Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA DISTRIK ARSO BARAT DALAM

MELAKSANAKAN INFRASTRUKTUR DI DISTRIK ARSO BARAT


KABUPATEN KEEROM

Disusun Oleh:

Nama : Yuyiskha Wanimbo


Nim : 20180321044048
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Jurusan : Ilmu Politik

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
TAHUN 2021-2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis terletak didaerah

khatulistiwa, diantara benua asia dan Australia serta diantara samudera pasifik dan

Hindia, berada pada pertemuan dua lempeng tektonik utama dunia merupakan wilayah

teritorial yang sangat rawan terhadap bencana alam. Sebagai daerah rawan bencana,

pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam

mengantisipasi terjadinya bencana sebelum atau setelah terjadinya bencana yaknin

mitigasi bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi rekonstruksi. Dan juga bencana

alam selama ini selalu dipandang sebagai sesuatu hal yang berada diluar control

manusia, oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya korban akibat bencana

diperluhkan kesadaran dan kesiapan menghadapi bencana ini idealnya sudah dimiliki

oleh masyarakat melalui kearifan local daerah setempat, karena mengingat wilayah

Indonesia merupakan daerah yang mempunyai resiko terhadap bencana alam.

Indonesia juga merupakan negara beriklim tropis yang basah (humid tropid)

dengan ciri mempunyai curah hujan pada musim penghujan. Akibat dibeberapa tempat

dimusim penghujan terjadi bencana banjir yang menimbulkan korban dan kerugian

seperti nyawa maupun harta benda. Hampir disetiap musim penghujan sering terjadi

bencana banjir yang muncul dimana-mana, dengan lokasi dan timbul kerusakan yang

timbulkannya sangat beragam. Bencana alam banjir di Indonesia tampaknya dari tahun

ke tahun memiliki kecenderungan meningkat, begitu juga bencana banjir setiap tahun

terjadi diseluruh penjuru tanah air. Kecenderungan meningkatnya bencana banjir

diindonesia tidak hanya luasnya saja melainkan kerugian juga ikut bertambah pula.

Jika dahulu bencana banjir hanya melanda kota-kota besar diindonesia, akan tetapi

pada saat sekarang kepelosok tanah air hujan lebat merupakan salah satu factor aktif

1
yang menyebabkan terjadinya banjir. Akibat hujan lebat tersebut dapat menyebabkan

air sungai naik dan kemungkinan untuk terjadinya banjir. Selain hujan deras yang

terjadi secara local memang peran penting pula terhadap terjadinya banjir genangan,

terutama apa bila terjadi pada daerah dataran banjir yang secara kontinyiu mempunyai

kelembapan tanah tinggi. Oleh karena itu, dengan terjadinya hujan tersebut air hujan

yang langsung segera menjadi aliran permukaan. Hal ini disebabkan karena tidak

adanya air hujan yang meresap kedalam tanah. Penggunaan pemukiman dan sarana

dan prasarana pemukiman yang tidak mempertimbangkan keseimbangan dan

kemampuan lahan merupakan factor yang mendorong terjadinya erosi dan banjir.

(widodo dan jasmin dalam ika lestari, 2008:42).

Dan perluh kita ketahui bahwa bencana alam yang hampir setiap musim

melanda Indonesia adalah banjir. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian

bencana banjir sangat dipengaruhi oleh factor alam berupa curah hujan yang diatas

normal dan adanya pasang naik air laut. Manusia berperan penting seperti penggunaan

lahan yang tidak tepat (pemukiman didaerah bantaran sungai, daerah resapan

penggundulan hutan), pembuangan sampah kedalam sungai, pembangunan

pemukiman didaerah dataran banjir sehingga dibentuk Badan Penanggulagan Bencana

Daerah (BPBD). Penanggulagan bencana merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional, yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum,

pada saat maupun sesudah terjadinya bencana. Seringkali bencana hanya ditanggapi

secara peresial oleh pemerintah. Bahkan bencana hanya ditanggapi dengan pendekatan

tanggap darurat (depkominfo, 2007:12).

Undang-undanng no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, undang-

undang penanggulangan bencana disahkan presiden Susilo Bambang Yudoyono pada

tanggal 26 april 2007 dijakarta. Undang-undang no 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana mulai berlaku setelah diundangkan dalam lembaran Negara

republic Indonesia tahun 2007 no 66 dan penjelasan atas undang-undang no 24 tahun

2
2007 tentang penanggulangan bencana data tambahan lembaran Negara republik

Indonesia no 4723 pada tanggal 26 april 2007 di Jakarta oleh menteri hukum dan hak

asasi manusia, Hamid awaludin.

Namun permasalahan mengenai penanggulangan bencana sering terjadi di

Indonesia hingga saat ini. Disebutkan bahwa lemahnya kordinasi antara pusat dan

daerah di sebabkan BNPB sebagai lembaga penggerak dari pemerintah pusat memiliki

keterbatasan dalam berkordinasi dengan daerah. Mengingat BNPB tidak memiliki

jalur komando langsung kepada badan penanggulangan bencana daerah (BPBD).

Dalam persoalan penanganan bencana alam, misalnya antara kepala daerah seakan

akan berjalan sendiri sendiri. Padahal, bencana alam kerap terjadi dilokasi yang

merupakan pembatasan dari banyak wilayah administrative. Masalah bencana alam

(banjir) sering terjadi juga diwilayah arso tujuh, walaupun Arso Tujuh adalah daerah

dataran tinggi, namun disatu sisi kabupaten keerom salah satu wilayah yang rawan

banjir karena lokasi dan kondisi geografis termasuk dalam daerah rawan terkena

bencana, terutama bencana alam banjir, tanah longsor oleh karena itu, diperluhkan

adanya kewaspadaan dan kesiapan dari segenap unsur terkait yang mempunyai fungsi

dibidang penanggulangan bencana alam dan perlindungan masyarakat setempat.

Disamping itu juga pemerintah berperan penting dalam menangani bencana

alam banjir dikabupaten keerom, bencana merupakan peristiwa adanya pertemuan

antara kerentanan dengan bahaya sehingga bisa terjadinya adanya masyarakat yang

meninggal dunia, kerusakan lingkungan dan harta benda. Dalam konteks bencana

banjir, kerentanan tersebut dapat berupa adanya pemukiman dekat dengan sungai yang

dangkal maka masyarakat yang berada diwilayah pemukiman tadi dapat mengalami

genangan air dan dapat merusak rumah dan lingkungan serta kematian. Untuk

menguragi dampak banjir pemerintah harus lakukan upaya mencegah dan menguragi

terjadinya banjir antara lain, menjaga lingkungan sekitar, hindari membuat rumah di

pinggiran sungai, melaksanakan tebang pilih dan reboisasi, buahlah sampah pada

3
tempatnya, rajin membersihkan saluran, memperbanyak dan menyediakan lahan

terbuka untuk membuat lahan hijau untuk penyerapan air (Asda,2004:52).

Beberapa wilayah dindonesia termasuk wilayah rawan bencana alam seperti

banjir. Masalah yang sering muncul adalah bahwa masyarakat desa belum/tidak cukup

pengetahuan dalam menghadapi maupun menanggulangi bencana tersebut. Akibatnya

masyarakat desa mengalami kerugian baik itu nyawa, materi maupun kerugian

inmateri. Penggunaan dana desa dapat digunakan untuk penanggulangan bencana

alam, salah satunya contoh desa yang rawan bencana alam banjir untuk membiayai

kegiatan-kegiatan antara lain:

a) Pembuatan tanda khusus pada daerah rawan banjir,

b) Pembuatan atau memperbaharui peta-peta daerah rawan bencana banjir,

c) Pembuatan tanda khusus batasan lahan yang boleh dijadikan pemukiman,

d) Pembuatan tanda larangan penebangan pohon,

e) Melakukan reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam keadaan gundul,

menanam pohon-pohon penyangga dan melakukan penghijauan pada lahan-lahan

terbuka,

f) Membuat saluran pembuangan air menurut bentuk permukaan tanah,

g) Pelatihan masyarakat desa untuk mampu menyelamatkan diri jika terjadi bencana

banjir.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kepemimpinan Kepala Distrik Arso Barat dalam melaksanakan


pembangunan infrastruktur di Distrik Arso Barat Kabupaten Keerom
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab infrastruktur di Distrik Arso Barat

4
C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:


a. Menganalisis dan mendeskripsikan peran kepala distrik dalam
melaksanakan pembangunan di Distik Arso Barat, Kabupaten Keerom
b. Menganalisis dan mendeskripsikan pembangunan infrastruktur di Distrik
Arso Barat, Kabupaten Keerom.
2. Manfaat

a. Secara Teoritis

Penulisan penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan pengalaman

serta menambah wawasan dalam menerapkan teori-teori yang penulis dapatkan

selama masa perkuliahan dan bisa berguna sebagai penelitian ilmiah dan bisa

menjadi bahan masukan dan sebagai pendukung bagi peneliti yang lain dalam

bidang yang sama atau bidang yang lainnya.

b. Secara Praktis

1) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi

masyarakat dan masukan terhadap pemerintah di Distrik Arso Barat,

Kabupaten Keerom.

2) Bagi pemerintah dapat mengetahui bahwa program pembangunan yang

baik perlu untuk dilakukan sehingga dapat mencapai keberhasilan program

dengan peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat.

D. Tinjuan Pustaka (Konsep/ Theory)

1. Kepemimpinan

a. Pengertian kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan faktor yang menentukan dalam suatu

organisasi atau perusahaan. Berhasil tidaknya dalam mencapai suatu

tujuan dipengaruhi oleh seorang pemimpin. Sosok pemimpin dalam

perusahaan dapat menjadi efektif apabila pemimpin tersebut mampu

5
mengelola perusahaan dan mempengaruhi perilaku bawahan agar mau

berkerja sama dalam mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan dalam

suatu organisasi pemerintahan memiliki peranan yang sangat penting

dalam rangak mencapai tujuan khususnya pelayanan kepada masyarakat

berikut ini di kemukakan definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli.

Menurut Hasibuan (2010:170) kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahannya agar mau bekerja sama

dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan menurut Vethzal Rivai (2011:64) kepemimpinan adalah

kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain dengan

cara memancing tumbuhnya perasaan positif dalam diri orang-orang yang

dipimpinnya untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Selain itu menurut

Tohardi (2010:222) kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan

individu dan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi

tertentu. Upaya untuk mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi

untuk mencapai tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli

diatas, dapat disimpulkan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin

dalam mempengaruhi perilaku dan mendaya gunakan para bawahannya

agar bekerja sama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab melalui

komunikasi untuk mencapai suatu tujuan perusahaan atau keberhasilan

perusahaan.

b. Tujuan kepemimpinan

1. Sarana untuk mencapai tujuan

Kepemimpinan adalah sarana penting utuk mencapai tujuan.

Dengan memperhatikan apakah tujuan tercapai atau tidak

6
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, maka kita bisa

mengetahui jiwa kepemimpinan dari seseorang.

2. Motivasi orang lain

Tujuan kepemimpinan yang lain adalah untuk membantu orang

lain menjadi termotivasi, mempertahankan serta meningkatkan

motivasi di dalam diri mereka. Dengan kata lain, pemimpin yang

baik adalah pemimpin yang bisa memotivasi pengikut / bawahan

untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

2. Pengertian pembangunan

Siagian (1994). Memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “suatu

usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan

dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah. Menuju

modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Dari pengertian

diatas dapat disimpulkan bahwa siagian bermaksud menerangkan bahwa usaha

yang dilakukan untuk maju dan berubah menjadi lebih baik itulah sebuah

pembangunan, namun kegiatan usaha itu haruslah terencana dan dilakukan mulai

dari bagaimana bentuk yang diinginkan hingga bagaimana nantinya menghadapi

masalah yang datang. Usaha tersebut juga harus dilakukan dengan sadar sebagai

bentuk dari keinginan yang ingin diimplementasikan, sehingga kegiatan tersebut

bukanlah sebuah angan yang bisa dilakukan dari alam bawah sadar. Menurut

Inayatullah, (Affuddin. 2012. 51) pembangunan merupakan kegiatan perubahan

menuju ke pola-pola masyarakat yang lebih baik dengan mengedepankan nilai-

nilai kemanusiaan yang dapat membuat sekelompok masyarakat memiliki kendali

yang besar terhadap kondisi lingkungan dan juga tujuan politiknya, serta

membuat warganya menjadi lebih memiliki kontrol terhadap kehidupan diri

sendiri. Menurut Dissaynake (nasution, 2007) pembangunan sebagai sebuah

7
proses menuju perubahan sosial yang mengarah ke kualitas hidup yang lebih baik

dari seluruh atau pun mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan atau pun

budaya / kultur lingkungan mereka dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin

anggota masyarakat dalam usaha ini, serta membuat mereka menjadi penentu

untuk tujuannya sendiri.

3. Pengertian infrastruktur

Caning dan Pedroni (2004 : 11) menyatakan bahwa infrastruktur memiliki

sifat ekstenalitas. Berbagai infrastruktur seperti jalan, pendidikan kesehatan dan

sebagainya memiliki sifat eksternalitas positif. Memberikan dukungan bahwa

fasilitas yang diberikan oleh berbagai infrastruktur merupakan eksternalitas positif

yang dapat meningkatkan produktivitas semua input dalam proses produksi).

Menurut Mankiw (2003 : 38) infrastruktur merupakan “wujud dari public capital

(modal publik) yang dibentuk dari invertasi yang dilakukan pemerintah,

infrastruktur dalam penelitian ini meliputi jalan, jembatan, dan sistem saluran

pembuangan”. Menurut Grigg dalam kodoatie (2003 : 32), bahwa “sistem

infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur

dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan

untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat”. Pembangunan

infrastruktur jalan masih menjadi maslah utama dalam suatu Negara, dimana jika

dalam suatu Negara tidak dapat menjaga dan melestarikannya maka akan

menyebabkan terlambatnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenagaan

kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang semakin turun tiap tahunnya dalam suatu

desa, seperti hal saat sekarang ini maka akan terjadinya masalah yang serius.

Investasi pada prasarana pembangunan infrastruktur jalan menjadi suatu pilihan

yang disukai dan mempunyai porsi yang sangat besar dari total pengeluaran

pemerintah. Ini menunjukan besarnya peran pemerintah dalam pengadaan

8
pembangunan infrastruktur khususnya pembangunan jalan. Pembangunan

infrastruktur jalan merupakan investasi bagi bergeraknya roda peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Jumlah dan komposisi pembangunan infrastruktur jalan

akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya demografi.

Pembangunan infrastruktur jalan yang mempunyai tingkat produktivitas yang

tinggi merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam

proses pembangunan menyongsong era globalisasi yang telah dihadapi oleh

Indonesia saat ini. Jalan memberikan peran yang sangat penting bagi peningkatan

bagi kesejahteraan masyarakat dan produktivitas yang tinggi bagi pertumbuhan

ekonomi itu sendiri, sehingga akan diperoleh kapasitas produktif dari sumber daya

manusia serta diperolehnya peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

4. Pemerintah Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan

daerah, pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa pemerintahan daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota. Daerah

provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur dengan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Menurut Peraturan Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 114 Tahun

2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa Pasal 1 ayat (26), yang dimaksud

9
Pemerintahan Daerah adalah Pemerintahan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonom dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimasud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintah atau government dalam bahasa Indonesia berarti pengarahan

dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah Negara,

Negara bagian, atau kota dan sebagainya. Bisa juga berarti lembaga atau badan

yang menyelenggarakan pemerintahan Negara, Negara bagian, atau kota, dan

sebagainya (Kaloh, 2007:24).

Selanjutnya daerah adalah lingkungna pemeritah : wilayah, daerah

diartikan sebagai bagian permukaan bumi; lingkungan kerja pemerintah, Wilayah;

selingkup tempat yang dipakai untuk tujuan khusus, wilayah; tempat-tempat

sekeliling atau yang dimaksud dalam lingkungan suatu kota; tempat yang terkena

peristiwa sama; bagian permukaan tubuh (Muhammad Fauzan, 2006:183).

Pemerintah daerah yang merupakan sub-sisten dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan nasional memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kewenangan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangga ini mengandung tiga hal utama yaitu; pertama. Pemberian

tugas dan wewenang untuk menyelesaikan suatu kewenangan yang sudah

diserahkan kepada Pemerintah Daerah; kedua. Pemberian kepercayaan dan

wewenang untuk memikirkan, mengambil inisiatif dan menetapkan sendiri cara-

cara penyelesaian tugas tersebut dan ketiga, dalam upaya memikirkan, mengambil

inisiatif dan mengambil keputusan tersebut mengikutsertakan masyarakat baik

secara langsung maupun DPRD (Rozali Abdullah, 2005:53).

Pengertian Pemerintah Daerah menurut pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah Kepala Daerah

10
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Secara historis

ekistensi pemerintahan daerah telah dikenal sejak masa pemerintahan kerajaan-

kerajaan nenek moyang dahulu sampai pada sistem pemerintahan yang

diberlakukan oleh pemerintah jajahan. Demikian pula mengenai sistem

kemasyarakatan dan susunan pemerintahnya mulai dari tingkat desa, kampong,

negri, ataupun dengan istilah lainya sampai pada puncak pimpinan pemerintahan.

Disamping itu upaya membuat perbandingan sistem pemerintahan yang berlaku di

beberapa Negara lain, juga amat penting untuk dijadikan pertimbangan bagi

pembentukan pemerintah daerah (Siswanto Sunarto, 2008:144).

Berdasarkan latar belakang sejarah diatas, maka Pemerintah Indonesia

sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 1 agustus 1945,

merancang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang didalamnya

mengatur secara eksplisit tentang pemerintahan daerah. Hal-hal ini terlihat dalam

pola pikir dan usulan-usulan yang terungkap sewaktu para pendiri Republik (the

fouding fathers) atau itu pendiri kini mengadakan siding-sidang dalam

mempersiapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Daerah provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan Wilayah

Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat dan wilayah kerja bagi gubernur dalam menyelenggarakan

urusan pemerintahan umum diwilayah Daerah Provinsi. Daerah kabupaten/kota

selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan Wilayah Administratif yang

menjadi wilayah kerja bagi bupati /wali kota dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan umum diwilayah Daerah kabupaten/kota

Menurut C.S.T. Kansil (2008:93), pemerintah daerah memiliki eksistensi

sebagai berikut:

11
a. Local self government (Pemerintah Lokal Daerah)

Dalam sistem pemerintah daerah di Indonesia adalah semua daerah dengan

berbagai urusan otonom bagi local self government (pemerintah local) tentunya

harus berada dalam kerangka sistem pemerintahan Negara. Dalam mengurus

rumah tangganya sendiri pemerintah lokal mempunyai hak inisiatif sendiri,

mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri

atas kebijaksanaannya sendiri. Selain diserahi urusan-urusan tertentu oleh

pemerintah pusat, dapat juga diserahi tugas-tugas pembantuan dalam lapangan

pemerintahan (tugas modebewind/mode memerintah). Tugas ini adalah untuk

turut serta (made) atau terbuat melaksanakan peraturan perundang-undangan,

bukan hanya yang ditetapkan oleh pemerintah pusat saja, melainkan juga yang

ditentukan oleh pemerintah lokal yang mengurus rumah tangga sendiri tingkat

diatasnya.

b. Local State Government ( Pemerintah Lokal Administratif)

Dibentuk karena penyelenggaraan seluruh urusan pemerintahan Negara yang

tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah pusat. Penyelenggaraan semacam

ini disebabkan karena sangat luasnya wilayah dan banyaknya urusan

pemerintahan. Pejabat-pejabat yang memimpin pemerintah lokal administratif

itu diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah pusat, berdasarkan hirarki

kepegawaian, ditempatkan di wilayah-wilayah administratif yang bersangkutan

dibantu oleh pegawai-pegawai yang juga diangkat dan diberhentikan oleh

pemerintah pusat.segala pembiayaan pemerintah lokal administratif

dikeluarkan oleh pemerintah pusat.

Lain hal dengan C.F Strong yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah

adalah organisasi dimana diletakkan untuk melaksanakan kekuasaan berdulat atau

tertinggi. Pemerintahan dalam arti luas merupakan sesuatu yang lebih besar dari

pada suatu badan atau kelompok.

12
5. Pemerintah Desa

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014.

Tentang peraturan pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa pada Bab

1 ketentuan umum Poin 2 dan 3 berbunyi, Pemerintahan Desa Adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Soenarjo dalam Nurcholis (2011:4), desa adalah suatu kesatuan

masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah

yang tertentu batas-batasnya; memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat,

baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik,

ekonomi, sosial dan keamanan; memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama;

memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan

rumah tangga sendiri. Beratha dalam Nurcholis (2011:4), desa atau dengan nama

aslinya yang setingkat merupakan kesatuan masyarakat hukum berdasarkan

susunan asli adalah suatu “Badan Hukum” dan adalah pula “Badan

Pemerintahan”, yang merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang

melingkunginya.

Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain

dibantu pembangunan desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa.

Selanjutnya pemerintahan desa memiliki peranan yang signifikan dalam

pengelolaan proses sosial didalam masyarakat. Tugas utama yang harus

dikembang pemerintahan desa adalah sebagaimana menciptahkan kehidupan

demokrasi, dan memberikan pelayanan sosial yang baik, sehingga dapat

membawah warganya pada kehidupan yang sejahtera, tentram, aman, dan

keadilan.

13
Menurut H.A.W.Wijaja (2003:3) dalam bukunya yang berjudul “Otonomi

Desa” menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,

partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Di

samping itu juga organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat dan

menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu. Sedangkan

pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam

menyelenggarakaan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri; jadi

tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja,

melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif.

Dijelaskan oleh Numan (2015:233-234) bahwa pemerintahan desa

merupakan sub sistem, dalam sistem pemerintahan nasional. Keberadaan pasal

yang mengatur pembentukan pemerintahan desa dan Perangkat Desa, yang akan

menghasilkan Kepala Desa sebagai Pemimpin Desa dan BPD yang akan

membatasi peran pemimpin desa atau lembaga perwakilan lain yang bersifat asli

yang ada didesa yang bersangkutan. Susunan pemerintahan desa terdiri dari

Pemerintah Desa (Pemdes) dan di Badan Perwakilan Desa (BPD). Pemdes

dipimpin oleh kepala desa dan dibantu perangkat desa yang bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Desa. BPD adalah badan perwakilan yang terdiri dari atas

pemuka masyarakat yang ada didesa dan berfungsi mengayomi adat-istiadat,

membuat peraturan desa (Perdes), menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggara pemerintahan

desa.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa, pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

14
Republik Indonesia. Sedangkan pemerintah desa adalah kepala desa atau yang

disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan

pemerintah desa. Melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa, pasal satu ayat (3), bisa diartikan bahwa pemerintah desa

adalah kepalah desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa.

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno (2011:164) menyatakan

bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu wilayah, yang

memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri, serta

berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri. Menurut soetardjo

kartohadikoesoemo (1984:280), desa adalah suatu kesatuan hukum dimana

bermukim suatu masyarakat yang berkuasa dan masyarakat tersebut mengadakan

pemerintah sendiri. Sedangkan definisi desa menurut Talizeihudu Ndraha dalam

bukunya Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, adalah kesatuan organisasi

pemerintahan yang terendah, mempunyai batas wilayah tertentu, langsung

dibawah kecamatan, dan merupakan kesatuan masyarakat hukum yang berhak

menyelenggarakan rumah tangganya.

Menurut Eddi Handono (2005:135) dalam bukunya “Membangun

Tanggung Gugat Tentang Tata Pemerintahan Desa”, desa selalu diasosiasikan

dengan dua gambaran utama, yaitu :

a. Desa secara sosiologis dilihat sebagai komunitas dalam kesatuan geografis

tertentu yang antar mereka saling mengenal dengan baik dengan corak

kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara secara

langsung pada alam, sehingga masyarakatnya sebagian besar sangat

tergantung dengan alam;

15
b. Desa sering diidentikkan dengan organisasi kekuasaan. Melalui kacamata ini,

desa dipahami sebagai organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai

wewenang tertentu dalam struktur pemerintahan negara.

E. Definisi Konsep Dan Oprasional Indikator

1. Kepemimpinan

Menurut Wahjosumidjo, pengertian kepemimpinan adalah kemapuan yang ada

pada diri seorang leader yang berupa sifat-sifat tertentu.

Seperti :

-kepribadian (personality)

-kemampuan (ability

-kesanggupan (capability)

Kepemimpinan merupakan rangkaian aktivitas pemimpin yang tidak dapat

dipisahkan dengan kedudukan, gaya dan perilaku pemimpin tersebut, serta

interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi. Menurut S.P.Siagian,

pengertian kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang

ketika menjabat sebagai pimpinan dalam suatu organisasi untuk

mempengaruhi perilaku orang lain, khususnya bahwahannya agar berpikir dan

bertindak sedemikian rupa sehingga dapat memberikan sumbangan nyata

dalam pencapaian tujuan organisasi. Menurut Sutarto Wijono arti

kepemimpinan adalah rangkaian aktivitas penataan berupa kemapuan

seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar

bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut

Imam Moedjiono, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan dalam

memberikan pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki

beberapa kualitas tertentu yang membuatnya berbedah dengan pengikutnya.

16
Menurut George R. Terry, pengertian leadership adalah kegiatan

mempengaruhi orang lain untuk diarahkan mewujudkan tujuan organisasi.

Menurut James A.F.Stoner, pengertian leadership adalah sebuah proses

mengarahkan dan usaha dalam mempengaruhi kegiatan yang berkaitan dengan

anggota kelompok atau organisasi. Menurut Jacobs dan Jacaues, arti

kepemimpinan adalah suatu proses memberi arti terhadap usaha yang

diinginkan untuk mencapai tujuan. Menurut Hemniel dan Coons, pengertian

kepemimpinan adalah perilaku seseorang individu dalam memimpin sebagai

aktivitas sebuah organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama

(shared goal). Menurut Ralph M. Stogdill, definisi kepemimpinan adalah suatu

proses memberikan pengaruh terhadap berbagai kegiatan sekelompok orang

yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai target.

Menurut Carles F. Rauch dan Orlando Behling, arti kepemimpinan adalah

proses mempengaruhi berbagai aktivitas sebuah kelompok yang

diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.

2. Pembangunan

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma

besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larin 1994, Kiely

1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori

makro tentang tumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro

tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma

ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (underdevelopment)

ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia ( world system

theory) sesuai dengan klasifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005)

membaginya kedalam tiga klasifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi,

keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah

17
kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan. Pengertian

pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk di

perdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat

mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang

pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik

(Durkheim, Weber, dan Marx (,pandangan Marxis modernisasi oleh rostow,

strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan

pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-

tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan

dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptahkan

alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk

memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan

Rocamin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah kordinasi yang berimplikasi

pada perluhnya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas

sebelumnya. Tema kedua adalah terciptahnya alternatif yang lebih banyak

secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya

berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Adapun

mekanismenya menuntut kepada terciptahnya kelembagaan dan hukum yang

terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema

ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan

harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral

dan etika umat. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan

definisinya bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah

pembangunan bisa saja diartikan berbedah oleh satu orang dengan orang lain,

Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan

bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi

dan Deddy Supriyadi Bratakusuma, 2005).

18
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “suatu

usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan

dilakukan secara sadar oleh suatu Bangsa, Negara dan Pemerintah, menuju

modernitas dalam rangka pembinaan bangsa ( Nation building)”.

Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih

sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan kearah yang lebih baik

melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Pada awal pemikiran

tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang

mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan

modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan weternisasi.

Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, dimana

pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara

keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal

tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing

mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbedah serta prinsip

kontinuitas yang berbedah pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang

merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusuma, 2005).

Pembangunan (development adalah perubahan yang mencakup seluruh system

sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan

teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexsander 1994). Portes (1976)

mendefinisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan

budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk

memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Deddy T.Tikson

(2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai

transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan

strategi menuju arah yang diinginkan transpormasi dalam struktur ekonomi,

misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang

19
cepat di sector industry dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan

nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sector pertanian akan menjadi

semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan

modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui

pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap

sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air

bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan

politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan

bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya

perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan

spritualisme ke materialism / sekularlisme. Pergeseran dari penilaian yang

tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagan tradisional menjadi

organisasi modern dan nasional dengan demikian, proses pembangunan terjadi

di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang

berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (community group).

Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan / perbaikan

(progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh

para-para ahli diatas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang

dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan

perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai

dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi

Bratakusuma, 2005). Dengan semakin menigkatnya kompleksitas kehidupan

masyarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi

pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industry, melainkan telah

merambah keseluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses transformasi dan

perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi,

20
industri, sosial, budaya, dan sebagainya. Oleh karena dalam proses

modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan,

para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses

pembangunan dimana terjadi proses modern, yang pada awal mulanya

ditandai dengan adanya pengunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat

yang tradisional. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

termaksud ilmu-ilmu sosial, para ahli manajemen pembanngunan terus

berupaya untuk mengali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah. Secara

sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk

melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud

adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada

yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring

dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu

kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat

membedahkan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya,

Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan, “

pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan

bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang,

sedangkan pembangunan sebagai pertumbuhan menunjukan kemampuan suatu

kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

dan merupaka sesuatu yang mutlak yang harus terjadi dalam pembangunan.”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak

dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat

menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai

akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berubah

pengembangan / perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari

aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

21
F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan

dan tingkat kealamihan (natural setting) obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan,

metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research),

penelitian terapan (development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamihan,

metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi penelitian eksperimen, surve, dan

naturalistic.

Berdasarkan objek penelitian dan tingkat kealamihan, penelitian ini

termasuk dalam penelitian kuantitatif studi kasus yaitu pendekatan dalam

penelitian yang penelahannya kepada satu kasus yang dilakukan secara insentif,

mendalam dan mendetail, dan komprehensif. Studi kasus bisa dilakukan terhadap

hindividu, seperti yang lazimnya dilakukan oleh para ahli psikologi analisis, juga

bisa dilakukan terhadap kelompok, seperti yang dilakukan oleh antropologi,

sosiologi, dan psikologi sosial. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk

mempelajari secara insentif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi

lingkungan unit sosial, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat. Setiap

analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan

pengamatan, data dokumentasi, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus

tersebut. Khusus mengenai individu, datanya dapat mencakup catatan klinis, data

statistik, mengenai orang yang bersangkutan, informasi mengenai latar

belakangnya, profil riwayat hidup, dan catatan hariannya.

Studi kasus merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Ciri-ciri

penelitian studi kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu

yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisir baik mengenai

unit tersebut. Tergantung kepada tujuannya, ruang lingkup penelitian ini

22
mencakup keseluruhan siklus kehidupan/hanya sekmen-sekmen tertentu saja, studi

demikian mungkin mengkonsentrasikan diri pada faktor-faktor khusus tertentu

atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian-kejadian. (Deby

muliyana, 2004:201)

Dalam sebuah penelitian tentunya ada keunggulan-keunggulan tersendiri

serta kelemahan-kelemahan, begitu pun dengan penelitian studi kasus berikut

diuraikan beberapa keunggulan dari penelitian studi kasus yaitu :

a. Penelitian-penelitian kasus terutama sangat berguna untuk informasi latar

belakang guna perencanaan penelitian yang lebih besar dalam ilmu-ilmu

sosial. Karena studi yang demikian itu insentif sifatnya, studi tersebut

menerangi variable-variabel yang penting, proses-proses, dan interaksi-

interaksi yang memerlukan perhatian yang lebih luas. Penelitian kasus itu

merintis dasar baru dan seringkali merupakan sumber hipotesis-hipotesis

untuk penelitian lebih jauh;

b. Data yang diperoleh dari penelitian studi kasus memberikan contoh-contoh

yang berguna untuk memberi ilustrasi mengenai penemuan-penemuan yang di

generalisasikan dengan statistic (Deby muliyana, 2004:201).

1) Relevan dengan pendapan diatas, Lincoln dan Goba dalam Deby

Muliyana (2004:242) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus

meliputi hal-hal berikut:

2) Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni

menyajika pandangan subjek yang diteliti;

3) Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang

dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari;

4) Studi kasus merupakan saran efektif untuk menunjukkan hubungan antara

peneliti dan responden;

23
5) Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi

internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi

factual juga kepercayaan (trust-worthines);

6) Studi kasus memberikan uraian-uraian tebal yang dipergunakan bagi

penilaian atas transferabilitas;

7) Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi

pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

2. Lokasi Penelitian

1. Kantor Distik Arso Barat, Kabupaten Keerom.

3. Informan penelitian

- Kepala Distrik
- Sekretaris
- Kaur
- Kades

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016:308) mengemukakan bahwa Teknik

Pengumpulan Data merupakan langka paling utama dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi

standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dalam metode penelitian

kualitatif berupaya mengungkapkan kondisi perilaku masyarakat yang teliti dan

situasi lingkungan disekitarnya. Untuk mencapai hal tersebut, jenis data yang

digunakan berfariasi diantaranya sebagai berikut :

a. Teknik wawancara

b. Informan

c. Teknik Dokumentasi

24
5. Teknik Pengelolaan Data

a. Wawancara, sesitanya jawab langsung dan mendapatkan informasi dari

narasumber

b. Observasi, melakukan pengamatan langsung untuk mendapatkan gamabaran

detail dari kegiatan.

c. Analisi naratif, bertujuan untuk membuat interpretasi tentang penilaian

pelanggan, proses oprasional, dll.

6. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi dengan mengkordinasikan data dalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana

yang penting dan yang mana yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2012:335).

Adapun langka-langka untuk untuk dicatat secara teliti dan rinci. Seperti

telah dikemukakan, makin lama penelitian menganalisis data dalam penelitian ini

adalah:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perluh dilapangan, maka jumlahnya data makin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlih segera dilakukan merangkum memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang pokok dan yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuat yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mencarinya bila

diperluhkan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti

computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

(Sugiyono, 2012:338).

25
b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah melakuka reduksi data maka langka selanjutnya mendisplay data atau

juga disebut penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat

dilakukan dalam kategori uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1994)

menyatakan “ the most frequen form of display data for qualitative research

data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk

menyajiakan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan text yang bersifat

naratif.(Sugiyono, 2012:341).

c. Conclusion drawing/ verification (Kesimpulan dari Verifikasi)

Langka ketiga dalam menganalisis data Miles dan Huberman adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(Sugiyono, 2012:345).

7. Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan Pemb/infrastruktur

 Bersikap professional  Jalan

 Memberikan strategi  Jembatan

 Besifat membangun  Air bersih

26
G. Daftar Pertanyaan Kuisioner

1. Bagaimana cara seorang pemimpin menyelesaikan pembangunan.

2. Bagaimana pelaksanaan infrastruktur.

3. Apa itu perencanaan pembangunan.

H. DAFTAR PUSTAKA

Widodo dan Jasmin dalam Ika Lestari, 2008:42).

Ali (2006:145.

W.J.S Poeerwadarminto (1976:735).

(the new oxford lllustrated dictionary, 1982:42).


Muhammad fauzan, Hukum pemerintahan daerah kajian tentang hubungan keuangan
antara pusat dan daerah.

lllpres, Yogyakarta, 2006

Moleong, L.J. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya,


2006.

Ndraha Taziduhu, kibernologi ilmu pemerintah baru Jakarta, 2003 Rineka Cipta.
Human, Strategi Pembangunan Daerah, Jakarta : Ruja Grafindo Persada, 2015.
Nurchlis, Hanif, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta :
Erlangga, 2009.

Poerwadanminta W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia.

PN Balai Pustaka, Jakarta, 1976.

Soejono Soekanto, Patologi Sosial, (Jakarta : Rimeka Cipta, 1986 Riyadi 2002 :138).
Sugiyono (2013:240) Teknik Dokumentasi.

Syamsir, Torang, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya dan


Perubahan Organisasi), Bandung : Alfabeta, 2014.

Widjaja, HAW. Otonom Desa. PT. Rajagrafindo Parsuda, Jakarta 2006.

Widodo dan Jasmin 2008 dalam Ika Lestari : Longsor, Gempa Bumi, Adapun pula
bencana non alam seperti kebakaran.

27

Anda mungkin juga menyukai