Anda di halaman 1dari 20

Laporan Singkat Bencana Gerakan Tanah

Pada Jembatan Cisomang Tol Cipularang


Km 100+700 Kec. Cikalong Wetan, Kab.
Bandung Barat, Prov. Jawa Barat
 Published in Berita

 04 Jan 2017
Laporan singkat hasil pemeriksaan bencana gerakan tanah Jembatan Cisomang Tol Cipularang,
Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:

1. Lokasi kejadian :
Gerakan tanah terjadi pada Jembatan Cisomang, Tol Cipularang km 100+700, arah N 198°E
yang berada di Desa Tenjolaut, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat,
Provinsi Jawa Barat. Secara geografis lokasi gerakan tanah terletak pada 107° 25’ 58.692”BT
dan 6° 42’ 5.688”LS..

2. Jenis bencana :
Gerakan tanah yang terjadi adalah gerakan tanah tipe lambat atau rayapan yang disebabkan
oleh karakteristik batulempung napalan dan serpih lempungan bergerak di dasar sungai
Cisomang dengan arah umum N 2900E. Gerakan tanah terjadi sejak tahun 2012 dan terus
berkembang hingga saat ini.

3. Dampak gerakan tanah :


o Pergeseran pada tubuh jembatan yang disangga oleh Pilar 1 (P1) berarah barat –
timur dengan blok selatan (arah Bandung) relatif mengalami penurunan.
o Terbentuknya dua pola retakan pada pilar penyangga tubuh Jembatan Cisomang.
Yang pertama adalah pola retakan/kekar vertikal yang menunjukan pola
pergerakan lateral. Pola retakan/kekar vertikal ini dijumpai pada P1A, P1B, P2A,
P2B dan P3A. Yang kedua adalah pola rekahan horizontal yang diperkirakan
terkait dengan pembebanan pada tubuh jembatan. Pola retakan horizontal
dominan dijumpai pada pilar 1 (P1) dan pilar 2 (P2)
o Saat pemeriksaan, retakan sedang ditangani dengan metoda grouting

o Bronjong penahan erosi sungai untuk fondasi pilar jembatan mengalami


pergeseran
o Lalu lintas jalan tol Cipulrang Jakarta-Bandung pada km 100+700 dibatasi bagi
lalu lintas kendaraan kecil golongan 1, sementara untuk kendaraan besar dan
berat dialihkan melalui jalur jalan provinsi.
4. Kondisi daerah bencana :
 Morfologi, Lokasi bencana merupakan lembah sungai Cisomang dengan
kemiringan terjal antara 30 - 700(lereng sisi utara) dan sebagian lereng tegak
(lereng sisi selatan) dengan ketinggian tinggi lereng sekitar 42 meter dari dasar
sungai dan berada pada ketinggian 543 meter di atas muka laut. Sungai
Cisomang mempunyai lebar bervariasi antara 8 – 14 meter,
 Geologi, Batuan penyusun di lokasi gerakan tanah pada bagian bawah adalah
batulempung napalan, abu-abu tua dan serpih lempungan dengan kedudukan
terukur N 660E/ 760, telah terkekarkan kuat dengan sisipan-sisipan batupasir
kuarsa, kuarsit dan batugamping napalan (Formasi Jatiluhur, Anggota Napal dan
Batupasir Kuarsa, Mdm) berumur Miosen Atas yang berbatasan secara tidak
selaras pada bagian atasnya dengan breksi vulkanik Hasil Gunungapi Tua (Qob)
berumur Kuarter. Tanah lapukan berupa lempung pasiran, coklat muda, gembur,
sarang dan mudah menyerap air dengan ketebalan 2 - 5 meter
 Keairan, Keairan pada lokasi gerakan tanah berupa air permukaan (Sungai
Cisomang) yang mengalir deras merupakan sungai yang selalu berair baik pada
musim hujan maupun kemarau. Terdapat mata air muncul pada lereng bagian
bawah di tepi Sungai Cisomang pada saat pemeriksaan berdekatan dengan Pilar
P3 dengan debit sekitar 35 ml/detik.
 Tataguna Lahan, Tataguna lahan pada lereng bagian atas berupa jalan tol,
jembatan Cisomang, jalan raya lama , jembatan jalan tol Cipularang, kebun
campuran dan pemukiman di tepi jalan raya tersebut. Sedangkan pada lereng
bagian tengah dan bagian bawah berupa kebun campuran, semak belukar dan
sungai Cisomang yang mengalir cukup deras.

5. Kerentanan Gerakan Tanah


Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah pada Jalur Jalan Tol Cipularang (PVMBG,
Badan Geologi), daerah bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah tinggi, artinya
pada daerah ini sering terjadi gerakan tanah sedangkan gerakan tanah lama dan baru masih
aktif bergerak akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat.

6. Faktor penyebab
Faktor penyebab terjadinya deformasi (retakan) pada pilar dan tubuh jembatan Cisomang akibat
dari gerakan tanah di tubuh batuan pada fondasi pilar jembatan. Gerakan tanah tersebut terjadi
karena :
 Karateristik Batulempung napalan dan serpih lempungan dari Formasi Jatiluhur
secara umum mempunyai sifat mudah mengembang jika jenuh air dan pecah-
pecah jika kering.
 Tiang fondasi pilar jembatan bertumpu pada kemiringan perlapisan batuan
lempung Formasi Jatiluhur
 Sistem keairan (curah hujan dan aliran sungai) yang mengakibatkan jenuh pada
daerah tersebut baik pada permukaan batulempung napalan dan serpih napalan
maupun di tanah lapukan dari batuan breksi vulkanik diatasnya.
 Kemungkinan dipicu pula oleh beban dan getaran kendaraan yang melintas di
atas jembatan
 Kemiringan lereng yang terjal di sisi kiri kanan lembah sungai
 Adanya erosi Sungai Cisomang

7. Mekanisme
Mekanisme gerakan tanah ini terjadi setelah adanya peningkatan keairan setelah turun hujan
selama musim hujan, dan air hujan maupun air sungai meresap masuk menjenuhi tanah lapukan
maupun langsung masuk melalui kontak antara batulempung pada bagian bawah dan batuan
vulkanik di atasnya sehingga bobot masa batuan dan tanah lapukan meningkat bergerak melalui
bidang gelincir batulempung napalan ini secara perlahan. Sementara aliran sungai Cisomang ini
berperan terhadap bergesernya bronjong sungai penahan erosi sekaligus penahan pilar
jembatan.

8. Rekomendasi Teknis :
 Melakukan pengamatan khususnya pengamatan deformasi untuk mengetahui
perkembangan retakan maupun gerakan tanah pada tubuh jembatan Cisomang
di Tol Cipularang.
 Masyarakat pengguna jalan Tol Cipularang di sekitar lokasi tersebut agar selalu
meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah hujan lebat yang
berlangsung lama dan mengikuti arahan pihak Jasa Marga maupun pemerintah
daerah setempat.
 Untuk sementara perlu tetap diatur lalu lintas khusus untuk kendaraan
kecil/ringan
 Memasang rambu-rambu peringatan rawan gerakan tanah/longsor
Read more...

Tanggapan Gempa Bumi Tenggara


Kab.pangandaran 5,1 Sr - 3 Januari 2017
 Published in Berita

 04 Jan 2017

Bersama ini, kami sampaikan laporan tanggapan terjadinya gempa bumi di


Tenggara Kab. Pangandaran, Provinsi Jawa Barat, berdasarkan informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber dan analisis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, sebagai berikut:
1. Gempa bumi terjadi pada hari Selasa tanggal 3 Januari 2017 pukul 04:02:25 WIB,
pusat gempa bumi terletak di Tenggara Pangandaran. Menurut BMKG, pusat gempa
bumi berada pada koordinat 8.88°LS dan 108.72°BT, dengan magnitudo 5,1 SR
pada kedalaman 10 km, pada jarak 133 km tenggara Pangandaran, Jawa Barat. The
United State Geological Survey (USGS) merilis bahwa gempa bumi yang terjadi
berpusat di koordinat 8.830°LS 108.755°BT dengan kekuatan 5.2 Mw pada
kedalaman 68.6 km. GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman melalui GEOFON
program menginformasikan bahwa gempa bumi berpusat di koordinat 8.91°LS dan
108.72°BT dengan magnitudo 5.3 Mw di kedalaman 54 km (Peta pusat gempabumi
terlampir).

2. Kondisi Wilayah Gempa Bumi:


Sumber gempa bumi terletak di laut. Daerah yang berdekatan dengan pusat gempa
bumi sebagian besar tersusun oleh endapan Aluvium dan endapan gunungapi
Kuarter. Pada daerah yang disusun oleh endapan aluvium, dan endapan Gunungapi
Kuarter diperkirakan goncangan gempabumi akan lebih kuat karena batuan ini
bersifat urai, lepas, belum kompak dan memperkuat efek getaran, sehingga rentan
terhadap goncangan gempabumi.

3. Dampak Gempa Bumi:


Hingga laporan ini di buat belum ada laporan mengenai baik tentang dirasakannya
gempa ini, maupun tentang kerusakan atau pun korban jiwa.
4. Penyebab Gempa Bumi:
Berdasarkan posisi pusat gempabumi dan kedalaman, maka penyebab gempabumi
ini adalah akibat aktivitas subduksi antara Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng
Samudra Indo – Australia. Gempa bumi ini memiliki mekanisme sesar naik dengan
Strike 297, Dip 22, dan Rake 106 berdasarkan mekanisme fokal dari GFZ Potsdam.

5. Rekomendasi:
 Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta
informasi dari pemerintah daerah dan BPBD setempat. Jangan
terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa
bumi dan tsunami.
 Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa susulan,
yang diharapkan berkekuatan lebih kecil.
 Gempabumi ini tidak menimbulkan tsunami, walaupun pusat
gempanya berada di laut, energi gempa ini tidak cukup kuat untuk
menimbulkan tsunami.

Read more...

Laporan Singkat Pemeriksaan Gerakan


Tanah Di Kec. Tikala Dan Kec. Wanea,
Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara
 Published in Berita

 04 Jan 2017
Laporan singkat hasil pemeriksaan tim tanggap darurat bencana gerakan tanah di Paal - 4
Lingkungan VI, Kecamatan Tikala dan Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea, Kota
Manado, serta bencana banjir di wilayah Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, sebagai berikut
:
A. Bencana Gerakan Tanah

1. Kelurahan Paal 4, Lingkungan VI, Kecamatan Tikala


1.1. Lokasi
Lokasi bencana terletak di Kelurahan Paal 4, Lingkungan VI, Kecamatan Tikala, Kota Manado,
Provinsi Sulawesi Utara, terletak pada koordinat : 010 27’ 39,21” LU & 1240 52’ 27,16”BT.
Gerakan tanah terjadi pada hari Kamis malam sekitar jam 23.30 waktu indonesia tengah setelah
terjadi hujan lebat sekitar 5 jam..

1.2. Kondisi Bencana dan Dampaknya


Jenis gerakan tanah berupa Longsoran Bahan Rombakan dengan ukuran panjang ± 174 m,
lebar ± 92 m, tinggi gawir 3 - 7 m dengan arah N 3500 E yang terjadi pada gawir terjal bekas
timbunan pada tebing lembah bekas longsoran lama. Dampak dari gerakan tanah ini
menyebabkan :

 2 orang meninggal dunia tertimbun material longsoran


 2 rumah kayu hancur tertimbun
 2 bangunan ringan tempat usaha rusak berat
 5 rumah terancam
 2 Ha lahan rusak tertimbun material longsoran

1.3. Kondisi Daerah Bencana

 Morfologi, Morfologi daerah longsoran dan sekitarnya merupakan tebing agak terjal - terjal
bagian dari lereng perbukitan bergelombang lemah – sedang, yang berada pada ketinggian
sekitar 48 meter di atas permukaaan laut.

 Geologi, Batuan penyusun di lokasi gerakan tanah berupa batu pasir tufa berselingan dengan
tuf lapili dipermukaan lapuk kuat – lapuk lanjut berupa lempung pasiran, coklat, lunak-agak
padat, sarang, gembur dengan tebal > 3 meter. Pada bagian atas berupa tanah timbunan
(lempung pasiran) lunak, gembur, tebal > 5 meter. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Manado,
Sulawesi (Sudjatmiko, dkk, Puslitbang Geologi, 1997), batuan penyusun daerah bencana
termasuk Satuan Tufa Tondano yang berumur Kuarter. Struktur geologi berupa patahan (sesar)
atau lipatan (fold) tidak terdapat di lokasi bencana.

 Tata guna lahan, Tata guna lahan bagian atas lereng berupa tanah kosong (tanah gundul)
bekas pengerukan dan penimbunan tanah (cut and fill) untuk rencana bangunan pemukiman,
bagian tengah berupa lahan kosong (belukar) dan di bagian bawah berupa kebun campuran,
rumah tinggal, bangunan pembuatan bata merah dan jalan kampung (aspal). Pada bagian
tengah terdapat bronjong batu (tinggi ± 13 meter) untuk menahan tanah timbunan.

 Keairan, Kondisi keairan di lokasi gerakan tanah berupa air permukaan yang cukup melimpah
pada musim hujan dan mudah meresap ke dalam tanah timbunan serta adanya mata air pada
tekuk lereng di bagian tengah (batas antara batuan dasar dan tanah timbunan). Pada waktu
terjadi hujan deras dalam waktu lama akan terjadi penjenuhan air hingga mengalir melalui tebing
beronjong (penahan) yang ada di lereng bagian tengah. Terdapat alur sungai yang berair pada
waktu hujan.
 Kerentanan gerakan tanah, Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan
Tanah pada Bulan Desember 2016 di Kota Manado Sulawesi Utara (Badan Geologi, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi gerakan tanah (Kecamatan Tikala) berada
pada zona kerentanan gerakan tanah menengah, artinya daerah ini mempunyai potensi
menengah untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi/diatas normal,
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika
lereng mengalami gangguan.

1.4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah


Secara umum gerakan tanah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

 Sifat fisik tanah timbunan yang lunak, gembur, sarang dan tebal > 3 meter.
 Kemiringan lereng yang agak terjal - terjal ( > 350 ) mengakibatkan tanah mudah bergerak bila
jenuh air.
 Kondisi lahan yang gundul dan mudah jenuh air
 Hujan lebat yang turun dengan durasi lama (lebih dari 5 jam) semakin menjenuhkan tanah
sehingga mudah bergerak.

1.5. Mekanisme Terjadi Gerakan Tanah


Gerakan tanah ini tanah ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi dalam waktu cukup lama (lebih 5
jam) yang masuk ke dalam tanah timbunan melalui retakan dan ruang antar butir menyebabkan
tanah jenuh air dan bobot masanya bertambah sehingga tanah tidak stabil. Adanya kemiringan
lereng yang terjal dan menyebabkan tanah menjadi tidak stabil dan mudah bergerak dan
terjadilah longsoran bahan rombakan

1.6. Kesimpulan dan Rekomendasi


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Gerakan yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan


 Gerakan tanah terjadi pada tebing terjal (> 350 ) pada tanah pelapukan tebal (> 3 meter) dan
sarang.
 Gerakan tanah menyebabkan 2 orang meninggal dunia serta sekitar 2 rumah hancur tertimbun
material gerakan tanah.
 Pada lokasi bencana dan sepanjang gawir terjal di daerah sekitar bencana masih berpotensi
terjadi longsoran susulan.

b. Rekomendasi

 Masyarakat yang berada di lokasi sekitar bencana perlu waspada terutama apabila terjadi hujan
deras dalam waktu lama.
 Masyarakat disarankan tidak beraktivitas di lokasi dan sekitar bencana pada waktu terjadi hujan
dan setelah hujan deras
 Tidak melakukan penggalian, pemotongan lereng dan pohon-pohon pada lereng.
 Daerah bencana tidak layak huni, sehingga rumah/bangunan yang rusak dan terancam perlu
dipindahkan ke lokasi yang aman.
 Daerah bencana disarankan untuk digunakan untuk perkebunan dengan tanaman keras berakar
kuat dan dalam yang dapat menahan lereng.
 Melakukan penghijauan terutama pada lereng bagian atas dan tengah
2. Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea
2.1. Lokasi
Lokasi bencana terletak di Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea, Kota Manado; terletak
pada koordinat : 01028’ 4,10” LU & 1240 51’ 12,77”BT. Bencana terjadi pada hari Kamis tanggal
15 Desember 2016 sekitar jam 23 WITA.

2.2. Kondisi Bencana dan Dampaknya


Jenis gerakan tanah berupa beberapa Longsoran Bahan Rombakan pada tebing terjal dengan
ukuran panjang = 12 m, lebar = 15 m, tinggi gawir = 8 meter dengan arah N 3350 E yang terjadi
pada gawir terjal tebing saluran. .
Dampak dari gerakan tanah ini menyebabkan :

 1 buah rumah rusak sedang


 7 buah rumah di atas gawir terjal terancam longsor.

2.3. Kondisi Daerah Bencana

 Morfologi, Morfologi daerah pemeriksaan merupakan tebing terjal/hampir tegak memanjang


tinggi ± 18 meter berada di sebelah kanan dan belakang rumah yang rusak, dimana di bagian
bawahnya mengalir saluran yang aliranya sejajar tebing, sedangkan bagian atas dan bawah
berupa dataran.

 Geologi, Batuan penyusun di lokasi gerakan tanah berupa batu pasir tufa setempat bersisipan
breksi tuf, agak kompak, sarang, di permukaan lapuk kuat – lapuk sempurna, berupa lempung
pasiran, coklat-coklat keabuan, lunak, sarang, tebal > 4 meter. Berdasarkan Peta Geologi
Lembar Manado, Sulawesi (A.C. Effendi, dkk, Puslitbang Geologi, 1992), daerah bencana
tersusun oleh Satuan Batuan Tufa Tondano (QTv) yang terdiri dari : klastika gunungapi
bersusunan andesit dengan komponen batu apung, lapili dan breksi. Struktur geologi berupa
patahan (sesar) atau lipatan (fold) tidak terdapat di lokasi bencana

 Tata guna lahan, Tata guna lahan lereng bagian atas berupa kebun campuran, perumahan,
lereng bagian tengah (gawir) berupa kebun campuran agak gundul, sedangkan pada lereng
bawah berupa pemukiman dan jalan perumahan (aspal)

 Keairan, Kondisi keairan di lokasi pemeriksaan berupa air permukaan (run off) dari air hujan dan
aliran saluran, sedangkan air tanah dangkal terdapat pada kaki lereng dengan kedalaman >10
meter.

 Kerentanan gerakan tanah, Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan
Tanah pada Bulan Desember 2016 di Kota Manadoi Sulawesi Utara (Badan Geologi, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi gerakan tanah (Kecamatan Wanea) berada
pada zona kerentanan gerakan tanah menengah, artinya daerah ini mempunyai potensi
menengah untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi/diatas normal,
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika
lereng mengalami gangguan.

2.4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah


Secara umum gerakan tanah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

 Sifat fisik tanah pelapukan yang tebal ( > 4 meter), gembur, sarang dan mudah jenuh air.
 Kemiringan lereng yang curam - tegak ( > 700 ), mengakibatkan tanah mudah bergerak (tidak
stabil).
 Hujan lebat yang turun dengan waktu lama semakin menjenuhkan tanah dan mudah bergerak.
 Adanya retakan-retakan sebelumnya yang menyebabkan air permukaan masuk kedalam tanah
dan menjenuhi tanah
 Adanya perubahan tata lahan dari kebun campuran menjadi perumahan/pemukiman.

2.5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah


Gerakan tanah ini tanah ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi yang masuk ke dalam tanah
melalui retakan dan ruang antar butir menyebabkan tanah jenuh air dan bobot masanya
bertambah sehingga tanah tidak stabil (mudah bergerak). Adanya kemiringan lereng yang terjal
menyebabkan tanah menjadi tidak stabil dan mudah bergerak. Keadan tersebut mengakibatkan
terjadinya longsoran bahan rombakan menyebabkan beberapa rumah rusak dan terancam.

2.6. Kesimpulan dan Rekomendasi


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan disertai retakan.
 Gerakan tanah menyebabkan 1 rumah rusak ringan dan 7 rumah pada lereng bagian atas
terancam gerakan tanah.
 Pada daerah ini masih berpotensi untuk terjadi gerakan tanah susulan

b. Rekomendasi

 Masyarakat pada lokasi dan sekitar bencana harus selalu waspada, terutama pada saat
terjadi hujan lebat dalam waktu lama.
 Rumah-rumah yang rusak dan terancam perlu direlokasi ke tempat yang aman.
 Dasar tebing perlu dibuat tembok penahan dengan beton bertulang yang dasarnya sampai
masuk ke dalam tanah/batuan.
 Pada saat dan setelah hujan lebat yang berlangsung lama, masyarakat yang bertempat tinggal
di sekitar tebing terjal atau yang berada di bawah tebing terjal supaya selalu meningkatkan
kewaspadaan dan mengungsi ke tempat yang aman untuk menghindari kemungkinan terjadinya
longsoran susulan.
 Penanaman tanaman keras berakar kuat dan dalam yang akarnya dapat menahan tanah di
sepanjang tebing.
 Untuk mengalirkan air permukaan dan limpahan limbah rumah tangga, disarankan untuk dibuat
saluran kedap dan dialirkan ke anak sungai pada lembah / kaki lereng.
 Hindari penggalian di sepanjang lereng
 Tidak melakukan penebangan pohon-pohon pada dan di sekitar lereng/tebing.
 Perlu sosialisasi kebencanaan (khususnya tanah longsor) di daerah pemeriksaan dan sekitarnya
oleh Pemerintah Daerah setempat.

B. Bencana Banjir
1. Lokasi Bencana dan Waktu Kejadian
Lokasi bencana banjir terjadi pada beberapa daerah di Kota Manado, antara lain : Kelurahan
Tuminting, Sario, Taas, Banjer, Tumumpa, Paal 2, Dendengan Luar, Ternate Tanjung, Ternate
Baru, dan Ketang Baru. Bencana banjir terjadi pada hari Kamis (malam) tanggal 15 Desember
2016 hingga Jumat tanggal 16 Desember 2016. Pada saat dan setelah hujan lebat dalam waktu
lama.

2. Kondisi Bencana dan Dampak Yang Ditimbulkan

Bencana banjir ini terletak pada daerah yang relatif rendah dan daerah yang relatif cekung.
Daerah banjir ini terletak pada hilir dari daerah aliran sungai (DAS) Tondano dengan sungai
utamanya Kuala Tondanau.
Bencana banjir ini menyebabkan beberapa wilayah tergenang air berketinggian antara 0,20
sampai lebih dari 1,00 meter,
Dampak dari bencana banjir ini menyebabkan :

 3 (tiga) orang meninggal dunia (daerah Kombos Timur , Kelurahan Tanjung Kec.Singkil;
Kelurahan Bailang/sungai Bailang, Kec. Tuminting dan belakang Megamas/ Bulevard)
 ratusan rumah tergenang air banjir
 lalu lintas pada beberapa ruas jalan terputus

3. Kondisi Daerah Bencana

 Morfologi, Morfologi daerah banjir secara umum merupakan dataran dan daerah-daerah yang
relatif cekung dengan kemiringan hampir 0 % dengan ketinggian antara 2 hingga 20 meter di
atas permukaan laut (dpl). Daerah ini merupakan bagian hilir dari wilayah DAS Tondanau
dengan sungai utama Kuala Tondanau yang mengalir melalui Kota Manado.
 Geologi, Batuan penyusun di lokasi banjir berupa batu pasir tufa berselingan dengan tuf lapili
dipermukaan lapuk kuat – lapuk lanjut berupa lempung pasiran, coklat, lunak-agak padat,
sarang, gembur dengan tebal > 3 meter. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi
(A.C. Effendi, dkk, Puslitbang Geologi, 1997), batuan penyusun daerah bencana termasuk
Satuan Tufa Tondano (QTv) yang berumur Plistosen - Pliosen. Pada bagian permukaan daerah
ini tertutup oleh endapan Aluvial berupa lempung, lumpur dan pasir, setempat kedap air. Struktur
geologi berupa patahan (sesar) atau lipatan (fold) tidak terdapat di lokasi bencana
 Tataguna lahan, Tataguna lahan pada daerah bencana banjir secara umum merupakan daerah
pemukiman yang cukup padat penduduk (kelurahan kota)
 Keairan, Kondisi keairan di lokasi bencana berupa air permukaan (run off) pada musim hujan
yang mengalir bebas di permukaan serta adanya aliran anak sungai dan alur-alur yang berair
cukup deras pada musim hujan yang kesemuanya masuk ke sungai Kuala Tondanau dan
bermuara ke laut.
 Kerawanan banjir, Daerah ini secara umum merupakan wilayah rawan banjir pada musim hujan
yang berkepanjangan dimana wilayah ini merupakan daerah banjir dan banjir bandang tahun
sebelumnya (laporan PVMBG tahun 2014)

4. Faktor Penyebab Terjadinya Banjir


Secara umum banjir di daerah ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

 Curah hujan yang tinggi dalam waktu cukup lama sebelum dan pada saat terjadi bencana banjir.
 Sifat fisik endapan Aluvial (tanah penutup) yang relatif kedap air, sehingga air tidak mudah
meresap.
 Kondisi morfologinya berupa dataran (flat) dan relatif cekung.
 Adanya pendangkalan dan penyempitan aliran sungai (terutama di bagian hilir) untuk
pemukiman dan bangunan lainya.
 Meluapnya aliran sungai dan anak sungai pada waktu hujan.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi


a. Kesimpulan
Wilayah ini merupakan daerah-daerah yang rentan terhadap banjir pada musim hujan, terutama
apabila curah hujan tinggi dalam waktu lama.
b. Rekomendasi

 Masyarakat yang berada di daerah bencana agar selalu waspada apabila terjadi hujan lebat
dengan waktu cukup lama.
 Melakukan penghijauan di daerah aliran sungai (DAS) Tondanau, terutama pada bagian tengah
dan hulu) dengan tanaman keras berakar kuat dan dalam yang dapat berfungsi menahan aliran
air permukaan (run off).
 Tidak melakukan penebangan pohon terutama pada DAS bagian hulu.
 Tidak membuat rumah/bangunan di sepanjang sempadan/bantaran sungai, kelokan dan muara
sungai.
 Normalisasi aliran sungai (terutama di daerah bagian hilir)
 Perlu dilakukan sosialisasi kebencanaan (khususnya banjir) oleh Pemerintah Daerah setempat
atau instansi terkait.

Read more...

Program Kemitraan Bidang Minyak Dan


Gas Indonesia Tahun 2016: Indonesia’s Oil
And Gas Partnership Program 2016
 Published in Berita

 04 Jan 2017
Kebijakan pemerintah dalam usaha penemuan cadangan migas baru melalui kegiatan
eksplorasi offshore dan onshore telah menetapkan bahwa Kawasan Indonesia Bagian Timur
menjadi fokus dan prioritas utama. Hal ini disebabkan oleh minimnya kegiatan eskplorasi dan
ketersediaan data di kawasan tersebut. Selain itu, keberadaan cekungan sedimen di wilayah
ini didominasi oleh wilayah frontier dan deep sea. Badan Geologi (publikasi tahun 2009)
telah mengidentifikasi adanya 128 cekungan sedimen sebagai referensi dalam kegiatan
eksplorasi sumber daya migas di Indonesia, dimana 71 cekungan sedimen berada di kawasan
Indonesia Timur. Dari jumlah tersebut 43 cekungan diantaranya belum pernah dilakukan
pemboran (undrilled) sehingga perlu dilakukan kegiatan eksplorasi secara masif. Hal tersebut
menjadi salah satu topik bahasan dalam pertemuan Indonesia’s Oil and Gas Partnership
Program 2016 yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM).

Pertemuan Indonesia’s Oil and Gas Partnership Program 2016 dihadiri oleh 15 peserta
dari 13 negara sahabat, yaitu: Jordania, Libya, Rusia, Thailand, Kamboja, Mexico, Timor
Leste, Kuwait, Angola, Myanmar, Venezuela, Tunisia, dan Mozambik. Diantara peserta dari
negara-negara sahabat hadir Gladys Fransisca (Duta Besar Bolivia); Walid Al Hadid (Duta
Besar Jordania), dan Ang Htoo (Duta Besar Myanmar). Rangkaian kegiatan ini direncanakan
berlangsung dari tanggal 19 hingga 30 September 2016 yang mencakup pertemuan formil dan
presentasi substantif terkait kebijakan dan teknis bidang migas, juga dilakukan kunjungan-
kunjungan lapangan dibeberapa lokasi di Indonesia, kunjungan ke industri migas nasional
juga dirangkai dengan pertemuan lanjutan di Batam, Bali, dan Cepu.

Suasana Forum Diskusi dan Tanya Jawab yang Diikuti oleh 13 Negara Sahabat Dalam Pertemuan
Indonesia’s Oil and Gas Partnership Program 2016 di Hotel AOne, Jakarta 19 September 2016

Pembukaan acara dilaksanakan di Hotel AOne, Jakarta oleh Direktur Jenderal Minyak dan
Gas Bumi, Prof. Dr. IGN. Wiratmaja yang dalam sambutan pembukaan menyampaikan
bahwa pertemuan semacam ini sudah dimulai sejak tahun 2010. Kegiatan dimaksudkan untuk
mempererat kemitraan antar negara di bidang migas melaui sharing informasi kebijakan dan
teknologi dan jalinan kerjasama spesifik antar negara khususnya dalam kegiatan survei dan
teknologi eksplorasi. Pertemuan semacam ini sekaligus merupakan ajang memperkenalkan
potensi dan kegiatan Indonesia dalam bidang minyak dan gas bumi yang diharapkan mampu
menciptakan jaringan untuk lebih mengembangkan peluang investasi di bidang migas.
Setelah pembukaan dilakukan presentasi dari beberapa nara sumber dari Indonesia dan dari
masing-masing negara peserta.
Kepala Pusat Survei Geologi, Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N., M.Sc., yang mewakili Badan
Geologi mempresentasikan Potensi Sumber Daya Migas di Indonesia dan menjelaskan bahwa
Sumber Daya Migas di Indonesia masih sangat potensial untuk investasi termasuk dalam
kegiatan eksplorasi khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Kepala Pusat Survei Geologi
menyampaikan bahwa dengan telah dibuktikannya keterdapatan jumlah cadangan yang besar
di cekungan Bonaparte (Australia) dan beberapa wilayah di Papua New Guinea, dimana
secara paleogeographic kawasan tersebut merupakan bagian dari kondisi geologi regional di
Kawasan Indonesia Timur, merupakan satu tantangan (challange) menarik untuk
diperolehnya cadangan migas baru di Indonesia dan itu menjadi salah satu peluang investasi.

Dalam rangkaian acara, para peserta akan diberikan kesempatan untuk mengunjungi beberapa
lembaga pemerintah dan swasta di Indonesia serta perusahaan minyak nasional.

Read more...

ICP Desember 2016 Naik Jadi US$ 51,09


per Barel
 Published in Berita

 04 Jan 2017

Jakarta, Harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada bulan Desember 2016 berdasarkan perhitungan Formula ICP mencapai US$ 51,09
per barel, naik US$ 7,83 per barel dari bulan November 2016 sebesar US$ 43,25 per barel.
Sementara ICP SLC Desember 2016 mencapai US$ 52,62 per barel, naik US$ 8,09 per barel dari bulan sebelumnya yang mencapai US$
44,53 per barel.
Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Desember
2016 dibandingkan November, mengalami peningkatan yaitu:

 Brent (ICE) naik sebesar US$ 7,84 per barel dari US$ 47, 08 per barel menjadi US$ 54,92 per barel.
 WTI (Nymex) naik sebesar US$ 6,40 per barel dari US$ 45,76 per barel menjadi US$ 52,17 per barel.
 Basket OPEC naik sebesar US$ 8,07 per barel dari US$ 43,22 per barel menjadi US$ 51,28 per barel.

Harga minyak mentah utama di pasar internasional mengalami peningkatan, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dampak kesepakatan
negara-negara OPEC pada tanggal 30 November 2016 untuk mengurangi tingkat produksi sebesar 1,2 juta barel per hari dimulai pada bulan
Januari 2017. Selain itu, negara-negara Non OPEC seperti Rusia, Meksiko dan Oman pun sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 558
ribu barel per hari di bulan Januari 2017.
Selain itu, berdasarkan publikasi OPEC (Organization of The Petroleum Exporting Countries) di bulan Desember 2016:

a. Proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2017 naik sebesar 0,01 juta barel per hari menjadi 94,41 juta barel per hari, dari proyeksi
bulan sebelumnya yaitu sebesar 94,40 juta barel per hari.
b. Proyeksi permintaan minyak mentah global tahun2017 naik sebesar 0.01 juta barel per hari menjadi 95,56 juta barel per hari, dari proyeksi
bulan sebelumnya yaitu sebesar 95,55 juta barel per hari.

Faktor lainnya adalah berdasarkan publikasi IEA (International Energy Agency) di bulan Desember 2016:

a. Proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2017 naik sebesar 0,01 juta barel per hari menjadi 97,60 juta barel per hari, dari proyeksi
bulan sebelumnya yaitu sebesar 97,50 juta barel per hari.
b. Proyeksi pasokan minyak mentah Non OPEC tahun 2017 turun sebesar 0,20 juta barel per hari menjadi 57,00 juta barel per hari, dari
proyeksi bulan sebelumnya yaitu sebesar 57,20 juta barel per hari.

Terakhir, berdasarkan laporan EIA (Energy Information Administration)-USA, tingkat stok minyak mentah komersial dan distillate AS
selama bulan Desember 2016 mengalami penurunan dibandingkan dengan stok di bulan November 2016:

a. Stok minyak mentah komersial turun 2.0 juta barel menjadi sebesar 486,1 juta barel.
b. Stok distillate turun 2,6 juta barel menjadi sebesar 151,6 juta barel.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi antara lain oleh:

1. Plant petrokimia terbaru di India, ONGC Petro additions Ltd (OPaL), dalam tahap final proses commissioning pada bulan Desember 2016
dan siap beroperasi di akhir bulan Desember 2016.
2. Kondisi geopolitik yang tidak stabil di Timur Tengah ditambah dengan insiden penembakan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrei Karlov,
yang ditembak mati di Ankara, Turki.
3. Crude oil throughput kilang-kilang minyak di Taiwan pada bulan Desember 2016 sebesar 890 ribu barel per hari, meningkat 9%
dibandingkan bulan November 2016 yaitu 815 ribu barel per hari. (TW)

Read more...

SIARAN PERS: Pasca Penghematan,


Realisasi Anggaran Kementerian ESDM
Tahun 2016 Capai 96 Persen
 Published in Berita

 04 Jan 2017
Jakarta, Realisasi anggaran Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tahun 2016 mencapai 96% dari pagu anggaran
sebesar Rp6,09 triliun (pagu setelah self blocking atau penghematan). "Pasca penghematan, pada tahun 2016, realisasi anggaran KESDM
mencapai 96%,” papar Sekretaris Jenderal KESDM, Teguh Pamudji.
Pagu anggaran KESDM dalam APBNP 2016 sebesar Rp7,74 triliun. Namun, dalam perjalanannya dilakukan penghematan dengan
mekanisme self blocking sekitar Rp1,6 triliun. Sehingga pagu yang dapat digunakan KESDM tahun 2016 menjadi hanya sebesar Rp6,09
triliun. Apabila tanpa memperhitungkan penghematan, maka realisasi anggaran KESDM tahun 2016 berkisar 76%.
Pencapaian realisasi anggaran KESDM tahun 2016 ini, meningkat dari tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2014 realisasi anggaran KESDM
adalah sebesar 51,28% dari total anggaran Rp14,3 triliun. Sementara, di tahun 2015 dari total anggaran Rp15,07 triliun, terealisasi 63,88%.
KESDM juga telah mempersiapkan anggaran Tahun 2017, dengan pagu sebesar Rp7,02 triliun. Sebagian dari anggaran tersebut
dilaksanakan dengan mekanisme lelang.
Pengumuman lelang tahap I hingga III telah selesai dilaksanakan pada tanggal 9 November, 21 November dan 5 Desember 2016, sebanyak
342 paket dengan anggaran sebesar Rp3,03 triliun. Sedangkan pengumuman lelang tahap IV paling lambat dilaksanakan awal tahun 2017
sebanyak 53 paket dengan anggaran sebesar Rp324 miliar.
“Dari 342 Paket lelang tahap I hingga III yang sudah dilelang dengan nilai Rp3,03 triliun, sebanyak 60 paket senilai Rp79 miliar telah
ditetapkan pemenangnya. Tanda Tangan Kontrak Tahap I akan dilaksanakan pada 20 Januari 2017,” ujar Teguh Pamudji .
Selesainya sebagian besar proses lelang membuktikan peningkatan pengelolaan anggaran KESDM, yaitu persiapan administrasi dan
governance. "KESDM berupaya agar pengelolaan anggaran 2017 senantiasa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," tutup Teguh.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Sujatmiko
Read more...

Pasca Penghematan, Realisasi Anggaran


Kementerian ESDM Tahun 2016 Capai
96%
 Published in Berita

 04 Jan 2017
Realisasi anggaran Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tahun 2016 mencapai 96%
dari pagu anggaran sebesar Rp6,09 triliun (pagu setelah self blocking atau penghematan). "Pasca
penghematan, pada tahun 2016, realisasi anggaran KESDM mencapai 96%,” papar Sekretaris Jenderal
KESDM, Teguh Pamudji.

Pagu anggaran KESDM dalam APBNP 2016 sebesar Rp7,74 triliun. Namun, dalam perjalanannya
dilakukan penghematan dengan mekanisme self blocking sekitar Rp1,6 triliun. Sehingga pagu yang dapat
digunakan KESDM tahun 2016 menjadi hanya sebesar Rp6,09 triliun. Apabila tanpa memperhitungkan
penghematan, maka realisasi anggaran KESDM tahun 2016 berkisar 76%.

Pencapaian realisasi anggaran KESDM tahun 2016 ini, meningkat dari tahun 2014 dan 2015. Pada tahun
2014 realisasi anggaran KESDM adalah sebesar 51,28% dari total anggaran Rp14,3 triliun. Sementara, di
tahun 2015 dari total anggaran Rp15,07 triliun, terealisasi 63,88%.

KESDM juga telah mempersiapkan anggaran Tahun 2017, dengan pagu sebesar Rp7,02 triliun. Sebagian
dari anggaran tersebut dilaksanakan dengan mekanisme lelang.

Pengumuman lelang tahap I hingga III telah selesai dilaksanakan pada tanggal 9 November, 21 November
dan 5 Desember 2016, sebanyak 342 paket dengan anggaran sebesar Rp3,03 triliun. Sedangkan
pengumuman lelang tahap IV paling lambat dilaksanakan awal tahun 2017 sebanyak 53 paket dengan
anggaran sebesar Rp324 miliar.

“Dari 342 Paket lelang tahap I hingga III yang sudah dilelang dengan nilai Rp3,03 triliun, sebanyak 60
paket senilai Rp79 miliar telah ditetapkan pemenangnya. Tanda Tangan Kontrak Tahap I akan
dilaksanakan pada 20 Januari 2017,” ujar Teguh Pamudji .

Selesainya sebagian besar proses lelang membuktikan peningkatan pengelolaan anggaran KESDM, yaitu
persiapan administrasi dan governance. "KESDM berupaya agar pengelolaan anggaran 2017 senantiasa
lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," tutup Teguh.
Realisasi anggaran Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tahun 2016 mencapai 96%
dari pagu anggaran sebesar Rp6,09 triliun (pagu setelah self blocking atau penghematan). "Pasca
penghematan, pada tahun 2016, realisasi anggaran KESDM mencapai 96%,” papar Sekretaris Jenderal
KESDM, Teguh Pamudji.

Pagu anggaran KESDM dalam APBNP 2016 sebesar Rp7,74 triliun. Namun, dalam perjalanannya
dilakukan penghematan dengan mekanisme self blocking sekitar Rp1,6 triliun. Sehingga pagu yang dapat
digunakan KESDM tahun 2016 menjadi hanya sebesar Rp6,09 triliun. Apabila tanpa memperhitungkan
penghematan, maka realisasi anggaran KESDM tahun 2016 berkisar 76%.

Pencapaian realisasi anggaran KESDM tahun 2016 ini, meningkat dari tahun 2014 dan 2015. Pada tahun
2014 realisasi anggaran KESDM adalah sebesar 51,28% dari total anggaran Rp14,3 triliun. Sementara, di
tahun 2015 dari total anggaran Rp15,07 triliun, terealisasi 63,88%.

KESDM juga telah mempersiapkan anggaran Tahun 2017, dengan pagu sebesar Rp7,02 triliun. Sebagian
dari anggaran tersebut dilaksanakan dengan mekanisme lelang.

Pengumuman lelang tahap I hingga III telah selesai dilaksanakan pada tanggal 9 November, 21 November
dan 5 Desember 2016, sebanyak 342 paket dengan anggaran sebesar Rp3,03 triliun. Sedangkan
pengumuman lelang tahap IV paling lambat dilaksanakan awal tahun 2017 sebanyak 53 paket dengan
anggaran sebesar Rp324 miliar.

“Dari 342 Paket lelang tahap I hingga III yang sudah dilelang dengan nilai Rp3,03 triliun, sebanyak 60
paket senilai Rp79 miliar telah ditetapkan pemenangnya. Tanda Tangan Kontrak Tahap I akan
dilaksanakan pada 20 Januari 2017,” ujar Teguh Pamudji .

Selesainya sebagian besar proses lelang membuktikan peningkatan pengelolaan anggaran KESDM, yaitu
persiapan administrasi dan governance. "KESDM berupaya agar pengelolaan anggaran 2017 senantiasa
lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," tutup Teguh.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Anda mungkin juga menyukai