Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DRAINASE

PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR KOTA MAKASSAR

Dosen : Achmad Rafi’Ud Darajat, S.Pd., M.Eng.

Disusun oleh :

Dina Amalia Fatma (1710503053)


Teknik Sipil 02

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TIDAR

2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
BAB I - PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II – PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Banjir di Kota Makassar ....................................................... 3
2.2 Karakteristik Banjir di Kota Makassar .............................................. 4
2.3 Penanganan Banjir di Makassar ......................................................... 5
2.4 Penanggulangan Banjir di Makassar .................................................. 6
2.5 Pemecahan Solusi Banjir di Makassar ............................................... 8
BAB III – PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya, sehingga malakah yang berjudul “Penanganan Dan Penanggulangan
Banjir Kota Makassar” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Adapun
penulisan ini dilakukan adalah sebagai persyaratan didalam menyelesaikan mata
kuliah Drainase.

Saya memahami dan menyadari penyusunan makalah yang berjudul


“Penanganan Dan Penanggulangan Banjir Kota Makassar” ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan, dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu hingga tersusunnya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak


terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
tanggapan, kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah yang berjudul “Penanganan


Dan Penanggulangan Banjir Kota Makassar” bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Magelang, Oktober 2019

Penyusun

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta zona genangan kota Makassar .............................................. 4

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pelaksanaan strategi pengendalian banjir di Kota Makassar ........... .6


Tabel 2.2 Kegiatan dalam siklus penanggulangan banjir....................................7

````

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di seluruh Indonesia, tercatat 5.590 sungai induk dan 600 di antaranya


berpotensi menimbulkan banjir. Daerah rawan banjir yang dicakup sungai-sungai
induk ini mencapai 1,4 juta hektar. Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir
yang melanda daerah-daerah rawan, pada dasarnya disebabkan tiga hal. Pertama,
kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan
berdampak pada perubahan alam. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan sangat
tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Ketiga, degradasi
lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catchment area,
pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.
Banjir bukan hanya menyebabkan sawah tergenang sehingga tidak dapat dipanen
dan meluluhlantakkan perumahan dan permukiman, tetapi juga merusak fasilitas
pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan menelan
korban jiwa. Kerugian semakin besar jika kegiatan ekonomi dan pemerintahan
terganggunya, bahkan terhentinya. Meskipun partisipasi masyarakat dalam rangka
penanggulangan banjir sangat nyata. Terutama pada aktivitas tanggap darurat,
namun banjir menyebabkan tambahan beban keuangan negara, terutama untuk
merehabilitasi dan memulihkan fungsi parasana publik yang rusak.

Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu relatif pendek dan terulang tiap
tahun, menuntut upaya lebih besar mengantisipasinya, sehingga kerugian dapat
diminimalkan. Seperti halnya di Kota Makassar, Makassar sebagai bagian hilir
DAS Jeneberang merupakan kota yang sering mengalami banjir. Berbagai upaya
pemerintah yang bersifat struktural (structural approach), ternyata belum
sepenuhnya mampu menanggulangi masalah banjir di Makassar. Penanggulangan
banjir, selama ini lebih terfokus pada penyediaan bangunan fisik pengendali banjir
untuk mengurangi dampak bencana. Selain itu, meskipun kebijakan non fisik yang
umumnya mencakup partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir sudah
dibuat, namun belum diimplementasikan secara baik, bahkan tidak sesuai
kebutuhan masyarakat, sehingga efektifitasnya dipertanyakan. Kebijakan sektoral,
sentralistik, dan top-down tanpa melibatkan masyarakat sudah tidak sesuai dengan
perkembangan global yang menuntut desentralisasi, demokrasi, dan partisipasi
stakeholder, terutama masyarakat yang terkena bencana.

1
Dengan demikian, penanggulangan banjir yang hanya melulu pembangunan
fisik (structural approach), harus disinergikan dengan pembangunan non fisik
(non-structural approach), yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya
partisipasi masyarakat, sehingga hasilnya lebih optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sejarah banjir di Kota Makassar?
1.2.2 Bagaimana karakteristik banjir di Kota Makassar?
1.2.3 Bagaimana penanganan banjir di Makassar?
1.2.4 Bagaimana penanggulangan banjir di Makassar?
1.2.5 Bagaimana pemecahan solusi banjir di Makassar?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah banjir di Kota Makassar.
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik banjir di Kota Makassar.
1.3.3 Untuk mengetahui penanganan banjir di Makassar.
1.3.4 Untuk mengetahui penanggulangan banjir di Makassar.
1.3.5 Untuk mengetahui pemecahan solusi banjir di Makassar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Banjir di Kota Makassar

Kota Makassar terletak di pesisir barat daya Pulau Sulawesi. Kota yang
sempat menyandang nama Ujung Pandang, merupakan kota otonom yang berstatus
sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar merupakan kota metropolitan
terbesar di kawasan Indonesia bagian timur. Kota Makassar meliputi 14 kecamatan
dan 143 kelurahan. Keempat belas kecamatan tersebut ialah Makassar, Mariso,
Mamajang, Tamalate, Rappocini, Tallo, Panakkukang, Manggala, Biringkanaya,
dan Tamalanrea. Tujuh kecamatan di antaranya berbatasan dengan Selat Makassar
yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan
Biringkanaya.

Secara keseluruhan luas wilayah Kota Makassar mencapai 175,77 km2 yang
meliputi wilayah daratan dan 11 pulau di Selat Makassar, dengan jumlah penduduk
tahun 2011 mencapai 1.352.126 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya mencapai
7.693 jiwa per km2 Kecamatan yang paling banyak penduduknya ialah Tamalate,
Biringkanaya dan Rappocini. Sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah paling
luas ialah Biringkanaya (27,43 persen dari luas Kota Makassar), Tamalanrea (18,12
persen), dan Manggala (13,17 persen). Batas wilayah Kota Batas wilayah Kota
Makassar meliputi sebelah barat dengan Selat Makassar, sebelah utara dan timur
dengan Kabupaten Maros, serta sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa dan
Takalar.

Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi di beberapa negara di


kawasan Asia Tenggara. Terutama di Indonesia, Makassar merupakan salah satu
kota yang menghadapi masalah banjir karena disebabkan oleh kerusakan
lingkungan. Permasalahan ini menuntut perhatian penuh semacam utang yang harus
segera dilunasi, kalau tidak bakal terus berbunga dan makin membengkak
kerusakannya ataupun dampaknya. Setiap tahun Kota Makassar disesaki persoalan
drainase, bangunan yang tidak terkontrol hingga menjadi kota ruko serta persoalan
sampah. Semua masalah tersebut menumpuk bertahun-tahun termasuk masalah
makin sempitnya lahan hijau.

Perubahan status kota menjadi sebuah kota metropolitan memang


berdampak pada semua lini diantaranya akan berdampak pada lingkungan kota itu
sendiri. Makassar yang diidamkan akan menjadi kota dunia harus segera berbenah
diri. Mulai dari sikap pemerintahannya maupun prilaku masyarakatnya.

3
Makassar menjadi pusat mobilitas yang begitu besar dengan wilayah yang
cukup sempit. Begitu juga Perekonomian yang ada menjadi barometer bagi
kemajuan dan kestabilan pembangunan dibanding dengan kota-kota lainnya.
Namun sebagai kota metropolitan, Makassar dirundung banyak persoalan dan
masalah yang menyebabkan semakin terpuruk diantaranya persoalan lingkungan
yang dihadapi.

Banjir Kota Makassar dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu faktor alam
(curah hujan, topografi, jenis batuan/tanah, laju infiltrasi) dan faktor manusia
dengan segala aktivitasnya yang dapat mempengaruhi sistem drainase dan keadaan
penutupan lahan di atasnya. Namun dari beberapa faktor tersebut yang menjadi
fokus adalah laju infiltrasi setiap jenis batuan penyusunnya, tutupan lahan dan curah
hujan.

Bencana banjir di Makassar menjadi agenda rutin dalam beberapa tahun ini,
penyebab banjir tahun ini ekses dari penataan kota buruk dan masih marak
penimbunan pantai oleh pemerintah dan swasta. Tata kota tidak berpihak kepada
lingkungan, pada pentingnya konservasi hutan kota, resapan air serta tata kelola
drainase pemukiman.

2.2 Karakteristik Banjir di Makassar

Berdasarkan hasil
pemetaan kerawanan genangan
(Nandini, 2007), Kota Makassar
terdiri dari dua macam kelas
kerawanan terhadap genangan,
yaitu kelas rawan seluas
14.161,1 ha dan kelas sangat
rawan seluas 3.275,9 ha. Daerah
dengan kelas rawan tersebar
pada seluruh kecamatan yang
ada di Kota Makassar. Daerah
tersebut secara fisik mempunyai
Gambar 2.1 Peta zona genangan kota Makassar geomorfologi terdiri dari bentuk
lahan dataran, dataran aluvial, pantai, rawa, dan sabuk meander, jenis tanah Entisol
dan Inceptisol, serta penggunaan lahan pemukiman, pertanian lahan kering, sawah,
padang rumput, tubuh air, dan tambak. Daerah yang termasuk dalam kelas sangat
rawan hanya berada pada satu kecamatan yaitu Kecamatan Biringkanaya. Daerah
ini secara fisik mempunyai geomorfologi terdiri dari bentuk lahan dataran dan
dataran alluvial, jenis tanah Ultisol dan Inceptisol, serta penggunaan lahan rawa,
sawah, tubuh air, dan tambak. Berdasarkan hasil inventarisasi, ketinggian genangan
bervariasi antara 15-150 cm dengan lama genangan 2-10 jam, tergantung besar dan

4
intensitas hujan yang terjadi. Kota Makassar hampir selalu mengalami banjir pada
saat musim hujan tiba.

Menurut informasi Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi


dan Geofisika (BMG) Wilayah IV Makassar, curah hujan dengan tebal 100 mm
atau lebih dapat dipastikan akan menimbulkan genangan di berbagai tempat di Kota
Makassar, di samping akibat pengaruh aliran balik (back water) pada saat terjadinya
pasang surut air laut. Kejadian banjir tidak lepas dari adanya konsentrasi aliran
permukaan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah akibat perubahan penutup
lahan. Hasil analisis aliran permukaan di Kota Makassar menunjukkan bahwa aliran
permukaan yang terjadi adalah 0-53 mm. Aliran permukaan terbesar sebagian besar
terkonsentrasi pada daerah pusat kota di mana secara umum daerah-daerah tersebut
merupakan lahan terbangun dengan kepadatan tinggi, baik pemukiman,pertokoan
maupun perkantoran. Banjir yang terjadi di Kota Makassar juga dipengaruhi oleh
letak Kota Makassar yang hanya berada pada ketinggian sekitar 0-6 m dpl sehingga
mudah tergenang oleh aktivitas pasang air laut, terutama pada saat pasang mencapai
titik tertinggi.

Menurut Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin (2006), tipe pasang


surut di Kota Makassar adalah campuran yang condong ke harian tunggal (mixed
tide prevailing diurnal), yaitu dalam satu hari terdapat satu kali air tinggi dan satu
kali air rendah yang tidak beraturan dengan perbedaan air tinggi dan air rendah rata-
rata saat purnama adalah 140 cm. Faktor kemiringan lereng yang kecil
menyebabkan naiknya air pasang dengan cepat menggenangi sebagian wilayah
Kota Makassar yang berakibat pada banjir di Kota Makassar.

2.3 Penanganan Banjir di Makassar

Strategi pengendalian banjir di Kota Makassar telah disusun dan dituangkan


dalam dokumen RPJMD Kota Makassar Tahun 2005-2010. Berdasarkan hasil
analisis pada dokumen tersebut diperoleh bahwa terdapat lima strategi
pengendalian banjir yang akan dilakukan, yaitu pengendalian tata ruang,
pengaturan debit banjir, pengaturan daerah rawan banjir, peningkatan peran
masyarakat, serta pengelolaan Daerah Tangkapan Air (DTA). Pelaksanaan strategi
pengendalian banjir tersebut dilakukan secara teknis dan non teknis.

Secara teknis, strategi pengendalian banjir yang dilakukan adalah


pengaturan debit banjir, dalam hal ini dilakukan dengan pembuatan dan
pemeliharaan saluran drainase, normalisasi saluran drainase, waduk tunggu, dan
pemompaan kanal. Secara non teknis strategi pengendalian banjir yang dilakukan
adalah pengendalian tata ruang, pengaturan daerah rawan banjir, peningkatan peran
masyarakat, serta pengelolaan DTA. Pada umumnya pelaksanaan strategi
pengendalian banjir di Kota Makassar tersebut dilakukan pada daerah-daerah yang
merupakan titik-titik rawan genangan dan telah melibatkan kecamatan-kecamatan

5
dalam berbagai kegiatan pengendalian banjir. Rincian pelaksanaan strategi
pengendalian banjir tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pelaksanaan strategi pengendalian banjir di Kota Makassar


Strategi
Kegiatan pengendalian
No pengendalian Lokasi
banjir
banjir
Pembuatan dan
Makassar bagian barat dan
pemeliharaan saluran
timur
drainase
Saluran drainase utama
Pengaturan debit Normalisasi saluran
1. Panampu, Jongaya,
banjir drainase
Sinrijala
Waduk tunggu Pampang
Kanal Panampu, Jongaya,
Pemompaan kanal
Sinrijala
Pengendalian tata Pengaturan tataguna Kawasan lindung di Kota
2.
ruang lahan Makassar
Pengaturan daerah 14 kecamatan di Kota
3. Manajemen sampah
rawan banjir Makassar
Bagian hulu DAS
Janeberang (Kab. Gowa),
jalan-jalan protokol pada
Pengelolaan Daerah
4. Pengelolaan DAS 14 kecamatan di Kota
Tangkapan Air
Makasaar, desa-desa
nelayan disepanjang pantai
Makassar.
14 kecamatan di Kota
Peringatan bahaya banjir
Peningkatan peran Makassar
5.
masyarakat Informasi publik dan 14 kecamatan di Kota
penyuluhan Makassar

2.4 Penanggulangan Banjir di Makassar

Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum


banjir (prevention), penanganan saat banjir (response/intervention), dan pemulihan
setelah banjir (recovery). Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus
(life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan
untuk pencegahan (prevention) sebelum bencana banjir terjadi kembali.
Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti
pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai (in-stream) sampai wilayah
dataran banjir (off-stream), dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna
lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.

6
Tabel 2.2 Kegiatan dalam siklus penanggulangan banjir

Siklus Kegiatan

Pencegahan (Prevention  Upaya-upaya struktural


 Upaya di dalam badan sungai (in-stream)
 Upaya di luar badan sungai (off-stream)
 Upaya-upaya non-struktural
 Upaya pencegahan banjir jangka panjang
 Upaya pengelolaan keadaan darurat banjir
dalam jangka pendek

Penanganan  Pemberitahuan dan penyebaran informasi


(Intervention/Response) prakiraan banjir
 Reaksi cepat dan bantuan penanganan darurat
banjir
 Perlawanan terhadap banjir

Pemulihan (Recovery)  Bantuan segera kebutuhan hidup sehari-hari


dan perbaikan sarana prasarana
 Pembersihan dan rekontruksi pasca banjir
 Rehabilitasi dan pemulihan kondisi fisik dan
non-fisik
 Penilaian kerusakan/kerugian dan asumsi
bencana banjir
 Kajian penyebab terjadinya banjir

Setelah pencegahan dilaksanakan, dirancang pula tindakan penanganan


(response/intervention) pada saat bencana banjir terjadi. Tindakan penanganan
bencana banjir, antara lain pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang
prakiraan banjir (flood forecasting information and dissemination), tanggap
darurat, bantuan peralatan perlengkapan logistik penanganan banjir (flood
emergency response and assistance), dan perlawanan terhadap banjir (flood
fighting). Pemulihan setelah banjir dilakukan sesegera mungkin, untuk
mempercepat perbaikan agar kondisi umum berjalan normal. Tindakan pemulihan,
dilaksanakan mulai dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari,
perbaikan sarana-prasarana (aftermath assistance and relief), rehabilitasi dan
adaptasi kondisi fisik dan non-fisik (flood adaptation and rehabilitation), penilaian
kerugian materi dan non-materi, asuransi bencana banjir (flood damage assessment

7
and insurance), dan pengkajian cepat penyebab banjir untuk masukan dalam
tindakan pencegahan (flood quick reconnaissance study).

2.5 Pemecahan Solusi Banjir di Makassar

Dari data zona genangan banjir yang terjadi di sebagian wilayah Kota
Makassar dimana lokasi genangan terjadi di pusat pertokoan, pemukiman padat
penduduk, perkantoran dan kawasan industri dan pergudangan, maka perlu upaya-
upaya penanggulangan baik dari segi struktur maupun nonstruktur, antara lain :

1. Melakukan pengerukan saluran drainase di seluruh wilayah Kota Makassar


terhadap sedimen dan sampah, terutama saluran primer dan sekunder dalam
kota.
2. Membuat kolam retensi dan peresapan di zona dengan potensi genangan kritis.
3. Melakukan pembangunan dan pemeliharan saluran drainase, terutama pada
saluran yang belum tersambung.
4. Melakukan konservasi sumber daya air terutama di wilayah pemukiman padat
penduduk.
5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya tidak membuang
sampah pada saluran drainase dan sungai.
6. Perlunya partisipasi masyarakat mendukung pemeliharaan sistem jaringan
drainase melalui sosialisasi, pelatihan, pembentukan dan penguatan
kelembagaan, sehingga sistem yang telah ada bias optimal dan berkelanjutan.

Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir dibutuhkan juga, tetapi


ada batasan bahwa tidak semua kegiatan penanggulangan banjir dapat dilakukan
oleh seluruh stakeholder sampai ke tingkat pemberdaya. Masyarakat dapat
membantu dengan tidak membuang sampah ke saluran drainase dan selalu menjaga
kebersihan lingkungan sekitar.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi di beberapa negara


di kawasan Asia Tenggara. Terutama di Indonesia, Makassar merupakan salah
satu kota yang menghadapi masalah banjir karena disebabkan oleh kerusakan
lingkungan. Banjir yang terjadi di Makassar merupakan banjir yang terjadi secara
kontinu. Kota Makassar hampir selalu mengalami banjir pada saat musim hujan
tiba. Penanggulangan banjir dapat dilakukan secara bertahap, dari pencegahan
sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir (response/intervention), dan
pemulihan setelah banjir (recovery).

9
DAFTAR PUSTAKA

1. 25_ryke_cetak_Banjir-di-Makassar.pdf
2. Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat – UI, Pengumpulan
dan Analisis Data Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia
3. kebijakan-penanggulangan-banjir-di-
indonesia__20081123002641__1.pdf
4. 698-1814-1-SM_2.pdf
5. 12349304.pdf
6. http://yasykurtamarino14040.blogspot.com/
7. https://www.mongabay.co.id/2013/12/26/tata-kota-buruk-banjir-rendam-
makassar/

10

Anda mungkin juga menyukai