Anda di halaman 1dari 104

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA

GERAKAN TANAH DI DESA TERBIS KECAMATAN PANGGUL


KABUPATEN TRENGGALEK

SKRIPSI

Disusun Oleh
Ernasari (16040274070)

Dosen Pembimbing :
Dian Ayu Larasati, S.Pd, M.Sc

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Posisi geografis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-Australia yang selalu bergerak
dan saling bertumbukan. Indonesia juga merupakan zona pertemuan dua jalur gempa
sirkum pasifik dan alpide transasiatic. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian besar
pulau di Indonesia secara alamiah rawan terjadi gempa bumi dan tsunami serta
terjadi gerakan tanah. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah rawan
bencana gerakan tanah atau tanah longsor. Hal tersebut karena, posisi tektonik
wilayah Indonesia di apit oleh tiga lempeng utama dunia yang selalu bergerak aktif
dengan kecepatan 1 hingga 13 cm per tahun, Supriyono (2014).
Selain itu, karakteristik wilayah Indonesia yang terdiri atas dataran tinggi dan
rendah, curah hujan yang tinggi, dan berada pada rangkaian ring of fire memang
sangat rawan terhadap bencana gerakan tanah atau tanah longsor. Sebagian besar
wilayah Indonesia terletak pada rangkaian gunung berapi yang menyebabkan kondisi
batuan atau tanahnya menjadi sangat labil. Kondisi iklim menyebabkan proses
pelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati di wilayah Indonesia
sangat mudah terjadi. Kondisi tanah yang tebal dengan struktur yang kurang kuat,
ditambah dengan kondisi batuan yang labil dan lereng yang curam tentu sangat
rentan terhadap bencana gerakan tanah, Supriyono (2014).
Darsoatmodjo dkk (2002) menyebutkan bahwa terdapat beberapa ciri daerah
rawan akan gerakan tanah, yaitu: a) Adanya gunung api yang menghasilkan endapan
batuan volkanik yang umumnya belum padu dan dengan proses fisik dan kimiawi
maka batuan akan melapuk, berupa lempung pasiran atau pasir lempungan yang
bersifat sarang, gembur dan mudah meresapkan air. b) Adanya bidang luncur
(diskontinuitas) antara batuan dasar dengan tanah pelapukan, bidang luncuran
tersebut merupakan bidang lemah yang licin dapat berupa batuan lempung yang
kedap air atau batuan breksi yang kompak dan bidang luncuran tersebut miring
kearah lereng yang terjal. c) Pada daerah pegunungan dan perbukitan terdapat lereng
yang terjal, pada daerah jalur patahan /sesar juga dapat membuat lereng menjadi
terjal dan dengan adanya pengaruh struktur geologi dapat menimbulkan zona retakan
ehingga dapat memperlemah kekuatan batuan setempat. d) Pada daerah aliran sungai
tua yang bermeander dapat mengakibatkan lereng menjadi terjal, akibat pengikisan
air sungai ke arah lateral, bila daerah tersebut disusun oleh batuan yang kurang kuat
dan tanah pelapukan yang bersifat lembek dan tebal maka mudah untuk longsor. e)
Faktor air juga berpengaruh terhadap terjadinya tanah longsor, yaitu bila di lereng
bagian atas terdapat adanya saluran air tanpa bertembok, persawahan, kolam ikan
(genangan air), bila saluran tersebut jebol atau bila turun hujan air permukaan
tersebut meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kandungan air dalam massa
tanah akan lewat jenuh, berat massa tanah bertambah dan tahanan geser tanah
menurun serta daya ikat tanah menurun sehingga gaya pendorong pada lereng
bertambah yang dapat mengakibatkan lereng tersebut goyah dan bergerak menjadi
longsor.

Menurut data dan informasi bencana di Indonesia (DIBI-BNPB), kejadian


bencana gerakan tanah di Indonesia selama 5 tahun (2015-2019) ini mencapai 3115
peristiwa. Bencana tersebut telah menimbulkan korban jiwa, menyebabkan hancurnya
rumah dan bangunan serta rusaknya lingkungan alam dan sarana fisik. Bencana
gerakan tanah juga meninggalkan persoalan ekonomi, sosial dan psikologis yang
mendalam bagi masyarakat.

Menurut PERUM (2007) dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan kerawanan


berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas sebagai berikut:
a) Kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi
merupakan kawasan dengan potensi yang tinggi untuk mengalami
gerakan tanah dan cukup padat permukimannya, atau terdapat konstruksi
bangunan sangat mahal atau penting. Pada lokasi seperti ini sering
mengalami gerakan tanah (longsoran), terutama pada musim hujan atau
saat gempa bumi terjadi.
b) Kawasan dengan tingkat kerawanan sedang
merupakan kawasan dengan potensi yang tinggi untuk mengalami
gerakan tanah, namun tidak ada permukiman serta konstruksi bangunan
yang terancam relatif tidak mahal dan tidak penting.
c) Kawasan dengan tingkat kerawanan rendah
merupakan kawasan dengan potensi gerakan tanah yang tinggi, namun
tidak ada risiko terjadinya korban jiwa terhadap manusia dan bangunan.
Kawasan yang kurang berpotensi untuk mengalami longsoran, namun di
dalamnya terdapat permukiman atau konstruksi penting/mahal, juga
dikategorikan sebagai kawasan dengan tingkat kerawanan rendah.

Kabupaten Trenggalek merupakan kabupaten di sebelah Selatan wilayah Jawa


Timur dengan fisiografi termasuk kedalam zona Pegunungan Selatan. Secara tektonik,
wilayah ini diapit oleh dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng
Eurasia. Batas lempeng tersebut mengakibatkan sering terjadinya suatu rawan
bencana geologi termasuk bencana gerakan tanah.

Sumber : (BPBD Kabupaten Trenggalek)


Gambar 1.1
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Trenggalek
Jawa Timur (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
Kabupaten Trenggalek termasuk dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat
rendah - Tinggi. Artinya daerah yang mempunyai potensi sangat rendah - tinggi untuk
terjadi gerakan tanah. Sebagian besar wilayah kabupaten Trenggalek terletak pada
zona menengah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing
jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah
jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Kabupaten Trenggalek sering terjadi gerakan tanah di beberapa wilayahnya,
Menurut HUMAS Kabupaten Trenggalek pada tahun 2016 telah terjadi beberapa kali
gerakan tanah salah satunya di Desa Terbis yang mendapat perhatian khusus dari
pemerintah Kabupaten Trenggalek dan Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana
Tabel 1.1
Data Rekapitulasi Korban dan Kerusakan Bencana Gerakan Tanah
Tahun 2016 Kabupaten Trenggalek

PENDUDUK ( FASILITAS
NO NAMA DESA RUMAH RUSAK
JIWA) UMUM
1 2 3 4 5
1 PARAKAN 23 9 1
2 SUMBERDADI 33 10
3 DEPOK 125 40
4 MASARAN 2 2
5 PUCANGANAK 80 31
6 PRAMBON 1 1
7 SIMOMULYO 2 2
8 WONOANTI 33 17
9 MLIJON 19 6
10 TERBIS 231 61 1
11 DAWUHAN 28 3
12 KERTOSONO 21 5
JUMLAH 598 187 2
Sumber : BPBD Kabupaten Trenggalek 2016

Desa Terbis adalah salah satu desa di Kecamatan Panggul, Kabupaten


Trenggalek yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pacitan, merupakan daerah
lereng perbukitan dengan kemiringan sedikit terjal ketinggian ± 320 meter di atas
muka laut. Dari penelusuran penelitian pusat vulkanologi dan mitigasi bencana
geologi, Pada tahun 2016 telah terjadi bencana gerakan tanah berupa rayapan,
nendatan dan retakan yang terjadi pada lereng perbukitan bergelombang sedang.
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan; 1) Sifat fisik tanah
pelapukan yang tebal, bersifat gembur, sering jenuh air saat hujan turun 2) Hujan
deras yang turun dalam waktu lama, sehingga tanah selalu jenuh air 3) Kemiringan
lereng yang agak terjal - terjal 4) Diperkirakan adanya bidang lincir antara lapisan
tanah pelapukan dan batuan dasar yang kompak dan keras.
Bencana gerakan tanah yang terjadi pada tahun 2016 mengakibatkan
kerusakan pada rumah warga, lahan perkampungan, sawah, mushola, dan
insfratruktur desa. Selain itu juga menghambat kegiatan sosial ekonomi masyarakat
karena sawah dan tegalan serta beberapa insfratruktur seperti jalan dan jembatan yang
rusak. Pemerintah kabupaten Trenggalek telah berupaya melakukan relokasi dengan
membuatkan rumah untuk warga pada lokasi yang lebih aman sebab dikhawatirkan
akan terjadi gerakan tanah kembali.
Menurut Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
daerah ini masih berpotensi terjadi longsor susulan, sehingga masyarakat di sekitar
lokasi perlu waspada (terutama pada waktu hujan), Apabila hujan dan berlangsung
lama, maka masyarakat di lokasi dan sekitar lokasi bencana disarankan segera
mengungsi ke lokasi yang aman, Diperkirakan daerah ini akan selalu berpotensi
longsor pada setiap musim hujan, sehingga diperkirakan tidak layak huni.
Berdasarkan observasi di lapangan masyarakat yang terdampak bencana
gerakan tanah tersebut tetap tinggal pada lokasi bencana, mereka membuat rumah
semi permanen di samping rumahnya yang telah rusak dan ambles, sedangkan rumah
warga yang tidak rusak parah tetap di tempati. Mereka juga melakuan kegiatan seperti
biasanya dengan beradaptasi dengan lingkungan yang masih belum pulih akibat dari
bencana.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Statregi Adaptasi Masyarakat Terdampak Gerakan Tanah di Desa Terbis
Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka fokus penelitian
ini adalah untuk mengetahui kajian penyebab masyarakat tetap memilih tinggal di
wilayah terdampak bencana gerakan tanah dan kajian strategi adaptasi masyarakat
yang terdampak gerakan tanah di Desa Terbis. Oleh karena itu, peneliti akan
memaparkan dalam sub fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi adaptasi masyarakat terdampak gerakan tanah di Desa
Terbis, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek dilihat dari segi:
a. Strategi Adaptasi Fisik
b. Strategi Sosial Ekonomi
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi masyarakat tetap memilih tinggal di lokasi
terdampak gerakan tanah di Desa Terbis, Kecamatan Panggul, Kabupaten
Trenggalek?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan strategi adaptasi masyarakat terdampak gerakan
tanah di Desa Terbis, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek
2. Untuk mendeskripsikan Faktor- faktor yang mempengaruhi masyarakat
tetap memilih tinggal di lokasi terdampak gerakan tanah di Desa Terbis,
Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan bahan
pertimbangan dalam penelitian sejenis.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan pengetahuan serta
pemahaman mengenai strategi adaptasi daerah terdampak gerakan tanah.
3. Bagi Pemerintah Setempat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi
mengenai strategi adaptasi masyarakat terdampak gerakan tanah di desa
Terbis kecamatan Panggul kabupaten Trenggalek, yang dapat memberikan
gambaran tentang pola pikir masyarakat sehingga dapat melakukan
kebijakan mengenai rencana pengembangan wilayah dan migitasi pada
daerah tersebut.
E. Definisi Istilah
1. Adapatasi masyarakat
Adaptasi masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan
bagaimana wujud tindakan dan upaya yang dilakukan responden dalam
menghadapi bencana pasca terdampak gerakan tanah di Desa Terbis,
Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.
2. Strategi Adaptasi Fisik
Strategi Adaptasi Fisik yang di maksud dalam penelitian ini adalah strategi
yang di lakukan oleh masyarakat terdampak gerakan tanah di Desa Terbis,
Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek untuk mempertahankan fungsi
bangunan dan insfratruktur.
3. Strategi Adaptasi Ekonomi
Strategi adaptasi ekonomi yang di maksud dalam penelitian ini adalah
strategi yang di lakukan oleh masyarakat terdampak gerakan tanah di Desa
Terbis Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek untuk mempertahankan
perekonomian akibat dari bencana tersebut, yang meliputi pendapatan dan
jenis pekerjaan.
4. Strategi Adaptasi Sosial
Strategi adaptasi sosial yang di maksud dalam penelitian ini adalah strategi
yang di lakukan masyarakat Desa Terbis Kecamatan Panggul Kabupaten
Trenggalek untuk menyeimbangkan keadaan individu dengan lingkungan
sekitarnya, yang meliputi sikap masyarakat dan presepsi masyrakat.
F. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini di lakukan untuk menghindari kerancuan
dan melebarnya penelitian dari topik yang sedang di teliti. Adapun batasan
dalam penelitian ini yaitu mengenai strategi adaptasi fisik dan strategi adaptasi
sosial ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tetap
memilih tinggal di lokasi terdampak gerakan tanah di Desa Terbis Kecamatan
Panggul Kabupaten Trenggalek.
BAB II

KAJIAN PUSTKA

A. Bencana Alam
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana, pengertian bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana Alam yaitu
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam anatara lain berupa gempa bumi, gunung meletus, banjir,
angin topan, dan tanah longsor. Bencana Non Alam yaitu bencana yang
diakibatkann oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal moderenisasi, epidemic, dan wabah penyakit.
Bencana Sosial yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh manusia meliputi konflik sosial antar komunitas
masyarakat, dan eror.
Menurut Hermon (2015) Bencana alam merupakan bencana yang terjadi
akibat terganggunya keseimbangan komponen-komponen alam tanpa campur
tangan manusia. Bencana alam selalu menimbulkan keresahan pada masyarakat,
baik pada saat pra bencana, masa tanggap darurat bencana, maupun pada masa
pasca bencana, karena dapat mengganggu keberlanjutan kehidupan pada kawasan
tersebut. Bencana merupakan pemicu rusaknya subsistem kehidupan makhluk
hidup di muka bumi, sehingga terjadi degradasi ekosistem, perubahan pola
perekonomian, degredasi moral, perubahan struktur masyarakat, perubahan tata
pemerintahan, degredasi kualitas lingkungan, dan lain sebagainya.
Secara horizontal, bencana alam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
bencana aktual dan bencana potensial. Bencana aktual merupakan bencana yang
terjadi saat ini, bersifat secara tiba-tiba, cepat, daerahnya sempit, dan korban
jiwanya relatif sedikit kalau dibandingkan dengan bumi secara keseluruhannya.
Bencana actual ini memberikan dampak psikologis yang besar pada masyarakat
yang terdampak bencana. Bencana-bencana yang bersifat aktual dapat dibedakan
atas: bencana gempa, bencana tsunami, letusan gunung api, banjir, banjir
bandang, longsor/ gerakan tanah, kebakaran dan bencana sosial lainnya, Hermon
(2015).

Menurut Mileti et al (2001) terdapat tiga sistem utama yang mengalami


kerugian akibat tiga sistem utama yang mengalami kerugian akibat bencana yaitu
lingkungan fisik (physical environment) sistem ini berkaitan dengan proses fisik
alami bumi yang selalu berubah dinamis, seperti perubahan iklim dan proses
geologi. Kedinamisan pada sistem ini berimplikasi pada kondisi yang tidak
menentu pada suatu lingkungan hidup. Sosial kependudukan (sosio-demographic)
Sistem ini berkaitan dengan distribusi dan komposisi penduduk yang
mempengaruhi jumlah dan karakteristik penduduk yang terkena bencana dan
lingkungan terbangun (built environment) sistem ini berkaitan dengan kepadatan
bangunan dan fasilitas umum yang menentukan besarnya kerusakan yang akan
terjadi dalam peristiwa alam.

B. Gerakan Tanah
Gerakan tanah merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Gerakan
tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada keadaan ketidakseimbangan yang
menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis, mengakibatkan sebagian dari
lereng tersebut bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi
longsor lereng akan seimbang atau stabil kembali. Jadi longsor merupakan
pergerakan massa tanah atau batuan menuruni lereng mengikuti gaya gravitasi
akibat terganggunya kestabilan lereng. Apabila massa yang bergerak pada lereng
ini didominasi oleh tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik
berupa bidang miring maupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut
sebagai longsoran tanah, ESDM (2005).
Tipe-tipe Gerakan Tanah/Longsor Menurut Noor (2006), gerakan tanah
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Gerakan tanah tipe aliran lambat (slow flowage), yang terdiri dari:
a. Rayapan (creep), yaitu perpindahan material batuan dan tanah ke
arah lereng dengan pergerakan yang sangat lambat.
b. Rayapan tanah (soil creep), merupakan perpindahan material tanah
ke arah kaki lereng.
c. Rayapan talus (Talus creep), merupakan perpindahan ke arah kaki
lereng dari material talus/scree.
d. Rayapan batuan (Rock creep), merupakan perpindahan ke arah
kaki lereng dari blok-blok batuan.
e. Rayapan batuan glacier (Rock-glacier creep), merupakan
perpindahan ke arah kaki lereng dari limbah batuan.
f. Solifluction/Liquefaction, merupakan aliran yang sangat perlahan
ke arah kaki lereng dari material debris batuan yang jenuh air.

3. Gerakan tanah tipe aliran cepat (rapid flowage), terdiri dari:


a. Aliran lumpur (mudflow), merupakan perpindahan dari material
lempung dan lanau yang jenuh air pada teras yang berlereng landai.
b. Aliran tanah dan batuan (earthflow), merupakan perpindahan secara
cepat material debris batuan yang jenuh air.
c. Aliran cepat massa tanah dan batuan (Debris avalance), merupakan
suatu aliran yang meluncur dari debris batuan pada celah yang sempit
dan berlereng terjal.
3. Gerakan tanah tipe longsor (landslides), terdiri dari:
a. Nendatan (slump), merupakan longsoran ke bawah dari satu atau
beberapa bagian debris batuan, umumnya membentuk gerakan
rotasional.
b. Longsoran dari campuran massa tanah dan batuan (debris slide),
merupakan longsoran yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari
material tanah yang tidak terkonsolidasi (debris) dan hasil luncuran ini
ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian belakang bidang
luncurnya.
c. Gerakan jatuh bebas dari campuran massa tanah dan batuan (debris
fall), merupakan longsoran material debris tanah secara vertikal akibat
gravitasi. 14
d. Longsoran masa batuan (rock slide), merupakan luncuran dari massa
batuan melalui bidang perlapisan, joint (kekar), atau permukaan
patahan/sesar.
e. Gerakan jatuh bebas massa batuan (rock fall), merupakan luncuran
jatuh bebas dari blok batuan pada lereng-lereng yang terjal.
f. Amblesan (subsidence), merupakan penurunan tanah yang disebabkan
oleh pemadatan dan isostasi/gravitasi.
Menurut Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, gejala umum gerakan tanah muncul retakan yang memanjang atau
melengkung pada permukaan tanah atau pada konstruksi bangunan, terjadi
penggelembungan pada lereng atau tembok penahan, Secara tiba-tiba pintu atau
jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya perubahan permukaan pada
bangunan yang terdorong oleh masa tanah yang mulai bergerak, tiba-tiba muncul
rembesan air atau mataair pada lereng bukit, apabila sebelumnya sudah ada
rembesan air atau mataair di lereng, air tersebut berubah menjadi keruh bercampur
lumpur, pohon-pohon atau tiang pancang (listrik atau lainnya) miring searah
dengan kemiringan lereng, terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas suatu
bukit, terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/kerikil secara mendadak dari atas
bukit.

Menurut noor (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan tanah


yang bersifat pasif pada gerakan tanah adalah Litologi, yaitu material yang tidak
terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena basah akibat masuknya air
ke dalam tanah. Stratigrafi, merupakan lapisan batuan dan perselingan batuan
antara batuan lunak dan batuan keras atau perselingan antara batuan yang
permeabel dan batuan yang impermeabel. Struktur Geologi, yaitu jarak antara
rekahan/joint pada batuan patahan, zona hancuran, bidang foliasi, dan kemiringan
lapisan batu yang besar. Topografi, terjadi pada lereng yang terjal atau vertikal.
Iklim yaitu perubahan temperatur tahunan yang ekstrim dengan frekuensi hujan
yang intensif. Material organik, yaitu kondisi lebat atau jarangnya vegetasi
penutup lahan.

Faktor yang bersifat aktif pada gerakan tanah, antara lain: Gangguan yang
tejadi secara alamiah ataupun buatan. Lereng yang terjal akan semakin terjal
karena terjadinya erosi air. Proses infilitrasi air hujan yang meresap ke dalam
tanah, yang melebihi kapasitasnya sehingga tanah menjadi jenuh air. Getaran-
getaran tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau kendaraan berat.

C. Strategi Mayarakat Dalam Menghadapi Bencana Tanah Bergerak


1. Strategi Adaptasi

Istilah strategi sudah menjadi istilah yang sering digunakan oleh


masyarakat untuk menggambarkan berbagai makna seperti suatu rencana,
taktik atau cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Strategi pada hakikatnya
adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya, Effendy (2007).

Adaptasi dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh makhluk


hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup mereka. Menurut
Gerungan (2004) adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Penyesuaian diri berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
lingkungan atau bisa juga berarti mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan yang diinginkan.

Strategi adaptasi yaitu sebuah pilihan tindakan yang bersifat rasional


dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial ekonomi, serta ekologi
dimana penduduk tersebut tinggal. Pemilihan tindakan yang kontekstual
tersebut dimaksudkan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia di
lingkungan guna mengatasi tekanan-tekanan sosial ekonomi. Dengan
demikian mereka tetap dapat melangsungkan hidupnya Kusnadi (2000).
Jadi strategi adaptasi merupakan sebuah upaya atau tindakan terencana
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk dapat menanggulangi
masalah yang dihadapi dengan keadaan lingkungan fisik sekitar dengan tujuan
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Mambraku (2003) menegaskan bahwa adaptasi memiliki beberapa
pengertian, yaitu:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan
2. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan
lingkungan dan sistem
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang
berubah
4. Penyesuaian dari kelompok terhadap lingkungan
5. Penyesuaian pribadi terhadap lingkungan
6. Penyesuaian biologis atau budaya sebagai hasil seleksi alamiah
Menurut Suharto (2009) Strategi adaptasi merupakan sebuah upaya
atau tindakan terencana yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
dapat menanggulangi masalah yang dihadapi dengan keadaan lingkungan fisik
sekitar dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diharapkan.

Menurut Yulianti (2011) Adaptasi memiliki beberapa macam bentuk


yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi kultural. Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup atau alat-alat
tubuh makhluk hidup terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat tubuh suatu makhluk hidup terhadap
keadaan lingkungannya. Adaptasi ini tidak dapat dilihat langsung oleh mata.
Karena pada adaptasi fisiologi menyangkut tentang fungsi organ-organ bagian
dalam tubuh makhluk hidup dengan lingkungannya.

Adaptasi kultural atau tingkah laku adalah cara makhluk hidup


beradaptasi dengan lingkungannya dalam bentuk tingkah laku berhubungan
dengan tindakan makhluk hidup untuk beradaptasi atau melindungi diri. Pada
penelitian ini digunakan konsep dari adaptasi kultural. Adaptasi kultural yaitu
adaptasi dalam bentuk kelakuan yang dilakukan individu terkait pranata
sosial-budaya di sekitarnya.

Menurut Suharto (2009) strategi bertahan hidup dalam mengatasi


goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan strategi aktif yaitu
strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki. Strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan
keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga
(misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan
melakukan apapun demi menambah penghasilannya).
Bisa juga melakukan Strategi pasif yaitu strategi bertahan hidup yang
dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana
pendapat Suharto (2009) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi
bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya
untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya).
Dan Strategi jaringan adalah strategi yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan jaringan sosial. Strategi jaringan merupakan strategi bertahan
hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun
dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya
meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau toko,
memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank
dan sebagainya
2. Paham Geografi manusia : Determinisme dan posibilisme
a. Paham Determinisme
Pengertian dasar dari determinisme adalah seberapa jauh
manusia di pengaruhi oleh lingkungan, sehingga seluruh tindakannya
dapat disebut sebagai adaptasi. Pemikiran determinisme muncul pada
abab ke-19 dengan tokoh geografi Jerman bernama Friedrich Ratzel.
Penelitian Ratzel mengenai adapatasi manusia primitif di
latarelakangkan pendidikan ekologi yang didapatnya dengan teori
berpatokan pada Darwinisme. Kunjungan ke Benua Amerika
membuatnya tertarik pada gejala gejala sosial yang ada disana. Ratzel
berusaha memahami seberapa jauh lingkungan alam mampu
membentuk manusia dan mewarnai realitas geografis, Doldjoeni
(2014).
Menurut Supriya (2007) Paham determinisme memberikan
penjelasan bahwa manusia dan perlikunya di tentukan oleh alam,
peristiwa yang terjadi di alam termasuk jenis bencana dapat
mempengaruhi manusia. Manusia dengan kehidupannya sangat
bergantung pada alam. Perkembangan manusia sangat di tentukan oleh
kondisi alam, demikian dengan mobilitasnya yang tetap dibatasi dan
ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi. Meskipun manusia
merupakan makhluk yang dinamis, namun pola-pola pergerakan dan
mobilitasnya tetap dibatasi oleh alam. Manusia sebagai pendukung
kebudayaan memiliki kecenderungan membentuk unsur-unsurnya
sebagai respon dari apa yang telah diberikan oleh alam lingkungannya.
Sedangkan menurut Suliso (200) Paham determinisme adalah
tahapan pada hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan
bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan ‟nasib‟ manusia
dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan.
b. Paham Posibilisme
Paham posibilisme memberikan penjelasan bahwa manusia
adalah makhluk yang berakal. Dengan kemampuan akalnya manusia
mampu merespon apa yang diberikan oleh alam. Pada paham ini
disebutkan bahwa alam tidak selamanya mampu mendikte setiap
kehidupan dan aktivitas manusia, namun alam memberikan berbagai
alternatif (pilihan) dan manusia menanggapi setiap pilihan yang
diberikan oleh alam tersebut. Mempengaruhi kegiatan dan kebudayaan
manusia. Manusia tidak lagi berperan pasif atau pasarah menerima
apapun yang diberikan alam seperti paham determiniseme, tetapi aktif
dalam pemanfaatan dan pengelolaan alam, Supriya (2007).
Posibilisme berkeyakinan bahwa lingkungan memiliki sifat
yang relatif. Artinya, pada saat tertentu lingkungan berperan penting
dalam menjelaskan kecocokan dengan budaya tertentu, tetapi pada sisi
lain lingkungan tidak cocok dengan budaya tertentu tersebut. Dengan
kata lain, kondisi lingkungan yang sama tidak menjamin akan
munculnya budaya yang sama, Susilo (2008).
Menurut Doldjoeni (20014) Posibilisme merupakan lawan dari
determinisme. Perbedaan mendasar anatara posibilisme dan
determinisme adalah pada determinisme manusia lebih pasif,
sedangkan lingkungan fisik aktif. Posibilisme memandang alam
sebagai pemberi kemungkinan-kemungkinan sedang manusia aktif
menentukan pilihannya dengan kebudayaan untuk menghasilkan corak
kehidupan di muka bumi yang berbeda-beda.
D. Migitasi Bencana
Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangsi risiko
bencana, melalui pembangunan secara fisik maupun peningkatan kemampuan
masyarakat serta penyadaran dalam menghadapi ancaman bahaya (Undang-
Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana), sedangkan
menurut BNPB (2019) mitigasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi kerentanan rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Kegiatan
mitigasi juga melibatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya atau
disebut dengan mitigasi struktural partisipatif.
Menurut Noor ( 2014) Kegiatan mitigasi bertujuan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dan pengurangan risiko bencana untuk jangka waktu
yang panjang, mengurangi jumlah korban, dan diterpakan semaksimal
mungkin untuk meminimalisir dampak. Masyarakat yang berada di dalam
wilayah rawan bencana maupun di luar wilayah tersebut berperan penting
dalam pelaksanaan, kesadaran dan kecintaanya terhadap norma-norma yang
ditetapkan. Usaha-usaha yang dilakukan dalam mitigasi merupakan bagian
dari pengurangan risiko bencana. Kegiatan mitigasi tersebut bersifat struktural
maupun non-struktural. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa mitigasi bencana merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya
penyadaran seluruh masyarakat dan pemerintah terkait serta meningkatkan
kemampuan untuk menghadapi bencana dan meminimalisir dampak dari
bencana.
Klasifikasi mitigasi bencana menurut Noor (2014) Mitigasi struktural
adalah kegiatan dalam prabencana yang bertujuan untuk pembanguan secara
fisik. Implementasi yang dapat dilakukan dalam kegiatan mitigasi structural,
seperti pembuatan bangunan pemecah ombak dan tujuan dari kegiatan ini
untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam hal prasarana dalam hal
pengurangan risiko bencana. Mitigasi non struktural adalah kegiatan yang
dilakukan secara terencana dalam hal tata guna lahan yang disesuaikan dengan
keadaan wilayah dan tingkat kerentanan wilayah tersebut dan memberlakukan
peraturan pembangunan.Tujuan dari kegiatan ini untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi non-struktural dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan serta penyadaran masyarakat melalui pendidikan
dalam hal mengurangi risiko bencana
Tahap migitasi bencana gerakan tanah selama dan sesudah terjadi
bencana Menurut Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi yaitu tanggap darurat yang harus dilakukan dalam tahap tanggap
darurat adalah penyelamatan dan penrtolongan korban secepatnya supaya
korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain
: - Kondisi medan - Kondisi bencana - Peralatan - Informasi bencana,
kemudian melakukan rehabilitasi upaya pemulihan korban dan prasarananya,
meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi.

Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik


pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan
relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan serta
melakukan tahap rekonstruksi penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di
daerah rawan , longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi
kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk
bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

Ada beberapa tindakan perlidungan dan perbaikan yang bisa ditambah


untuk tempat-tempat hunian, antara lai : - Perbaikan drainase tanah
(menambah materi-materi yang bisa menyerap) - Modifikasi lereng
(pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan) - Vegetasi kembali lereng-
lereng - Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi
hunian.

E. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat


1. Kondisi Sosial Masyarakat

Kondisi sosial merupakan keadaan yang berkaitan dengan


masyrakat itu sendiri baik dalam lingkup kecil (keluarga) maupun dalam
lingkup luas. Menurut Sztompka (2008) kondisi seseorang di tentukan oleh
keadaan yang ada di dalam keluarganya dan interaksi anatara individu
tersebut dengan kebudayaan dan lingkungan sekitarnya.
Kondisi sosial masyarakat berbeda antara satu dengan lainnya, hal
ini di tentukan oleh keadaan dalam keluarga dan lingkungan sekitar
masyarakat tersebut. Dalam penelitian ini kondisi sosial masyarakat
terdampak gerakan tanah di tinjau dari berbagai segi yaitu;

a. Sikap masyarakat
Menurut Ntoadmodjo (2003) Sikap adalah reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek.
Jika sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap memiliki 3
komponen pokok, yang meliputi; kepercayaan (keyakinan), ide dan
konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosional atau elevasi
emosional terhadap suatu obyek, serta kecenderungan untuk
bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang
utuh, dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir,
keyakinan dan emosi memegang perananan penting. Seperti halnya
dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tindakan yaitu;
1. Menerima (receiving), bahwa orang (subyek) akan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)
2. Merespon (responding), pemberian jawaban atau
melakukan tindakan ketika menerima stimulus
3. Menghargai (valuing), kesediaan mengajak subyek di
sekitarnya untuk mengerjakan sesuatu atau mendiskusikan
untuk penyelesaian masalah
4. Bertanggung Jawab (respobsible), bertanggungjawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan perwujudan sikap yang paling tinggi.
b. Presepsi Masyarakat
Presepsi merupakan salah satu bentuk perilaku kognitif
yaitu sama proses mengenal lingkungan dengan menggunakan
alat indera. Proses pengamatan terjadi karena adanya
rangsangan dari lingkungan yang diterima oleh individu
melalui alat indera. Rangsangan tersebut kemudian di teruskan
ke pusat kesadaran otak untuk diberi makna atau tafsiran.
Dalam mengidentifikasi presepsi masyarakat khusunya
terhadap bencana, menurut Mesnerr dan Meyer dalam Hardoyo
(2011), mengatakan bahwa presepsi akan di pengaruhi oleh
perbedaan informasi yang dimilki tiap individu, perbedaan nilai
dalam bersikap dan kepentingan individu. Presepsi masyarakat
terhadap bencana gerakan tanah secara umum merupakan suatu
proses penerimaan informasi atau stimulus dari lingkungan
terhadap bencana gerakan tanah dan mengubahnya dalam
kedalam kesadaran psikologis, ada suatu tanggapan masyarakat
tentang kondisi suatu wilayah yang memilki kecenderungan
dan potensi terkena gerakan tanah yang tinggi meliputi
kekhawatiran mereka terhadap bahaya gerakan tanah.
2. Kondisi Ekonomi Masyarakat

Kondisi Ekonomi merupakan suatu kondisi, dimana masyarakat


mampu atau tidak dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam
upaya memenuhi kebutuhan manusia akan terlibat dengan aktivitas
ekonomi. Dapat tidaknya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
tergantung pada kondisi ekonomi yang ada di dalam keluarganya.
Indicator kondisi ekonomi dalam penelitian ini adalah:

a. Pendapatan

Menurut Reksoprayitno (2009) pendapatan adalah total


penerimaan yang di terima pada periode tertentu. Penerimaan dari
gaji atau balas jasa dari usaha yang diperoleh individu atau
kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan digunakan untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendapatan
sampingan adalah pendapatan tambahan yang merupakan
penerimaan lain dari luar aktivitas pokok. Pendapatan sampingan
yang diperoleh secara langsung dapat digunakan untuk menunjang
pendapatan pokok.

Dalam penelitian ini tingkat pendapatan bertujuan untuk


melihat kemampuan seseorang dalam mengantisipasi bencana,
dapat diketaui melalui sisi konsumsi dan pengeluaran yang di
lakukan setiap hari, sehingga untuk mengetahui berapa besarnya
pendapatan masyarakat yang bermukim di kawasan terdampak
gerakan tanah dilakukan wawancara dan menanyakan kepada
informan besaran pendapatan yang diperoleh setiap bulannya.

b. Jenis Pekerjaan

Setiap manusia memerlukan alat untuk memenuhi


kebutuhan hidupnya, dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya manusia memerlukan pekerjaan. Pekerjaan digunakan
sebagai alat atau media untuk mencukupi kebutuhan hidup seorang
individu. Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan individu
untuk memenuhi tugas-tugasnya dan mendapatkan imbalan atas
apa yang sudah dilakukan. Orientasi pekerjaan dapat diartikan
sebagai sikap, pandangan dan kecenderungan seseorang terhadap
suatu pekerjaan. Orientasi pekerjaan dipengaruhi oleh realitas
kondisi fisik dan sosial yang terjadi di lingkunganya. Kondisi ini
berupa keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki manusia, dan
kemajuan teknologi yang dimiliki penduduk pada suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu, Eriska (2014).

F. Preferensi Tempat Tinggal


Preferensi dapat diartikan sebagai pilihan atau memilih. Istilah
preferensi di ambil dari kata serapan asing “pereference” dengan arti
dasar “minat”. Minat menimbulkan daya tarik dari dalam individu
yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sinuggala
(2005) menuliskan referensi adalah keinginan atau kecenderungan
seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat yang
dipengaruhi oleh variabel-varibel.
E.Moore dalam Sinunggala (2005) menggambarkan gaya hidup
untuk tempat tinggal yang mempengaruhi preferensi tempat tinggal,
yaitu:
1. Consumtion Oriented, yaitu berhubungan dengan kenyamanan hidup
yang diinginkan. Semua masyarakat menyukai kelengkapan
fasilitas, semua fasilitas lengkap tersebut membentuk hasrat untuk
memiliki. Dan akhrinya masyarakat mengeluarkan segenap tenaga,
harta dan benda untuk mendpatkannya.
2. Sosial Prestige Oriented, yaitu berhubungan dengan kedudukan
penghuni dari strata sosial. Standar pemukiman kelas kolongmelerat
yang menjunjung gengsi akan ditunjukkan dengan segala
kemewahan dan aneka fasilitas praktis yang dianggap cerdas. Akan
menjadi bukti bahwa semakin tinggi strata sosial, maka semakin
mewah rumah
3. Family Oriented, yaitu pemukiman dari sudut pandang kekeluargaan
yang diutamakan. Silsilah keluarga dianggap penting karena
keluarga dapat dipandang sebagai penolong utama ketika terjadi
musibah atau hal mengganggu lainnya dengan segenap fungsi
keluarga lainnya. Masyarakat yang dominan family oriented dalam
bermukim indikasi utamanya adalah adanya sanak saudara
bertempat tinggal berdekataan.
4. Community Oriented, yaitu mengutamakan interaksi dengan pihak
lain yang dianggap perlu. Orientasi dapat berbentuk hubungan kerja
seperti hubungan kerja petani dengan tengkulak, pedagang dengan
grosir utama atau pasar. Hubungan tersebut terikat secara fungsional
membentuk sosial linked.
G. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

NO Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian


Penelitian
1 Ahmad Asrofi Strategi Adapatasi 1) menganalisis Kualitatif (1) strategi adaptasi secara
Masyarakat Pesisir strategi adaptasi fisik, (2) strategi adaptasi
Dalam Penanganan masyarakat Desa secara ekonomi, dan (3)
Bencana Banjir Bedono Kecamatan strategi adaptasi secara
Rob Dan Sayung sosial.
Implikasinya Kabupaten Demak (4) Bencana banjir rob
Terhadap dalam penanganan berimplikasi pada
Ketahanan Wilayah bencana banjir rob, ketahanan wilayah Desa
(Studi Di Desa 2) menganalisis Bedono. Bencana
Bendono implikasi bencana banjir rob berimplikasi
Kecamatan Sayung banjir rob terhadap pada gatra geografi,
Kabupaten Demak ketahanan wilayah demografi, sumber
Jawa Tengah) di Desa Bedono kekayaan alam, ekonomi,
Kecamatan Sayung sosial dan budaya. Gatra
Kabupaten Demak. ideologi, politik dan
keamanan tidak
terimplikasi oleh bencana
banjir rob
2 Sholawatul Pola Adaptasi 1)Mengidentifikasi survey 1) menunjukkan banjir
Maharani Penduduk Dan karakteristik rumah lapangan dan lahar hujan yang terjadi
Arahan Mitigasi tangga yang terkena wawancara merupakan kejadian
Pada Daerah Banjir dampak banjir lahar dengan banjir lahar hujan yang
Lahar Hujan hujan di bantaran teknik memiliki volume besar
Di Bantaran Sungai Sungai Code. stratified dan menimbulkan
Code 2)Mengetahui pola random kerusakan kerugian.
strategi adaptasi sampling Banjir
penduduk daerah lahar terjadi karakteritik
bencana banjir lahar rumah tangga yang
di bantaran Sungai penghasilan 500.000 –
Code, dan 1.000.000 dan
3)Mengetahui <500.000, berpendidikan
arahan SMA dan SMP, pekerjaan
mitigasi daerah pedagang.
bencana banjir lahar 2) Pola adaptasi
di bantaran Sungai dipengaruhi
Code. tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan,
dan jarak rumah. Pola
adaptasi yang dilakukan
dengan membuat karung
pasir, membuat bronjong,
memperbaiki tanggul,
meninggikan
tempat tinggal, dan
lainnya.
3) Arahan mitigasi
mengurangi risiko
bencana banjir lahar di
bantaran Sungai Code
mengikuti latihan simulasi
bencana dan mengikuti
jalur evakuasi
menuju ke tempat aman.
3 Vindi Rayinda Strategi Adaptasi 1) mengetahui Kualitatif 1) Strategi adaptasi yang
Ayudya Masyarakat Dalam strategi adaptasi digunakan masyarakat
Menghadapi masyarakat dalam Desa Sampang adalah
Bencana Tanah menghadapi tanah adaptation by withdrawal
Longsor Di Desa longsor dengan berpindah ke
Sampang 2) faktor apa sajakah tempat baru yang lebih
Kecamatan yang mempengaruhi aman. (2) Faktor-faktor
Karangkobar strategi adaptasi yang menjadi penentu
Kabupaten tersebut strategi adaptasi
Banjarnegara masyarakat adalah kondisi
lingkungan, pemahaman
masyarakat terhadap
bencana dan bantuan-
bantuan yang diberikan
dari berbagai pihak

4 Jati Iwardoyo Adaptasi Mengkaji dan Kualitatif menunjukkan peran


Masyarakat menganalisa strategi positif masyarakat
Terhadap Bencana adaptasi bencana Kemiren dalam adaptasi
Banjir Lahar (Studi banjir lahar yang bencana banjir lahar,
Kasus; Kemiren, diterapkan dengan melibatkan semua
Srumbung, potensi sumber
Magelang, Jawa daya yang ada.
Tengah) Masyarakat Kemiren telah
memahami dengan baik
resiko ancaman bencana.
Penerapan
teknologi sabo yang
diterapkan dapat berjalan
sinergis dengan kehidupan
masyarakat Desa Kemiren
H. Kerangka Berfikir

Bencana Gerakan Tanah Di Desa Terbis Kecamatan Panggul


Kabupaten Trenggalek

Dampak Bencana Gerakan Tanah Di Desa Terbis Kecamatan Panggul


Kabupaten Trenggalek

Faktor- Faktor Yang


Mempengaruhi Masyarakat
Strategi Adaptasi Masyarakat
Tetap Memilih Tinggal Di
Lokasi Terdampak Gerakan
Tanah
Strategi Adaptasi Strategi Adaptasi
Fisik Sosial Ekonomi

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT TERDAMPAK GERAKAN TANAH DESA


TERBIS KECAMATAN PANGGUL KABUPATEN TRENGGALEK

(STUDI KASUS MASYARAKAT DI DESA TERBIS)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Menurut Sugiyono (2013)
pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data di lakukan
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Studi kasus adalah satu-satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Secara
umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki
sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan di selidiki,
dan bilamana focus penelitiannya terletak pada fenomena konterporer di
dalam kehidupan nyata Robert K. Yin (2011).
B. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri Sugiyono (2013). Kehadiaran peneliti di
lokasi penelitian bertujuan untuk meningkatkan intensitas peneliti dalam
berinteraksi dengan sumber data dengan tujuan mendapatkan informasi yang
lebih valid. Peneliti harus mampu membangun hubungan yang lebih akrab
sehingga tumbuh kepercayaan bahwa hasil penelitian tidak akan digunakan
terhadap hal-hal yang menyimpang dan dapat merugikan informan dan
lembaga yang dipimpinnya.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini di Desa Terbis, Kecamatan Panggul,
Kabupaten Trenggalek dikarenakan lokasi tersebut merupakan tempat yang
terdampak bencana gerakan tanah.
D. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Terbis yang


terdampak gerakan tanah, sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah
strategi adaptasi yang di lakukan pasca terjadi bencana gerakan tanah.

E. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi
penelitian. Menurut Sugiyono (2010) data primer adalah data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam
penelitian ini berupa data hasil wawancara yang akan diperoleh dari
wawancara langsung secara mendalam kepada responden dengan
menggunakan pedoman wawancara yang di lampirkan, catatan dan
rekaman hasil wawancara ini akan menjadi data kasar yang kemudian
diolah sesuai dengan metode analisis data yang diguanakan. Adapun
indikator wawancara terhadap responden sebagai data primer meliputi
pertanyaan faktor- faktor yang mempengaruhi tetap tinggal, adaptasi fisik
yaitu cara mempertahankan fungsi bangunan, adaptasi sosial ekonomi
meliputi sikap dan presepsi, mata pencaharian dan jumlah pendapatan
responden terkait bencana gerakan tanah di tempat tinggal responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data Sugiyono (2010). Data sekunder dalam penelitian ini
yaitu:
a. Data bencana gerakan tanah daerah penelitian yang diperoleh dari
BPBD Kabupaten Trenggalek
b. Peta tingkat kerawanan longsor yang di peroleh dari Badan Geologi,
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
c. Data kondisi umum daerah penelitian, peta adminitrasi, penggunaan
lahan serta dokumentasi di daerah penelitian. Data- data tersebut
berasal dari Pemkab Trenggalek, website terkait, serta arsip lain yang
mendukung.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menunggunakan teknik snowball sampling. Menurut
Sugiono (2013) snowball sampling adalah teknik penentuan sampel mula-
mula jumlahnya kecil kemudian besar seperti bola salju yang menggelinding,
lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari sumber data yang
sedikit belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari informan
lagi yang di guanakan untuk melengkapi data hingga titik jenuh. Terdapat
berbagai cara yang digunakan dalam memperoleh data penelitian,
diantarannya yaitu:
1. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Teknik observasi
merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung di
lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi
melihat, merekam, menghitung, mengukur dan mecatat kejadian secara
sistematik terhadap peristiwa, perilaku, obyek yang dilihat dan hal lain
yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang di lakukan. Teknik
observasi yang di lakukan dalam penelitian ini di gunakan untuk
mengetahui berbagai informasi strategi adaptasi masyarakat Desa
Terbis Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek.
2. Wawancara mendalam
Teknik wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
cara bertanya secara langsung kepada responden. Dalam penelitian ini
wawancara secara mendalam di lakukan kepada responden yang
bertempaat tinggal di kawasan terdampak gerakan tanah di Desa Terbis
Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek, guna mengetahui strategi
adaptasi masyarakat.
3. Teknik dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013) dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Teknik dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data-
data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi, buku, jurnal dan
website yang mendukung.

G. Metode Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini dimulai dari pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan dan verifikasi hasil
penelitian. Menurut Sugiyono (2013) menyebutkan bahwa penelitian
kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam (trianggulasi) dan dilakukan secara
terus menerus sampai datanya jenuh. Teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah model interaktif (interactive Model of Analysis). Menurut Sugiyono
(2013) dalam model ini tiga komponen analisis :
1. Reduksi (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum , memilih hal-hal yang pokok ,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan menerima bila diperlukan. Data yang
diperoleh di tulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan
yang disusun dirangkum, di pilih hal-hal yang pokok, serta di fokuskan
pada hal-hal yang penting, Sugiyono(2013).
2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian


data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat di lakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Di dalam penelitian ini, penulis menyusun kembali data
berdasarkan klasifikasi masing-masing topic yang sama di simpan dalam
suatu tempat, masing-masing tempat diberi tanda, hal ini untuk
memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi kekeliruan.
Penyajian data di susun secara logis dan sistematis, sehingga menyajikan
permasalahan dengan fleksibel, tidak sering, dan kaya data, Sugiyono
(2013).

3. Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2013)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu onyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah di teliti menjadi jelas, dapat berupa kausal atau interaktif,
hipotesis dan teori.

H. Uji Keabsahan/Validitas Data


Validitas merupakan derajad ketetapan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dapat di laporkan oleh peneliti. Menurut
Sugiyono (2013) dalam penelitian kualitatif uji keabsahan meliputi uji,
creadibility (validitas internal), transferability (validitas ekternal),
dependability (reabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Berikut
merupakan penjelasan dari masing-masing tahapan:
1. Kreadibilitas
Kreadibilitas dalam penelitian ini hanya di lakukan beberapa
tekanan yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,
dan trianggulasi.
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan peneliti kembali ke
lapangan, dari pengamatan wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah di temui maupun yang baru. Dengan perpanjangan
pengamatan data ini juga hubungan narasumber yang akan
terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak), semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
di sembunyikan lagi.
b. Meningkatkan ketekuanan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan kesenimbungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat di rekam secara
pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan itu,
maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah
data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.
c. Trianggulasi
Trianggulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu.
2. Transferbilitas (Transferability)
Tahap selanjutnya adalah transferbilitas, menurut Sugiyono
(2013) “merupakan vadilitas eksternal menunjukkan derajad
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di
mana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu dalam penelitian,
peneliti membuat laporannya harus memberikan uraian yang jelas,
rinci, sistematis dan dapat di percaya agara pembaca laporan
penelitian mendapatkan gambaran yang sangat jelas sehingga hasil
penelitian dapat diberlakukan.
3. Depandabilitas (Depandibility)
Menurut Sugiyono (2013) “ uji depandabilitas di lakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke
lapangan , tetapi bisa memberikan data”. Dalam penelitian ini yang
melakukan audit atau pemeriksaan kualitas penelitian yakni dosen
pendamping dan dosen penguji.
4. Konfirmabilitas ( Confirmability)
Tahap terakhir dari pengujian data yaitu konfirmabilitas.
Menurut Sugiyono (2013), “pengujian konfirmabilitas dalam
penelitian kualitatif mirip dengan uji depandibilitas, sehingga
pengujinya dapat di lakukan bersamaan”. Menguji konfirmabilitas
berarti menguji hasil penelitian, dikaitikan dengan proses yang
dikaitkan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari penelitian
yang di lakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standart
konfirmabilitas.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian


1. Kondisi Geografis
a. Letak
Secara geografis letak Kabupaten Trenggalek berada diantara
koordinat 111°24 112°11’ Bujur Timur dan 7°53’-8°34’ Lintang Selatan.
Kabupaten Trenggalek merupakan kabupaten di sebelah Selatan wilayah
Jawa Timur dengan fisiografi termasuk kedalam zona Pegunungan
Selatan. Wilayah dalam penelitian ini terletak di Desa Terbis Kecamatan
Panggul. Terletak di lereng perbukitan dengan kemiringan sedikit terjal
ketinggian ± 320 meter di atas muka laut. Secara adminitratif, wilayah
Desa Terbis memiliki batas realatif sebagai berikut:

Tabel 4.1 Batas Wilayah Penelitian


Desa/ kelurahan sebelah selatan Desa Besuki
Desa/kelurahan sebelah timur Desa Karangtengah
Desa/kelurahan sebelah utara Desa Klepu
Desa/kelurahan sebelah barat Desa Gunungrejo
Kecamatan sebelah selatan Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek
Kecamatan sebelah timur Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek
Kecamatan sebelah utara Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan
Kecamatan sebelah barat Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan
Sumber: Data sekunder Potensi Desa Terbis tahun 2018

b. Luas

Luas desa Terbis adalah 578,2 Ha terdiri dari lahan sawah, lahan
kering, tanah perkebunan, tanah fasilitas umum, dan lahan hutan. Dengan
rincian luas lahan Desa Terbis sebagai berikut:
Tabel 4.2 Luas Lahan Desa Terbis

Jenis Luas (Ha)


Tanah Sawah
Sawah irigasi teknis 5
Sawah irigasi ½ teknis 21
Sawah tadah hujan 42
Tanah Kering
Tegal/Ladang 250
Pemukiman 190
Pekarangan 27
Tanah Perkebunan
Tanah perkebunan rakyat 27
Tanah Fasilitas Umum
Kas Desa (bengkok, titi sara, kebun, sawah) 3
Lapangan olahraga 0,5
Perkantoran pemerintah 1,5
Bangunan sekolah 1,2
Tanah Hutan
Hutan Lindung 10
Sumber: Data sekunder Potensi Desa Terbis tahun 2018

2. Kondisi Demografi

Penduduk merupakan objek dari pembangunan, sehingga data


kependudukan merupakan hal yang pokok guna mengetahui profil penduduk
dari suatu wilayah dengan berbagai kemungkinan masalah yang dapat
ditimbulkan. Berdasarkan data potensi desa berikut jumlah penduduk Desa
Terbis;

Tabel 4.3 Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Jumlah laki-laki 2406
Jumlah perempuan 2356
Jumlah total 4762
Jumlah kepala keluarga 1408
Sumber: Data sekunder Potensi Desa Terbis tahun 2018
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-5 152 127 279
6-10 152 135 287
11-15 126 141 267
16-20 217 173 390
21-25 185 188 373
26-30 192 180 372
31-35 211 170 381
36-40 192 158 350
41-45 164 140 304
46-50 160 173 333
51-55 132 147 279
56-60 143 163 306
61-65 106 117 223
66-70 78 92 170
71-75 63 89 152
75+ 133 163 296
Jumlah 2406 2356 4762
Sumber: Data sekunder Potensi Desa Terbis tahun 2018

Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk


paling banyak pada usia16-20 tahun dengan jumlah 390 penduduk
sedangkan jumlah terendah pada usia 71-75 tahun.

Tabel 4.5 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah


Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 97 74 171
Usia 3-6 tahun yang belum masuk 27 6 33
TK/Play Group
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 244 238 482
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah 254 308 562
sekolah
Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SD 254 404 1018
Tamat SD/Sederajat 1134 1030 2164
Tamat SMP/Sederajat 365 236 601
Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tamat SMA/Sederajat 19 56 75
Tamat D-3 Sederajat 5 3 8
Tamat S1/Sederajat 7 1 8
Jumlah Total 2406 2356 4762
Sumber: Data sekunder Potensi Desa Terbis tahun 2018

Berdasarkan dari tabel di atas angka yang tamat SD/sederajat


tinggi yaitu 2164 penduduk. Angka tidak tamat sekolah cukup tinggi
terhitung 1018 penduduk dan yang tidak pernah sekolah terhitung 562
penduduk.

3. Potensi Kebencanaan
a. Gerakan Tanah

Kabupaten Trenggalek memiliki tingkat kerawanan bencana


gerakan tanah dari menengah hingga tinggi. Data dari Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menunjukkan Kecamatan
Panggul merupakan daerah dengan kerawanan bencana gerakan tanah
tingkat menengah hingga tinggi yang terkonsentrasi di Desa Terbis.
Berikut tabel tingkat kerawanan bencana gerakan tanah di Kabupaten
Trenggalek:

Tabel 4.6 Kabupaten Trenggalek Berdasarkan Tingkat


Kerawanan Bencana Gerakan Tanah

Kecamatan Potensi Gerakan Tanah


Bendungan Menengah- Tinggi
Berpotensi Banjir Bandang
Trenggalek Menengah- Tinggi
Berpotensi Banjir Bandang
Tugu Menengah-Tinggi
Pogalan Menengah-Tinggi
Durenan Menengah-Tinggi
Karangan Menengah-Tinggi
Gandusari Menengah-Tinggi
Kecamatan Potensi Gerakan Tanah
Pule Menengah-Tinggi
Suruh Menengah-Tinggi
Panggul Menengah-Tinggi
Dongko Menengah-Tinggi
Kampak Menengah-Tinggi
Watulimo Menengah-Tinggi
Munjungan Menengah-Tinggi
Sumber : Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi 2016

b. Dampak Bencana Gerakan Tanah


Gerakan tanah pada 13 Desember 2016 menyebabkan
kerusakan pada 61 rumah warga, 48 rusak sedang dan 13 rusak berat.
Dengan jumlah korban terdampak 235 jiwa/penduduk.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Kejadian Korban dan Kerusakan Bencana


Gerakan Tanah Desa Terbis Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek
2016

Jml.Anggota
Klasifikasi Kerusakan
No Nama Korban Keluarga

Kk Jiwa R S B Jml
1 Sunarto 1 4 1
2 Roimin 1 4 1
3 Senen 1 4 1
4 Sarni 1 3 1
5 Kaderi 1 4 1
6 Tumiran 1 4 1
7 Sumiati 1 4 1
8 Sarnen 1 3 1
9 Ariyadi 1 1 1
10 Kukuh 1 2 1
11 Jemain 1 3 1
12 Sinto 1 4 1
13 Lamijan 1 5 1
14 Jaiman 1 4 1
15 Juwarno 1 3 1
Jml.Anggota
Klasifikasi Kerusakan
No Nama Korban Keluarga

Kk Jiwa R S B Jml
16 Ady Katuji 1 4 1
17 Ruslan 1 2 1
18 Kadiyem 1 3 1
19 Tariyem 1 1 1
20 Mispan 1 3 1
21 Sudarno 1 4 1
22 Juliwan 1 4 1
23 Senen 1 3 1
24 Paiyem 1 1 1
25 Sutarman 1 3 1
26 Boiran 1 4 1
27 Supriyanto 1 4 1
28 Jaeni 1 3 1
29 Soiman 1 3 1
30 Paidi 1 5 1
31 Danang 1 3 1
32 Suyitno 1 4 1
33 Jaelani 1 3 1
34 Paimin 1 5 1
35 Mursidik 1 4 1
36 Sanijo 1 2 1
37 Basir 1 5 1
38 Kurdi 1 6 1
39 Samijem 1 1 1
40 Tubilal 1 4 1
41 Paerah 1 1 1
42 Sumirah 1 5 1
43 Sanijan 2 9 1
44 Jarni 1 6 1
45 Saifudin 1 4 1
46 Boiman 1 7 1
47 Katijo 1 4 1
48 Jono 1 2 1
Jml.Anggota
Klasifikasi Kerusakan
No Nama Korban Keluarga

Kk Jiwa R S B Jml

49 Suroso 1 3 1
50 Paiman 1 5 1
51 Supriyanto 1 3 1
52 Poijan 1 2 1
53 Pardi 1 8 1
54 Tukiyo 1 5 1
55 Misdi 1 8 1
56 Miswan 1 5 1
57 Jatuk Rigeno 1 3 1
58 Miswan. W 1 3 1
59 Karmidi 1 3 1
60 Karmi 1 5 1
61 Katmi 1 4 1
62 Mushola 1
63 Lahan Perkampungan 30 Ha
64 Sawah 20 Ha
65 Jalan 720 Meter
66 Jembatan 1
Sumber : BPBD Kabupaten Trenggalek 2016

B. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengkaji strategi adaptasi


masyarakat terdampak bencana gerakan tanah dan alasan mereka tetep tinggal
pada lokasi tersebut. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan.

1. Strategi Adaptasi Masyarakat


a. Strategi Adaptasi Fisik
Berdasarkan hasil wawancara pada masyarakat yang
terdampak bencana gerakan tanah. Masyarakat memiliki
strategi adaptasi fisik berupa mempertahankan fungsi bangunan
dengan cara memanfaatkan kembali bahan bangunan yang telah
rusak akibat bencana dengan cara melakukan gotong royong.

“Radosanne niku nggeh mantun wingi


posoan di gawakne bego mbak, aku yo melu
gerakan, dijembarne, siyen nggeh ambles
benthek-benthek ngnu, nek omah iki batane
salok memet tak gawe uruk ngarep iki, kawate
yo ora kenek nek mboten digorok mbak, tembok
sing utuh kuwi yo tak jarno mbak menowo
wonten rejeki botone kenek di damel maleh”

“Jalannya itu ya baru kemarin puasa di


bawakan alat berat mbak, aku ya ikut gotong
royong, di lebarkan, dulu ya ambles retak-retak
gitu. Kalau rumah ini batanya sebagian hancur
tak buat timbun depan ini, kawatnya ya tidak
bisa kalau tidak di gorok mbak, tembok yang
masih utuh itu ya tak biarkan mbak siapa tau ada
rejeki batanya bisa dibuat lagi” (02/ W- RN /02-
12-2019)

Hal serupa juga di sampaikan informan yang bernama


Sinto dan Lamijan, warga terdampak bencana gerakan yang
rumahnya tidak sampai runtuh hanya retak-retak. Beliau
menjelaskan kalau rumahnya di robohkan dan yang masih bisa
digunakan di pakai lagi dan jalan yang rusak di perbaiki dengan
orang-orang.

“Nek griyo kulo mboten rubuh mbak,


namung retak-retak ngoten. Nggeh di brokne
mbak mantunne niku, sing kengeng yo digawe
niki mbak. Nek radosane siyen yo tak dandani
kaleh tiang-tiang sing ngjeng griyo, nek dalan
ngandap mriku nembe di jembarne dibego.

“Kalau rumah saya dulu tidak runtuh


mbak, hanya retak-retak gitu. Ya di robohkan
mbak sesudah itu, yang masih bisa dipakai di
buat ini mbak. Kalau jalannya dulu ya tak
perbaiki dengan orang-orang yang depan rumah,
kalau jalan bawah itu baru saja di lembarkan
oleh alat berat” (07/ W- SNT /04-12-2019)

“Tak brokne mbak, siyen nggeh


ngandhap niku. Gendeng-gendenge nggeh tumut
gene Sinto niko, niku batane sing tasek kengeng
di damel, nggeh niku to mbak lok-lokane sing
ngrengkuyung anakku arep gawe omah maleh,
dipondasi riyen nek mboten nela nggeh bade
damel griyo sing kukuh. Nek omah niki ngoten
namung damel iyup mbak. Nek radosane
gerakan mbak ingkang ngandap niku”

“ Saya robohkan mbak, dulu ya dibawah


itu. Atap-atapnya ya ikut rumanya Sinto itu,
kalau batanya yang masih bisa digunakan mau
dibuat anak saya buat rumah lagi, dipondasi dulu
kalau kalau tanahnya tidak retak mau membuat
rumah yang kokoh. Kalau rumah ini hanya
untuk berteduh. Kalau jalannya gotong royong
mbak di bawah itu” (08/ W- LMN /04-12-2019)

Kesamaan ungkapan memanfaatkan bahan-bahan


bangunan yang masih bisa diselamatkan dan gotong royong
juga disampaikan oleh informan bernama senin.
“Griyo kulo niku tak sambatane, kulo
dadung kaleh karolon kulo dedel, griyane telas
sedanten. Nggeh rekenan ndamel wonten mriki
niki, nggeh sing tasek kengeng kadose gentheng
sing mboten memet tak gawe teng griyo niki.
Nek radosanne nggeh suargi Pak Yono ingkang
nglantarne mbak, yo podo gerakan tiang-tiang
mriki. nokae nek sakniki nggeh duko dos pundi
tiange mpun mboten wonten, nggeh ngoten niko
nek jawah lunyu banget mbak, nek dalanne
mriki tak seleh watu ben ora jembrek kalane
udan”

“Rumah saya itu saya gotong royongkan,


saya tarik dengan karalon, rumahnya ya habis
semua. Ya maunya membuat rumah disini ini,
ya yang masih bisa seperti genteng yang tidak
hancur saya buat untuk rumah ini. Kalau
jalannya ya Alm. Pak Yono yang mengusahakan
mbak, ya orang-orang sini pada gotong royong
disini. Tapi kalau sekarang tidak tau soalnya
orangnya sudah meninggal ya, gitu itu kalau
hujan licin sekali mbak, kalau jalannya
kerumahku tak kasih batu biar tidak becek
jalannya. (03/ W-LJN/ 02-12-2019).

Sama halnya dengan yang diungkapkan bapak Sarni


salah satu warga yang menempati relokasi bencana. Beliau
menggunakan bahan bangunan dari rumahnya yang rusak untuk
memperbaiki rumah relokasi

“Tak brokne mbak, niki gendeng, bata,


payonne niku tasek tak damel mbenakne griyo
niki mbak, kulo bangunne tasik dereng dangu
nggeh tasek setahun setengah sek apik-apik
kabeh mbak. Tak sambatne mbak sing kenek, tak
usung mriki”

“Saya robohkan mbak, ini genteng, bata


dan atap itu masih saya buat memperbaiki
rumah ini mbak, saya bangunnya masih belum
lama ya masih satu tahun setengah masih bagus-
bagus semua. Saya gotong royongkan mbak,
saya angkut kesini”

b. Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat


1. Presepsi Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, masyarakat
beranggapan bahwa terjadinya bencana gerakan tanah di
sebabkan oleh kepercayaan mereka terhadap salah satu
sumber mata air yang berencana akan dijadikan bendungan
sehingga bencana gerakan tanah tersebut terjadi.
“Sak urunge niku enek dangdutan ning
Kali Sambeng, kerawuhan kapolda, bupati Emil.
sak urunge iku koyo enek wong malku dukduk
ngno ning etan kuwi mbak. Suarane bayi nangis
jatu krungu ning kupingku, suarane wedhus,
enek sing eruh nyi roro kidul barang ning cideke
telaga kono. Terus dibelehne wedhus kro pithek
cemani dipendemke ke ning kali sambeng wes
mandek suoro-suoro kuwi ora goyah neh. La yo
wong dangdutan kok ning kali, ora tau enek
rame-rame lo ning kene iki”.
“Sebelum itu ada dangdutan di Kali
Sambeng, kedatangan Kapolda, bupati Emil.
sebelum itu seperti ada suara orang jalan
duk..duk.. gitu di timur itu mbak. Suara bayi
menangis asli terdengar di telingaku, suara
kambing, ada yang lihat Nyi Roro Kidul juga di
dekatnya telaga sana. Terus di sembelihkan
kambing sama ayam cemani di kubur di Kali
Sambeng sudah berhenti suara-suara itu tidak
goyah lagi. La ya dangdutan kok di Kali, tidak
pernah ada rame-rame lo disini itu.( 06/ W- SYT
/03-12-2019)

Hal yang sama juga di sampaikan oleh bapak Kaderi,


beliau juga menjelaskan bahwa dulu waktu beliau kecil juga
pernah terjadi bencana gerakan tanah

“Niku lo mbak sumberan ageng teng


Kali Sambeng riyen bade di dadosne
bendungan, nggeh ramen-ramen wonten mriko
sak mantunne niku nggeh wonten bencana.
Siyen nggeh wonten mbak, tapi mpun dangu
kulo tasek alit. Ambles –ambles niku mben tahun
mbak ning namung nelo-nelo alit ngoten”

“itu lo mbak sumber air besar di Kali


Sambeng dulu mau di buatkan bendungan, ya
rame-rame di sana. Sesudah itu ya ada bencana.
Dulu ya ada mbak, tapi sudah lama waktu saya
masih kecil. Ambles – ambles itu setiap tahun
tapi hanya retak-retak gitu di tanah” (04/ W-
KDR /02-12-2019)

Hal senada juga di sampaikan oleh bapak Roimin yang


menpercayai terjadinya bencana gerakan tanah akibat dari
keramian di Kali Sambeng yang mau dijadikan bendungan
kemudian akibat dari bencana tersebut terdapat telaga yang
angker, beliau juga menjelaskan dulu waktu jaman PKI jug
terjadi bencana gerakan tanah waktu beliau masih anak-anak

“Riyen-riyen nggeh sampun wonten


mbak pas tahunnne PKI iku yo gede wong aku
sek bocah. Regete mben tahun mbak, ning Dayu
kene iki ora kenek gawe ramen-ramen mbak, ora
tau taune enek keramean, mbiyen kuwi ning kali
sambeng kuwi arep didadakne bendungan,
sumbere gede banget mbak jatuan. Mbiyen
dangdutan ning kali sambeng kuwi mbak,
bupatine barang yo rene sing bojone uayu kae lo
mbak. Yo menei wineh wit-witan barang. Nokae
yo bar kuwi gantangan ora suwi enek bencana.
Jatu ning kono kuwi gone wingit mbak, bencana
kuwi yo dadakne telogo lo mbak ning kulonne
kali Sambeng karo duwure omah kuwi ning sing
duwur omah wes asat. Telogo ning kulonne kali
sambeng kuwi wingit mbak mbiyen sawah rong
kedok saiki dadi telogo yo enek gateng iwak lele,
iwak layur barang to mbak, nokae ora enek sing
wani ngerah. Iwak layur ke yo gone segoro yo
ditunggu sing duwe segoro mbak. Mbiyen pas
enek bencana kuwi yo okeh sing dipripeni mbak,
bar kuwi di pendemke wedhus ireng yo mandek
mbak lemahe. Jarene wong mbiyen banyu ning
kene iki pusat sumber dadi lemahe kuwi banyu”

“Dulu-dulu ya sudah ada bencana


gerakan tanah ketika tahun PKI itu juga besar
bencananya ketika aku masih anak-anak.
Retaknya setiap tahun mbak, di Dayu ini tidak
bisa ada keramian mbak, tidak pernah ada
keramaian, dulu itu di Kali Sambeng itu mau
dijadikan bendungan, sumber airnya besar tidak
habis-habs. Dulu dangdutan di Kali Sambeng itu
mbaj, bupati jug dating. Ya di kasih bibit
tanaman, tetapi habis utu jarak tidak lama terjadi
bencana. Memang disitu itu tempatnya angker
mbak bencana itu yang membuat jadi telaga lo
mbak di baratnya Kali Sambeng sama atasnya
rumah tetapi sudah kering yang diatas rumah.
Telaganya di baratnya Kali Sambeng itu angker
mbak dulu sawah dua terasering ya ada ikan
gating, ikan lele, ikan layur juga lo mbak tapi
tidak ada yang berani mengambil. Ikan layur kan
tempatnya di laut ya ditunggu yang punya mbak.
Dulu pas ada bencana itu banyak yang
dimimpiin mbak, setelah itu di timbunkan
kambing hitam ya berhenti mbak tanahnya.
Katanya orang dulu air di sini itu pusat sumber
air jadi tanahnya itu air” (02/ W- RN /02-12-
2019)

Hal yang berbeda di sampaikan oleh bapak Tumiran


yang memepercayai adanya bencana karena alamnya

“Halah mboh mbak, yo jarene uwong-


uwong yo ket Kali Sambeng kuwi, yo podo rame
dekmben, asline yowes alamme mbak”

“halah gak tau mbak, ya katanya orangg-


orang dari Kali Sambeng itu, ya kemarin rame,
aslinya ya alamnya mbak” (09/ W- TMN/05-12-
2019)
Presepsi dari masyarakat yang mempercayai bencana
gerakan tanah terjadi akibat dari keramain yang terjadi di Kali
sambeng diperkuat oleh ungkapan bapak Nur Hadi selaku
Penanggungjawab Desa Terbis

“Jadi disini itu masih kental seperti itu.


Rencananya dulu pak Kapolda berencana mau
menaikan sumber air di Sambeng itu dibawa ke
atas pakai alat. Ada acara disitu termasuk
penananamn tananaman sumber, tanaman
produktif, akhirnya tidak lama terjadi bencana
itu dan tidak jadi dibangun. Habis itu ya banyak
isu-isu mbak, setelah ada ritual kalau orang sini
percaya mendem kambing hitam di Sambeng
itu, jadi masih kental akan hal-hal seperti itu,
banyak mbak isu-isunya dulu” (01/ PJ- NH/02-
12-2019)

2. Sikap Mayarakat
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan,
masyarakat terdampak gerakan tanah di Desa Terbis.
Masyarakat memiliki pandangannya masing-masing dalam
menyikapi rasa trauma yang pada intinya mereka hanya
pasrah jika terjadi bencana gerakan tanah kembali mereka
akan pindah, salah satunya seperti yang di sampaikan oleh
bapak Sinto dan Suyitno
“Nggeh pasrah lo mbak, nek umpami
wonten napa-napa nggeh pindah teng mriko
mbak, namung pasrah niku mbak. Nek wonten
bencana malih nggeh pindah lo mbak. Sak niki
gek padhos nedine wonten mriki pripun maleh”
“ya pasrah lo mbak, kalau seandainya
ada apa-apa ya pindah ke sana mbak, hanya
pasrah itu mbak. Kalau ada bencana lagi ya
pindah lo mbak, sekarang kerjanya kan disini
mau gimana lagi” (07/ W- SNT /04-12-2019)
“Yo wedi ora piye mbak, eneke ning kene
iki. Yo muga-muga mboten goyah maneh. Yo nek
dohblaene enek goyah bumine yo pindah mbak”
“Ya takut tidak gimana mbak adanya
disini ini, ya semoga tidak goyah lagi, ya kalau
seandainya goyah lagi buminya ya pindah
mbak”( 06/ W- SYT /03-12-2019)

Selain pasrah masyrakat juga ada yang percaya


bahwa tidak akan terjadi bencana gerakan tanah kembali
jika di Kali Sambeng tidak di apa-apakan. Seperti yang
diungkapkan bapak Lamijan yang sudah berumur 73 tahun.

“Nek usum rendheng mbak sok ora


jenjeng,ning mpun aman kok mbak. Nggeh nek
bade pindah ngrekaos mbak ekonomine, dadose
sami pasrah. Wontenno gerak tanah nggeh
mboten kadose wingi niku mbak, pokok ngandap
niku mboten di uweh-uweh mpun aman”
“Kalau musim hujan ya kadang khawatir,
tapi sudah aman kok mbak, ya kalau mau pindah
susah ekonominya, jadinya semua pasrah.
Kalaupun ada gerak tanah ya tidak seperti
kemarin itu mbak, pokok yang dibawah itu (Kali
Sambeng) tidak diapa-apakan akan baik- baik
saja” (08/ W- LMN /04-12-2019)

Pernyataan tersebut dikuatkan oleh informan


bapak Senin, salah seorang warga yang sudah lama
tinggal di daerah tersebut, beliau menyampaikan
“Yo ning kali sambeng kuwi to mbak
wingit gone, mboten kengeng di jarak. Sakniki
nggeh dados telogo kilenne. Nek sing wonten
ninggil mriku pun sat. sing ngandhap sak niki
malah metu ulame kathah”

“Ya di Kali Sambeng itu mbak yang


angker tempatnya, tidak bisa digoda. Sekarang
ya dadi telaga baratnya. Kalau di atas itu sudah
kering, yang bawah itu keluar ikannya banyak”
(03/ W- SN /02-12-2019)

Hal berbeda di sampaikan oleh bapak Tumiran


yang mempercayai bahwa kejadian tersebut sudah
bawaan dari alam

“Lah bencana kuwi kegowo alame mbak,


arep piye maneh jal. Sing penting saiki nyambut
gawe wes penak neh”

“Lah bencana itu sudah dari alamnya


mbak, mau gimana lagi coba. Yang penting
sekarang bekerja sudah nyaman lagi” (09/ W-
TMN/05-12-2019)

3. Pendapatan Masyarakat

Temuan penelitian di lapangan masyarakat Desa


Terbis mengalami kemerosotan pendapatan akibat dari
bencana gerakan tanah karena rusaknya lahan pertanian
seperti yang di ungkapkan informan kunci yaitu bapak
Nurhadi

“Kalau sawah yang ambles sudah bisa


digunakan sekarang. Ada memang yang punya
tanah sekian, tanah saya juga. Nah pada waktu
bencana itu ada yang hilang, ada yang tinggal
separo. Income nya otomatis mestine digawe
setahun dapat panen bisa 2 sampai 3. Ada yang
tanahnya menjadi lahan kering, ada yang jadi
danau”

“Kalau sawah yang ambles sudah bisa


digunakan sekarang. Ada memang yang punya
tanah sekian, tanah saya juga. Nah pada waktu
bencana itu ada yang hilang ada yang tinggal
separo. Income nya otomatis seharusnya di buat
setahun dapat panen bisa 2 sampai 3. Ada yang
tanahnya menjadi lahan kering, ada yang jadi
telaga”

Setelah bencana gerakan tanah masyarakat tidak ada


yang bekerja dan mencukupi kebutuhannya dengan hasil
sumbangan. Selain tanahnya yang ambles dan hilang
masyarakat juga rugi akibat dari tanamnnya yang mati. Seperti
yang di sampaikan oleh bapak Lamijan

“Nek mantunne bencana niku wontenne


namung tiang gerakan lo mbak mboten wonten
sing nyambut damel nggeh sami ngurusi
bencana. Nggeh kathah sumbangan-sumbangan,
mben dinten niko ewuan uwong mbak ningali
bencana niku, pinten-pinten sasi. Sak mantunne
niku nggeh sami teng wono, nek pendapatene
napa mbak, sami pejah gek riyen lok-loane kulo
gadhah cengkeh kaleh luang mawon nggeh
tumut ambruk, yo biasae kenek diarep-arep
mbak nek panen, sak niku ngoten ditanemi telo
nggeh polowijo karo anakku mbak, yo nek tiang
tani niku panenne telung wulan pisan mbak nek
koyo nanem-namem jahe, tapi yo rung isi, sing
apik yo pendak tigo”

“Sesudah bencana itu adanya hanya


orang gotong royong mbak tidak ada yang
bekerja semuanya hanya mengurus bencana. Ya
banyak sumbangan-sumbangan setiap hari itu
ribuan orang melihat bencana itu. Beberapa
bulan. Sesudah itu ya ke kebun kalau
pendapatannya apa mbak, banyak yang mati,
kalau dulu masih ada cengkeh dua pohon ikut
ambruk, ya biasanya bisa di harapkan mbak
panennya, kalau sekarang di tanamani singkong
ya polowijo sama anakku mbak, ya kalau orang
tani itu panennya tiga bulan sekali mbak kalau
seperti menanam jahe, tapi ya belum isi, yang
bagus dua kemarau lagi” (08/ W- LMN /04-12-
2019)

Hal yang sama di sampaikan oleh bapak sinto yang


pendapatannya berbeda dari dulu sebelum terjadi bencana, beliau juga
menjelaskan bahwa tanamanya banyak yang hampir tumbang dan mati
kemudian sekarang hanya ditanami singkong, berikut penjelasannya

“Nggeh mantune bencana niku mboten


wonten tiang nyambut damel mbak selama tiga
bulan, mek ngurusi bencana, gek damelne griyo-
griyo ranggon alit-alit sing penting kengeng
damel ngiyup. Nedine nggeh saking sumbangan-
sumbangan niko mbak, disukani pangan. Sakniki
namung ditanemi telo mbak wonone, wontenne
cengkeh gek badhe pejah, nggeh doyong sak
mantunne bencana niku. Pendapatanne nggeh
napa mbak, nggeh kasile benten tandurane
kaleh siyen wong bledak bledak lemahe”

“Ya sesudah bencana itu tidak ada orang


bekerja mbak selama tiga bulan hanya mengurus
bencana, membuat rumah-rumah kecil-kecil
yang penting bisa buat berteduh. Makannya ya
hasil sumbangan-sumbangan itu mbak, di kasih
pangan. Sekarang hanya ditanami singkoing
mbak kebunnya, adanya cengkeh ya mau mati,
ya mau tumbang sesudah bencana itu.
Pendapatannya ya apa mbak, ya hasilnya beda
tanamannya sama dulu karena rusak tanahnya”(
07/ W- SNT /04-12-2019)

Selain itu masyarakat juga memiliki cara untuk bekerja kembali


dengan cara mengolah atau memperbaiki lahan perkebunan atau
sawahnya yang rusak, seperti yang diungkapan oleh bapak Kaderi

“Nggeh gantangan sak wulan nganggur


mbak, kadose wisata to kuatah tiang ninggali
mriki. Nggeh mantun niku nyambut damel,
nggeh damel galengan maleh mbak, sami
mbludak sak mantunne bencana niku, uruk-uruk
sing nela-nela nek tandurane nggeh bablas
mbak. Pendapatane yo mboten panen kalane
niku mbak, nembe tandur gek lahanne ambles.
Sak niki nggeh mpun kengeng di tandur-tanduri
mbak, sabenne nggeh panen kedik-kedik”
“ya jarak satu bulan nganggur mbak,
seperti wisata banyak orang melihat kesini. Ya
habis itu bekerja, ya membuat terasering lagi
mbak, hancur semua sesudah bencana itu,
menimbun dengan tanah yang retak-retak kalau
tanamannya ya hilang mbak. Pendapatanya ya
tidak panen waktu itu mbak, baru menanam
terus lahannya ambles, sekarang ya sudah bisa di
tanam-tanami mbak, sawahnya ya sudah panen
dikit-dikit” (04/ W- KDR /02-12-2019

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh bapak Senin yang


tanahnya jada yang hilang akibat dari bencana gerakan tanah sehingga
pendapatannya sekarang berkurang dari sebelum bencana, berikut
penjelasannya

“Panggah tani mbak, sing kengeng


ditanduri, sing nelo kulo uruki. Pendapatnne
nggeh napa mbak namung tiang tani, gadah
lahan nggeh ambles mbak keuruk sing duwur
dadose sing tengah niku ambles ingkang
ngandhap minggah, nggeh ical lahanne, sing
siyen ombo maleh cekak. Kegowo bumi mbak.
Coro anune nek nandur-nandur telo nandur-
nadur dilem ora okeh koyo mbiyen”
“Tetap bertani mbak, yang bisa ya
ditanami yang retak ya di timbun.
Pendapatannya ya apa mbak, hanya orang tani.
Punya lahan ya ambles mbak tertimbun yang
diatas jadinya yang tengah itu ambles yang di
bawah ke atas, ya hilang lahannya, yang dulu
lebar jadi sempit. Terbawa bumi mbak. Jadinya
kalau nama-namam singkong nanam-namam
nilam tidak seperti dulu” (03/ W- SN /02-12-
2019)
2. Faktor yang mempengaruhi Masyarkat tetap tinggal di lokasi
bencana
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, masyarakat
tetap memilih tinggal di lokasi bencana gerakan tanah di
karenakan pekerjaan atau lahan pertanian mereka ada di lokasi
tersebut, mereka tidak mau menempati rumah relokasi yang di
sediakan pemerintah Kabupaten Trenggalek karena lokasinya
yang jauh dan rumahnya yang belum memenuhi syarat, seperti
yang diungkapkan oleh Penanggungjawab Desa Terbis bapak
Nurhadi, beliau mengatakan

“Karena disana belum maksimal, belum


di lepo itu kan swadaya, dan untuk swadayapun
kan juga ndak punya mereka. Waktu itu kan gini
jadi dana dan hasil dari relawan itu untuk beli
tanah, dari Kabupaten Trenggalek di berikan
gedung, sisanya sampai sekarang belum lengkap
belum di cukupi, karena mungkin dana
kabupaten hanya minim sekian, seharusnya jadi
yang melanjutkan yang punya. Terus posisi
sekarang ada yang pengennya tidak dibangun
disitu, dilokasi yang lain. Kendalanya disana
juga listrik belum ada, air kalau musim seperti
ini ya kekeringan, incomnya dia cari nafkah ya
di daerah Sambeng terdampak bencana itu kan
terlalu jauh, jadi mungkin kalau bapaknya gak
mau anak-anaknya. Tanah itu nanti statusnya
tetap milik desa, kan itu relokasi kalau jadi hak
milik nanti dijual, pengennya orang-orang ya di
jual di buat bangun disitu, mereka membangun
di sebelahnya bukan bangunan permanen”

Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan bapak Ruslan


yang tidak mau pindah dari lokasi bencana karena pekerjaannya
ada di lokasi tersebut, beliau juga mendapatkan tempat relokasi
petak nomer delapan, beliau tidak mau menempati tempat
relokasi karena tidak ada listrik dan tempatnya yang susah
mendapatkan air.

“Nggeh awes-awes di endangi mbak,


toyo nggeh tebih, kulo bagian ngandhape
tampungan nomer wolu, dereng wonten listrike,
enten mriko gek namung sak griyo mboten
wonten napa-napane, usahane gek teng mriki,
nggeh usaha tani lo mbak jinise, saben kaleh
wonone wonten mriki gek tebih wonten
mriko.sekeco wonten mriki”
“Ya jarang-jarang aku jenguk mbak, air
ya jauh, saya bagian bawahnya penampungan
nomer delapan, ya belum ada listriknya, di saya
ya hanya rumah tidak ada apa-apanya, usahnya
ya disini, ya hanya usaha tani lo mbak, lahan
pertaniannya disini terus jauh dari sana. Enak di
sini” (05/ W- RSN /03-12-2019)
Hal senada juga di sampaikan informan bapak Lamijan
yang hanya menjenguk rumah relokasinya, beliau juga
menyampaikan bahwa yang mengusahakan adalah bapak Yono
(kepala desa) karena beliau telah meninggal jadi tidak tau
bagaiamana kelanjutannya.
“Namung kulo dongar-dangiri ngoten,
ekonomine niku mbak, pados ekonomine nggeh
celak wonten mriki. Yogo kulo nggeh mboten
purun, tebih teng mriko. kanggone wong deso
nggeh bingung mbak pomahan sak pleke omah
ora enek kebonane, toyo susah wonten mriko,
sing merjuangne niko suargi Pak Yono mbak
tasek badhe di sukani listrik gek tiange mpun
mboten wonten duko kas-kasane pripun”
“Hanya saya bersihkan rumputnya gitu,
ekonominya itu mbak, pekerjaannya dekat
disini. Anak saya juga tidak mau, jauh disana.
Untuk orang desa seperti ini kalau rumah hanya
satu rumah saja tidak ada kebunnya ya bingung,
air ya susah disana, yang mengusahakan dulu
adalah almarhum Pak Yono mbak masih mau di
kasih listrik tetapi orangnya sudah meninggal,
tidak tau kelanjutanya seperti apa”( 08/ W-
LMN /04-12-2019)

Kesamaan ungkapan juga di sampaikan oleh bapak


Senin, beliau juga menyampaikan bahwa rumah relokasi belum
layak ditempati karena belum selesai pembangunannya

“Ingkang nglantarne pak Yono suargi,


gek Pak yono sampun mboten wonten niku tasek
mangkrak. Korine nggeh dereng wonten
cendelone yo durung wonten, emeprane nggeh
dereng wonten. Nek sien duko saestu mbotenne
ceriose perangkat desa mboten ngertos sing
ngertos nggeh pak Yono. Sareng nggeh ngoten
niku dereng memenuhi syarat nggeh bade
manggoni sungkan mbak. Niki ngoten gandeng
kulo niki sepedahan mboten saged gek tebih gek
sambutan wonten mriki niki, sandang pangan
kulo wonten mriki gek wonten mriko ajeng adus
mawon repot toyo mboten wonten, nggeh
rekenan gawe omah wonten mriki wong gadahe
namung lahan teng mriki”

“yang mengusahakan alm. Pak Yono,


terus pak Yono meninggal dunia masih
terbengkalai. Cendela dan pintunyanya ya belum
ada. Kalau dulu entah benar atau tidak katanya
peringkat desa tidak tahu yang tau ya pak Yono.
Maka dari itu belum memenuhi syarat ya mau
menempati tidak enak mbak. Karena saya tidak
bisa naik motor dan jauh terus pekerjaan ada
disini, sandnag pangan saya ada disini terus
disana mau mandi saja susah air tidak ada, ya
bermaksud membuat rumah disini, ya punyanya
cuma lahan disini” (03/ W- SN /02-12-2019).

Hal yang berbeda di sampaikan oleh bapak Tumiran


yang menempati rekolasi ketika malam hari dan siang harinya
tetap di lokasi bencana karena alasan dekat dengan
pekerjaannya

“Ning omah Ngrejo iku yo tak goni


mbak, sareng nyambut gawene ning kene yo mek
tak panggoni nek bengi tok, nek awan yo ning
ranggon iki. Ning kono kae yo tak dandani
barang lo mbak, la mbiyen yo urung enek apa-
apane, emper ae urung enek. Turu-turu nglisek
mbak lak ning kono”

“Di rumah Ngrejo iku ya saya tempati


mbak, karena pekerjaannya disini ya saya
tempati kalau malam saja. Kalau siang ya di
gubuk ini. Di sana itu ya saya perbaiki mbak, la
dulu belum ada apa-apa, teras saja belum ada.
Tidur-tidur pulas mbak kalau disana” (09/ W-
TMN/05-12-2019)

Hal yang serupa juga di sampaikan oleh bapak Kaderi


yang ketika malam hari pulang ke rumah anaknya beliau tidak
mau ke tempat relokasi karena tidak ada sertifikat rumahnya
dan karena tidak ada air dan listrik, berikut penuturannya

“Nggeh istilahe namung diongaki ngoten


namungan, petak nomer sekawan sebelah kanan
etan bagianne. Gek wonten mriko namung tilem
ala anggur coro kasaranne, mboten gadhah
lahan napa-napa, gek sedaya coro lahan
pangangne wonten mriki. Terang rong dino ae
banyune renek mbak, listrik dereng wonten,
diulihi mbendino sertifikat dereng wonten lo
mbak, nggeh mboten ayem. Kulo nek siang
sekedap-sekedap wonten Dayu mriki mbak, nek
tilem wonten mriko gene anakku ning Ngampo”

“Ya istilahnya hanya dilihat gitu, petak


nomer empat sebelah kanan timur bagiannya.
Terus disana itu hanya nganggur, tidak ada
lahan apa-apa, terus semua lahannya ada disini.
Tidak hujan dua hari saja tidak ada airnya,
listrik ya belum ada, di pulangi setiap hari
sertifikat ya belum ada lo mbak, ya tidak tenang.
Saya kalau siang sebentar-bentar di Dayu disni
mbak, kalau malem dirumah anak saya yang di
Ngampo.
Kesamaan ungkapan juga di sampaikan oleh bapak
Sarni nyang telah menetap menempati rumah relokasi, beliau
jika siang hari tetap berkegiatan di lokasi bencana.

“Nggeh susah mbak teng mriko, nek


muat malih sing susah. Kali pinten nem atus
tahun niku diperikso tiang saking Jakarta
ceriyose kali. Kadang nek musim jawah niku
pateng glodak mbak glengar glenger ngnu,
pokoke mben rending gemleger mbak. Kulo
damel griyo tasek setahun setengah mbak teng
Dayu gek nembe niku wonten bencana, la
timbang aku gawe ning kono neh gek umpami
enek bencana malih lak yo susah mbak, nggeh
kedik-kedik pilih ndandani ning kene, arep gawe
omah ning endi mbak ora duwe lemah sing
kenek digawe pomahan. nyambut gaweku yo
tetap ning kono lo mbak, nggeh tiang tani mbak
nek awan nggeh mboten nate ning ngomah”

“Ya susah mbak di sana, kalau goyah


lagi yang susah. Sungai berapa enam ratuas
tahun itu diperiksa orang Jakarta katanya sungai.
Kadang kalau musim hujan itu ada suara
gemuruh mbak. Saya membuat rumah masih
satu tahun setengah di Day uterus habis itu ada
bencana, daripada saya membuat rumah disana
kalau ada bencana lagi ya susah mbak, ya dikit-
dikit memilih memperbaiki rumah yang ada di
sini, mau buat rumah dimana lagi mbak tidak
punya lahan yang bisa dijadikan perumahan.
Pekerjaan syaa ya tetap disana mbak, ya orang
tani mbak kalau siang tidak pernah dirumah”
C. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih
mendalam tentang semua data yang diperoleh di lapangan dan dikaji dengan
menggunakan teori yang relevan mengenai strategi adaptasi dan faktor yang
mempengaruhi masyarakat tetap tinggal di daerah tersebut.
1. Strategi Adaptasi Masyarakat
Mengacu pada teori Kusnadi (2000) Strategi adaptasi
yaitu sebuah pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif
sesuai dengan konteks lingkungan sosial ekonomi, serta ekologi
dimana penduduk tersebut tinggal.
Ada berbagai cara yang di lakukan masyarakat untuk
beradaptasi setelah bencana gerakan tanah terjadi. Adaptasi ini
berkaitan dengan bagaimana wujud masyarakat dalam
mempertahankan fungsi bangunan yang rusak dan upaya yang
di lakukan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial ekonomi.
Melalui uraian hasil penelitian dapat diketahui strategi
adaptasi masyarakat dalam mempertahankan fungsi bangunan
dan tindakan yang di lakukan untuk menyesuikan diri pada
lingkungan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Strategi
adapatasi yang di lakukan masyarakat Desa Terbis di
kategorikan dalam bentuk :
a. Strategi Adaptasi Fisik
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
masyarakat terdampak bencana gerakan tanah di daerah
penelitian mampu menyesuaikan diri dalam tindakan untuk
mempertahankan fungsi bangunan yang rusak. Berbagai upaya
adapatasi secara fisik yang di lakukan oleh masyarakat desa
terbis terhadap asset rumah adalah menggunakan kembali
bahan-bahan bangunanan yang masih bisa digunakan seperti
bata, genteng dan besi, kemudian digunakan lagi untuk
membuat rumah, begitu juga rumah yang hanya retak-retak
juga dirobohkan kemudian bahan bangunannya digunakan lagi
untuk membuat rumah. Kerusakan secara fisik fasilitas warga
termasuk jalan di lakukan upaya memperbaiki jalan yang
ambles atau retak-ratak dengan cara menggunakan alat berat
dan di lakukan dengan gotong royong.
Berkaitan dengan teori membraku (2003) yaitu strategi
adaptasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas
untuk kepentingan lingkungan dan sistem proses perubahan
untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. Hal ini
selaras dengan yang di lakukan masyrakat desa Terbis
terdampak bencana gerakan tanah yang memanfaatkan fungsi
bangunan rumah dan bisa menyesuaikan dengan kondisi yang
berubah.
b. Strategi Adaptsi Sosial Ekonomi
1. Presepsi Masyarakat
Presepsi merupakan salah satu bentuk perilaku kognitif
yaitu sama proses mengenal lingkungan dengan menggunakan
alat indera. Proses pengamatan terjadi karena adanya
rangsangan dari lingkungan yang diterima oleh individu
melalui alat indera. Rangsangan tersebut kemudian di teruskan
ke pusat kesadaran otak untuk diberi makna atau tafsiran
(Mesnerr dan Meyer dalam Hardoyo (2011)
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan masyarakat
terdampak gerakan tanah di Desa Terbis menafsirkan bahwa
terjadinya bencana gerakan tanah di akibatkan dari salah satu
sumber mata air yaitu Kali Sambeng yang akan dijadikan
sebuah bendungan, Kali Sambeng merupakan tempat yang di
percaya masyarakat Desa Terbis sebagai salah satu tempat yang
sakral dan angker sehingga tempat tersebut tidak boleh
diadakan keramaian, salah satu informan juga mengungkapkan
bahwa bencana tersebut atau tanah tidak akan bergerak kembali
setalah dilokasi tersebut disuguhkan kambing dan ayam
cemani.
Oleh sebab itu masyarakat desa Terbis masih
mempercayai bahwa terjadinya bencana tidak disebabkan oleh
faktor geologi daerah tersebut meskipun setiap tahun tanah di
daerah tersebut retak, salah satu informan yang berumur 77
tahun juga menyebutkan bahwa pada tahun masa PKI juga
pernah terjadi bencana yang serupa akan tetapi masyarakat
tetap mempercayai bahwa terjadinya bencana akibat dari
sumber mata air yang dianggap mereka masih sakral.
Presepsi masyarakat terhadap bencana gerakan tanah
secara umum merupakan suatu proses penerimaan informasi
atau stimulus dari lingkungan terhadap bencana gerakan tanah
dan mengubahnya dalam kedalam kesadaran psikologis, ada
suatu tanggapan masyarakat tentang kondisi suatu wilayah
2. Sikap Masyarakat
Mengacu pada pengertian sikap yang bermakna reaksi
atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau obyek. Jika sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Sikap memiliki 3 komponen pokok, yang
meliputi; kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap
suatu obyek, kehidupan emosional atau elevasi emosional
terhadap suatu obyek, serta kecenderungan untuk bertindak
(trend to behave) Menurut Ntoadmodjo (2003).
Berdasarkan pengertian tersebut melalui uraian pada
hasil penelitian di lapangan dapat di ketahui bahwa
masyarakat terdampak bencana gerakan tanah di Desa Terbis
menyikapi bencana gerakan tanah dengan memiliki
kepercayaan (keyakinan) bahwa terjadinya bencana di
akibatkan dari Kali Sambeng. Mereka akan merasa aman jika
Kali Sambeng tidak ada suatu hal atau kegiatan yang bersifat
ramai atau yang dianggap masyrakat mengganggu Kali
Sambeng. Selain itu masyarakat dalammengurangi rasa trauma
dengan rasa pasrah dan jika terjadi bencana lagi akan pindah.
Mengacu pada paham determinisme memberikan
penjelasan bahwa manusia dan perlikunya di tentukan oleh
alam, peristiwa yang terjadi di alam termasuk jenis bencana
dapat mempengaruhi manusia. Manusia dengan kehidupannya
sangat bergantung pada alam. Perkembangan manusia sangat
di tentukan oleh kondisi alam, demikian dengan mobilitasnya
yang tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di
permukaan bumi, Supriya (2007).
Berdasarkan paham determinisme mencerminkan
perwujudan sikap yang mengarah pada paham tersebut.
Masyarakat Desa Terbis yang terdampak bencana gerakan
tanah berperan pasif dan pasrah menerima apapun yang terjadi
dan di berikan oleh alam. Perkembangan masyarakat sangat di
tentukan oleh kondisi alam, demikian dengan mobilitasnya
yang tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di
permukaan bumi.

3. Pendapatan Masyarakat
Mengacu pada pengertian pendapatan yang bermakna
total penerimaan yang di terima pada periode tertentu.
Penerimaan dari gaji atau balas jasa dari usaha yang diperoleh
individu atau kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan
digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Melalui uraian pada hasil penelitian pendapatan
masyarakat terdampak bencana gerakan tanah pasca benca
selama tiga bulan mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan
hasil sumbangan yang diperoleh. setelah itu pendapatannya
mengalami penurunan akibat dari lahan yang rusak sehingga
mempengaruhi hasil tanaman.
Mengacu pada paham posibilisme masyarakat Desa
Terbis yang memberikan penjelasan bahwa manusia ialah
makhluk yang berkal, dan dengan kemampuan akalnya itu
manusia mampu merespon apa yang diberikan oleh alam.
Manusia tidak lagi berperan pasif atau pasrah menerima
apapun yang diberikan alam seperti paham determinisme,
tetapi aktif dalam pemanfaatan dan pengelolaan alam, Supriya
(2007). Berdasarkan definisi tersebut masyarakat terdampak
bencana gerakan tanah di Desa Terbis mencerminkan
perwujudan sikap yang mengarah pada paham posibilisme.
Melaui uraian pada hasil penelitian masyrakat
terdampak bencana gerakan tanah di Desa Terbis memiliki
cara untuk memperbaiki lahan mereka yang rusak agar
lahannya bisa ditanami kembali dan bisa memperoleh
pendapatan.

2. Faktor yang mempengaruhi Masyarkat tetap tinggal di lokasi


bencana

Mengacu pada teori prefererensi tempat tinggal menurut E.


Moore dalam Sinulingga (2005) berpendapat bahwa gaya hidup
mempengaruhi pemilihan tempat tinggal yaitu consumtion oriented,
sosial prestige oriented,family oriented, community oriented.
Berdasarkan teori tersebut masyarakat terdampak bencana gerakan
tanah di Desa Terbis di indikasi berdasarkan gaya hidup consumtion
oriented dan community oriented..

Berdasarkan uraian penelitian alasan ekonomi dan lahan


pertanian sebagai tempat bekerja yang berada di lokasi terdampak
bencana melatarbelakangi masyarakat terdampak bencana gerakan
tanah di Desa Terbis memilih bertempat tinggal di lokasi tersebut.
Masyarakat juga tidak mau menempati rumah relokasi yang di
sediakan pemerintah Kabupaten Trenggalek karena lokasinya yang
jauh dan bangunan rumahnya yang belum memenuhi syarat, selain itu
pada tempat relokasi juga sulit mencari air dan belum ada listrik.
Alasan dari masyarakat mencerminkan teori consumtion oriented.

Beradasarkan temuan penelitian masayarakat juga ada yang


menempati rumah relokasi yang di sediakan pemerintah Kabupaten
Trenggalek, akan tetapi mereka hanya menempatinya ketika malam
hari, ketika siang hari mereka tetap bergiatan di lokasi bencana. Hal ini
mencerminkan alasan masyarakat tetap tinggal di lokasi penelitian
selaras dengan teori community oriented.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai strategi
adaptasi dan faktor yang mempengaruhi masyarakat tetap tinggal di lokasi
terdampak bencana gerakan tanah di peroleh kesimpulan:
1. Masyarakat desa terbis memiliki strategi adaptasi fisik berupa
mempertahankan fungsi bangunan dengan cara menggunakan
kembali bahan-bahan bangunan yang telah rusak akibat dari
bencana
2. Presepsi masyarakat terjadinya bencana gerakan tanah di akibatkan
dari salah satu sumber mata air yang dianggap mempengaruhi
terjadinya bencana gerakan tanah
3. Masyarakat memiliki strategi dalam menyikapi bencana gerakan
tanah dengan pasrah dan mempercayai bahwa tidak akan bencana
lagi jika tidak ada yang mengganggu Kali Sambeng.
4. Masyarakat masih bersifat determinisme karena bersikap pasif
karena menerima apapun yang diterima oleh alam
5. Masyarakat terdampak bencana gerakan tanah mengalami
penurunan pendapatan akibat dari bencana, strategi yang digunakan
adalah mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan hasil sumbangan
kemudian mengolah kembali lahannya yang rusak
6. Faktor yang mempengaruhi masyarakat tetap tinggal di lokasi
terdampak bencana gerakan tanah adalah faktor ekonomi dan lahan
pertanian sebagai tempat pekerjaan mereka di lokasi bencana.
7. Masyarakat tidak mau menempati relokasi yang di sediakan oleh
pemerintah Kabupaten Trenggalek karena dianggap belum layak
dan susah mendapatkan air di lokasi tersebut.
B. Saran
Berdasarkan dari pembahasan dan kesimpulan yang telah di buat,
peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah di harapkan dapat menentukan kebijakan yang
tepat untuk masyarakat terdampak bencana gerakan tanah.
Sehingga di harapkan masyarakat dapat mengikuti kebijakan
pemerintah seperti menempati relokasi.
2. Bagi masyarakat Desa Terbis Kecamatan Panggul Kabupaten
Trenggalek di harapkan dapat waspada terhadap bahaya bencana
gerakan tanah karena di prediksi daerah tersebut memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Penanggulangan Bencana

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2016, Data dan Informasi Bencana
Gerakan Tanah Kabupaten Trenggalek. (http://www.vsi.esdm.go.id/).
Diakses tanggal 26 April 2019

Humas Kabupaten Trenggalek. 2016. Tanah Gerak di Desa Terbis.


(http://humassetda.trenggalekkab.go.id/berita/desember/450-bupati-
emil-tinjau-lokasi-tanah-gerak-di-desa-terbis-panggul). Di akses
tanggal 09 Oktober 2019

Supriyono, Priumus. 2014. Seri Pendidikan Pengurangan Resiko Bencana Tanah


Longsor.Yogjakarta. C.V Andi Ofseet

Darsoatmodjo, A dan Soedrajat, G.M. 2002. Bencana Tanah Longsor tahun 2001.
Year book Mitigasi Bencana Tahun 2001.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. Data Informasi Bencana di


Indonesia.( https://bnpb.cloud/dibi/laporan5). Diakses tanggal 29
September 2019

Departemen Pekerjaan Umum.2007. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan


Bencana Longsor. Direktorat Jenderal Penataan Ruang: Jakarta.

Purwoko, Joko Suranto. 2008. Kajian Pemanfaatan Lahan Pada Daerah Rawan
Bencana Tanah Longsor Di Gununglurah, Cilongok, Banyumas. Tesis.
Semarang : PPs Universitas Diponegoro

Hardoyo, Su Rito, dkk. 2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi


Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan. Magister
Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai
(MPPDAS). Progam S-2 Geografi, Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hermon, Dedi. 2015. Geografi Bencana Alam. Jakarta. Rajawali Perss

Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora
Utama Press.

Mileti, D.S. & Gottschlich, L.P.2001.”Hazards and Sustainable Development in the


United States”, Risk Manajement, Vol. 3, No. 1, pp. 61-70

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama

Suharto,E. 2009. Kemiskinan dan perlindungan sosial di indonesia. Bandung. alfabeta

Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu

Daldjoeni.2014. Pengantar Geografi. Yogyakarta : Ombak

Noor, Djauhari. 2014. Geologi Untuk Perencanaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yulianti, Y.2011. Perubahan Ekologis Dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah


Pegunungan Tengger. UB Press

Reksoprayitno, S. 2009. Ekonomi Makro. Yogyakarta. Fakultas Ekonomi (BPFE) :


UGM

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : P.T. Rineka


Cipta

Soekanto, Soerjono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi IV. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada

Narwoko, J.D. dan Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi : Pengantar dan Terapan.
Jakarta : Kencana

Sinunggala, B.D.2005. Pembangunan Kota : Tinjauan Regional dan Lokal.Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta

Yin, R. K. 2011. Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
LAMPIRAN

A. Peta Lokasi Penelitian


Gambar 1.2
Peta Lokasi Penelitian Desa Terbis Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek
B. Pedoman Wawancara

1. Identitas Responden
a. Nama :
b. Umur:
c. Alamat:
d. Pekerjaan:
e. Kode:

2. Daftar Pertanyaan
A. Faktor- faktor yang mempengaruhi masyarakat tetap memilih tinggal di
lokasi terdampak gerakan tanah di Desa Terbis, Kecamatan Panggul,
Kabupaten Trenggalek
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di sini?
2. Apakah Bapak/Ibu mengungsi pada saat terjadi bencana gerakan
tanah pada tahun 2016?
3. Mengapa Bapak/Ibu memutuskan untuk bertempat tinggal di Desa
Terbis yang terdampak bencana gerakan tanah ini?
4. Apakah Bapak/Ibu tidak takut bencana gerakan tanah akan terjadi
lagi?
5. Mengapa Bapak/Ibu tidak menempati rumah yang telah di sediakan
oleh pemerintah Kabupaten Trenggalek?
6. Apakah Bapak/Ibu punya tanah di tempat lain?
7. Jika punya mengapa tidak tertarik dengan tanah di lokasi lain?
8. Apakah Bapak/Ibu bersepakat dengan warga lain untuk tetap tinggal
disini?
9. Apakah ada kepercayaan yang membuat Bapak/ibu yakin untuk tetap
tinggal di lokasi ini?
10. Apakah pemerintah Kabupaten Trenggalek pernah
mensosilisasikan tentang daerah rawan bencana gerakan tanah pada
masyarakat desa ini?
B. Strategi Adaptasi Masyarakat terdamapak bencana gerakan tanah di Desa
Terbis, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek
Strategi Adaptasi Fisik
1. Apakah terjadi perubahan tata guna lahan setelah terjadinya
bencana gerakan tanah?
2. Bagaimana Bapak/Ibu mengolah kembali lahan yang telah
mengalami kerusakan saat terjadi bencana gerakan tanah?
3. Bagaiamana cara Bapak/Ibu mempertahankan fungsi bangunan
yang rusak?
4. Bagaiamana pendapat Bapak/Ibu untuk memperbaiki kondisi jalan,
jembatan, dan lainnya yang rusak?
Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi
1. Bagaimana pengaruh bencana gerakan tanah terhadap pekerjaan
Bapak/Ibu?
2. Apakah jenis pekerjaan Bapak/Ibu mengalami perubahan sesudah
terjadinya bencana gerakan tanah?
3. Apakah yang pertama kali anda lakukan untuk mecukupi
kebutuhan keluarga pasca terjadinya bencana gerakan tanah?
4. Apakah anggota keluarga juga bekerja seperti Bapak/ibu?
5. Apakah pendapatan anda berkurang atau bertambah sesudah
terjadinya bencana gerakan tanah?
6. Apakah bencana gerakan tanah itu menganggu?
7. Apakah perasaan terganggu tersebut berlangsung lama?
8. Bagaiama cara Bapak/Ibu merasa aman ?
9. Bagaiamana hubungan Bapak/ibu dengan pihak luar?
TRANSKIP WAWANCARA

Kode Infoman : 01/ PJ- NH/02-12-2019


Lokasi : Balai Desa Terbis
Hari/Tanggal : Senin/ 02-12-2019
Waktu : 09.00 WIB
A. Identitas Informan
1. Nama : Nur Hadi
2. Umur : 38 Tahun
3. Pekerjaan : Penanggung Jawab Desa Terbis
B. Hasil Wawancara
Peneliti Sejak kapan Bapak jadi penanggungjawab di Desa
Terbis?
Informan Saya menjadi Penanggungjawab Desa Terbis sejak
bulan juli 2019 sampai 2021. Saya menggantikan
bapak Suyono Kepala Desa Terbis yang meninggal
kemudian saya di tunjuk menjadi Pj dan di lantik di
kecamatan.
Peneliti Mengapa orang-orang terdampak bencana tidak
mau menempati rumah relokasi pak?
Informan Karena disana belum maksimal, belum di lepo itu
kan swadaya, dan untuk swadayapun kan juga ndak
punya mereka. Waktu itu kan gini jadi dana dan
hasil dari relawan itu untuk beli tanah, dari
Kabupaten Trenggalek di berikan gedung, sisanya
sampai sekarang belum lengkap belum di cukupi,
karena mungkin dana kabupaten hanya minim
sekian, seharusnya jadi yang melanjutkan yang
punya. Terus posisi sekarang ada yang pengennya
tidak dibangun disitu, dilokasi yang lain.
Kendalanya disana juga listrik belum ada, air kalau
musim seperti ini ya kekeringan, incomnya dia cari
nafkah ya di daerah Sambeng terdampak bencana
itu kan terlalu jauh, jadi mungkin kalau bapaknya
gak mau anak-anaknya. Tanah itu nanti statusnya
tetap milik desa, kan itu relokasi kalau jadi hak
milik nanti dijual, pengennya orang-orang ya di jual
di buat bangun disitu, mereka membangun di
sebelahnya bukan bangunan permanen.
Peneliti Mengapa pemerintah desa mengizinkan mereka
untuk tetap tinggal di daerah bencana?
Informan Dengan alasan mereka yang demikian dan memang
untuk relokasinya belum maksimal mau gimana
lagi mbak, memang daerah sambeng itu
membahyakan mereka apalagi kalau musim hujan,
tapi kalau dipaksa malah rame, ya gimana sudah
maunya disitu kan.
Peneliti Apakah tidak ada sosialisasi mengenai bencana
gerakan tanah pak?
Informan Lho dulu pernah, dari badan geologi juga. Tapi kan
ya itu kendalanya jauh dari kebunnya dan tidak ada
tanah di lokasi lain, rata-rata kalau orang desa ya
tanahnya dari warisan tentunya pasti di satu daerah
mbak, ya orang-orang itu tanahnya ya di Dayu itu.
Peneliti Untuk perbaikan jalan dan fasilitas yang rusak
bagaimana pak?
Informan Nah sekarang kan gini, jalannya jadi rusak setelah
bencana itu. Kemarin kan mau ditata lagi
dibawakan alat berat. Untuk pembangunan harus
sesuai intruksi badan geologi, kalau itu belum
memberi rekomendasi baik dari kabupaten maupun
desa itu ndak berani membangun jalan itu. Ada
jatah dari pemerintah desa untuk jalan jadi di
alihkan kejalan yang di atas, kalau mushola yang
rusak di pindah keatasnya.
Peneliti Bagiamana dengan lahan pertanian dan pendapatan
masyarakat pak?
Informan Kalau sawah yang ambles sudah bisa digunakan
sekarang. Ada memang yang punya tanah sekian,
tanah saya juga. Nah pada waktu bencana itu ada
yang hilang, ada yang tinggal separo. Income nya
otomatis mestine digawe setahun dapat panen bisa
2 sampai 3. Ada yang tanahnya menjadi lahan
kering, ada yang jadi danau.
Peneliti Bagaimana strategi biar bisa pulih pak?
Informan Ya kalau pulihnya pasti tidak bisa seperti dulu,
keadaan sekarang ya itu ya diterima, eneke kuwi yo
dtompo kuwi
Peneliti Apakah kejadian bencana itu membuat masyarakat
trauma dan terganggu
Informan Kalau rasa trauma pasti ada mbak, tapi ya buktine
pindah saja ndak mau berarti kan mereka merasa
aman.
Peneliti Apakah ada kepercayaan masyarakat sini dalam
kejadian bencana gerakan tanah itu pak?
Informan Jadi disini itu masih kental seperti itu. Rencananya
dulu pak Kapolda berencana mau menaikan
sumber air di Sambeng itu dibawa ke atas pakai
alat. Ada acara disitu termasuk penananamn
tananaman sumber, tanaman produktif, akhirnya
tidak lama terjadi bencana itu dan tidak jadi
dibangun.
Habis itu ya banyak isu-isu mbak, setelah ada ritual
kalau orang sini percaya mendem kambing hitam di
sambeng itu, jadi masih kental akan hal-hal seperti
itu, banyak mbakisu-isunya dulu.
Kode Infoman : 02/ W- RN /02-12-2019
Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Senin/ 02-12-2019
Waktu : 11.00 WIB
A. Identitas Informan
1. Nama : Roimin
2. Umur : 77 Tahun
3. Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Tinggal wonten mriki mpun pinten tahun
kung?
Informan Sak umurku mbak, ket cilik yo teng mriki lo
mbak. Gawe pondasi omah kuwi tak tempo 1
tahun, delok ambles opo ora. Mboten ambles
yo tak panggoni mbak wes sampek kukuh yo
ambruk pas enek bencana kuwi. Mben tahun
rengget to mbak lemah ning kene iki, siyen
pas jaman PKI aku sek cilik yo tau enek
bencana tanah gerak mbak, komat maneh yo
wingi kuwi sing parah. Kaleh doso tahun
mesti rengget-rengget nemen lo mbak, tapi
ora gede.
Peneliti La pas bencana niko jenengan ngungsi napa
mboten?
Informan Bengi kuwi renget-renget mbak, kulo kaleh
mbahe boyongan nyang gone anakku ning
Tanggung di usungi montor. Sesuke dalanne
wes rusak ora karu-karuan, omahe yowes
benthet-benthet ambles mbak, wes mboten
angsal balik muleh. Wes mboten angsal mbak
teng mriki namung ABRI-ABRI karo yo
petugas-petugas. Telung wulan yo ngenger
ning omahe anakku mbak, bar ngnu yo gawe
ranggon kuwi sing saiki tak gawe kandhang
pihtek.
Peneliti Napa.o kok tetep tinggal wonten mriki, kok
mboten teng relokasi napa tumut yogane?
Informan Nggeh dos pundi mbak dalan panganne yo
ning kene iki to mbak, ning kono mek keneke
digawe mengok-mengok. Tebih mbak ning
Ngrejo kono, gek tanine yo ning kene.
Listrike yo urung enek mbak, ning kono ke
banyu yo pepek mbak, blok wong duwur kuwi
banyu ae nek kalane ngne iki tumbas lo mbak,
disung truk-truk kuwi ket kali Sambeng.
Bagianku sing ngandhap pindah wes tak
bunteti mbak mburine, la gawanganne urung
enek blas to mbak. Kulo yo diparani karo
anakku sing omahe Sidoarjo mbak, anakku
sing kaleh omah kono, tapi yo piye mbak ora
krasan rasane koyo dikerek muleh, seminggu
ning kono ae kudhu muleh, ora krasan ning
kutho ora iso danger-danger, gek eman
tegalanne ning kene lo mbak nek ditinggal yo
mbongkor. Jinise yo arep ditukone sepedah lo
mbak kro anakku sing ning Sidoarjo, ben nek
nyambut damel teng mriki nek mantuk teng
perumahan kono, tapi yo pye mboten saged
sepedahan wes tuwek. Ning ranggon ritek aku
krasan ning kene lo mbak, la omahe anakku
sing ning Tanggung kuwi lemahe morotuone,
yo ora becik mbak nek aku manggon ning
lemahe besan. Ning kene ae luweh ayem
mbak, sir nandur-nadur godongan, godok-
godok telo.
Peneliti Napa wonten kesepakatan kalian tonggo-
tonggo mriki kok mboten pindah?
Informan Kabeh pari gogone yo ning kene to mbak
marai, lemahe yo ning kene gek ning kono ke
yo adoh kuwi marai, Yo matursuwun wes
diparingi griyo teng mriko mbak, ben
dinggoni anak putu mbesuk. Kabeh ke ayem
manggon ning lemahe dewe-dewe lo mbak,
ning kono ke sertifikate yo rung enek, jinise
lemah pemajekan udu lemah alas. Yo lamon
iso karepe sumbangane kuwi gawe bangun
omah ning kene ae lo mbak. Kabeh yo gawe
omah ning Dayu kene mbak, arep nyandi
maneh lemahe ning kene podoan.

Peneliti Napa mboten di kempalne kalian pemerintah


disosialisasi kung?
Informan Sampun mbak, wong galek barang, la wong
Jakarta barang kono to mbak. Dikumpalne
wonten bale dusun mriko teng krajan,yo
kengken pindah mbak, jarene bahaya gelem
gerak maneh sak wayah-wayah. Yo jatu ket
mbiyen mbak.
Peneliti Ngertos ngoten napa mboten ajreh jenengan?
Informan Yo ajrihe ajrih mbak, tapi yo kuwi maeng
mbak piye neh, jatu wes catonne ngne mbak
ning kene iki gek mpun saking riyen rengget
lemahe. Penting wonge sehat mbak, rejeki ke
enek sing ngatur.
Peneliti La napa lo kung kok riyen gerakanne tanah
parah, sak derange napa wonten hara-huru?
Informan Riyen-riyen nggeh sampun wonten mbak pas
tahunnne PKI iku yo gede wong aku sek
bocah. Regete mben tahun mbak, ning Dayu
kene iki ora kenek gawe ramen-ramen mbak,
ora tau taune enek keramean, mbiyen kuwi
ning kali sambeng kuwi arep didadakne
bendungan, sumbere gede banget mbak jatuan
saiki ae diusungi truk bola bali yo ora entek-
entek, masio tigo nglongko ngne iki. Mbiyen
dangdutan ning kali sambeng kuwi mbak,
bupatine barang yo rene sing bojone uayu kae
lo mbak. Yo menei wineh wit-witan barang.
Nokae yo bar kuwi gantangan ora suwi enek
bencana. Jatu ning kono kuwi gone wingit
mbak, bencana kuwi yo dadakne telogo lo
mbak ning kulonne kali Sambeng kro duwue
omah kuwi ning sing duwur omah wes asat.
Telogo ning kulonne kali sambeng kuwi
wingit mbak mbiyen sawah rong kedok saiki
dadi telogo yo enek gateng iwak lele, iwak
layur barang to mbak, nokae ora enek sing
wani ngerah. Iwak layur ke yo gone segoro yo
ditunggu sing duwe segoro mbak. Mbiyen pas
enek bencana kuwi yo okeh sing dipripeni
mbak, bar kuwi di pendemke wedhus ireng yo
mandek mbak lemahe. Jarene wong mbiyen
banyu kuwi oleh dig awe ning yo kudu wong
terbis kene mbak, ning kene iki pusat sumber
dadi lemahe kuwi banyu. Oamhaku cidek
ritek aku ora tau rono kuwi mbak. Cegah,
wong enek dangdutan kae ae aku yo ning
ngomah.
Peneliti Sak mantunne niku pripun kung tegalanne,
ngolah tegalanne pripun?
Informan nela-nela kabeh mbak, saiki ae sing duwur
kuwi sek nela-nela. Ngno kae podo doyong
tanduraranne sing isek. Mbiyen kuwi ke saben
to mbak pirang-pirang kedok, gek gerak
tanahe dadine tegalan ngnu kuwi podo
mumbul. Telago duwur sing asat kuwi siyen
yo saben lo mbak, sak niki sing kenging yo di
gebali mbak ditanduri telo karo ramban gek
kuwi di tanduri kayu kasiyah.

Peneliti La nek ngoten pendapatane pripun kung napa


kacek kaleh siyen?
Informan Yo jelas lo mbak, mbiyen sitik-sitik sek
panen, duwe gabah dewe ora kethang mek sak
gegem gawe ulur pithik. Saiki yo ditanduri
telo karo ramban gawe pakan mendho. Nggeh
napa lo mbak wong tani kuwi renek gajine.
Mboten nate nyekel duwet mbak, pokok
cukup gawe mangan. Nggeh sak mantunne
bencana niko sumbangan kuatah lo mbak,
uwong ngendi-ngendi podo ndilok yo
nyumbang, kaleh pemerintah yo di paring
pangan, mie, beras, gulo yo lengkap mbak,
selama 3 wulan iku yo sek enek ae mbak, dadi
yo ora nyambut gawe mek mengok-mengok.
Peneliti La radosane kalian griyane niki pripun kung
ale dandani?
Informan Radosanne niku nggeh mantun wingi di
gawakne bego mbak posoan, dijembarne,
siyen nggeh ambles benthek-benthek ngnu,
nek omah iki batane salok memet tak gawe
uruk ngarep iki, kawate yo ora kenek nek
mboten digorok mbak, tembok sing utuh kuwi
yo tak jarno mbak menowo wonten rejeki
botone kenek di damel maleh. Sing
nyenggkakne nggeh suargi pak Yono lo mbak
perumahan barang kae nek wonge wes renek
ngne iki mbuh piye. Bar gerakan ning kene
awan gek kulo dalune mpun dikabari ninggal,
yo kaget mbak koyo ora secepleke nokae nek
jare kesehatan yo angin duduk ngno kae
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten kaleh
bencana siyen niku?
Informan Trauma nyopo mbak, yo biasa mbak. Mek
nek rendheng rodok ketir-ketir mbak. Mulo
bencana mbatek ae mbak. Yo biasa mbak,
aman-aman ae.
Peneliti Carane mben mboten ajreh pripun?
Informan Nggeh dos pundi maleh mbak,wong wonten
sing damel urip, pokok slamet
Kode Infoman : 03/ W- SN /02-12-2019
Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Senin/ 02-12-2019
Waktu : 14.30 WIB
A. Identitas Informan
1. Nama : Senin
2. Umur : 80 Tahun
3. Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Tinggal wonten mriki mpun pinten tahun
kung?
Informan Tahun piro yo mbak, yo ket bocah omahe
ning kene iki mbak, mbiyen ning ngesor kae
cidek buk, mantun bencana tak iser ning kene
iki.
Peneliti La pas bencana niko jenengan ngungsi napa
mboten?
Informan Boyong teng kilen mriko mbak, tak usungi
rono gone anakku. Rumiyen gen kulo nggeh
niku lo, angsale mbongkari mpun memet
sedoyo gek rekenan gawe omah ning kene iki.
Peneliti Napa.o kok tetep tinggal wonten mriki, kok
mboten teng relokasi napa tumut yogane?
Informan Ingkang nglantarne pak Yono suargi, gek Pak
yono sampun mboten wonten niku tasek
mangkrak. Korine nggeh dereng wonten
cendelone yo durung wonten, emeprane
nggeh dereng wonten. Nek sien duko saestu
mbotenne ceriose perangkat desa mboten
ngertos sing ngertos nggeh pak Yono. Sareng
nggeh ngoten niku dereng memenuhi syarat
nggeh bade manggoni sungkan mbak. Niki
ngoten gandeng kulo niki sepedahan mboten
saged gek tebih gek sambutan wonten mriki
niki, sandang pangan kulo wonten mriki gek
wonten mriko ajeng adus mawon repot toyo
mboten wonten, nggeh rekenan gawe omah
wonten mriki wong gadahe namung lahan
teng mriki.
Peneliti Napa wonten kesepakatan kalian tonggo-
tonggo mriki kok mboten pindah?
Informan Nggeh sami mawon nyambut damele sedaya
wonten mriki, sing digeni niku namung pak
Sarni nggeh nek coro anune wonten mriki
mpun tiang sugeh, nek kados kulo dereng
saged wonten mriko
Peneliti Napa mboten di kempalne kalian pemerintah
disosialisasi kung?
Informan Nek siyen coro anune nggeh di usahakne,
dikempalne mbak dikengken pindah.
Peneliti Mboten ajrih kung kaleh bencana maleh,
caranipun mboten ajirih pripun?
Informan Mboten mbak, nggeh niki coro anune namung
sementara mbak, nek owah malih yo pindah
kilen mriko. Awet siyen nggeh mpun gerak
mbak sitine teng mriki niku. Carane yo wes
maton teng mriki mbak yo biasa mpunan.
Peneliti La napa lo kung kok riyen gerakanne tanah
parah, sak derange napa wonten hara-huru?
Informan Lah mboten mbak, yo ning kali sambeng
kuwi to mbak wingit gone, mboten kengeng
di jarak. Sakniki nggeh dados telogo kilenne.
Nek sing wonten ninggil mriku pun sat. sing
ngandhap sak niki malah metu ulame kathah.
Peneliti Sak mantunne niku pripun kung tegalanne,
ngolah tegalanne pripun?
Informan Nggeh nelo-nelo mbak, radosanne nembe
wingi digarap nggeh pak Yono suargi ingkang
nglantarne, siyen yo dadal dual mbak
radosanne. Siyen namung tak larik-larik ngnu
digawekne kalenan nek rendeng ben mili
banyune.
Peneliti Sak mantunne bencana nyambut damele
pripun kung?
Informan Yo nganggur meh enek 3 wulan, mboten
angsal badhe mbalik mriki gek tasek nelo-
nelo rusuh ora karu-karuan. Nggeh wonten
sumbangan kathah mbak, uwos, lisah nggeh
cekap, yotro nggeh wonten. Nggeh coro
anune diurupi pemerintah.
Peneliti La nek ngoten pendapatane pripun kung napa
kacek kaleh siyen?
Informan Panggah tani mbak, sing kengeng ditanduri,
sing nelo kulo uruki. Pendapatnne nggeh napa
mbak namung tiang tani, gadah lahan nggeh
ambles mbak keuruk sing duwur dadose sing
tengah niku ambles ingkang ngandhap
minggah, nggeh ical lahanne, sing siyen ombo
maleh cekak. Kegowo bumi mbak. Coro
anune nek nandur-nandur telo nandur-nadur
dilem ora okeh koyo mbiyen.
Peneliti La radosane kalian griyane niki pripun kung
ale dandani?
Informan Griyo kulo niku tak sambatane, kulo dadung
kaleh karolon kulo dedel, griyane telas
sedanten. Nggeh rekenan ndamel wonten
mriki niki, nggeh sing tasek kengeng kadose
gentheng sing mboten memet tak gawe teng
griyo niki. Nek radosanne nggeh suargi pak
Yono ingkang nglantarne mbak, yo podo
gerakan tiang-tiang mriki. nokae nek sakniki
nggeh duko dos pundi tiange mpun mboten
wonten, nggeh ngoten niko nek jawah lunyu
banget mbak, nek dalanne mriki tak seleh
watu ben ora jembrek kalane udan.
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten kaleh
bencana siyen niku?
Informan Nggeh namung sementara mbak, nek bumine
goyah malih nggeh pindah mbak. Sak niki
nggeh mboten napa-napa. Aman mawon
mbak

Kode Infoman : 04/ W- KDR /02-12-2019


Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Senin/ 02-12-2019
Waktu : 16.00 WIB
A. Identitas Informan
1. Nama : Kaderi
2. Umur : 70 Tahun
3. Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Tinggal wonten mriki mpun pinten tahun kung?
Informan Nek mboten kleru Tahun 1983 mbak kulo ndamel
griyo niku, siyen tasek alit nggeh ninggile mriku.
Gek omah-omah kiyambak kulo ndamel griyo.
Peneliti Pas bencana gerakan tanah siyen njengan ngungsi
napa mboten?
Informan Kulo ngungsi gone anakku mbak, riyen nggeh
wonten tampungan celake mbak Katini tapi kulo
teng gone anakku
Peneliti La jenenggan napao mboten pindah saking mriki
mpun di sukani griyo wonten Ngrejo niko napa
kok mboten di panggeni?
Informan Nggeh istilahe namung diongaki ngoten
namungan, petak nomer sekawan sebelah kanan
etan bagianne. Gek wonten mriko namung tilem
ala anggur coro kasaranne, mboten gadhah lahan
napa-napa, gek sedaya coro lahan pangangne
wonten mriki. Terang rong dino ae banyune
renek mbak, listrik dereng wonten, diulihi
mbendino sertifikat dereng wonten lo mbak,
nggeh mboten ayem. Kulo nek siang sekedap-
sekedap wonten Dayu mriki mbak, nek tilem
wonten mriko gene anakku ning Ngampo.
Peneliti Nek ngoten sampun wonten kesepakatan kalih
tiang-tiang mriki nek mboten pindah?
Informan Nggeh podo bingung to mbak, sami mboten
purun mbak, lahan panganne wonten mriki
sedanten, badhe pindah teng pundi. Mboten
purun mbak, sertifikate nggeh dereng wonten.
Peneliti Napa mboten wonten sosialisasi saking
pemerintah?
Informan Nggeh siyen wonten mbak, kengken pindah
criyose leres napa mboten nek sewaktu-waktu
saged owah malih.
Peneliti Mboten ajrih kalih bencana gerakan tanah malih
njenengan?
Informan Was was mbak nek usum udan, kulo nek dalu
nggeh wonten griyo anak kulo, larene teng
Jakarta gek mboten di panggoni, timbang suwung
mbak, yo tak goni kaleh adeke niki mbak,
ngenger istilahe. Nek siang nyambut damel
nggeh wonten mriko mbak, ndamel ranggon ning
tilak omah
Peneliti La sak derange bencana napa wonten hara-huru ?
Informan Niku lo mbak sumberan ageng teng kali samben
riyen bade di dadosne bendungan, nggeh ramen-
ramen wonten mriko sak mantunne niku nggeh
wonten bencana. Siyen nggeh wonten mbak, tapi
mpun dangu kulo tasek alit. Ambles –ambles
niku mben tahun mbak ning namung nelo-nelo
alit ngoten.
Peneliti Lahanne njenengan pripun sak mantunne
bencana?
Informan Yo ambles sedaya mbak, nggeh miring-mireng
ngoten, sabenne mludak.

Peneliti La pripun nyambut damele, pendapatane pripun?


Informan Nggeh gantangan sak wulan nganggur mbak,
kadose wisata to kuatah tiang ninggali mriki.
Nggeh mantun niku nyambut damel, nggeh
damel galengan maleh mbak, sami mbludak sak
mantunne bencana niku, uruk-uruk sing nela-nela
nek tandurane nggeh bablas mbak. Pendapatane
yo mboten panen kalane niku mbak, nembe
tandur gek lahanne ambles. Sak niki nggeh mpun
kengeng di tandur-tanduri mbak, sabenne nggeh
panen kedik-kedik.
Peneliti Ale dandani griyane jenengan pripun kaleh
radosanne?
Informan Tak tokne mbak, nggeh dereng tak brokne,
payonne sing tasek kengeng damel nggeh tak
damel mayoni ranggon niki usuk-usuke. Nek
radosane teng ngandap niki nggeh tak cokeli
mbak watune, la motah mateh. Nek radosan
nginggil niku nggeh nembe sasi poso niku di
bego nggeh kerja bakti tiang mriki, ingkang
ngusahakne nggeh alrm. Pak Yono, duko nek
saiki kelanjutanne pripun, nek jawah ngoten
mpun mboten kengen di lewati lo mbak mesti
lunyu banget.
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten kaleh
bencana siyen niku?
Informan Nek siyen dalu nggeh mboten nglisek tilemne pas
rendeng ngoten gemleger suarane, kulo nek dalu
yo ngipeng gene anak kulo. Sak niki nggeh mpun
biasa mbak, anak kulo mboten angsal nek
ngipeng teng mrik, nggeh dipuruki.
Kode Infoman : 05/ W- RSN /03-12-2019
Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Selasa/ 03-12-2019
Waktu : 10.00 WIB
A. Identitas Informan
1.Nama : Ruslan
2.Umur : 56Tahun
3.Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Tinggal wonten mriki mpun pinten tahun pak?
Informan Sampun, mpun dangu
Peneliti Riyen ngungsi napa mboten?
Informan Riyen nggeh jawah gek ajrih, nela ngoten pas dalu,
gek kulo teng Besuki. Kulo balik mriki mpun telas
sedanten ngajeng griyo niku
Peneliti Napao kok mboten purun nempati teng relokasi
kok tetep tinggal mriki?
Informan Nggeh awes-awes di endangi mbak, toyo nggeh
tebih, kulo bagian ngandhape tampungan nomer
wolu, dereng wonten listrike, enten mriko gek
namung sak griyo mboten wonten napa-napane,
usahane gek teng mriki, nggeh usaha tani lo mbak
jinise, saben kaleh wonone wonten mriki gek tebih
wonten mriko.sekeco wonten mriki.
Peneliti Mboten nate sosialisasi pemerintah keng pindah
teng mriko?
Informan Mboten mbak nek sakniki, nek siyen nggeh
kengken pindah pas lotre griyo niko
Peneliti Napa wonten kesepakatan mboten tinggal teng
mriko?
Informan Duko mbak, nggeh sami ngrekoas padhose
ekonomi teng mriko, ngrekoas toyane. Gek teng
mriko niku nek tigo ngoten niki toyo mawon
tumbas. Jinise wonten tampungan toyane mbak,
nggeh isine namung rendeng
Peneliti sak derange bencana napa wonten hara-huru?
Informan Nggeh lahanne nela-nela ngoten mbak, gek sareng
jawah sedalu sampun ambles, jawah sedanten niko
mpun ambles-bles. Mboten ngertos kulo ngoten-
ngoten niku, nggeh criyose duko leres mbotenne
mbak, saking kali samben mriko.
Peneliti Nek wono kaleh sabenne terdampak napa mboten?
Informan Nggeh sabenne nek siseh kilen mboten mbak, nek
wonone nggeh ngoten niko nglengko. Benthet
benthet ngoten
Peneliti La tanine pripun terganggu napa mboten,
pendapatane benten kaleh sak derange bencana?
Informan Tanine nggeh panggah mbak, sabenne mboten
napa-napa, wonone sing nglengko yo diruki mbak,
salok iseh ditokne, sing ngandhap niko nglengko
mbak, nek di owah-owah mengke malah mletet.
Nggeh napa mbak pendapatane sami mawon kaleh
siyen sak derange bencana, namung tanen. Nggeh
niko pas mantune bencana kathah sumbangan-
sumbangan ngoten.
Peneliti Ale dandani griyane jenengan pripun kaleh
radosanne?
Informan Telas radosane dugi latar, sing ngajeng gek brus
kabrus, radosane dipindah teng ler. Ngajenge kulo
niku, radosan niku waune mpun rabatan nggeh
benthet-benthet ngoten. Griya kulo nggeh tasek
sakanan dereng boto nggeh maghrib-maghrib niku
di gotong tiang-tiang kaleh kandang mendone. Gek
sak niki damel griyo niki. Riyen mriki lo amblese,
mantunne niki dalune wonten Dayu.
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten kaleh
bencana siyen niku?
Informan Mboten mbak, nokae saiki wonten ngandhap niku
nela mbak nek mletet ngoten duwure pancet katut,
nggeh pindah maleh mbak nek ambles
Kode Infoman : 06/ W- SYT /03-12-2019
Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Selasa/ 03-12-2019
Waktu : 13.00 WIB
A. Identitas Informan
4. Nama : Suyitno
5. Umur : 46 Tahun
6. Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Tinggal wonten mriki mpun pinten tahun pak?
Informan Mpun 22 tahun
Peneliti Pas bencana gerakan tanah siyen njenengan
ngungsi napa mboten?
Informan Ngungsi tiga bulan gene adek kulo,pokoke omah
iki kosong blong karek lemari, nggeh wonten mriku
riyen penamunganne kilen, tapi kulo gene adekku,
tampunganne namung damel masakne sing kerjo-
kerjo
Peneliti Napao kok tetep tinggal wonten mriki?
Informan Badhe teng pundi maleh mbak, padhose pangan
wonten mriki
Peneliti Nek ngoten sampun wonten kesepakatan kalih
tiang-tiang mriki nek mboten pindah?
Informan Yo podo ora gelem mbak, panganne niku kan ning
kene kabeh to mbak
Peneliti Napa mboten wonten sosialisasi saking
pemerintah?
Informan Pas goyang niku kengken ngungi sedaya mbak
Peneliti Napa mboten ajrih jenengan?
Informan Yo wedi ora piye mbak, eneke ning kene iki. Yo
muga-muga mboten goyah maneh. Yo nek
dohblaene enek goyah bumine yo pindah mbak.
Peneliti Ale dandani griyane jenengan pripun kaleh
radosanne?
Informan Omah iku yo tak tokne ngne ae mbak, ora tak
bangun neh. Sing mbiyen mburi ambles iku tak
uruki mbak, mbiyen ora sampek rubuh omah iki
mek benthet-benthet, yo tak tembeli mbak.
Pawonku sing ambles mbak, saiki tak iser ning etan
kuwi, yo mek payune tok sing sek kenek digawe.
Dalanne iku mari di bego wingi mbak, ning
kelanjutanne mboh piye Suargi Pak Yono mbak
sing nyengkakne iki, awan yo sek melu garap iki
mbak bengine iku pingsan opo piye ngnu arep
digowo nyang rumah sakit urung teko gon wes
ninggal. Yo ngnu ritek mbuh mbak, oleh-oleh ket
kono kuwi. Nek dalan iki mbiyen yo mek disisihne
watu-watune mbak, mbledak-mbledak pokok ora
nyandungi wong liwat
Peneliti La napao kok sampek wonten bencana gerakan
tanah niku?
Informan Sak urunge niku enek dangdutan ning kali
sambeng, kerawuhan kapolda, bupati Emil. sak
urunge iku koyo enek wong malku dukduk ngno
ning etan kuwi mbak. Suarane bayi nangis jatu
krungu ning kupingku, suarane wedhus, enek sing
eruh nyi roro kidul barang ning cideke telaga kono.
Terus dibelehne wedhus kro pithek dipendemke ke
ning kali sambeng wes mandek suoro-suoro kuwi
ora goyah neh. La yo wong dangdutan kok ning
kali, ora tau enek rame-rame lo ning kene iki.

Peneliti nyambut damel kaleh pendapatane pripun sak


mantunne bencana?
Informan Kalane bencana niku ora nyambut gawe mbak
pirang-pirang wulan yo mek gerakan eneke. Nek
pendapatanne yo sumbangan-sumbangan kuwi
mbak panganne. Sak wise kuwi yo panggah sek
urung iso nyambut gawe lo mbak, mokel tegale
mbledak-mbledak tandurane yo dadal dual, saiki ae
kae doyong-doyong yo dadak mbenakne kuwi
mbak, di gebali sing kenek, yo telone sing kenek di
pangan yo dipangan mbak. Saiki di tanduri coblok
mbak, yo sitik-sitik kasil mbak timbang bono.
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten kaleh
bencana siyen niku?
Informan Yo nek kelingan kuwi ramene koyo ngno koyo piye
ngno mbak, ning yo soyo suwe biasa mbak.
Sangger ora enek aneh-aneh yo aman mbak. Aneh-
anehe kuwi yo engah-engah ke kudu jawab karo
bumine mbak, jawabe yo kudu ganthuk.

Kode Infoman : 07/ W- SNT /04-12-2019


Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Rabu/ 04-12-2019
Waktu : 09.00 WIB
A. Identitas Informan
1. Nama : Sinto
2. Umur : 51 Tahun
3. Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Tinggal wonten mriki mpun pinten tahun pak?
Informan Mpun mulai tahun 2000, nggeh 17 tahun mbak
Peneliti La jenenggan napao mboten pindah saking mriki
mpun di sukani griyo wonten Ngrejo niko napa
kok mboten di panggeni?
Informan Dereng dados kok ditempati mbak, coro dingen
ngen sekeco wonten mriki sitine kiambak ,teng
mriko namung sak pleke griyo gek teng pundi
angsale padhos tedi gek lahanne wonten mriki
nggeh terpaksa wonten mriki.
Peneliti Nek ngoten sampun wonten kesepakatan kalih
tiang-tiang mriki nek mboten pindah
Informan Nggeh podo pasrah lo mbak, sak jane mpun di
usahakne kalian pemerintah tapi gandeng ning
kono mek sak tempat tok, gek sandang panganne
mrene jengenge jalan kaki nek mbendino kesel,
adoh nek 3 km enek. Ndilok tiap harine karo jalan
kaki ora cuk lo mbak karo penghasilanne. Yo
terpkasa wonten mriki.
Peneliti Napa mboten wonten sosialisasi saking
pemerintah?
Informan Nggeh sampun disosialisasi ken pindah wonten
mriko lo mbak, nanging yo pye mbak dereng
dados gek nyambut damele wonten mriki
Peneliti Napa mboten ajreh njenengan kaleh bencana
maleh?
Informan Nggeh pasrah lo mbak, nek umpami wonten napa-
napa nggeh pindah teng mriko mbak
Peneliti sak derange bencana napa wonten hara-huru?
Informan Pertama niku gembleger, sak derange bencana
niku pak emil bade ndamel bendungan wonten
kali sambeng sak mantunne niku let sak wulan
wonten bencana. Ancenne tiap tahun gerakan
tanah niku wonten mbak nanging mboten koyo
tahun wingi kuwi,wes mulai jaman disek mualai
nenek moyang medun munggah medun munggah.
Peneliti Nek lahanne pripun pak wonone kaleh radosane
pripun terdampak bencana mboten?
Informan nggeh kengeng mbak sedaya kengeng, Nggeh
kadose alas mbak sakniki, tanahe kan goyang to
mbak, bledak-bledak ngoten dereng dikerjani.
Nek radosane siyen yo tak dandani si kaleh taing-
tiang sing ngjeng griyo, nek dalan ngandap mriku
nembe di jembarne dibego.
Peneliti nyambut damel wonten lahanne kaleh
pendapatane pripun sak mantunne bencana?
Informan Nggeh mantune bencana niku mboten wonten
tiang nyambut damel mbak selama tiga bulan,
mek ngurusi bencana, gek damelne griyo-griyo
ranggon alit-alit sing penting kengeng damel
ngiyup. Nedine nggeh saking sumbangan-
sumbangan niko mbak, disukani pangan. Sakniki
namung ditanemi telo mbak wonone, wontenne
cengkeh gek badhe pejah, nggeh doyong sak
mantunne bencana niku. Pendapatanne nggeh
napa mbak, nggeh kasile benten tandurane kaleh
siyen wong bledak bledak lemahe
Peneliti Ale dandani griyane jenengan pripun kaleh
radosanne?
Informan Nek griyo kulo mboten rubuh mbak, namung
retak-retak ngoten. Nggeh di brokne mbak
mantunne niku, sing kengeng yo digawe niki
mbak. Nek radosane siyen yo tak dandani kaleh
taing-tiang sing ngjeng griyo, nek dalan ngandap
mriku nembe di jembarne dibego
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten kaleh
bencana siyen niku?
Informan Mboten mbak, namung pasrah niku mbak. Nek
wonten bencana malih nggeh pindah lo mbak. Sak
niki gek padhos nedine wonten mriki pripun
maleh

Kode Infoman : 08/ W- LMN /04-12-2019


Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Rabu 02-12-2019
Waktu : 11.00 WIB
C. Identitas Informan
7. Nama : Lamijan
8. Umur : 73 Tahun
9. Pekerjaan : Petani
D. Hasil Wawancara
Peneliti Tinggal wonten mriki mpun pinten tahun
kung?
Informan Mpun dangu mbak, siyen jamanne bencana
pas tahunne PKI nggeh mpun wonten, tasek
lare
Peneliti Pas bencana gerakan tanah siyen njenengan
ngungsi napa mboten?
Informan Nggeh wonten gene sederek kulo mbak,
nggeh sareng kaleh pak Sinto, sak adah mbak
tasek sederek
Peneliti Napao kok tinggal wonten mriki, mboten
nempati perumahan mriko?
Informan Namung kulo dongar-dangiri ngoten,
ekonomine niku mbak, pados ekonomine
nggeh celak wonten mriki. Yogo kulo nggeh
mboten purun, tebih teng mriko. kanggone
wong deso nggeh bingung mbak pomahan sak
pleke omah ora enek kebonane, toyo susah
wonten mriko, sing merjuangne niko suargi
Pak Yono mbak tasek badhe di sukani listrik
gek tiange mpun mboten wonten duko kas-
kasane pripun.
Peneliti Nek ngoten sampun wonten kesepakatan kalih
tiang-tiang mriki nek mboten pindah?
Informan Nggeh niku to mbak padhos ekonomine,
dereng pasrahan to mbak teng mriko petok
pipil mawon dereng angsal napa malih
sertifikat, nggeh mboten wonten sing teng
mriko namung pak Sarni ingkang menetap.
Peneliti Napa mboten wonten sosialisasi saking
pemerintah?
Informan Siyen sampun mbak, sering dikempalne
ngoten nggeh tiang-tiang sragaman saking
galek, ceriyose nggeh saged ambles malih sak
wayah-wayah
Peneliti Napa mboten ajreh njenengan kaleh bencana
maleh?
Informan Lah mboten mbak. Awet siyen mpun ambles-
ambles, nelo-nelo ngoten mbak, saben kaleh
doso tahun pindah nek mboten klintu mesti
goyang bumine wonten mriki niku.
Peneliti sak derange bencana napa wonten hara-huru?
Informan Nggeh sampun alame mbak, mriki niku mpun
awet siyen. Njenengan mpun mrikasani
sumberan ageng wonten ngandhap, nggeh
niku mbak punjere Terbis niku. Siyen di
usahakne kaleh pak Yono bade didamelne
bendungan damel PDAM ben mboten
ngrekaos pados toyone, nggeh mboten kiat
mbak. Nggeh nembe niku wonten bencana
gerak tanah niku, sak niki mpun ayem mbak,
siyen di pendemke wedhus ireng celake telaga
mriko, umpami wonten gerakan maleh nggeh
namung rengget.
Peneliti Nek lahanne pripun kung wonone kaleh
radosane pripun terdampak bencana mboten?
Informan Tegalanne morat-morit doyong-doyong
ngoten kajenge, Nggeh kathah sing pejah
tanemane. Sakniki yo mpun kengeng ditanemi
mbak, di gebali di jur wong lahan kulo niku
ingkang nginggil pindah dadose ambles teng
ngandap mboten ical.
Peneliti nyambut damel wonten lahanne kaleh
pendapatane pripun sak mantunne bencana?
Informan Nek mantunne bencana niku wontenne
namung tiang gerakan lo mbak mboten
wonten sing nyambut damel nggeh sami
ngurusi bencana. Nggeh kathah sumbangan-
sumbangan, mben dinten niko ewuan uwong
mbak ningali bencana niku, pinten-pinten
sasi. Sak mantunne niku nggeh sami teng
wono, nek pendapatene napa mbak, sami
pejah gek riyen lok-loane kulo gadhah
cengkeh kaleh luang mawon nggeh tumut
ambruk, yo biasae kenek diarep-arep mbak
nek panen, sak niku ngoten ditanemi telo
nggeh polowijo karo anakku mbak, yo nek
tiang tani niku panenne telung wulan pisan
mbak nek koyo nanem-namem jahe, tapi you
rung isi, sing apik yo pendak tigo.
Peneliti Ale dandani griyane jenengan pripun kaleh
radosanne?
Informan Tak brokne mbak, siyen nggeh ngandhap
niku. Gendeng-gendenge nggeh tumut gene
Sinto niko, niku batane sing tasek kengeng di
damel, nggeh niku to mbak lok-lokane sing
ngrengkuyung anakku arep gawe omah niku,
dipondasi riyen nek mboten nela nggeh bade
damel griyo sing kukuh. Nek niki ngoten
namung damel iyup mbak. Nek radosane
gerakan mbak ingkang ngandap niku, sing
merjuangne nggeh suargi Pak Yono di begoni
mbak, nek tiang mawon mboten saged la
watu-watu. Nggeh dereng cekap lo mbak yo
rupak meknan, gek nembe gerakan niku
dalune mboten sakit mpun ninggal, kados
mboten sakcepleke ngoten. Nek radosanne
kulo ngajeng griyo niki nggeh tak paliri
mbak, tak uruk-uruk kulo sukani watu ben ojo
lunyu nek jawah.
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten kaleh
bencana siyen niku?
Informan Nek usum rendheng mbak sok ora
jenjeng,ning mpun aman kok mbak. Nggeh
nek bade pindah ngrekaos mbak ekonomine,
dadose sami pasrah. Wontenno gerak tanah
nggeh mboten kadose wingi niku mbak,
pokok ngandap niku mboten di uweh-uweh
mpun aman.

Kode Infoman : 09/ W- TMN/05-12-2019


Lokasi : RT 22 RW 10 Dusun Dayudulur Desa Terbis
Hari/Tanggal : Kamis/ 05-12-2019
Waktu : 11.00 WIB
A. Identitas Informan
1. Nama : Tumiran
2. Umur : 51 Tahun
3. Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Sampun pinten tahun bapak tinggal wonten
mriki?
Infroman Kurang luweh yo 20 tahun mbak
Peneliti Jenengan riyen wonten bencana ngungsi
napa mboten?
Informan Yo ngungsi mbak ning omahe dulurku
Peneliti Napao kok tinggal wonten mriki, mboten
nempati perumahan mriko?
Infroman Ning omah Ngrejo iku yo tak goni mbak,
sareng nyambut gawene ning kene yo mek
tak panggoni nek bengi tok, nek awan yo
ning ranggon iki. Ning kono kae yo tak
dandani barang lo mbak, la mbiyen yo
urung enek apa-apane, emper ae urung
enek. Turu-turu nglisek mbak lak ning
kono.
Peneliti Napa wonten kesepakatan kalian tonggo-
tonggo mriki kok mboten pindah?
Informan Yo riwa riwine kuwi to mbak, gek jatah
nyambut gawene ning kene, nek sing sepuh-
sepuh ora iso sepedahan po ray o empor
Peneliti Riyen di sosialisasi kaleh pemerintah napa
mboten pak?
Infroman Kumpulan mbak mbiyen kuwi, pase mari
bencana kuwi yo kerep, saiki ora tau
wesnan
Peneliti Jenegan mboten anjrih teng mriki?
Informan Lha opo mbak sing diwedeni, nek enek
bencana neh yo mlayu lo mbak
Peneliti La sak derange bencana napa wonten hara-
huru ?
Infroman Halah mboh mbak, yo jarene uwong-uwong
yo ket kali sambeng kuwi, yo podo rame
dekmben, aslie yowes alamme mbak.
Peneliti Lahanne njenengan pripun sak mantunne
bencana?
Informan Halah dadal dual ambles ora karu-karuan
mbak mbak
Peneliti La pripun nyambut damele, pendapatane
pripun?
Informan Yo ora nyambut gawe mbak sak bare
bencana kuwi enenge ader sambatan, la
ning kene iki koyo tontonan to. Bare kuwi
yo mbenakne sawah tegalan sing dadal
dual, tak buruhne gebal lo mbak
sampeknan. Lak pendapatan yo mbanakne
mbak pas bencana kuwi, eneke der nrimo
sumbangan panganan kuwi, bare yo golek
dewe gek yo pepek lo tandur-tanduran mati
dadi yo mokel nandur neh renek panen yo
renek sing didol, yo mangan sak eneke
mbak ra ketang sego tiwul karo jangan dong
telo
Peneliti Ale dandani griyane jenengan pripun kaleh
radosanne?
Informan Di dandani piye mbak, la omhaku wes ora
rupo. Sambatan mbak mbiyen, sing kenek
yo tak sisehne kuwi to, kori ne lagek ae
dadi, nek payune memet mbak. La pas
bengi kon ngungsi kuwi karepku isuke arep
tak dokne gentenge ben nek ambruk ora
memet, gek ora oleh sidane yo memet ajur
ora kliwatan siji-sijio
Peneliti Sak niki gadahi rasa trauma napa mboten
Informan Lah bencana kuwi kegowo alame mbak,
arep piye maneh jal. Sing penting saiki
nyambut gawe wes penak neh

Kode Infoman : 10/ W- SRN/05-12-2019


Lokasi : Relokasi
Hari/Tanggal : Kamis/ 05-12-2019
Waktu : 13.00 WIB
A. Identitas Informan
1. Nama : Sarni
2. Umur : 45 Tahun
3. Pekerjaan : Petani
B. Hasil Wawancara
Peneliti Mpun pinten tahun pak jenengan menempati
relokasi niki?
Informan Bar king mriko langsung mriki, mpun kaleh
tahun, 2017 niko.
Peneliti Nek riyen ngungsi teng pundi?
Informan Ning omah kosong mbak, oamhe uwong
ditinggal nyang kutho mboten digeni, dulur-
dulur yo adoh.
Peneliti Njenengan kok purun manggen teng mriki
napao?
Informan Nggeh susah mbak teng mriko, nek muat
malih sing susah. Kali pinten nem atus tahun
niku diperikso tiang saking Jakarta ceriyose
kali. Kadang nek musim jawah niku pateng
glodak mbak glengar glenger ngnu, pokoke
mben rending gemleger mbak. Kulo damel
griyo tasek setahun setengah mbak teng Dayu
gek nembe niku wonten bencana, la timbang
aku gawe ning kono neh gek umpami enek
bencana malih lak yo susah mbak, nggeh
kedik-kedik pilih ndandani ning kene, arep
gawe omah ning endi mbak ora duwe lemah
sing kenek digawe pomahan. nyambut
gaweku yo tetap ning kono lo mbak, nggeh
tiang tani mbak nek awan nggeh mboten nate
ning ngomah.
Peneliti Kendalanne napa pak wonten mriki?
Informan Kendalane nggeh wonten lampu, kulo
masang kiambak lampune riyen ngeler king
gene mbah katimin, nek toyone tumbas mbak
nek rendeng nggeh sekeco nek tigo tumbas.
Peneliti Riyen nek ngoten nggeh di Sosialisasi kaleh
pemerintah pak ?
Informan Nggeh mbak kengken mriki, tapi sak niki
dereng wonten kejelasanne kadose sertifikat
niku dereng wonten, duko pripun, riyen sing
nglantarne Pak Yono sakniki mpun mboten
wonten tiange.
Peneliti Riyen napa wonten mitos-mitose?
Informan Nggeh sumber angeng to mbak ngandape
niko, gek badhe didamel bendungan. Gek
dangdutan teng mriko tapi bare nggeh
langsung niku. riyen jedingan niko tasek
datar mbak, damel dangdutan pembukaan
bendungan pak emil barang teng mriko,
nggeh tiang katah sing ningali.
Peneliti Nyambut damele kaleh pendapatanne pripun
pak sak mantunne bencana?
Informan Nggeh sabenne sak niki mboten kadhos
siyen, ambles mbak. Nek mboten diukur
maleh yo susah, salok ilang lo mbak.
Tegalanku pisan yo ambles mbak. Yo
panenne mboten kadhos siyen, berkurang. Yo
sakniki mpun nyambut damel biasa mbak,
sak eneke sing penting nggeh tasek saged
mangan.
Peneliti La griya sing teng Dayu pripun pak?
Informan Tak brokne mbak, niki gendeng, bata,
payonne niku tasek tak damel mbenakne
griyo niki mbak, kulo bangunne tasik dereng
dangu nggeh tasek setahun setengah sek apik-
apik kabeh mbak. Tak sambatne mbak sing
kenek, tak usung mriki.
Peneliti Sakniki gadah roso trauma napa mboten
kaleh bencana siyen niku?
Informan Nggeh ajrih mbak, tapi nek wonten mriki kan
mpun mboten sar-sar an maneh mbak, luweh
aman.
Dokumentasi

a. Rumah Warga Terdampak bencana gerakan tanah


b. Penanggungjawab Desa Terbis

c. Rumah reloasi
d. Kali Sambeng dan Telaga

Anda mungkin juga menyukai