Anda di halaman 1dari 2

REVIEW JURNAL KEBENCANAAN : BENCANA LONGSOR

Adam Abraham W | 11/316614/GE/07180



Bencana merupakan isu nasional dan isu strategi yang menjadi trend bahasan dalam
beberapa tahun terakhir. Indonesia yang merupakan Negara dengan potensi bencana yang besar
baik dari segi lokasinya yang berada di pertemuan lempeng Eurasia dan Indo Australia yang
mengakibatkan potensi terjadinya bencana gempa pada waktu-waktu yang sulit diprediksi,
maupun kondisi fisiknya yang berada di ring of fire di mana terdapat banyak gunung api yang
tersebar di beberapa pulau besar dan kecil. Adanya potensi bencana yang bermacam-macam
mulai dari gempa hingga bencana akibat ulah manusia dan imbas perkembangan teknologi
menekan masyarakat Indonesia untuk melakukan upaya mitigasi dan adaptasi di tanah air
masyarakat Indonesia yang merupakan lingkungan bencana. Kemajuan teknologi banyak
berperan juga dalam upaya mitigasi bencana yang ada di Indonesia. Salah satu penerapan
mitigasi dengan memanfaatkan teknologi saat ini adalah dengan pemetaan. Kemajuan ilmu
pemetaan, yaitu dengan GIS memudahkan dalam memetakan daerah-daerah yang memiliki
kerawanan bencana dan memetakan kejadian bencana yang ada.
Ishak S (2011) dalam tulisannya mengatakan bahwa perlu adanya pengelolaan terhadap
kejadian bencana, salah satunya merupakan bencana longsor sebagai dasar pertimbangan
pembangunan fisik. Jawa Barat memiliki kejadian longsor dari tahun 2003 2005 sebanyak 73
kali. Menurutnya hal itu merupakan dampak dari pembangunan yang tidak mempertimbangkan
kondisi fisik lahan seperti kemiringan, jenis tanah, curah hujan dan tutupan vegetasi. Karena
perencanaan dan pembangunan yang kurang memperhatikan aspek-aspek fisik lahan tersebutlah
banyak pembangunan yang hanya dilakukan dengan dasar pemenuhan tekanan penduduk tanpa
memperhatikan bagaimana daya dukung lahan terhadap pembangunan.
Ishak S (2011) dengan latar belakang tersebut berusaha memetakan daerah-daerah di
Jawa Barat dengan menggunakan teknologi GIS dengan metode survey lapangan dan
pengukuran aspek fisik lahan untuk mendapatkan gambaran kondisi lahan di Jawa Barat untuk
kemudian di tuangkan dalam bentuk peta untuk mendapat pola distribusinya. Pada tulisannya
Ishak S (2011) menggunakan peta jenis tanah, peta curah hujan, peta lereng, peta lereng, dan
kriteria tumbuh tanaman sebagai dasari ploting pengambilan sampel. Dengan metode tersebut
pengambilan sampel akan lebih efisien dan bersifat evaluatif dari data sekunder berupa peta yang
ada, sehingga pada akhirnya sampel yang diambil dapat digeneralisasi dengan lebih mudah dan
akurat. Hasil penelitian adalah berupa Peta Gerakan Tanah di Jawa Barat.
Hasil analisis peta menunjukaan bahwa terdapat banyak sekali titik longsor yang terjadi
di Jawa Barat. Penyebab terjadinya longsor adalah adanya gaya dorong yang lebih kuat dari gaya
penahan yang ada di tanah. Akibatnya tanah menjadi tidak tertahan dan terjadi gerak massa
batuan berupa longsor. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah curah hujan dan kemiringan
lereng. Curah hujan yang sangat tinggi pada daerah dengan lereng yang terjal akan menyebabkan
munculnya bidang gilir di dalam tanah dan memicu terjadinya bencana longsor. Selain itu gaya
dorong di atas tanah juga sangat berpengaruh. Adanya gaya dorong tersebut seringkali
ditimbulkan oleh aktivitas menusia yang dicirikan oleh penggunaan lahan di atasnya. Longsor
banyaj terjadi di daerah dengan penggunaan lahan sawah di atas lereng yang miring. Akar yang
ada pada vegetasi kecil tidak dapat mengikat tanah secara kuat dan tanah juga massanya menjadi
berat saat keadaan jenuh di waktu turun hujan. Dengan adanya bidang gilir di dalam tanah dan
daya dorong dari massa yang semakin berat karena kondisi jenuh serta kemampuan akar yang
kurang kuat akhirnya menyebabkan terjadinya bencana longsor di daerah tersebut.
Mitigasi yang tepat adalah berupa pencegahan karena efektif dan minim biaya. Upaya
pencegahan harus segera dilakukan agar dapat menghindari kerugian yang lebih besar. Upaya
mitigasi dapat dilakukan dengan perencanaan yang matang terhadap daerah yang memiliki
kerawanan terhadap bencana. Hasil perencanaan diharapkan dapat membatasi aktivitas manusia
di atas lahan dan pembangunan yang ada, misalnya dengan menetapkan kawasan konservasi.
Selain itu perlu adanya sosialisasi terhadap masyarakat terkait bencana longsor agar masyarakat
tidak awam dengan kondisi wilayahnya sendiri. Salah satu metode yang tepat adalah melalui
peta. Karena melalui peta tersebut masyarakat akan lebih cepet dan mudah memahami pola
distribusi kejadian longsor di dalam wilayahnya.
Sumber : Ishak S Mahendra. 2011. Memetakan Gerakan Tanah di Jawa Barat. Jurnal
Penanggulangan Bencana Volume 2 Nomor 2, tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai