Anda di halaman 1dari 96

MITIGASI

BENCANA ALAM GERAKAN TANAH / LONGSOR


OUTLINE
I. PENGERTIAN GERAKAN
TANAH/LONGSOR

II. STRATEGI MITIGASI BENCANA


GERAKAN TANAH /LONGSOR

III. MENUJU MITIGASI BERBASIS


MASYARAKAT
Beberapa pertanyaan yang harus segera dijawab
tentang aspek bahaya tanah longsor

• Apa yang dapat dipelajari?


• Tanggung jawab siapa?
• Apa yang harus dilakukan ke depan?
• Mengapa selalu terjadi bencana?
I. PENGERTIAN GERAKAN TANAH/LONGSOR

• Mitigasi : Upaya/ langkah-langkah memperkecil dampak bencana

• Bencana : Rangkaian peristiwa yang menyebabkan korban jiwa,


kerusakan/ hilangnya harta benda, merusak lingkungan, mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat

• Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
(gaya gravitasi) akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng tersebut.
TATAAN GEOLOGI
Indonesia terletak diantara 3 lempeng aktif :

• Eurasia
• Indo-Australia
• Pasifik
TATAAN GEOLOGI DI INDONESIA

PASIFIK

EURASIA

LEMPENG INDIA-AUSTRALIA
Konsekuensi dari Interaksi Lempeng
• Terbentuk zona subduksi yang dapat
menyebabkan gempabumi di dasar laut yang
berpotensi membangkitkan Tsunami
• Terbentuk 129 Gunungapi (13% dari jumlah
gunungapi di dunia)
• Lipatan, perbukitan dan patahan di
darat/busur kepulauan.
Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan
massa tanah atau batuan, ataupun pencampuran
keduanya, menuruni atau keluar lereng (gaya
gravitasi) akibat terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng tersebut.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
TERJADINYA TANAH LONGSOR

KONDISI
CURAH
HUJAN GEOLOGI

GERAKAN TANAH/TANAH
LONGSOR

MORFOLOGI KURANGNYA
VEGETASI
Terjadinya tanah longsor dapat dibedakan menjadi:

1. Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng


a. kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng)
b. kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng
c. kondisi hidrologi atau tata air pada lereng

2. Proses pemicu longsoran


a. Peningkatan kandungan air dalam lereng/ curah
hujan (merenggangkan ikatan antar butir tanah)
b. Getaran pada lereng akibat gempabumi, ledakan,
penggalian, getaran alat/ kendaraan
c. Peningkatan beban yang melampui daya dukung
tanah atau kuat geser tanah (lereng lebih curam dari
40 derajat)
d. Pemotongan kaki lereng secara sembarangan
yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya
penyangga.
Prakiraan Curah Hujan
Longsor di Bukit Tandus
Mekanisme Fisis Tanah longsor
N

W sin
f

 W cos
W

Jika W sin lebih besar dari gaya gesek statik f


maka terjadi pergerakan tanah (longsor)
Pengaruh tekanan air pori:

 = ’+ u atau
 ’ =  - u

u = tekanan air

’= stress efektif yaitu stress yang murni


terjadi dari gesekan antar butir
Persamaan Coulomb:

f = c + ’ tan
f

c
’
Wilayah-wilayah yang Rawan Akan
Tanah Longsor:

1. Pernah terjadi bencana tanah longsor


diwilayah tersebut
2. Berada pada daerah yang terjal dan
gundul
3. Merupakan daerah aliran air hujan
Penelitian dan Antisipasi

Kajian Bahaya Tanah Longsor:

1. Identifikasi morfologi dan endapan2


longsor masa lalu dengan metoda geoteknik
2. Identifikasi faktor pengontrol yang dominan
mengganggu kestabilan lereng, serta
kemungkinan faktor pemicu
3. Pemetaan topografi untuk mengetahui
tingkat kelerengan
4. Pemetaan geologi untuk mengetahui
stratigrafi lereng, jenis tanah dan batuan
penyusun lereng dan sifat ketenikannya
5. Pemetaan geohidrologi untuk
mengetahui kondisi air tanah
6. Pemetaan tingkat kerentanan gerakan
massa tanah/ longsoran
7. Identifikasi pemanfaatan lahan yang
berupa daerah tanah urugan, timbunan
sampah atau tanah
8. Antisipasi bahaya longsor susulan pada
endapan longsoran yang baru terjadi
Dua metoda utama penyelidikan tanah longsor
adalah:

1. Geoteknik untuk menyatakan derajat


kestabilan suatu lereng secara kuantitatif.
Hasil penyelidikan bersifat khusus untuk
lereng yang diselidiki saja.

2. Metode geomorfologi bertujuan memetakan


dan menduga potensi tanah longsor dan
proses-proses yang terkait secara regional.
Gejala dan Peringatan Dini
• Muncul retakan memanjang/ lengkung
pada tanah/ kontruksi bangunan
• Terjadi penggembungan pada lereng atau
tembok penahan
• Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air
pada lereng
• Pohon-pohon/ tiang-tiang miring searah
kemringan lereng
Gejala dan Peringatan Dini
• Terdengar suara gemuruh atau ledakan
dari atas lereng
• Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/
kerikil secara mendadak dari atas lereng
Komponen Yang Terancam
Tanah Longsor

• Permukiman yang dibangun pada lereng


yang terjal dan tanah yang lunak
• Permukiman yang dibangun dibawah
lereng yang terjal
• Permukiman yang dibangun di mulut
sungai yang berasal dari pegunungan
diatasnya
Komponen Yang Terancam
Tanah Longsor

• Jalan dan prasarana komunikasi yang


melintasi lembah dan perbukitan
• Bangunan dengan fondasi lemah
• Utilitas bawah tanah, pipa air, pipa gas
dan pipa kabel
Kejadian Bencana Gerakan Tanah di Indonesia
Tahun 2006

2006
PR JUMLAH
PROVINSI M L RR RH RT (Ha) JR (m) KEJADIAN
JAWA BARAT 42 9 52 3 231 64 1060 20
JAWA TENGAH 151 18 22 116 274 14
JAWA TIMUR 99 65 140 77 4
SUMATRA BARAT 1 3 20 12 175 50 1
SULAWESI UTARA 18 4 637 150 14.5 5
NTB 3 75 787 7 25 13000 3
NTT 4 8 20 1
SULAWESI
SELATAN 204 25 26 11 489 3937 25000

Total 292 117 1583 428 705 205.5 210 44

M : Korban Meninggal RT : Rumah Terancam


L : Korban Luka-luka PR : Tanah Pertanian Rusak
RR : Rumah Rusak JR : Jalan Rusak
RH : Rumah Hancur
PENAMPANG LINTASAN GEOLISTRIK
DAERAH CIPATAT
STRATEGI MITIGASI BENCANA
GERAKAN TANAH / LONGSOR
KONSEP DASAR
PENANGGULANGAN BENCANA
DALAM UPAYA MITIGASI
• Rumus alam:
Manusia akan selamat bila rumus alam diikuti, rumus Yang Maha Kuasa

• No fail, no accident
• Contoh: Manusia membangun rumah utk perlindungan dan keamanan
hidupnya.
• Seharusnya rumah tsb dibangun di tempat aman, dg konstruksi kuat.
• Tdk boleh ada kesalahan, tdk boleh ada korban (no fail, no accident).
• Tetapi kemudian terjadilah banjir dan longsor serta musibah yg
membawa korban. Mengapa? Mungkin tempatnya yg salah,
lingkungannya dirusak atau konstruksi bangunannya yg tdk kuat.

• May fail, no accident


• Secara alami, dinamika bumi menyebabkan terjadinya gempa bumi,
letusan gunung berapi, tanah longsor, badai dan lain-lainnya.
• Berdasar sejarah kejadiannya, seharusnya manusia mengetahui tempat2
yg rawan gempa bumi, rawan letusan gunung berapi, rawan badai tsb.
• Tahu lokasi mana boleh dibangun, lokasi mana tdk boleh dibangun.
• Andaikan manusia memaksa berbudidaya di lokasi yg rawan tsb, dan
suatu saat tanah longsor gempa bumi atau letusan gunung berapi
terjadi, seharusnya tidak ada yg menjadi korban (may fail, no accident).
Earthquake

Volcanic eruption
socio-
GEO-PROCESS economical HUMAN BEING

Landslides loss
Floods

GEO-HAZARD
1
DKI JAKARTA
95

JAWA BARAT

6
BANTEN

JAWA TENGAH 41

5
JAWA TIMUR

1
SUMATERA BARAT

2
SUMATERA UTARA

1
2003

SULAWESI SELATAN 1
NUSA TENGGARA
BARAT
1

PAPUA
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

JUMLAH KEJADIAN
TABEL KEJADIAN TANAH LONGSOR DI TIAP PROPINSI, TAHUN 2001 S/D
TABEL KORBAN MANUSIA AKIBAT TANAH LONGSOR, TAHUN 2001
S/D 2003
396
400

350

300

250

200

131
150

100

50
MANUSIA MENINGGAL DUNIA
0
MANUSIA LUKA-LUKA
RUMAH

1329
HANCUR

RUMAH
2550

TERANCAM

38
BANGUNAN LAIN
RUSAK

48
BANGUNAN LAIN
HANCUR

LAHAN
PERTANIAN
393 Ha
RUSAK

JALAN PUTUS
2096 M

SALURAN
300 M

IRIGASI PUTUS
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
TABEL KERUSAKAN AKIBAT TANAH LONGSOR, TAHUN 2001 S/D 2003
• STRATEGI MITIGASI BENCANA
GERAKAN TANAH

1. Sosialisasi tentang Gerakan Tanah dan


Mengantisipasi jika terjadi bencana gerakan tanah
2. Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Pemantauan Gerakan Tanah di Jalur Jalan Raya
Vital dan Strategis
3. Tanggap
ANDERSON ANDDarurat,
WOODROW jika bencana
(1989)/ tdk dapat
EKO TEGUH ditangani
PARIPURNO (2004)
oleh PEMDA, dilakukan penelitian di daerah bencana
guna memberikan rekomendasi teknis penanganan
bencana gerakan tanah
4. Tidak membangun di atas/ pada/ bawah lereng terjal
dan pada alur/ lembah sungai
5. Membangun Early Warning System Gerakan Tanah
PREVENSI PREPAREDNESS RELIEF/REHABILITASI/
REKONSTRUKSI
PROGRAM  KONDISI ALAM/PROSES SIMTOMP EVENT PASCA
GEOLOGI (Gejala Awal) BENCANA BENCANA
 AKTIVITAS MANUSIA premature gawat

PENELITIAN

PEMETAAN

PENGINTEGRASIAN
DATABASED

SOSIALISASI &
PELATIHAN

PENERAPAN
TEKNOLOGI

PENETAPAN
PERATURAN/HUKUM
  MITIGASI PREPAREDNESS RELIEF/REHABILITASI/
  REKONSTRUKSI
PELAKSANA
KONDISI ALAM/ SIMTOMP EVENT BENCANA PASCA BENCANA
PROSES GEOLOGI (Gejala Awal)
        AKTIVITAS premature gawat
MANUSIA
PVMBG – BG - DESDM       ?

BAKOSURTANAL/BMG      
?

PERGURUAN TINGGI       ?

ORGANISASI PROFESI     ?  

BPPT       ?

LAPAN ?      

BAKORNAS       ?

KIMPRASWIL       ?

PEMDA +      
MASYARAKAT ?
1. SOSIALISASI

• Sosialisasi langsung dengan masyarakat, LSM, dan


Aparat PEMDA

• Sosialisasi tidak langsung, penyebaran Leaflet dan


Booklet
SOSIALISASI

Talk Show di TV

Langsung pada masyarakat

Sosialisasi pada tokoh masyarakat


LEAFLET BENCANA ALAM TANAH LONGSOR SEBAGAI
GUIDANCE UNTUK MASYARAKAT
2. PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
DI INDONESIA
PETA SITUASI
TANAH LONGSOR GN. BAWAKARAENG
26 Maret 2004, Jam 14.30 WITA
Lokasi: Dsn Panaikang, Desa Manimbahoi
Kec. Tinggimoncong, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan
Dam Bili-Bili

G. Bawakaraeng
2883 m

Citra landsat Sulawesi Selatan th. 2000


BENCANA BANJIR BANDANG
DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR

Lokasi bencana :
Debris
• Desa Kemiri, Suci, Panti
Kec.Panti dan Kec. Rambipuji,
terjadi pada 2 Januari 2006
Kali Ketajik Kali Putih • Akibat bencana: 98 orang
meninggal dunia, 140 rumah
Lokasi 1 Lokasi 2 hancur, ratusan hektar lahan
pertanian rusak.

• Longsor terjadi pada zona


Lokasi 3 Kali Dinoyo kerentanan gerakan tanah
menengah hingga tinggi

• Longsor terjadi pada bagian atas


Lokasi 4
Gunung Argopuro, berkembang
menjadi banjir bandang di Sungai
Denoyo yang dangkal dan banyak
permukiman di sekitarnya.
Aluvial fan
Lokasi 5
5 Januari 2006

Kampung Manggis yang terlanda


Banjir Bandang

Komplek rumah
Perkebunan Jawati yang
hilang terlanda Banjir
Bandang
Material lepas di hulu Kali Putih siap menimbulkan
Banjir Bandang susulan jika curah hujan tinggi
5 Januari 2006

5 Desember 2006

Longsoran tebing sungai yang


mensuplai material Banjir Bandang
3. REKOMENDASI TEKNIS

Di Zona Kerentanan Gerakan Tanah:


– Tinggi : tidak membangun atau bangunan lainnya yang
mengundang konsentrasi banyak manusia
– Menengah : dapat membangun bangunan dengan
memperhatikan syarat teknis stabilitas lereng dan tidak
mengganggu kemiringan lereng. Senantiasa memelihara
vegetasi berakar kuat dan dalam.
– Rendah hingga sangat rendah : tidak membangun
bangunan di bantaran sungai dan lereng dengan kemiring
sedang hingga terjal.
KETERANGAN: TINGKAT KERENTANAN GERAKAN TANAH
(KGT)

• Kondisi geologi : tanah lolos air tinggi, diatas batuan kedap air
dengan kemiringan sedang hingga curam.
• KGT Tinggi (Merah) sering terjadi gerak tanah, gerakan tanah
lama dapat aktif kembali jika terjadi hujan lebat.
• KGT Menengah (Kuning) dapat terjadi gerakan tanah jika
terjadi gangguan lereng, tanah alih fungsi lahan, dan hujan
diatas normal. Gerakan tanah bisa dapat aktif kembali jika
terjadi hujan lebat.
• KGT Rendah (Hijau) dapat terjadi gerakan tanah pada
bantaran sungai jika terjadi erosi lateral.
• KGT Sangat Rendah (Biru) jarang terjadinya gerakan tanah
kecuali terjadi kerusakan lingkungan yang sangat hebat.
Contoh: REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH
(KABUPATEN BANJARNEGARA)

• 79 rumah yang terancam longsor


segera direlokasi.

• Percarian korban perlu waspada


karena curah hujan masih tinggi,juga
getaran alat berat dapat memicu
longsoran susulan.

• Segera menutup retakan tanah dan


dipadatkan, jika retakan terus
berkembang ungsikan penduduk
ketempat yang aman.

• Perlu menata pemukiman yang


terletak di Kawasan rentan
menengah-tinggi tanah longsor.
BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN
BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH

• Lokasi bencana di Dusun


Gunungraja, Ds Sijeruk, Kec.
Banjarmangu, Kab. Banjarnegara,
4 Januari 2006

• Ditemukan 31 orang meninggal,


111 orang diduga tertimbul
longsoran, 102 rumah tertimbun,
satu masjid dan satu TK tertimbun,
79 rumah terancam longsor susulan
Titik Longsor
• Korban berada pada kaki gunung
Pawinihan yang terjal masuk pada
zona kerentanan gerakan tanah
tinggi, artinya sering terjadi
longsor, longsoran lama dapat aktif
kembali jika terjadi hujan lebat.
PROSES TERJADINYA LONGSOR BANJARNEGARA

• Longsoran Pertama, sekitar pukul


01:00 WIB, pada bagian atas Gunung
Pawinihan, peringatan Kades tidak
begitu dihiraukan masyarakat
(informasi dari lapangan), karena
sering terjadi longsor, masyarakat
masuk ke rumah masing-masing.

• Material longsoran pertama


menumpuk bagian tengah gunung
Pawinihan, stabilitas lereng
terganggu, terjadi longsoran kedua
sekitar pukul 05:00 WIB.

• Material longsoran meluncur cepat


karena lereng yang curam, menimbun
lembah dan permukiman penduduk,
EARLY WARNING

• Sistem peringatan dini gerakan tanah dilakukan pada awal musim


hujan dengan mengirim surat, booklet, dan poster tentang mitigasi
bencana gerakan tanah.

• Peta perkiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah dibuat dengan


cara overlay antara peta zona kerentanan gerakan tanah dan prediksi
curah hujan bulanan. Hasilnya berupa 3 tingkatan zona potensi
gerakan tanah tinggi, sedang dan rendah yang diinformasikan
kepada Pemerintah Daerah.
FOTO: SOBIRIN/ 2005
PENGERTIAN

Manajemen : pengelolaan, pengurusan, pengaturan,


ketatalaksanaan
Bencana : kecelakaan, malapetaka, musibah, tulah
Basis : dasar, pangkalan untuk melakukan operasi
Berbasis : bersama-sama
Masyarakat : masyarakat setempat yang berpotensi
terkena bencana

Jadi pengertian bebas dari:

MANAJEMEN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT


adalah: ketatalaksanaan penanggulangan bencana bersama
masyarakat setempat yang berpotensi terkena malapetaka.

Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS Poerwadarminta, terbitan PN Balai Pustaka tahun1985/ dll
Earthquake

Volcanic eruption
socio-
GEO-PROCESS economical HUMAN BEING

Landslides loss
Floods

GEO-HAZARD
PREVENSI PREPAREDNESS RELIEF/REHABILITASI/
REKONSTRUKSI
PROGRAM  KONDISI ALAM/PROSES SIMTOMP EVENT PASCA
GEOLOGI (Gejala Awal) BENCANA BENCANA
 AKTIVITAS MANUSIA premature gawat

PENELITIAN

PEMETAAN

PENGINTEGRASIAN
DATABASED

SOSIALISASI &
PELATIHAN

PENERAPAN
TEKNOLOGI

PENETAPAN
PERATURAN/HUKUM
  MITIGASI PREPAREDNESS RELIEF/REHABILITASI/
  REKONSTRUKSI
PELAKSANA
KONDISI ALAM/ SIMTOMP EVENT BENCANA PASCA BENCANA
PROSES GEOLOGI (Gejala Awal)
        AKTIVITAS premature gawat
MANUSIA
PVMBG – BG - DESDM       ?

BAKOSURTANAL/BMG      
?

PERGURUAN TINGGI       ?

ORGANISASI PROFESI     ?  

BPPT       ?

LAPAN ?      

BAKORNAS       ?

KIMPRASWIL       ?

PEMDA +      
MASYARAKAT ?
1
DKI JAKARTA
95

JAWA BARAT

6
BANTEN

JAWA TENGAH 41

5
JAWA TIMUR

1
SUMATERA BARAT

2
SUMATERA UTARA

1
2003

SULAWESI SELATAN 1
NUSA TENGGARA
BARAT
1

PAPUA
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

JUMLAH KEJADIAN
TABEL KEJADIAN TANAH LONGSOR DI TIAP PROPINSI, TAHUN 2001 S/D
TABEL KORBAN MANUSIA AKIBAT TANAH LONGSOR, TAHUN 2001
S/D 2003
396
400

350

300

250

200

131
150

100

50
MANUSIA MENINGGAL DUNIA
0
MANUSIA LUKA-LUKA
RUMAH

1329
HANCUR

RUMAH
2550

TERANCAM

38
BANGUNAN LAIN
RUSAK

48
BANGUNAN LAIN
HANCUR

LAHAN
PERTANIAN
393 Ha
RUSAK

JALAN PUTUS
2096 M

SALURAN
300 M

IRIGASI PUTUS
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
TABEL KERUSAKAN AKIBAT TANAH LONGSOR, TAHUN 2001 S/D 2003
PERISTIWA LEUWIGAJAH: LEBIH BANYAK YG SEKEDAR MENONTON
FOTO: SOBIRIN/ 2005
PERMUKIMAN DI JAYAGIRI, LEMBANG, MENGUNDANG MAUT
FOTO: SOBIRIN/ 2005
Memperlihatkan longsoran Bahan Rombakan di Kab. Lebak, Banten. Longsor ini
mengakibatkan jalan raya terputus
Memperlihatkan morfologi daerah perbukitan di Prop. Papua. Daerah ini rawan dan
berpotensi terjadi longsor
a

Memperlihatkan Longsoran Bahan Rombakan di Gununghalu, Kab. Bandung


mengakibatkan 5 rumah rusak
PARADIGMA LAMA
DAN
PARADIGMA BARU
DALAM
PENANGGULANGAN
BENCANA GERAKAN TANAH / LONGSOR
PARADIGMA LAMA, KONVENSIONAL, MASYARAKAT KORBAN DIANGGAP OBYEK
FOTO: CS LEX/ 2002
PARADIGMA LAMA
KONVENSIONAL
• Korban:
dianggap obyek yg tdk berdaya dan membutuhkan barang
yg harus segera berikan
• Taksiran kebutuhan:
dilakukan secara tergesa-gesa tanpa perhitungan rinci
• Kecepatan dan ketepatan:
kebutuhan begitu mendesak sehingga kecepatan dan
efiensi adalah perioritas, tdk ada waktu untuk konsultasi dg
melibatkan masyarakat setempat, sasaran kebanyakan tdk
tepat
• Fokus yang dibantukan:
benda fisik dan material
• Tujuan dan target akhir:
keadaan segera kembali normal
PARADIGMA BARU, PEMBERDAYAAN, MASYARAKAT KORBAN ADALAH SUBYEK
FOTO: PEPEY/ MEULABOH ACEH/ 2005
PARADIGMA BARU
PEMBERDAYAAN
• Korban:
manusia sebagai subyek yg aktif dg berbagai kemampuan dan
kapasitas
• Taksiran kebutuhan:
dilakukan secara seksama dg memperhatikan kapasitas yg ada
• Kecepatan dan ketepatan:
tanggap darurat harus cepat, tetapi agar tepat sasaran maka sejak
awal harus mempertimbangkan dampak jangka panjang bantuan
dari luar, dan perlu menghormati gagasan dan kapasitas yg ada pd
masyarakat setempat
• Fokus yang dibantukan:
walau kita membantu benda fisik dan material yg dibutuhkan,
tetapi kita harus menyesuaikan dg kapasitas, sosial/ kelembagaan,
sikap/ motivasi, dan budaya setempat
• Tujuan dan target akhir:
menghapus atau mengurangi kerentanan/ kerawanan/ ancaman/
bahaya, dan meningkatkan kapasitas/ kemampuan masyarakat
dalam jangka panjang atau seterusnya.
MEKANISME
INTERNAL DAN EKSTERNAL
• Mekanisme internal
adalah pola penanggulangan bencana yg dilakukan oleh
unsur2 masyarakat setempat di lokasi bencana; baik
perorangan, keluarga, organisasi sosial masyarakat lokal.
Mekanisme ini dikenal sbg mekanisme penanggulangan
bencana secara alamiah
• Mekanisme eksternal
adalah penangulangan bencana di luar unsur-unsur
mekanisme internal tersebut, antara lain mengharap dan
menunggu bantuan dari luar
• Manajemen bencana di Indonesia nampaknya adalah wujud
sifat “baik hati” dan “terlalu ikut campur” alias
manajemen bencana yg dilaksanakan dg pendekatan
konvensional dan dilakukan dg mekanisme pola eksternal.
Hasilnya sdh dpt diduga, bantuan yg tdk tepat atau salah
sasaran, ancaman atau bahaya tetap besar, bencana akan
selalu berulang
MEKANISME INTERNAL: KESIAPSIAGAAN OLEH WARGA LOKAL
FOTO: SOBIRIN/ LEMBANG/ 2005
MEKANISME EKSTERNAL: KESIAPSIAGAAN DARI BANTUAN LUAR

FOTO: www.yahoo.com/ 2005


HAKEKAT PENANGGULANGAN
BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

• Manajemen dan Mitigasi bencana


merupakan bagian penting dan strategis
bagi kemanusiaan dan lingkungan hidup
• Kemampuan penanganan bencana
ditekankan pada peningkatan kemampuan
masyarakat, khususnya masyarakat pada
kawasan rawan bencana
• Agar secara dini mampu mengenali,
menghilangkan atau mengurangi
ancaman/ bahaya dan tidak timbul korban
bila terjadi bencana
LANGKAH2

• Pengenalan jenis bencana di wilayah


masing2 (bencana sosial, bencana
ekonomi, bencana lingkungan, bencana
alam)
• Memetakan daerah rawan bencana
atau survey kampung sendiri (SKS)
• Melokalisir daerah bahaya dan
prakiraan resiko bencana
• Menggali kearifan lokal dan sosial
budaya masyarakat di daerah bahaya
• Penyusunan prosedur dan tata cara
penanganan bencana
• Sosialisasi kesiagaan dan peningkatan
kemampuan
• Mitigasi fisik atau menjinakkan
ancaman/ bahaya
• Pengembangan teknologi tepat guna
penanggulangan bencana
DAERAH RAWAN BENCANA
KAB. BANDUNG

Rawan Longsor:
• Rongga
• Gununghalu
• Cililin
• Soreang
• Ciwidey
• Lembang
Rawan Banjir: • Cisarua
• Baleendah • Pangalengan
Rawan Kebakaran: • Dayeuhkolot • Pasirjambu
• Rancaekek • Bojongsoang • Batujajar
• Batujajar • Solokanjeruk • Cipeundeuy
• Baleendah • Pameungpeuk • Cipatat
• Pangalengan • Rancaekek • Arjasari
• Margahayu • Cicalengka • Cipongkor
• Ciwidey Rawan Angin Ribut: • Ciparay • Sindangkerta
• Cikalongwetan • Soreang • Katapang • Cimaung
• Solokanjeruk • Katapang • Banjaran • Kertasari
SUMBER: PIKIRAN RAKYAT/ 22 NOV 2005
TAHAPAN-TAHAPAN
1. pencegahan/ prevention
2. penjinakan/ mitigation
YG TERJADI SAAT INI
3. kesiapsiagaan/ preparedness PADA TIAP TAHAPAN:
4. peringatan dini/ early warning • memposisikan masyarakat sbg obyek
5. tanggap darurat/ emergency response
6. bantuan darurat/ relief • kurang upaya penguatan masyarakat,
7. pemulihan/ recovery tdk melibatkan masyarakat lokal, tdk
8. rehabilitasi/ rehabilitation memperhatikan potensi masyarakat
9. rekontruksi/ reconstruction “korban”
• kurang upaya mengurangi kerentanan
• perlengkapan “baku” dlm kegiatan
operasional mungkin “aneh” dan tdk
tepat bagi masyarakat setempat
• peralatan untuk antisipasi bencana yg
disiapkan dan dipasang dilapangan,
akhirnya tidak beroperasi dan mubazir

DARI PD MENYIAPKAN PERALATAN-


PERALATAN MAHAL YG BLM TENTU
BEROPERASI, LEBIH BAIK
MEMPERSIAPKAN KAPASITAS
MASYARAKAT YG TERANCAM
BAHAYA
FOTO: CS LEX/ 2002
APA TANTANGAN?
Tantangannya bgmn melakukan
sosialisasi pengalihan keterampilan
kpd masyarakat yg bersangkutan?
Kegiatan-kegiatan tersebut bukan
sekedar dilakukan oleh para ahli dan
aparat pemerintah saja, tetapi harus
dilakukan secara partisipatoris,
bersama, oleh dan utk masyarakat
yg terancam bahaya
Metoda partisipatif merupakan salah
satu pendekatan yg dapat dilakukan
utk mendukung mekanisme internal
Asas yg melandasi mekanisme ini
adalah “pemberdayaan”, yaitu
membangun kapasitas masyarakat yg
terancam bahaya
Konsepnya adalah membantu
masyarakat mampu menolong diri
sendiri
FOTO: PEPEY/ MEULABOH ACEH/ 2005
BENCANA MENGHANCURKAN
KAPASITAS MASYARAKAT

Bencana dpt mengurangi


kapasitas komunitas dalam
menguasai maupun mengakses
aset penghidupan (livelihood
assets)
Bahkan pd beberapa peristiwa
bencana, seluruh kapasitas dan
aset tersebut bisa hilang sama
sekali
Kapasitas yg menjadi hilang itu
pula yg memungkinkan bencana
cenderung akan hadir berulang
di suatu kawasan dan komunitas
ASET KAPASITAS UTK
KEHIDUPAN BERKELANJUTAN

• Aset setiap warga:


modal yg dimiliki masing2 warga
• Aset komunitas:
kekayaan sosial yg dimiliki komunitas
(termasuk kearifan budaya)
• Aset alam:
persediaan sumber daya alam
• Aset fisik:
infrastruktur dasar dan mampu
memproduksi barang-barang yg
dibutuhkan
• Aset Finansial:
sumber-sumber keuangan yg digunakan
oleh masyarakat utk mencapai tujuan
kehidupannya
Pelatihan Manajemen
1. TINJAUAN UMUM KEBENCANAAN Bencana Berbasais Masyarakat
2. ANCAMAN ATAU BAHAYA Desa: Haurkoneng
3. MITIGASI BENCANA Kec: Cidahu
Kab: Garut
4. KESIAPAN BENCANA Prop: Jawa Barat
5. TANGGAP DARURAT
6. PASCA DARURAT
7. MODUL TIAP JENIS BENCANA
8. PELATIHAN DAN GLADI

Prasyarat:
• Adanya tokoh penggerak (aktivis atau tokoh RT/ RW setempat),
• Konsep yg jelas dan obyek aktivitas yg jelas,
• Kohesivitas masyarakat setempat,
• Bahasa rakyat yg tepat berbasis kearifan budaya setempat,
• Jaringan informasi yg mudah diakses setiap saat.
TINJAUAN UMUM MANAJEMEN BENCANA/-UNDP-1992/ SOBIRIN-DPKLTS-2005/ DAN SUMBER LAIN
KESIMPULAN

• Wilayah Indonesia rawan bencana geologi khususnya tanah longsor :


1. Tatanan geologi Indonesia
2. Kondisi cuaca dan iklim Indonesia
3. Penegakan hukum yang lemah
4. Tata guna lahan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan
5. Tingkat kesadaran dan kearifan masyarakat yang rendah terhadap
lingkungan

• Masyarakat, pemerintah, lembaga pendidikan dan lembaga sosial


masyarakat mempunyai tanggung jawab yang sama dalam penanganan
pra dan pasca bencana.

• Penelitian, sosialisasi/ diseminasi informasi harus dilakukan secara


kontinu

• Belum optimalnya pengembangan wilayah yang memperhatikan aspek


kebencanaan geologi sebagai bagian perlindungan masyarakat dalam
mencapai kesejahteraan
• Solusinya ?
SOLUSI

KORBAN KERUGIAN
AKIBAT JIWA EKONOMI

MASALAH BENCANA
LONGSOR

KONDISI BERUBAHNNYA
SEBAB KESEIMBANGAN
ALAM
EKOSISTEM (VEGETASI,
GEOSTRUKTUR)

AKTIVITAS
MANUSIA

SUMBER
SEBAB/AKAR KURANG TERINTEGRASINYA KESADARAN
PERMASALAHAN INFORMASI DALAM RT/RW RENDAH

LAW
KURANG TERJANGKAUNYA
KURANG INFORMASI ENFORCEMENT
INFORMASI OLEH
LENGKAP & AKURAT LEMAH
MASYARAKAT & APARAT
DAERAH

Lengkapi informasi Peningkatan efektivitas Penetapan


(integrated database) sosialisasi hukum/peraturan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai