Anda di halaman 1dari 21

Manajemen Bencana Banjir

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Bencana

Dosen Pengampu :
Ns Setianingsih, S. Kep., M., Sp. Kep. M.B dan TIM

Disusun oleh :
Wakhidun SK622007
Erwan Hardiono SK622008
Tri Indah Sari SK622009

Program Studi Keperawatan (S1)


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Mei 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Manajemen Bencana Banjir”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bencana di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kendal.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Ibu Ns Setianingsih, S. Kep., M., Sp. Kep. M.B sebagai dosen mata kuliah
Keperawatan Bencana yang telah memberikan tugas dan arahan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Penulis memohon maaf dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Batang, 9 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Tujuan Umum...................................................................................................5
C. Tujuan Khusus..................................................................................................5
BAB II STUDI PUSTAKA....................................................................................6
A. Definisi..............................................................................................................6
B. Jenis Bencana....................................................................................................7
C. Manajemen Bencana.........................................................................................8
D. Tujuan Manajemen Bencana.............................................................................8
E. Fase Manajemen Bencana.................................................................................9
F. Pelayanan Medis Bencana Berdasarkan Siklus Bencana................................11
G. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana...................................................11
BAB III.................................................................................................................16
PENUTUP............................................................................................................16
A. Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik dua
musim yaitu musim panas dan musim hujan yang ditandai dengan perubahan
ekstrim cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi ini memiliki potensi untuk
menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan. Di
Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama
pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian
barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah
Indonesia bagian Timur. Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang
dengan sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang
hidup yang semakin meningkat secara tidak langsung merupakan salah satu
faktor pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang
dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan hilangnyanyawa, kerugian
harta, dan benda.

B. Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tenaga


kesehatan tentang manajemen bencana banjir.

4
C. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep pre hospital


2. Untuk mengetahui konsep bencana.
3. Untuk mengetahui konsep banjir.
4. Untuk mengetahui manajemen bencana banjir di Indonesia.

5
BAB II
STUDI PUSTAKA

A. Konsep Bencana

Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,


bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologi.
Menurut (Depkes RI) Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah
yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

B. Konsep Bencana Banjir


Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air
dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah
ancaman alam yamng paling sering terjadi dan paling banyak merugikan dari
segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007). Sedangkan banjir bandang
adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena
tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai
sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya
peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya
pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting
seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran

6
sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan
sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan
sebagainya (www.bnpb.go.id, 2012).
Menurut Bakornas BNPB, 2012, yang harus dilakukan sebelum banjir
meliputi:
1. Di Tingkat Warga
a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan
lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari
timbunan sampah.
b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih
melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di
lingkungan Anda.
c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim
penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan
Penanggung Jawab Posko Banjir.
d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM
untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna
evakuasi.
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan
mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
2. Di Tingkat Keluarga
a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga
tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.
b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter,
korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras,
makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
d. Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.

7
e. Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku
tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan
tangan jahil.
3. Yang harus dilakukan saat banjir:
a. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
c. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus
banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang
lebih tinggi.
d. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun
Camat.
4. Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
a. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup
lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
b. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit
diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
c. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan,
atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
d. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.

8
C. Manajemen Bencana Banjir

Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,


penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:
1. Prabencana
Sesuai Pasal 34 UU no 24 tahun 2007, penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada tahapan prabencana meliputi:
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana
1) Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
a) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
b) Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
c) Analisis kemungkinan dampak bencana;
d) Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
e) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan
f) Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
2) Pengurangan risiko bencana;
Pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak
buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi
sedang tidak terjadi bencana, dimana meliputi:
a) Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
b) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
c) Pengembangan budaya sadar bencana
d) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana
e) Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
penanggulangan bencana.
3) Pencegahan, meliputi:
a) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber
bahaya atau ancaman bencana

9
b) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi
menjadi sumber bahaya bencana;
c) Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba
dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau
bahaya bencana;
d) Pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup
e) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
4) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan
pembangunan dilakukan dengan cara mencantumkan unsur-unsur
rencana penanggulangan bencana ke dalam rencana
pembangunan pusat dan daerah. Rencana penanggulangan
bencana ditinjau secara berkala, penyusunan rencana
penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh Badan dan setiap
kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang
menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko bencana
sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai dengan
kewenangannya.
5) Persyaratan analisis risiko bencana
Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pemenuhan syarat
analisis risiko bencana ditunjukkan dalam dokumen yang disahkan
oleh pejabat pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana melakukan
pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan analisis risiko
6) Penegakan rencana tata ruang
Penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang tata

10
ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap
pelanggar.
7) Pendidikan dan pelatihan, dan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana.

b. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.


Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat
potensi terjadi bencana meliputi:
1) Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan
tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Kesiapsiagaan
dilakukan melalui:
a) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan
kedaruratan bencana
b) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini
c) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar
d) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat
e) Penyiapan lokasi evakuasi
f) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran
prosedur tetap tanggap darurat bencana
g) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk
pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
c. Peringatan dini
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat. Peringatan dini dilakukan melalui:
1) Pengamatan gejala bencana

11
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
4) Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
d. Mitigasi bencana
Kegiatan mitigasi dilakukan melalui:
1) Pelaksanaan penataan tata ruang
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern

2. Saat Tanggap Darurat


3. Pascabencana.

D. Tujuan Manajemen Bencana

1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, dan Negara melalui


tindakan dini
2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa
kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila
bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat
yang terkena bencana. Membantu individu dan masyarakat yang terkena
bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan
yang langsung dialami.
4. Memberi informasi masyarakat danpihak berwenang mengenai resiko.
5. Memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat dapat mengatasi
permasalahan akibat bencana.

12
E. Fase Manajemen Bencana

1. Mitigasi
Mitigasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengurangi resiko
dan potensi kerusakan akibat keadaan darurat. Analisa demografi populasi
rentan dan kemampuan komunitas harus dianalisa. Mitigasi mencakup
pendidikan kepada publik tindakan untuk menyiapkan bencana pada
individu,keluarga,dan komunitas. Dimulai dengan mengidentifikasi hazard
potensial yang mempengaruhi operator operasi.
Indonesia kini tengah menuju mitigasi/tindakan preventif. Mitigasi
yang dilakukan adalah dengan pembangunan struktural dan non struktural di
daerah rentan gempa dan bencana alam lainnya. Tindakan mitigasi
struktural contohnya dengan pemasangan sistem informasi peringatan dini
tsunami, yang bekerja setelah terjadi gempa. Mitigasi non struktural adalah
penataan ulang tata ruang area rentan bencana.

2. Fase Kesiapsiagaan Dan Pencegahan (Prevention Phase)


Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik
dengan berbagai tindakan untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan
akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agara dapat
melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif saat terjadi
bencana. Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka:
pengkajian terhadap kerentanan; membuat perencanaan; pengorganisasian;
sistem informasi; pengumpulan sumber daya; sistem alarm; mekanisme
tindakan; pendidikan dan pelatihan penduduk; gladi resik. Beberapa langkah
yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanganan Bencana baik tingkat
Nasional dan Daerah telah diusahakan sekeras mungkin. Contohnya
pemetaan daerah rawan bencana gempa, regionalisasi daerah bencana
gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah basis pencapaian lokasi
bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi saat dilakukan
penanganan korban gempa bumi.

13
3. Fase Tindakan (Respon Phase)
Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat
yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase
tindakan adalah mengontrol dampak negatif dari bencana. Aktivitas yang
dilakukan: instruksi pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan korban;
menjamin keamanan dilokasi bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat
bencana; pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi
darurat; pengiriman dan penyerahan barang material; dan menyediakan
tempat pengungsian. Fase tindakan dibagi menjadi fase akut dan fase sub
akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase
penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut
terjadi sejak 2-3 minggu.

4. Fase Pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat
dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi
sebelumnnya. Pada fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat
tempat tinggal, mulai sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat
tinggalnya. Fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke
kondisi tenang.
5. Fase Rehabilitasi
Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat
berusaha mengembalikan fungsi fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana
dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Keadaannya
mengalami perubahan dari sebelum bencana.

F. Pelayanan Medis Bencana Berdasarkan Siklus Bencana

1. Fase Akut Pada Siklus Bencana

14
Prioritas di lokasi bencana, pertolongan terhadap korban luka dan
evakuasi dari lokasi berbahaya ke tempat yang aman. 3 T (triage, treatment,
dan transportation) penting untuk menyelamatkan korban luka sebanyak
mungkin. Pada fase ini juga dilakukan perawatan terhadap mayat.
2. Fase Menengah Dan Panjang Pada Siklus Bencana
Fase perubahan pada lingkungan tempat tinggal. Pada fase ini harus
memperhatikan segi keamanan, membantu terapi kejiwaan korban bencana,
membantu kegiatan untuk memulihkan kesehatan hidup dan membangun
kembali komunitas social.
2. Fase Tenang Pada Siklus Bencana
Fase tidak terjadi bencana, pada fase ini diperlukan pendidikan
penanggulangan bencana saat bencana terjadi, pelatihan pencegahan
bencana pada komunitas dengan melibatkan penduduk setempat,
pengecekan dan pemeliharaan fasilitas peralatan pencegahan bencana baik
di daerah maupun fasilitas medis, serta membangun sistem jaringan
bantuan.

G. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana

1. Peran dalam Pencegahan Primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra
bencana persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat ini,
antara lain :
a. Mengenali instruksi ancaman bahaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan,
air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
c. Melatih penanganan pertama korban bencana.

15
d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar.
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal
pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana

2. Peran Perawat Pada Pase pra Bencana


Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan
Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana :
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut.
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.

16
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan
posko-posko bencana.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya,
dan lainnya.

3. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)


Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat
setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang
tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-
kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan
tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk
penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE
Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam
kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma
dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran,
luka bakar derajat I-II
Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan
efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam
keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60
menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka,
cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II

17
Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan
dislokasi
Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat
dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

4. Peran Perawat Di Dalam Posko Pengungsian Dan Posko Bencana


a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia,
fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

18
5. Peran Perawat Pada Pase Intra/Saat Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap
darurat dengan peran perawat pada pase intra/saat bencana :
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan
pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban
selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya
untuk jangka waktu 30 bulan pertama.

6. Peran Perawat Dalam Fase Post impact


Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu Rekuntruksi
dan rehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana :
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan
tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua,
individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback,
mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketga, individu
akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD
dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan
gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
menuju keadaan sehat dan aman.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana dapat mengakibatkan masalah fisik, psikologis, sosial, spiritual,
dan ekonomi. Manajemen bencana perlu dilakukan secara cepat dalam mengatasi
bencana. Manajemen yang dilakukan dapat dilakukan sesuai fase. Manajemen
yang cepat dan tepat dapat meminimalisir masalah dan kerugian yang terjadi
akibat bencana. Peranan pelayanan medis juga penting dalam manajemen
bencana. Perawat memilki peranan dan kontribusi pada setiap fase dalam
manajemen bencana. Oleh karena itu, manajemen bencana merupakan hal
penting yang harus dilakukan dalam mengatasi bencana.
Peran perawat pada fase tanggap darurat secara umum akan
diidentifikasikan pada 6 aspek, termasuk pencarian dan penyelamatan, triase,
pertolongan pertama, proses pemindahan korban, perawatan di rumah sakit, dan
rapid health assessment. Oleh karena itu, situasi penanganan antara keadaan
siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus
mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.

B. Saran

1. BNPB perlu menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga penyedia data


yang relevan dalam penanganan bencana seperti BMG.
2. Pengembangan dan implementasi sistem manajemen oleh BNPB
3. Pelatihan, simulasi diperlukan untuk mempersiapkan dalam tanggap bencana

20
DAFTAR PUSTAKA

Asian Disaster Reduction. 2003. Definisi bencana. Asian Disaster


Reduction

"Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana," 2017.

Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat


2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

WHO, 2007 Risk reduction and emergency preparedness


http://whqlibdoc.who.int/hq/ 200 /WHO 08.7_eng.pdF

Wikipedia. (2011). Bencana. www.id.wikipedia.org/wiki/bencana.

https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana/

21

Anda mungkin juga menyukai