M. HAMIDI
1920442001
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
(Studi Kasus: Bencana Banjir Bandang di Kabupaten Lima Puluh Kota dan
Kota Padang” dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Mitigasi Bencana.
Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun kita semua kepada jalan kebenaran yaitu ISLAM.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak agar kekurangan tersebut dapat diperbaiki dimasa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, baik itu bagi
M. Hamidi
1
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6
2.1 Sumatera Barat ............................................................................ 6
2.1.1 Iklim Sumatera Barat ........................................................ 12
2.1.2 Topografi Sumatera Barat ................................................. 12
2.1.3 Pembangunan di Sumatera Barat ....................................... 15
2.1.4 Potensi Bencana Banjir di Sumatera Barat ........................ 15
2.2 Bencana Banjir di Sumatera Barat dan Mitigasinya ................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24
2
BAB I PENDAHULUAN
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang terletak di daerah pesisir
barat pulau Sumatera, yang secara astronomis terletak antara 0o 54’ Lintang Utara
– 3o 30’ Lintang Selatan dan 98o 36’ – 101o 53’ Bujur Timur (BPS, 2018). Sumatera
barat juga dilintasi oleh garis dan dilalui oleh garis ekuator pada garis lintang 0 o,
intensitas urah hujan tinggi. Tingginya intensitas curah hujan akan mengakibatkan
terjadinya bencana alam seperti banjir. Banjir merupakan merupakan aliran air di
permukaan tanah yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran
drainase atau sungai sehingga menimbulkan genangan air yang melebihi normal
dan mengakibatkan kerugian pada manusia (BNPB, 2012; Wardhono dkk., 2012).
Menurut BNPB (2012) dan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
teknologi pada suatu kawasan untuk jangka tertentu yang mengurangi kemampuan
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Menurut Asdak (1995), Bechtol dan
Laurian (2005), banjir merupakan bencana alam yang disebabkan oleh tiga faktor
yaitu meteorologi, karakteristik daerah aliran sungai (DAS), dan perilaku manusia.
Faktor meteorologi adalah tingginya atau peningkatan intensitas curah hujan yang
3
dipengaruhi oleh faktor peningkatan suhu secara global khusunya di daerah tropis
yang berdampak pada percepatan siklus hidrologi (Mudelsee dkk., 2003; Popovska
dkk., 2010; Wardhono dkk., 2012; dan Umar, 2016). Faktor DAS merupakan
karakteristik daerah aliran sungai berupa bentuk lahan, elevasi, jenis tanah dan
kemiringan lereng pada DAS tersebut (Kodoatie, 2012; Umar dkk., 2006),
banjir.
Menurut Kogami (2012), banjir merupakan bencana alam urutan ke-3 yang
memiliki dampak yang luas dan potensi kerusakan yang ditimbulkan besar di
wilayah Sumatera Barat. Dari 16 kabupaten dan kota di daerah Sumatera barat
hanya Kota Bukittingi, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto dan Kabupaten
Mentawai yang tidak berpotensi banjir. Oleh karena itu, Sumatera Barat
bencana banjir. Upaya untuk meminimalisir dampak buruk dari bencana banjir
oleh bencana banjir di Wilayah Sumatera Barat dapat dilakukan dengan mitigasi
bencana, sehingga makalah ini ditulis untuk mengetahui migasi bencana yang dapat
dilakukan pada bencana banjir yang terjadi di Wilayah Sumatera Barat. Mitigasi ini
4
1.2 Rumusan Masalah
4. Siapa pihak – pihak yang ikut dalam melakukan mitigasi bencana banjir
1.3 Tujuan
banjir.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Banjir
tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai sehingga
pada manusia (BNPB, 2012; Wardhono dkk., 2012). Menurut KBBI (2019), banjir
adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena volume air yang
suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas penyerapan air di suatu
1. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama
berhari hari.
2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir
6
4. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi
jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.
6. Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyebabkan banjir terutama
7. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak tanaman
8. Didaerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang bisa menyebabkan
1. Dampak Fisik
Dampak fisik adalah kerusakan pada sarana – sarana umum, kantor – kantor
2. Dampak Sosial
7
3. Dampak Ekonomi
4. Dampakk Lingkungan
Di Indonesia terdapat beberapa jenis bencana banjir yang sering terjadi, jenis
1. Banjir Air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir
ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber
lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan
yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi
menampung air.
2. Banjir Bandang
Jenis banjir adalah banjir yang disertai dengan material yang terbawa
oleh aliran banjir. Banjir jenis ini biasanya terjadi di daerah dekat pegunungan,
dimana tanah pegunungan seolah longsor akibat terbawa oleh arus air yang
mengalir menuju kedataran yang rendah. Material yang dibawa oleh banjir jenis
8
ini adalah berupa pasir, batu, pohon, lumpur. Material yang terbawa oleh
terdampak banjir.
3. Banjir “Cileuncang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir
cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang
sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini
tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga.
Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir
4. Banjir Rob
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Air
laut yang pasang akan menahan air sungai dan menumpuk, akhirnya mampu
disebabkan oleh permukaan tanah yang lebih rendah dari ketinggian air laut saat
pasang.
Banjir lahar dingin adalah banjir yang terjadi ketika erupsi gunung api.
Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung memlalui
aliran air dan mengalir ke sungai, sehingga sungai akan meluap dan
6. Banjir Lumpur
9
Banjir lumpur adalah banjir yang disebabkan keluarnya material lumpur dari
dalam bumi dan menggenangi daratan dalam waktu tertentu. Banjir ini juga
membawa material bahan dan gas kimia. Contoh banjir lumpur adalah banjir
terletak di daerah pesisir barat pulau Sumatera, yang secara astronomis terletak
antara 0o 54’ Lintang Utara – 3o 30’ Lintang Selatan dan 98o 36’ – 101o 53’ Bujur
Timur (BPS, 2019). Sumatera barat juga dilintasi oleh garis dan dilalui oleh garis
ekuator pada garis lintang 0o dengan total wilayah sekitar 42.297,30 km2. Termasuk
± 186.500 km2 luas lautan. Secara administrasi Sumatera Barat terdiri dari 19
10
Tabel 2.1 Kabupaten/Kota di wilayah Sumatera Barat
No Nama Kabupaten Luas Jumlah
Ibu Kota
/Kota (Ha) Kec Nag Kel
1. Kepulauan Mentawai 601.135 Tua Pejat 10 43
2. Pesisir Selatan 579.495 Painan 12 76
3. Solok 373.800 Arosuka 14 74
4. Solok Selatan 334.620 Padang Aro 7 39
5. Sijunjung 313.080 Muaro Sijunjung 8 54
6. Dharmasraya 296.113 Sungai Dareh 11 52
7. Tanah Datar 133.600 Batusangkar 14 75
8. Padang Pariaman 132.879 Pariaman 17 46
9. Agam 223.230 Lubuk Basung 16 82
10. 50 Kota 335.430 Sari Lamak 13 79
11. Pasaman 444.763 Lubuk Sikaping 12 31
12. Pasaman Barat 338.777 Simpang Empat 11 19
13. Padang 69.496 Padang 11 104
14. Solok 5.764 Solok 2 13
15. Sawahlunto 27.345 Sawahlunto 4 10
16. Padang Panjang 2.300 Padang Panjang 2 16
17. Bukittinggi 2.524 Bukittinggi 3 24
18. Payakumbuh 8.034 Payakumbuh 5 76
19. Pariaman 7.336 Pariaman 4 17
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (2010)
kota dan lima kabupaten yang memiliki wilayah pesisir dan laut. Yaitu Kota
Mentawai. Sumatera Barat memiliki kawasan laut dengan Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) seluas 186.580 km2 dengan garis pantai sepanjang 375 km mulai dari
11
2.2.1 Iklim Sumatera Barat
pantai Barat berkisar antara 21°C – 38°C, pada daerah-daerah perbukitan berkisar
antara 15°C – 33°C. Sedangkan pada daerah dataran di Sebelah Timur Bukit
kemarau jatuh pada bulan April – Agustus dan musim hujan jatuh pada bulan
September – Maret namun di Pantai Barat masih sering terjadi hujan pada
Hampir setiap tahun di Wilayah Sumatera Barat terjadi 2 (dua) puncak curah
hujan maksimum yaitu pada bulan Maret dan Desember, curah hujan paling rendah
terjadi pada bulan Juni/Juli. Jumlah curah hujan rata-rata maksimum mencapai
bagian Timur Sumatera Barat curah hujannya relatif kecil antara 1.500 – 3.000
12
Kondisi ini menjelaskan jika Sumatera Barat memiliki topografi umum
lereng. Kondisi topografi Sumatera Barat dapat dibagi menjadi 3 satuan ruang
1. Morfologi Dataran
2. Morfologi Bergelombang
meliputi bagian dari Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang
3. Morfologi Perbukitan
Oleh karea itu, morfologi topografi yang majemuk yang berada di daerah
Sumatera Barat akan mempengaruhi bantuk dari daerah aliran sungai (DAS).
Wilayah Sumatera Barat memiliki dataran tinggi yang berada di punggu Bukit
sungai yang mengalir ke pantai timur dan pantai barat Sumatera. Daerah hulu
13
sungai adalah awal munculnya mata air yang mengalir ke permukaan, menjadi
sungai dan beberapa sungai bertemu hingga ke muara dan pantai. Di sejumlah
memiliki ketersediaan air berlimpah. Namun pada sungai yang mengalir ke pantai
Dari 156 DAS yang berada di Sumatera Barat (DPSDA, 2015) dengan
dan provinsi. Hal ini yang disebut pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah
Sumatera Barat didominasi oleh luasan DAS yang relative kecil. Sedangkan aliran
sungai yang mengalir ke pantai timur Sumatera memiliki DAS kecil dan besar.
14
2.2.3 Pembangunan di Sumatera Barat
sebanyak 5,38 juta jiwa yang terdiri dari 2,68 juta laki – laki dan 2,70 juta
perempuan. Hal ini tentunya mengalami kenaikan dari jumlah sebelumnya, dimana
jumlah penduduk pada tahun 2017 sebanyak 5,32 juta jiwa yang terdiri dari 2,65
juta laki – laki dan 2,67 juta perempuan. Kenaikan jumlah penduduk di Sumatera
Hutan yang terdiri dari tumbuhan dan tanah hutan memiliki daya serap
tertentu terhadap air. Dalam skala kecil, hutan tidak terlalu memiliki pengaruh yang
besar terhadap pengurangan intensitas banjir, namun dalam skala besar hutan dapat
mengurangi intensitas banjir dengan daya serap terhadap air (Hamilton dan Pearce,
1987). Hal ini dikarenakan tanah hutan dan tumbuhan memiliki masa kapasitas
serap, sehingga saat tumbuhan dan tanah hutan menjadi jenuh maka air yang berasal
dari hujan akan mengalir melalui permukaan tanah menuju tempat dengan
Menurut BPBD (2011), Sumatera Barat memiliki potensi banjir yang tinggi
menunjukkan jika hanya ada 4 Kabupaten/Kota yang tidak memiliki potensi banjir.
15
Penyebaran potensi banjir yang ada di Sumatera Barat dapat dikihat pada tabel 2.2
berikut:
Tabel 2.2 Potensi bencana banjir untuk Kabupaten/Kota di wilayah Sumatera Barat
No Nama Kabupaten
Bencana banjir
/Kota
b. Intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan volume air yang
16
c. Pembangunan yang semakin pesat sehingga mengurangi populasi hutan
sebagai daerah serapan air dan mengurangi volume DAS yang ada.
Menurut data BNPB (2019), pada kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2010 -
2014 telah terjadi 125 banjir di Sumatera Barat, yang terdiri dari 56 kejadian tahun
2010, 15 kejadian tahun 2011, 38 kejadian tahun 2012, 22 kejadian tahun 2013 dan
14 kejadian tahun 2014. Beberapa kejadian banjir yang terjadi di Sumatera Barat
Kecamatan Lareh Sago Halaban (Nagari Batu Payung) dan Kecamatan Luhak
(Nagari Labuah Gunung) dan di Kota Padang yaitu di Kecamatan Lubuk Kilangan
(Kelurahan Sako, Batu Gadang) dan Kecamatan Pauh (Kelurahan Limauh Manis,
Batu Busuk).
Bencana banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota terjadi
pada bulan Maret, 2010 dan di Kota Padang terjadi pada bulan Juli, 2012. Proses
tabel berikut.
Tabel 2.3 Mitigasi bencana banjir bandang di Kabupaten Lima Puluh Kota dan
Kota Padang
No Aspek Kabupaten Lima Puluh Kota Padang
Kota
1 Lokasi Kejadian Nagari Batupayun Kecamatan Lubuk
(Kecamatan Lareh Sago Kilangan (Batang Sako,
Halaban) dan Nagari Batu Gadang) dan
Labuah Gunung Kecamatan Pauh (Limau
(Kecamatan Luhak). Manis, Batu Busuak.
2 Waktu Maret, 2010 Juli, 2012
17
3 Proses Terjadinya Terdapat telaga kecil Tanah retak di hulu
(kering di musim (Hutan Lindung Bukit
kemarau) di lereng Barisan).
Gunung Sago yang Longsor yang
menjadi sumber aliran membendung aliran
sungai-sungai kecil sungai hujan lebat di
yang membentuk hulu.
Batang Lakin. Jebolnya bendung akibat
Terjadi longsor yang hujan lebat di hulu (Kab.
membendung aliran Solok).
sungai kecil tersebut, Terjadi banjir bandang
ditambah batang kayu
yang menyumbat
aliran.
Hujan lebat di hulu
menyebabkan bendung
jebol.
Terjadi banjir bandang
4 Kerugian Korban material, yaitu kerusakan > 10 rumah (Kota
Padang) dan < 10 rumah (Kabupaten Lima Puluh Kota),
sawah dan ladang sepanjang aliran sungai hanyut, serta
korban ternak. Tidak ada korban jiwa
5 Pra-bencana Pemasangan rambu Monitoring aliran sungai
banjir bandang oleh petugas teknis PU
(BPBD) yang bertugas di tiap
Pembentukan kecamatan
kelompok sadar Pembuatan papan
bencana (BPBD) peringatan kejadian
Pemasangan banjir bandang pada
ramburambu di Hutan titik-titik rawan kejadian
Lindung (DisHut) banjir bandang (BPBD
Patroli pengamanan Kota Padang)
hutan dan Pembuatan peta rawan
penangkapan rencana banjir bandang
pembalak liar (DisHut) Pembuatan rencana
Pengayaan dan kontingensi mitigasi
rehabilitasi HL banjir bandang di
(Dishut) beberapa DAS (BPBD
Propinsi Sumatera Barat)
18
Penyuluhan konservasi Pembentukan, pelatihan,
hutan di kawasan hulu dan simulasi Kelompok
(DisHut) Sadar Bencana (KSB) di
Pencegahan bencana kelurahan rawan bencana
(monitoring kondisi Rehabilitasi hutan dan
sungai oleh petugas penerapan teknik
teknis dari Dinas PU konservasi tanah pada
yang ditempatkan di daerah hulu,dan daerah
setiap kecamatan, terdampak banjir
pembuatan waduk) bandang (Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Kota Padang)
6 Tanggap darurat Evakuasi korban dan penanganan di lokasi pengungsian
saat bencana (BPBD, Basarnas, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, PMI,
TNI, Polri, serta aparat kelurahan, dan kecamatan
7 Pasca-bencana Rekonstruksi rumah Pembersihan aliran
korban (BPBD) sungai dari timbunan
Normalisasi aliran kayu (BPBD dan PU).
sungai. Normalisasi aliran
Pembuatan dua sabo di sungai (Dinas PU Kota
Kec. Luhak. Padang).
Pembuatan bronjong Pembuatan bronjong
kawat sepanjang aliran kawat di sepanjang aliran
sungai (BPBD). sungai (BPBD).
Pembuatan check dam
(PSDA).
Sumber: BPBD Kota Padang (2016), BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota (2016), Falah dan Savitri
(2016)
Sejak 2009 di Kota Padang hanya terjadi 1 kali banjir bandang yang
menyebabkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar yaitu banjir bandang bulan
Juli, 2012 yaitu di Kecamatan Lubuk Kilangan (Batang Sako, Batu Gadang) dan
Kecamatan Pauh (Limau Manis, Batu Busuak), sedangkan kecamatan lainnya yang
terdampak banjir dalam skala kecil adalah Kuranji, Lubuk Begalung, Nanggao, dan
Bungus Teluk Kabung (Falah dan Savitri, 2016). Sedangkan di Kabupaten Lima
Puluh Kota terdapat enak kecamatan yang berkali – kali mengtalami pristiwa banjir
19
bandang, yaitu di Kecamatan Harau, Luak, Lareh Sago Halaban, Suliki, Pangkalan,
Dari Tabel di atas dapa dilihat jika bencana banjir bandang yang terjadi
pertanian dan mata pencarian lainnya. Kerugian ini dapat diminimalisir dengan
Mitigasi bencana ini dilakukan baik itu sebelum bencana (pra – bencana), saat
bencana, dan setelah bencana (pasca – bencana). Mitigasi pra – bencana dilakukan
dilakukan seperti pemasangan petunjuk jalur evakuasi oleh BPBD di Kota Padang
dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Mitigasi saat bencana dilakukan oleh pemertinath
respon darurat bencana banjir bandang. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan
evakuasi korban yang terdampak banjir bandang ke zona yang lebih aman. Mitigasi
stakeholder terlibat. Kegiatan ini diantarnya adalah rekonstruksi rumah rusak akibat
banjir dan pembuatan bronjong kawat sepanjang DAS terdampak banjir oleh BPBD
di Kabupaten Lima Puluh Kota dan pembersihan aliran sungai dari timbunan
20
material oleh BPBD bersama masyarakat di Kota Padang, serta Normalisasi aliran
terdampak bencana banjir bandang di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota
Padang tidak lepas dari kerjasama antara Pemerintah Daerah, Masyarakat dan
yang ikut serta dalam mitigasi bencana bajir di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
Tabel 2.4 Stakteholder yang terlibat dalam mitigasi bencana banjir bandang di
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Padang
Kabupaten Lima Puluh
No Stakeholder Kota Padang
Kota
1 Innstansi Pembangunan sara dan Pembangunan sara dan
pemerintah prasarana prasarana
(BPBD, DisHut, penanggunlangan penanggunlangan
dll) bancana (pra – bancana (pra – bencana).
bencana). Sosialisasi/penyuluhan
Sosialisasi/penyuluhan bencana, dan
bencana (pra – pembentukan Kelompok
bencana). Siaga Bencana (pra –
Respon tanggap korban bencana).
bencana (saat Respon tanggap korban
bencana). bencana (saat bencana)
Rehabilitasi dan Rehabilitasi dan
rekonstruksi (pasca – rekonstruksi (psca –
bencana). bencana).
2 Instansi Non – Respon tanggap Respon tanggap korban
Pemerintah (PMI, korban bencana (saat bencana (saat bencana).
LSM, dll) bencana). Rehabilitasi dan
Rehabilitasi dan rekonstruksi (psca –
rekonstruksi (psca – bencana).
bencana).
21
Pada tabel diatas dapat dilihat jika terdapat 2 stakeholder yang berperan
dalam mitigasi bencana banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota
dan Kota Padang, yaitu Instansi Pemerintah dan Instansi Non – Pemerintah. Intansi
Lima Puluh Kota dan Kota Padang adalah BPBD, DisHut, PU dll. Sedangkan untuk
yang ada tidak terlepas dari kerjasama dengan masyarakat yang ada di daerah
potensi bencana banjir bandang. Adapun peran masyarakat dalam mitigasi bencana
banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Padang dapat
Tabel 2.5 Peran masyarakat dalam mitigasi bencana banjir bandang di Kabupaten
Lima Puluh Kota dan Kota Padang
Tahap Kabupaten Lima Puluh
No Peran Masyarakat
Mitigasi Kota dan Kota Padang
1 Pra – bencana o Pembentukan dan BPBD
pelatihan KSB, sosialisasi Dinas Kehutanan,
presedur peringatan dini Pemerintah
dan jalur evakuasi. Nagari/Kelurahan
o Pembentukan kelompok
tani rehabilitasi hutan dan
lahan dan fasilitasinya.
o Pembentukan kelompok
pengamatan hutan
swakarsa berbasis nagari
2 Tanggap o Berkordinasi dengan BPBD
darurat instansi berwenang untuk Pemerintah
menolong korban bencana Nagari/Kelurahan
banjir bandang TNI
Dinas Kesehatan
22
Dinas PU
PMI
3 Pasca – o Perbaikan sarana BPBD
bencana transportasi/infrastruktur, Dinas PU
normalisasi sungai dan Pemerintah
pembuatan check dam Nagari/Kelurahan
Sumber: Falah dan Savitri (2016)
Pada tabel diatas dapat dilihat jika mitigasi bencana banjir bandang yang
dilakukan di daerah Kota Padang dan Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan
setempat.
23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Puluh Kota dapat dilakukan dengan mitigasi pra – bencana, tanggap darurat dan
pasca – bancana
Instansi Non – Pemerintah dan Masyarakat Kota Padang dan Kabupaten Lima
Puluh Kota
3.2 Saran
Kota Padang dan Kabupaten Lima Puluh Kota selanjutnya adalah memperbanyak
referensi dalam pembuatan makalah untuk mitigasi bencana di daerah Kota Padang
24
DAFTAR PUSTAKA
Badang Pusat Statistik. 2018, Provinsi sumatera Barat dalam Anggka 2018, BPS-
Statistic Indonesia, Jakarta, page. 66.
Bechtol V, Laurian L., 2005, Restoring Straightened Rivers for Sustainable Flood
Mitigation. Disaster Prevention and Management, Journal Nature, Vol. 14,
No. 1, page, 6 – 19.
Dinas Pemberdayaan Sumber Daya Air, 2015, Pemberdayaan Sumber Daya Air
dalam Angka 2015, PSDA Sumatera Barat, Padang.
Falah, F. dan Savitri, E., 2016, Pemberdayaan Masyarakat dalam Mitigasi Bencana
Banjir Bandang di sumatera Barat, Prosiding Seminar Naswional Geografi,
Universitas Muhamadiyah Surakarta, Jawa Tengah.
Food and Agricultural Organization, 2005, Hutan dan Banjir (Tenggelam dalam
suatu Fiksi, atau Berkembang dalam Fakta?), Indonesia Printer, Bogor.
Kodoatie, R., 2013. Rekayasa dan Banjir Kota. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
25
University of Civil Engineering from Bucharest, Vo. 75, No. 3, page. 95 –
110.
Presiden Republik Indonesia, 2007, Undang – undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Jakarta.
Umar, I. dan Dewata, I., Arahan Kebijakan Mitigasi pada Zona Rawan Banjir
Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, Jurnal Pengelolaan
Sumbar Daya Alam dan Lingkungan, Vol. 8, No. 2, page. 251 – 257.
26