Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Replikasi Program Desa Tangguh


Kabupaten Cilacap

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap
Tahun Anggaran 2018

I. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan / atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis. Walaupun tidak dapat diprediksi, namun ada
pembelajaran yang dapat dipetik yaitu bahwa bencana selalu menimbulkan risiko
kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam. Seperti contoh, bencana banjir yang
menlanda suatu wilayah, potensi kerusakan yang ditimbulkannya antara lain adalah
lingkungan menjdai tidak sehat dan rawan terjangkit penyakit, lahan – lahan
pertanian akan terendam air sehingga jelas merugikan kaum petani dan mungkin
dapat menyebabkan kehilangan sumber penghidupan masyarakat. Selain kerusakan
lingkungan, kerugian lain yang ditimbulkan oleh sebuah bencana adalah kerugian
harta benda.
Iklim indonesia dipengaruhi oleh letak geografisnya di daerah iklim tropis,
wilayahnya berbentuk kepulauan. Terbentang sepanjang 6.400 Km diantara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Memiliki tiga pola iklim, yakni iklim
monsonal, iklim ekuatorial, dan iklim lokal. Tidak semua wilayah Indonesia
mempunyai pola hujan yang sama. Sementara curah hujan merupakan parameter
iklim yang paling mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Indonesia secara
teratur terkena banjir, gempa bumi, tsunami, gerakan tanah (tanah longsor) dan
letusan gunung berapi, menyebabkan hilangnya nyawa, perusakan harta benda,
kemunduran ekonomi dan kerusakan lingkungan.
Replikasi Program Desa Tangguh Bencana merupakan salah satu program
utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mulai dilaksanakan
pada tahun 2012, dikembangkan pada tahun 2013 dan dilanjutkan pada tahun 2014

1
ini. Total ada 107 desa yang difasilitasi sampai dengan tahun ini, dengan anggaran
dari APBN. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi penguatan kapasitas
masyarakat dan pengembangan program pemberdayaan di desa/kelurahan menuju
masyarakat tangguh bencana. Program ini sangat strategis dengan menempatkan
desa sebagai titik awal membangun “Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi
Bencana”, sebagaimana visi BNPB, karena Desa/Kelurahan ialah pemerintah di
tingkat paling bawah, dan masyarakatnya adalah pelaku utama dalam upaya
penanggulangan bencana, sekaligus menjadi kelompok pertama yang menerima
dampak bencana. Desa pula yang menjadi basis implementasi kegiatan dari
pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Ancaman bencana di Kabupaten Cilacap yang berpotensi mengancam
kehidupan masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Jenis ancaman
yang ada di Kabupaten Cilacap hampir memiliki potensi jenis bencana secara
menyeluruh. Potensi bencana yang ada saat ini mulai dari banjir, tanah longsor,
kekeringan, angina topan, gempa bumi dan tsunami. Potensi ancaman yang tidak dapat
diperkirakan adalah potensi banjir dan tanah longsor yang bersifat musiman dan setiap
tahun dapat terjadi. Kondisi wilayah Kabupaten Cilacap yang memiliki ancaman banjir
berada di 138 desa di 22 kecamatan, menyebar mulai dari wilayah Kecamatan Cilacap
Selatan, Cilacap Tengah, Kesugihan, Jeruk Legi, Kawunganten, Bantasari, Kampung Laut,
Kroya, Maos dan Adipala. Di 22 kecamatan ini potensi kejadian banjir selalu mengancam
hamper setiap tahun. Wilayah yang memiliki potensi ancaman longsor di Kabupaten
Cilacap berada di wilayah Cilacap Barat. Dari 13 kecamatan terancam, 12 diantaranya
berada di bagian Barat Cilacap yaitu wilayah Kecamatan Kesugihan, Jeruk Legi,
Kawunganten, Bantarsari, Sidareja, Gandrungmangu, Karangpucung, Majenang,
Cimanggu, Wanareja dan Dayeuhluhur. Sementara itu, wilayah yang memiliki ancaman
tanah longsor yang termasuk pada wilayah Timur hanya 1 kecamatan yaitu Kecamatan
Maos. Kondisi ancaman tanah longsor di wilayah Kabupaten Cilacap, terutama wilayah
Cilacap bagian Barat disebabkan wilayah tersebut berada di atas rangkaian Pegunungan
Seribu yang membentang dari Selatan Pulau Jawa, keadaan wilayah yang berbukit – bukit
menjadikan wilayah tersebut rawan akan bencana longsor.
Manusia memang tidak dapat menghindari jika sebuah bencana terjadi,
namun manusia dapat melakukan upaya – upaya (mitigasi) untuk mengurangi risiko
bencana. Dengan melakukan upaya – upaya pengurangan risiko bencana, maka
masyarakat sudah mencoba mengurangi kemungkinan kerugian yang lebih besar

2
serta menghindari jatuhnya korban manusia dari akibat bencana. Upaya – upaya
mitigasi bencana dapat dilakukan jika masyarakat sudah dapat mengenali potensi
bencana yang sering terjadi, kondisi kerentanan masyarakat dan kapasitas
masyarkat dalam melakukan tindakan pengurangan risiko bencana. Hal – hal yang
dapat dilakukan untuk mengenali suatu bencana dapat dilakukan dengan melakukan
pemetaan terhadap wilayah – wilayah rawan bencana kemudian bersama dengan
masyarakat merumuskan langkah – langkah penyelamatan sekaligus
penanggulangan pada saat terjadi bencana. Tentu dalam merumuskan langkah –
langkah tersebut tidak dapat sekedar berorientasi untuk waktu sesaat namun harus
memiliki pemikiran jauh ke depan atau jangka panjang, hal ini dapat dilakukan
dengan membuat sebuah dokumen perencanaan yang strategis untuk pengurangan
risiko bencana di tingkat desa.
Selain melakukan pengurangan risiko bencana menjadi penting untuk selalu
meningkatkan kesadaran masyarakat ikut mendukung dalam mengembangkan
budaya keselamatan dalam pengurangan risiko bencana. Menjadi tidak berarti jika
masyarakat telah melakukan pengurangan risiko bencana namun pada saat terjadi
bencana masih muncul masyarakat yang menjadi korban sehingga budaya
keselamatan akan semakin penting dan perlu terus ditanamkan kepada masyarakat
dari berbagai kalangan sehingga mereka dapat melakukan tindakan penyelamatan
sendiri dengan tidak bergantung pada orang lain. Dengan semakin berkembang dan
meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana, maka
seiring berjalannya waktu dapat menciptakan suatu kondisi kemandirian dan
kesiapsiagaan masyarakat sehingga dapat membantu terwujudnya Replikasi
Program Desa Tangguh Bencana.

II. LANDASAN HUKUM


1. Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
4. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
5. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

3
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
7. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
9. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana
12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan
Bencana
13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun
2008 tentang pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
15. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Desa / Kelurahan Tangguh Bencana
16. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Cilacap
17. Peraturan Bupati Kabupaten Cilacap Nomor 42 Tahun 2011 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Lembaga Lain Kabupaten Cilacap

III. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
Kegiatan Replikasi Program Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Cilacap
dilaksanakan dengan maksud:
1) Masyarakat memiliki kemampuan dalam mengantisipasi dan meminimalisasi
kekuatan yang merusak (ancaman bencana) dengan cara melakukan adaptasi.
2) Masyarakat memiliki kemampuan mengelola dan menjaga struktur dan
fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana.

4
3) Jika terkena dampak bencana, masyarakat akan dengan cepat bisa
membangun kehidupannya menjadi normal kembali.
b. Tujuan
Kegiatan Replikasi Program Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Cilacap
dilaksanakan dengan tujuan antara lain:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari program dan kegiatan ini adalah dalam rangka
mendorong terwujudnya masyarakat yang tangguh dalam menghadapi
bencana.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pelaksanaan Kegiatan Replikasi Program Desa
Tangguh Bencana di Kabupaten Cilacap ini adalah:
a) Meningkatkan kemampuan masyarakat yang tinggal di kawasan rawan
bahaya dalam rangka melindungi dari dampak – dampak merugikan
bencana;
b) Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan
dalam pengelolaan sumberdaya dalam rangka mengurangi risiko
bencana;
c) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan
sumberdaya dan pemeliharaan kearifan lokal bagi pengurangan risiko
bencana;
d) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan dukungan
sumberdaya dan teknis bagi pengurangan risiko bencana;
e) Meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam PRB,
pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM,
organisasi masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli.

IV. NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA


1. Kegiatan : Replikasi Program Desa Tangguh Bencana di
Kabupaten Cilacap
2. Pengguna Anggaran : Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Cilacap

5
V. SUMBER DANA & PRAKIRAAN BIAYA
a. Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD Kabupaten Cilacap Tahun
Anggaran 2018
b. Total Perkiraan Biaya yang diperlukan Rp 44.000.000,00 (Empat puluh empat
juta rupiah) untuk masing – masing wilayah.

VI. HASIL/ OUTPUT PEKERJAAN


Hasil yang diharapkan dari Kegatan Replikasi Program Desa Tangguh
Bencana ini adalah:
1. Masyarakat mampu melakukan identifikasi potensi ancaman bencana, tingkat
kerentanan, tingkat risiko serta kapasitas
2. Tersusunnya Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) tingkat desa
3. Tersusunnya Rencana Aksi Komunitas (RAK) tingkat desa
4. Tersusunnya Rencana Kontijensi masyarakat tingkat desa
5. Terbentuknya sebuah Forum Pengurangan Risiko Bencana / Kelompok Penggiat
di wilayah dampingan yang anggotanya berasal dari berbagai kalangan / pihak
yang berkepentingan dalam Pengurangan Risiko Bencana (multistakeholder)
6. Terwujudnya Sistem Peringatan Dini bagi masyarakat berbasis kearifan lokal

VII. METODOLOGI PEKERJAAN


Metodologi kegiatan yang dipergunakan mengacu kepada Peraturan Kepala
BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh
Bencana, melalui kegiatan:
1. Fasilitasi kegiatan sosialisasi kebijakan penanggulangan bencana, desa tangguh
bencana dan relawan penanggulangan bencana, nara sumber dari BPBD
Kabupaten Cilacap
2. Fasilitasi diskusi (focus group discussion) untuk:
a. Menilai dan menganalisis ancaman, kerentanan, risiko dan kapasitas,
b. Menyusun perencanaan penanggulangan bencana, perencanaan kontinjensi
dan perencanaan aksi komunitas,
c. Menyusun peta evakuasi dan peta risiko bencana,

6
d. Membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan relawan
penanggulangan bencana tingkat desa.
e. Memberikan Pelatihan Basic Life Support bagi FPRB dan Relawan
Penanggulangan Bencana di tingkat desa serta simulasi penanggulangan
bencana.
3. Fasilitasi legalisasi:
a. Semua dokumen yang telah disusun,
b. FPRB dan relawan yang telah dibentuk.

VIII. KEBUTUHAN TENAGA AHLI


No Posisi Pendidikan Pengalaman Jumlah Durasi
Kerja
A Tenaga Ahli
1 Ahli Manajemen S2 Ekonomi 3 tahun 1 2 bulan
Bencana/Team Leader
2 Ahli Pemberdayaan S1 Pemberdayaan 3 tahun 1 1 bulan
Masyarakat Masyarakat
3 Ahli Geografi S1Geografi 3 tahun 1 1 bulan
B Tenaga Pendukung
1 Surveyor & Administrasi D3 1 tahun 1 2 bulan
2 Fasilitator Lokal D3 1 tahun 2 2 bulan

IX. WAKTU PEKERJAAN


Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan adalah 60 (enam puluh) hari
kalender sejak SPMK.

7
X. JADWAL PEKERJAAN

Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan
1 2
1 Persiapan
a. Pengurusan Perizinan
b.Sosialisasi Program
2 Pelaksanaan
a.FGD
b.Fasilitasi legislasi
3 Pelaporan
a. Lapora Pendahuluan
b. Laporan Akhir

XI. SPESIFIKASI TEKNIS & LOKASI PEKERJAAN


Lokasi yang akan menjadi sasaran Kegiatan Replikasi Program Desa
Tangguh Bencana Kabupaten Cilacap tahun 2018 untuk wilayah yang memiliki
ancaman tanah longsor. Wilayah yang memiliki ancaman tanah longsor yaitu
Desa Cijati Kecamatan Cimanggu.

XII. LAPORAN PEKERJAAN


a. Laporan Pendahuluan
Tahap ini laporan berisi tafsiran terhadap acuan penugasan (KAK),
metodologi, dan pendekatan perencanaan, rencana kerja, tatakala (jadwal)
pekerjaan secara keseluruhan, serta mobilisasi personil. Draft produk ini
dipresentasikan di hadapan tim instansi terkait. Laporan pendahuluan
dikumpulkan paling lambat 14 hari kerja setelah SPMK diterbitkan.
Dikumpulkan sejumlah 5 buku.

8
b. Laporan Akhir
Pada tahap ini laporan berisi penyempurnaan laporan antara, serta
kesimpulan dan rekomendasi. Bersamaan dengan laporan akhir juga
disampaikan executive summary. Laporan akhir dikumpulkan paling lambat 14
hari kerja setelah kontrak kegiatan selesai diterbitkan. Dikumpulkan sejumlah 5
buku laporan akhir.

XIII. PENUTUP
Demikian kerangka acuan kerja kegiatan Replikasi Program Desa
Tangguh Bencana di Kabupaten Cilacap disampaikan untuk menjadi acuan
dalam pelaksanaan kegiatan.

Cilacap, Juni 2018


Mengetahui,
Kepala Pelaksana BPBD Kab. Cilacap Pejabat Pembuat Komitmen

Drs. Tri Komara Sidhy W., M.M. Basuki Wibowo, S.Si., M.M.
NIP. 19620426 198711 1 001 NIP. 19680112 199703 1 004

Anda mungkin juga menyukai