100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang bencana longsor di Jawa Barat. Studi ini memetakan daerah rawan longsor di Jawa Barat dengan menggunakan teknologi GIS dan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya longsor seperti curah hujan tinggi, kemiringan lereng, dan aktivitas manusia. Hasilnya mengidentifikasi banyak titik longsor di Jawa Barat yang disebabkan oleh gaya dorong tanah yang lebih besar dari gaya tahannya
Dokumen ini membahas tentang bencana longsor di Jawa Barat. Studi ini memetakan daerah rawan longsor di Jawa Barat dengan menggunakan teknologi GIS dan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya longsor seperti curah hujan tinggi, kemiringan lereng, dan aktivitas manusia. Hasilnya mengidentifikasi banyak titik longsor di Jawa Barat yang disebabkan oleh gaya dorong tanah yang lebih besar dari gaya tahannya
Dokumen ini membahas tentang bencana longsor di Jawa Barat. Studi ini memetakan daerah rawan longsor di Jawa Barat dengan menggunakan teknologi GIS dan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya longsor seperti curah hujan tinggi, kemiringan lereng, dan aktivitas manusia. Hasilnya mengidentifikasi banyak titik longsor di Jawa Barat yang disebabkan oleh gaya dorong tanah yang lebih besar dari gaya tahannya
Bencana merupakan isu nasional dan isu strategi yang menjadi trend bahasan dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia yang merupakan Negara dengan potensi bencana yang besar baik dari segi lokasinya yang berada di pertemuan lempeng Eurasia dan Indo Australia yang mengakibatkan potensi terjadinya bencana gempa pada waktu-waktu yang sulit diprediksi, maupun kondisi fisiknya yang berada di ring of fire di mana terdapat banyak gunung api yang tersebar di beberapa pulau besar dan kecil. Adanya potensi bencana yang bermacam-macam mulai dari gempa hingga bencana akibat ulah manusia dan imbas perkembangan teknologi menekan masyarakat Indonesia untuk melakukan upaya mitigasi dan adaptasi di tanah air masyarakat Indonesia yang merupakan lingkungan bencana. Kemajuan teknologi banyak berperan juga dalam upaya mitigasi bencana yang ada di Indonesia. Salah satu penerapan mitigasi dengan memanfaatkan teknologi saat ini adalah dengan pemetaan. Kemajuan ilmu pemetaan, yaitu dengan GIS memudahkan dalam memetakan daerah-daerah yang memiliki kerawanan bencana dan memetakan kejadian bencana yang ada. Ishak S (2011) dalam tulisannya mengatakan bahwa perlu adanya pengelolaan terhadap kejadian bencana, salah satunya merupakan bencana longsor sebagai dasar pertimbangan pembangunan fisik. Jawa Barat memiliki kejadian longsor dari tahun 2003 2005 sebanyak 73 kali. Menurutnya hal itu merupakan dampak dari pembangunan yang tidak mempertimbangkan kondisi fisik lahan seperti kemiringan, jenis tanah, curah hujan dan tutupan vegetasi. Karena perencanaan dan pembangunan yang kurang memperhatikan aspek-aspek fisik lahan tersebutlah banyak pembangunan yang hanya dilakukan dengan dasar pemenuhan tekanan penduduk tanpa memperhatikan bagaimana daya dukung lahan terhadap pembangunan. Ishak S (2011) dengan latar belakang tersebut berusaha memetakan daerah-daerah di Jawa Barat dengan menggunakan teknologi GIS dengan metode survey lapangan dan pengukuran aspek fisik lahan untuk mendapatkan gambaran kondisi lahan di Jawa Barat untuk kemudian di tuangkan dalam bentuk peta untuk mendapat pola distribusinya. Pada tulisannya Ishak S (2011) menggunakan peta jenis tanah, peta curah hujan, peta lereng, peta lereng, dan kriteria tumbuh tanaman sebagai dasari ploting pengambilan sampel. Dengan metode tersebut pengambilan sampel akan lebih efisien dan bersifat evaluatif dari data sekunder berupa peta yang ada, sehingga pada akhirnya sampel yang diambil dapat digeneralisasi dengan lebih mudah dan akurat. Hasil penelitian adalah berupa Peta Gerakan Tanah di Jawa Barat. Hasil analisis peta menunjukaan bahwa terdapat banyak sekali titik longsor yang terjadi di Jawa Barat. Penyebab terjadinya longsor adalah adanya gaya dorong yang lebih kuat dari gaya penahan yang ada di tanah. Akibatnya tanah menjadi tidak tertahan dan terjadi gerak massa batuan berupa longsor. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah curah hujan dan kemiringan lereng. Curah hujan yang sangat tinggi pada daerah dengan lereng yang terjal akan menyebabkan munculnya bidang gilir di dalam tanah dan memicu terjadinya bencana longsor. Selain itu gaya dorong di atas tanah juga sangat berpengaruh. Adanya gaya dorong tersebut seringkali ditimbulkan oleh aktivitas menusia yang dicirikan oleh penggunaan lahan di atasnya. Longsor banyaj terjadi di daerah dengan penggunaan lahan sawah di atas lereng yang miring. Akar yang ada pada vegetasi kecil tidak dapat mengikat tanah secara kuat dan tanah juga massanya menjadi berat saat keadaan jenuh di waktu turun hujan. Dengan adanya bidang gilir di dalam tanah dan daya dorong dari massa yang semakin berat karena kondisi jenuh serta kemampuan akar yang kurang kuat akhirnya menyebabkan terjadinya bencana longsor di daerah tersebut. Mitigasi yang tepat adalah berupa pencegahan karena efektif dan minim biaya. Upaya pencegahan harus segera dilakukan agar dapat menghindari kerugian yang lebih besar. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan perencanaan yang matang terhadap daerah yang memiliki kerawanan terhadap bencana. Hasil perencanaan diharapkan dapat membatasi aktivitas manusia di atas lahan dan pembangunan yang ada, misalnya dengan menetapkan kawasan konservasi. Selain itu perlu adanya sosialisasi terhadap masyarakat terkait bencana longsor agar masyarakat tidak awam dengan kondisi wilayahnya sendiri. Salah satu metode yang tepat adalah melalui peta. Karena melalui peta tersebut masyarakat akan lebih cepet dan mudah memahami pola distribusi kejadian longsor di dalam wilayahnya. Sumber : Ishak S Mahendra. 2011. Memetakan Gerakan Tanah di Jawa Barat. Jurnal Penanggulangan Bencana Volume 2 Nomor 2, tahun 2011.