
masyarakat membantu pemerintah menangani dampak buruk yang di
timbulkan, seperti kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban.”
(Hasil wawancara dengan SS, Tanggal 25 November 2020) Dari
pernyataan SS di atas bahwa mayarakat telah membatu pemerintah
menangani dampak buruk yang timbul akibat bencana banjir kerugian
secara material dan non material, selain menganggu aktifitas
masyarakat juga menimbulkan masalah kesehatan , sehungga banjir
ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi seluruh pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah karena dampak yang ditimbulkan
sangat merugikan para korban. Dari hasil wawancara beberapa
informan diatas penulis menyimpulkan bahwa peran Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor pada
tahap tanggap darurat bencana banjir di Kelurahan Kalabahi Timur
sudah berjalan dengan baik. Karena BPBD Kabupaten Alor sudah
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan personil /pengarahan
sumber daya termasuk dalam pemenuhan kebutuhan seperti
mengambil, menyiapkan dan mendestribusikan bantuan logistik dan
peralatan yang dibutuhkan dalam masa tanggap darurat bencana.
d. Rehabilitasi dan rekonstruksi Rehabilitasi adalah pemulihan dan
perbaikan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan mastarakat pada wilayah pascabencana.
Sedangkan rekontruksi yaitu pembangunan kembali semua prasarana
dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiataan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pascabencana. Khusus di Kelurahan Kalabahi Timur
merupakan daerah aliran sungai jadi sudah tentu penguatan tebing dan
pembuatan beronjong sangat diutamakan. Lebih lanjut wawancara
dengan Kepala Pelaksana Badan Penanggulanagan Bencana Daerah
Kabupaten Alor sebagai berikut: “Pemasagan beronjong hanya
dilakukan di daerah-daerah yang rawan jika terjadi banjir.” (Hasil
wawancara dengan AB, Tanggal 18 November 2020) Penuturan
informan diatas mengungkapkan bahwa pembangunan beronjong
telah terealisasi dari rencana semula, yaitu pemasangan beronjong
disepanjang sungai yang berada sekitar pemukiman warga, akantetapi
tahap pertama pembangunan dilakukan baru di lokasi-lokasi vital.
setidaknya masyarakat juga mengerti tentang alasan tersebut yang
terkendala dana selanjutnya berkaitan dengan masalah proses
perencanaan pemulihan. Sehubungan dengan masalah pembangunan
dan pendanaan wawancara dengan Lurah Kalabahi Timur Kabupaten
Alor sebagi berikut: “Rehabilitasi dan rekontruksi belum terpenuhi
100% sampai sekarang, karna itu sungai kalau kita mau tangani
sangat membutuhkan dana yang besar.” (Hasil wawancara dengan
DR, tanggal 23 November 2020) Wawancara dengansalah satu staf
Dinas Sosial Kabupaten Alor sebagai berikut: “Dalam rekontruksi
pembangunan beronjong tepi sungai dananya sudah ada disiapkan
oleh pemerintah, terkadang ada juga masyarakat ikut berpartisipasi
memberikan sumbangan tenaga.” (Hasil wawancara dengan UR,
tanggalm18 November 2020) Dalam penanganan masalah bencana
banjir masyarakat dilibatkan dalam pekerjaannya.Hal ini untuk
memberdayakan masyarakat dan agar mereka bekerja dan mengetahui
sendiri kebutuhan yang penting untuk sejauh mana kebutuhan
mereka.Peran masyarakat memang penting untuk dilibatkan agar
fungsi kontrolnya dapat berfungsi, sehingga mereka dapat mengawasi
sendiri pembangunan daerahnya. Wawancara dengan salah satu
masyarakat sebagai berikut: “Kami bersama warga yang lain
membantu membenahi fasilitas yang rusak akibat terjangan banjir,
seperti rumah-rumah warga, jalan dan sebagainya sehingga dapat
dipergunakan kembali setelah terjadi banjir sehingga tidak butuh
waktu lama untuk bangkit kembali.” (Hasil wawancara dengan SS, 25
November 2020) Berdasarkan wawancara dengan informan diatas
mengungkapkan kerjasama sesama masyarakat membangun fasilitas
yang rusak sehingga 58 dapat dipergunakan kembali. Pemulihan
darurat dengan operasi tanggap darurat pada aspek pemulihan darurat
berupa perbaikan prasarana san sarana vital seperti: jalan. Hal ini
dapat dilakukan sejak sesaat setelah kejadian bencana. Tujuannya
adalah untuk mempercepat normalisasi kehidupan sosial ekonomi
sehingga masyarakat dapat menjalani kehidupan sehariharinya.
Wawancara dengan kepala bidang Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Alor sebagai berikut: “Iya kami sangat berterima
kasih atas sumbangan tenaga dari masyarakat yang sudah berperan
aktif dalam pembangunan dan pencegahan bencana tersebut.” (Hasil
wawancara dengan US, tanggal 18 November 2020) Dari wawancara
dengan informan diatas mengatakan bahwa dalam pelaksanaan tugas-
tugas dilapangan pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Alor, membutuhkan keterlibatan
masyarakat.Apalagi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan di zaman modern sekarang semakain sulit
karena nilai kerjasama, gotong royong dan berbagai kearifan lokal
makin terkikis. Dari hasil wawancara beberapa informan diatas
penulis menyimpulkan bahwa peran Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Alor sudah baik hal ini dibuktikan dengan
terlaksananya kegiatan pemulihan sarana dan prasarana dilakukan
dengan dana tanggap darurat dan dana tak terduga dengan tahapan
yakni mengkoordinasikan instansi/lembaga untuk pemulihan segera
pemulihan prasarana dan sarana vital, membagun dan mengembalikan
fungsinya jalan jembatan dan kebutuhan fisik lainnya. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pemerintah daerah dalam mencegah
penebangan pohon yaitu:
(a). Melakukan penyuluhan kepada masyarakat.sangat penting untuk
melakukan sosialisasi kepada masyarakat penyuluhan yang
membahas tentang bahaya penebangan liat, apabila kesadaran
dimasyarakat sudah tumbuh, maka penebangan liar ini bisa dihindari
(b). Melakukan reboisasi atau penanaman kembali. Masyarakat harus
diberikan pemahaman untuk perbaikan hutan
(c). Perketat pengawasan dan pengendalian. Peran aktif masyarakat
juga diperlukan untuk mengatasi penebangan liar
(d). Mempertegas peraturan perundangundangan
(e). Memberikan sanksi kepada pelaku. Sedangkan yang dilakukan
pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana banjir yaitu:
(a). Membuat dan memprediksi peta rawan banjir
(b). Pemeliharaan, perbaikan, dan normalisasi aliran sungai, daerah
tampungan air
(c). menyarankan masyarakat untuk tidak membangun rumah ditepi
sungai
(d). pembuatan beronjomg.
Berdasarakan dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi
di lapangan, penulis menarik kesimpulan bahwa Peran Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Penanggulangan
Bencana Banjir Di Kelurahan Kalabahi Timur Kecamatan Teluk
Mutiara Kabupaten Alor dapat dikatakan baik.untukituPerlindungan
terhadap masyarakat dalam pemulihan bencana sangat dibutuhkan,
makanya peran pemerintah 60 sangat dibutuhkan, mengingat
pengetahuan masyarakat tentang menjaga kondisi alam agar tetap
terjaga keasliannya sangat minim.serta diperlukan kesadaran dari
masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam sehingga
sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan programnya,
mengingat bahwa pemerintah juga sangat membutuhkan partisipasi
masyarakat dalam penanggulangan bencana.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam
penanggulangan resiko bencana banjir di Kelurahan Kalabahi Timur
Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor sudah baik, ini terlihat dalam
peranan kepala pelaksana BPBD Kabupaten Alor yang menerapkan prinsip-
prinsip manajemen bencana yang baik, yaitu bahwa penanggulangan bencana
dilakukan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Adanya
kondisi yang baik dengan instansi atau dinas terkait sebagai upaya
penanggulangan bencana yang didasarkan pada kondisi yang baik dan saling
mendukung serta dalam penanggulangan bencana melibatkan berbagai pihak
secara seimbang.
1. Penetapan Kebijakan Tanggung jawab pemerintah dalam menetapkan
kebijakan terhadap penanggulangan bencana banjir di Kelurahan
Kalabahi Timur Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor. Pemerintah
daerah dalam menetapkan kebijakan mengambil sikap dan tindakan yang
memberikan pelayanan ketika terjadi bencana, mendirikan posko tanggap
darurat, dapur umum dan kebutuhan masyarakat lainnya.
2. Pencegahan Bencana Pelaksanaan pencegahan bencana atau
meminimalisir terjadinya bencana banjir berfungsi untuk mengurangi
dampak buruk yang mungkin timbul, antisipasi yang dilakukan
pemerintah Daerah seperti pembuatan beronjong dan penguatan tebing.
3. Tanggap Darurat Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan seperti pengurusan pengungsian, penyelamatan serta
pemenuhan kebutuhan masyarakat Kelurahan Kalabahi Timur yang
terdambak bencana banjir.
4. Rehabilitasi dan Rekontruksi Pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi
pada masyarakat yang terdampak bencana banjir, yaitu pemasangan
beronjong disepanjang sungai yang berada disekitar pemukiman warga
akan tetapi tahap pertama pembangunan dilakukan baru di lokasi-lokasi
vital karena jika sepanjang sungai yang akan ditangani otomatis
membutuhkan dana yang besar sedangkan dana yang dimiliki terbatas
sehingga rehabilitasi dan rekontruksi di Kelurahan Kalabahi Timur belum
terpenuhi 100%.
B. Saran
1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebaiknya membuat
mekanisme tanggap darurat untuk mencakup prosedur mengenai
penanganan darurat, lokasi dan instruksi untuk fasilitas darurat dan
prosedur evakuasi.
2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) segera mencari solusi
bagaimana untuk menindaki penebangan pohon akan tetapi tidak
merugikan pihak masyarakat apalagi mematikan pendapatan masyarakat.
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebaiknya membangun
tanggul sekunder yaitu tanggul yang dibangun di belakang tanggul primer
(tanggul yang sudah ada), yang berfungsi sebagai pengaman/pertahanan
kedua apabila tanggul primer jebol/rusak akibat debit banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmat, F. (2003).Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.


Jakarta: Rineka cipta.

Ahmad, T. (2011).Metodologi Penelitian Praktis.Yogyakarta: Sukses Offset.

Aminudin.(2013). Mitigasi Dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung:


Angkasa.

Arisandi, (2003). Biddle dan Thomas: Menelaah Peran Dalam Perilaku Sosial.
Yogyakarta: Arginamis.

Asdak, C. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Bahtiar.(2018). Peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam


Menanggulangi Resiko Bencana Tanah Longsor Di Kabupaten
Sinjai.

Bakornas.(2008). Penanggulangan Bencana Banjir 2007/2008. Jakarta.

Barri, A. (2013). Muhammadiyah dan Kesiapsiagaan Bencana. Bandung: Risalah


MDMC.

Barus,L.P. (2013). Peranan Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Dalam


Penanggulangan Bencana Banjir di Kota Medan.

Depertemen Kesehatan RI. (2007). Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat


Banjir.Jakarta: DEPKES.

Djauhari, N.(2011). Geologi Untuk Perencanaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gibson, Dkk. Terj. Djarkasih. (1994). Organisasi.Jakarta: Erlangga.

Handayanigrat, S. (1981). Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen.


Jakarta: CV Haji masagung.
Haryanto, Sri,H. (2001). Manajemen Penanggulangan Bencana. Jakarta: Profil
Manggalla Agni.

Hasani, F. (2015).Peran BPBD (Badan PenanggulanganBencana Daerah)


Kabupaten Bantul Dalam Mitigasi Bencana Alam. Tesis. Uin Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

Hermon, D. (2014). Geografi Bencana Alam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Huse, Bowditch. (1977). Behavior in Organization: a System Approach. Boston:


Addison Wesley.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.

Kodoatie.(2013).Rekayasa dan Manajemen Banjir. Yogyakarta: Andi Publisher.

Kodoatie, J dan Roestam, S. (2006). Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta:


Yasrief Watampone.

Kodoatie. J. Dan Sugiyanto. Ri, (2002). Banjir. Yogyakarta: PustakaBelajar.

Komadis.(2007). Penanggulangan Bencana. UGM: Yayasan IDEP.

Komaruddin, S. (1994). Pengantar Manajemen Perusahaan. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Komaruddin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Kurnawati, D. (2005). Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan


Upaya Penanggulangannya. Yogyakarta: Teknik Geologi
Universitas Gajamada.

Kusumajati, L. (2016). Peran BPBD Dalam Penanggulangan Bencana Alam Di


Desa Windureji Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.

Latief, A. (2015). Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana


Alam Di Kota Palopo.

Ligal, S. (2008). Pendekatan Pencegahan Dan Penanggulangan Banjir. Jurnal


Dinamika Teknik Sipil.

Anda mungkin juga menyukai