Anda di halaman 1dari 11

Analisis Gerakan tanah / Longsoran

Pada Kabupaten Pacitan


Provinsi Jawa Timur
Gerakan Tanah atau longsoran adalah mendefinisikan tanah longsor sebagai
gerakan material ke bawah dan ke luar dari sebuah lereng di bawah
pengaruh gravitasi. (Varnes 1978)
Faktor yang mempengaruhi gerakan tanah atau longsor adalah :
Faktor Alamiah :
1) Pengaruh Gempa bumi : Gempa bumi yang mendadak dapat
mengakibatkan pelengseran yang besar-besar.
2) Pengaruh Topografi : Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena erosi
air pada lereng gunung, bukit, tebing sungai, abrasi pantai.
3) Pengaruh pelapukan batuan Tingginya tingkat pelapukan batuan
(material yang tidak terkonsolidasi pada lereng yang terjal atau vertikal,
jika basah akibat masuknya air ke dalam tanah, rentan dan mudah
meluncur) Tanah yang gembur pada daerah dengan kemiringan sudut > 30
derajat , jikalau material itu jenuh dengan air misalnya karena curah hujan
yang lebat dapat menyebabkan longsoran.
4) Pengaruh iklim ; perubahan temperatur tahunan yang ekstrim dengan
frekuensi hujan yang intensif.
5) Pengaruh Vegetasi : Lebat atau Jarangnya vegetasi sebagai tutupan lahan.
6) Pengaruh Stratigrafi : perlapisan batuan dan perselingan batuan antara
batuan lunak dan batuan keras atau perselingan antara batuan yang
permeable dan batuan impermeable.
7) Pengaruh Struktur geologi : jarak antara rekahan/joint pada batuan,
patahan, zona hancuran, bidang foliasi dan kemiringan lapisan batuan yang
besar.

Pada kesempatan kali ini saya akan mendiskusikan analisis gerakan tanah
pada daerah Tanah Di yang mencakup Kecamatan Sukerejo, dan
Kecamatan Sudimoro. Secara geografis daerah penelitian terletak pada
koordinat 08 12 49,4 LS - 08 15 32,5 LS dan 111 21 22,6 BT 111 24 39,8 BT.

Kondisi daerah penelitian


MORFOLOGI
Lokasi bencana gerakan tanah terdapat pada pemukiman yang memiliki
morfologi dengan kemiringan lereng Berbukit Bergelombang dan Berbukit
Tersayat tajam

Gambar 1.1 Klasifikasi kelerengan Van Zuidam

Rumus Kelerengan : (n-1) x IK

x 100%

Panjang garis x Skala


(Cm)

100

IK : 1 x 12500 = 6,25
100
Skala : 12500

= 125

100
GEOLOGI
Daerah bencana dan rawan bencana disusun oleh Breksi , batugamping,
batupasir dan batuan Andesit.

KONDISI KERETANAN GERAKAN TANAH


Berdasarkan peta zona keretanan zona gerakan tanah provinsi jawa timur
(Badan Geologi, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2011)
Daerah ini termasuk zona keretanan gerakan tanah Menengah Tinggi,
artinya zona ini dapat terjadi gerakan tanah. Terutama pada daerah yang
berpapasan dengan sungai, gawir atau jika lereng mengalami gangguan
yang dipicu oleh curah hujan yang tinggi.

FAKTOR PENYEBAB GERAKAN TANAH


-

Curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama


Sifat tanah permukaan yang lepas (Gembur) dengan batuan
dibawahnya yang kurang meloloskan air dan kontak antar keduanya
merupakan bidang gelincir gerakan tanah sehingga menjadi tidak
stabil.
Ada nya struktur sesar geser mengiri Wates dan sesar geser menganan
Coreng.
Perbedaan slope yang curam sehingga memudahkan terjadinya bidang
gelincir pada bidang batuan yang memiliki banyak rekahan rekahan /
kekar.

MEKANISME GERAKAN TANAH


Bencana longsoran dipicu oleh curah hujan yang tinggi, air menjenuhi tanah yang
gembur (mudah menyerap air), serta adanya batuan yang masif (lempung tufaan)
dibawah lapisan tanah, sehingga batas keduanya merupakan bidang gelincir
gerakan tanah. Longsoran tanah akan semakin berkembang karena adanya
pembebanan oleh bangunan tembok (permanen), serta resapan air dari saluran air
permukaan yang tidak kedap air. Rayapan tanah dikhawatirkan akan lebih
berkembang apabila terjadi curah hujan di atas normal yang berlangsung lama.

Erosi lateral sungai Kleteken juga menyebabkan kestabilan lereng pada dinding
sungai terganggu, sehingga terbentuk longsoran bahan rombakan pada dinding
sungai

Bencana longsoran pada daerah pengamatan.


Sebagian besar daerah pemetaan memiliki tingkat kelerengan yang relative kecil,
kecuali pada daerah tumpakjati , ngerejo , dan coreng . ketiga daerah tersebut
merupakan daerah dengan tingkat kerentanan terhadap gerakan massa batuan
yang cukup tinggi dilihat dari kemiringan lereng yang dijumpai di lapangan .

Runtuhan / Amblesan Batugamping Pada Daerah Karst


Kawasan daerah penelitian yang berjenis litologi batugamping sangat dipengaruhi
oleh proses pelarutan, sehingga muncul kenampakan-kenampakan seperti gua-gua
vertikal/sinkhole. Hal ini bisa memicu terjadinya amblesan karena batu gamping
yang telah mengalami pelarutan yang cukup tinggi sudah tidak lagi dapat menjaga
sifat resistensinya sehingga proses erosi secara vertikal pun dapat terjadi sewaktuwaktu. Apalagi sewaktu dilanda guncangan gempa akan sangat membahayakan
warga sekitar.

Kenampakan hasil dari gerakan tanah pada batugamping.


MITIGASI KEBENCANAAN
1) Tidak melakukan aktivitas di daerah yang rawan kelongsoran seperti di
dinding sungai kleteken. Dan daerah yang memiliki slope / kemiringan yang
curam pada saat hujan atau setelah hujan.
2) Harus dibuat dinding pengendali erosi lateral pada sungai kleteken.
3) Kondisi gerakan tanah agar selalu dipantau secara intensif jika gerakan tanah
semakin berkembang agar dilaporkan ke BPBD setempat.
4) Tidak melakukan penggundulan hutan apalagi pada ketinggian yang tinggi
dan slope yang curam.
Berikut adalah daerah daerah yang berpotensi mengalami pergerakan tanah
yang didukung dari data morfologi dan geologi, juga diakibatkan oleh erosi
secara lateral oleh sungai kleteken.

Anda mungkin juga menyukai